Uji Normalitas Data Analisis Efisiensi

63 terhadap industri perbankan syariah Indonesia itu sendiri, tercermin dari peningkatan nilai aset dalam kurun waktu 2007-2009, hal tersebut diatas juga mengindikasikan berjalannya perbankan syariah di Indonesia sebagai lembaga intermediary.

B. Uji Normalitas Data

Salah satu hal yang harus diperhatikan dalam menggunakan metode DEA adalah uji isotonic yaitu variabel input dan output harus memiliki hubungan isotonicity yang berarti setiap kenaikan pada variabel input apapun harus menghasilkan kenaikan setidaknya satu variabel output dan tidak ada variabel output yang mengalami penurunan Yuli Indrawati, 2009 : 27. Dan untuk mengetahui itu semua maka perlu dilakukan analisis korelasi, namun untuk memilih metodologi korelasi mana yang akan digunakan, maka dilakukan test uji normalitas distibusi data, jika distribusi data normal maka akan digunakan metodologi analisa parametris dan jika sebaliknya, tidak normal, maka akan menggunakan metodologi non-parametris, untuk melakukan uji normalitas, penulis menggunakan Kolmogorov-Smirnov Test. Lampiran 2 menunjukan bahwa hasil uji Kolmogorov-Smirnov Test memaparkan bahwa semua data yang diuji menghasilkan nilai dibawah 0,1 yang artinya data adalah diluar distribusi normal, sehingga semua analisis yang digunakan adalah menggunakan metodologi non-parametris. Selain itu dalam penelitian ini juga akan dilakukan uji korelasi antara aset dengan efisiensi dan produktivitas, hasil uji normalitas data aset dari tahun 64 2007-2009 pada lampiran 2, menunjukan bahwa data tidak normal sehingga dalam pengujian korelasi aset-efisiensi, dan aset-produktivitas juga menggunakan analisis korelasi spearman.

