2.3.1. Kadmium Cd
Kadmium adalah logam keperakan, yang dapat ditempa dan liat. Logam ini melebur pada 321
C dan larut dengan lambat dalam asam encer dengan melepaskan hidrogen disebabkan potensial elektrodanya yang negatif Vogel,1990.
Kasus toksisitas Kadmium dilaporkan sejak pertengahan tahun 1980-an dan kasus tersebut semakin meningkat sejalan dengan perkembangan ilmu kimia di akhir
abad 20-an. Sampai sekarang diketahui bahwa kadmium merupakan logam berat yang paling banyak menimbulkan toksisisitas pada makhluk hidup Darmono, 2001.
Kadmium dalam tubuh terakumulasi dalam hati dan ginjal terutama terikat sebagai metalotionin. Metalotionin mengandung unsur sistein, dimana kadmium
terikat dalam gugus sulfhidril -SH dalam enzim. Kemungkinan besar pengaruh toksisisitas kadmium disebabkan oleh interaksi antara kadmium dan protein tersebut,
sehingga menimbulkan hambatan terhadap aktivitas kerja enzim dalam tubuh Darmono, 2001.
2.3.2. Timbal Pb
Timbal adalah sejenis logam abu-abu kebiruan, mempunyai kerapatan yang tinggi, sangat lembut dan mudah meleleh. Larut dalam HNO
3
pekat, sedikit larut dalam HCl dan H
2
SO
4
encer Vogel, 1990. Toksisitas timbal dibedakan menurut beberapa organ yang dipengaruhinya
yaitu sistem hemopoietik, sistem saraf pusat dan tepi, sistem ginjal, sistem gastrointestinal, sistem kardiovaskular, sistem reproduksi, sistem endokrin. Timbal
dalam tubuh terutama terikat pada gugus –SH dalam molekul protein dan menyebabkan terjadinya hambatan pada aktivitas kerja sistem enzim. Timbal
Universitas Sumatera Utara
bersirkulasi dalam darah setelah diabsorpsi dari usus, terutama hubungannya dengan sel darah merah eritrosit. Selanjutnya didistribusikan ke dalam jaringan lunak
seperti tubulus ginjal dan sel hati, lalu disimpan dalam tulang, rambut, dan gigi, dimana 90 deposit terjadi dalam tulang dan hanya sebagian kecil tersimpan dalam
otak Darmono, 2001. Timbal Pb mempunyai arti penting dalam dunia kesehatan bukan karena
penggunaan terapinya, melainkan lebih disebabkan karena sifat toksisitasnya. Absobsi timbal di dalam tubuh sangat lambat, sehingga terjadi akumulasi dan
menjadi dasar keracunan yang progresif. Keracunan timbal ini menyebabkan kadar timbal yang tinggi dalam aorta, hati, ginjal, pankreas, paru-paru, tulang, limpa, testis,
jantung dan otak Supriyanto, dkk. 2007
2.4. Pencemaran Logam Berat pada Tanah