C. Analisis Efisiensi

Efisiensi Perbankan Syariah di Indonesia dihitung dengan menggunakan metode DEA untuk setiap tahun selama 3 tahun mulai 2007-2009, dengan asumsi baik VRS ataupun CRS berorientasi output maupun output, orientasi output adalah seberapa besar output yang harus dihasilkan dengan menggunakan input yang sama, sedangkan input adalah seberapa besar input yang harus dikurangi untuk menghasilkan output yang sama, sehingga bank tersebut menjadi efisien, kemudian analisis diperluas dengan melakukan analisa produktivitas menggunakan Indeks Malmquist, dan diperlengkap dengan Korelasi Spearman analisis untuk membuktikan hubungan aset dengan efisiensi, dan analisis regresi berganda untuk mencari faktor yang dominan terhadap efisiensi maupun produktivitas. 1. Analisa DEA Dalam bagian ini akan dibahas hasil olah DEA menggunakan software DEAP 2.1, dimana data-data lengkap kesemuanya tersedia di Lampiran 4. a. Analisa CRS DEA Output Oriented CRS dikembangkan oleh Charnes, Cooper, Rhodes Model CCR pada tahun 1978, model ini mengasumsikan bahwa rasio penambahan input dan output adalah sama constant return to scale. Artinya 65 penambahan “X” input akan menambah jumlah “X” output, model ini juga mengasumsikan bahwa setiap UPKDMU beroperasi skala yang optimal Machmud Amir, Rukmana, 2010: 124. Dalam hasil analisa melalui metode ini pengukuran dilakukan dari angka 0-1 atau 0-100 dimana semakin mendekati angka 1 atau 100 maka semakin efisien bank syariah tersebut, di mana 1-nilai efisiensi atau 100-nilai efisiensi menjelaskan tingkat efisiensi, jadi jika suatu bank memiliki nilai 80 0,8 dilain sisi bank tersebut mengalami inefisiensi sebesar 20 0,2, W.Cooper William, et al, 2006: 5, 13. Hasil perhitungan CRS DEA menggunakan software DEAP 2.1 menunjukan rata-rata bank syariah di Indonesia relatif efisien dengan nilai efisiensi rata-rata 85,2 pada tahun 2007, disusul penurunan hingga menjadi 76,1 pada tahun 2008, kemudian meningkat lagi menjadi 78,6 pada kuartal awal 2009. Di tahun 2007 terdapat delapan bank yang bekerja mutlak efisien atau dengan kata lain mendapat nilai 1 atau 100 efisien yaitu: Bank Muamalat Indonesia, Bank BRI Syariah, Bank CIMB Niaga, BPD Sumatera Utara, Bank Internasional Indonesia, Bank Permata, Bank DKI, BPD Riau sementara pemilik efisiensi terendah adalah BPD Sumatera Selatan dengan nilai efisiensi 42,9 . Sementara di tahun 2008 jumlah bank yang memiliki efisiensi mutlak tetap di pegang oleh delapan buah bank namun dengan bank yang berbeda yaitu: BRI Syariah, Bank Tabungan Negara, Bank CIMB 66 Niaga, Bank Danamon Indonesia, Bank Internasional Indonesia, Bank Permata, Bank DKI, BPD Riau, dimana ada dua bank yang memiliki efisiensi terendah, 32,4, yaitu BPD Jawab Barat Banten dan BPD Sumatera Selatan, penurunan yang signifikan terjadi pada beberapa bank, Bank Muamalat yang menduduki efisiensi 100 pada tahun 2007 turun menjadi 63,1, kemudian Bank Mega Syariah yang memiliki efisiensi 80 turun menjadi 35,8 di tahun 2008, begitu juga penurunan drastis terjadi pada BPD Sumatera Utara, dari 100 ditahun 2007 menjadi 55,1 ditahun 2008.dan efisiensi rata-rata pada tahun ini juga menurun dibandingkan tahun 2007, dimana efisiensi rata-rata 2007 adalah 85,24 menurun menjadi 76,13. Kemudian di kuartal awal tahun 2009 terdapat delapan bank yang menduduki efisiensi 100 yaitu: Bank Tabungan Negara, Bank CIMB Niaga, BPD Sumatera Utara, Bank Internasional Indonesia, Bank Permata, Bank DKI, Bank Kalimantan Barat dan BPD Sumatera Selatan, Nilai efisiensi terendah pada tahun ini dipegang oleh BNI pada 21.7 nilai efisiensi, penurunan efisiensi yang signifikan terjadi pada Bank Negara Indonesia, dari 82 ditahun 2008 menjadi 21,7 ditahun 2009 atau setara dengan 60,3 penurunan, kebalikannya BPD Sumatera Selatan justru mengalami peningkatan yang signifikan dari 32,4 ditahun 2008 menjadi 100 ditahun 2009 atau setara dengan 67,6 peningkatan. 67 Secara rata-rata tahun 2007-2009 hanya empat bank yang konsisten menghasilkan efisiensi 100 yaitu: Bank CIMB Niaga, Bank Internasional Indonesia, Bank Permata, Bank DKI, sementara pemilik rata-rata terendah adalah BPD Jawa Barat dan Banten yaitu sebesar 41. b. Analisa VRS DEA Output Oriented Model VRS merupakan pengembangan dari model CRS, model ini beranggapan bahwa perusahaan tidak atau belum beroperasi pada skala optimal. Asumsi model ini adalah bahwa rasio antara penambahan input dan output tidak sama variable return to scale. Ini berarti penambahan input sebesar “X” tidak menghasilkan output sebesar “X” kali, bisa lebih kecil, bisa lebih besar, penilaian efisiensi tidak berbeda dengan DEA CRS Machmud Amir, Rukmana, 2010:124, pengukuran dilakukan dari angka 0-1 atau 0-100 dimana semakin mendekati angka 1 atau 100 maka semakin efisien bank syariah tersebut, di mana 1-nilai efisiensi atau 100-nilai efisiensi menjelaskan tingkat inefisiensi, jadi jika suatu bank memiliki nilai 80 0,8 dilain sisi bank tersebut mengalami inefisiensi sebesar 20 0,2, W.Cooper William, et al, 2006: 5, 13. Hasil perhitungan VRS DEA menggunakan software DEAP 2.1 menunjukan rata-rata bank syariah di Indonesia relatif efisien dengan nilai efisiensi rata-rata 94,55 pada tahun 2007 kemudian turun menjadi 86 ditahun 2008, dan meningkat hingga 93 pada kuartal awal tahun 2009, yang ketika dirata-rata maka dalam periode 2007-2009 memiliki nilai rata-rata efisiensi sebesar 91.46. 68 Di tahun 2007 terdapat 13 bank syariah yang berada di kondisi efisiensi maksimal atau 100 yaitu: Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri, Bank Mega Syariah, Bank BRI Syariah, Bank Negara Indonesia, Bank CIMB Niaga, Bank Danamon Indonesia, BPD Sumatera Utara, Bank Internasional Indonesia, Bank Permata, Bank DKI, BPD Kalimantan Barat, dan BPD Riau, adapun efisiensi terendah di pegang oleh BPD Sumatera Selatan sebesar 61,5. Kemudian ditahun 2008 terdapat 12 bank yang memiliki tingkat efisiensi maksimal yaitu 100, yaitu: Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri, Bank BRI Syariah, Bank Negara Indonesia, Bank Tabungan Negara, Bank CIMB Niaga, Bank Danamon Indonesia, Bank Internasional Indonesia, Bank Permata, Bank DKI, BPD Kalimantan Barat, BPD Riau, dimana nilai efisiensi terendah dipegang oleh BPD Sumatera Selatan sebesar 39,9 , perubahan signifikan pada tahun ini terjadi pada Bank BPD Sumatera Utara yang tadinya bernilai efisiensi sebesar 100 ditahun sebelumnya 2007 kemudian turun menjadi 55.3 ditahun 2008. Ditahun 2009 terdapat 13 bank syariah yang memiliki tingkat efisiensi maksimal atau 100 yaitu: Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri, Bank Mega Syariah, Bank BRI Syariah, Bank Tabungan Negara, Bank CIMB Niaga, Bank Danamon Indonesia, BPD Sumatera Utara, Bank Internasional Indonesia, Bank Permata, Bank DKI, Bank Kalimantan Barat, BPD Sumatera Sealatan, dimana nilai 69 efisiensi terendah di pegang oleh Bank Negara Indonesia yaitu 60, perubahan sangat signifikan terjadi pada Bank Negara Indonesia yang turun dari nilai efisiensi 100 2008, menjadi 70,1 2009, sementara peningkatan signifikan terjadi pada BPD Sumatera selatan dari nilai efisiensi 39,9 2008 menjadi 100 2009. Secara rata-rata 2007-2009 ada sembilan bank yang yang konsisten memberikan nilai efisiensi maksimal 100, yaitu: Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri, Bank BRI Syariah, Bank CIMB Niaga, Bank Danamon Indonesia, Bank Internasional Indonesia, Bank Permata, Bank DKI, BPD Kalimantan Barat, sementara pemilik nilai rata-rata efisiensi terendah adalah BPD Jawa Barat dan Banten dengan nilai efisiensi 54. c. Skala Relatif CRS dan VRS Output Oriented Skala relatif adalah rasio efisiensi model CRS dengan VRS, rasio didapatkan dengan cara membagi nilai efisiensi CRS dengan nilai efisiensi VRS, bank syariah yang efisien dengan model CRS berarti efisien juga skalanya, Sementara itu bank syariah yang efisien dengan model VRS, tetapi tidak efisien dengan metode CRS berarti memiliki inefisiensi skala, hal itu karena bank syariah tersebut efisien secara teknis sehingga inefisiensi yang ada berasal dari skala Machmud.Amir, Rukmana, 2010: 128. Dari hasil analisa menggunakan software DEAP 2.1 dihasilkan bank syariah di Indonesia dalam jangka waktu 2007-2009 termasuk dalam 70 kategori efisien, hal ini tampak dari rata-rata tingkat efisiensi skala relatif rata-rata dari tahun 2007 hingga 2009 yang berada diatas 80, 89,76 pada tahun 2007, 88,38 ditahun 2008, dan 86,34 ditahun 2009, sementara itu bank yang memiliki nilai skala relatif rata-rata tertinggi dari tahun 2007-2009 adalah BPD Sumatera Selatan dengan nilai 93,2, nilai terendah dimiliki oleh Bank Syariah Mandiri dengan nilai 86. d. CRS, VRS, Skala Relatif Input Oriented Setelah melakukan analisa DEA dengan menggunakan output oriented, penulis melanjutkan kepada analisa DEA Input Oriented, hasil yang didapatkan dengan menggunakan software DEAP 2.1 adalah bahwa sama seperti teori-teori sebelumnya bahwa pemilihan antara metode orientasi input dengan metode output hanya menghasilkan sedikit perbedaan dalam nilai hasil untuk VRS dan Skala Relatif dan nilai yang sama pada metode CRS.

D. Analisis Produktivitas