rate 2,0 mlmenit dan deteksi dilakukan pada panjang gelombang 254 nm, kemudian dihitung kadarnya.
3.4.7.1 Penetapan Kadar sampel
Dinjeksikan 20 μL larutan sampel ke sistem KCKT dengan laju alir flow
rate 2,0 mlmenit dan deteksi dilakukan pada panjang gelombang 254 nm. Diamati puncak yang muncul dalam kromatogram.
Luas area luas puncak dari kromatogram sampel Y disubsitusikan ke persamaan garis regresi yang diperoleh dari kurva kalibrasi Y = aX + b,
sehingga diperoleh konsentrasi sampel X dan dihitung kadarnya data dapat dilihat pada lampiran 14-20 halaman 73-89.
3.4.8 Penentuan Spektra Infra Red 3.4.8.1 Penentuan Spektra Infra Red Sukfametoksazol
Dicampur serbuk sulfametoksazol dengan serbuk KBr dalam lumpang, kemudian dipasang pasang DRS 8000 Diffuse Reflectance Measuring pada
tempat sampel, lalu dimasukkan campuran sampel KBr ke sample pan, diletakkan ke tempat dudukan sample pan, kemudian dianalisis spektrumnya.
3.4.8.2 Penentuan Spektra Infra Red Trimetoprim
Dicampur serbuk trimetoprim dengan serbuk KBr dalam lumpang, kemudian dipasang pasang DRS 8000 Diffuse Reflectance Measuring pada
tempat sampel, lalu dimasukkan campuran sampel KBr ke sample pan, diletakkan ke tempat dudukan sample pan, kemudian dianalisis spektrumnya.
3.4.9 Prosedur Validasi
Dipipet 2 ml suspensi kotrimoksazol, kemudian dimasukkan dalam labu
tentukur 50 ml. Lalu Ditambahkan dengan 20 ml LIB sulfametoksazol dan 4 ml LIB trimetoprim, kemudian dilarutkan dengan 30 ml methanol. Lalu diencerkan
Universitas Sumatera Utara
dengan metanol sampai garis tanda, setelah itu disentrifuge selama 10 menit. Diperoleh supernatant dan endapan, kemudian dipipet supernatan sebanyak 5 ml,
dimasukkan ke labu 50 ml, lalu diencerkan dengan fase gerak sampai garis tanda. Kemudian disaring melalui membran PTFE 0,2 µ. Disuntikkan sebanyak 20 µl
pada sistem KCKT , lalu di peroleh hasilnya dan dicatat.
3.4.10 Penentuan Limit of Detection LOD dan Limit of Quantitation LOQ
Batas deteksi atau Limit of Detection LOD adalah jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat dideteksi. Batas kuantitasi atau Limit of Quantitation
LOQ merupakan kuantitas terkecil analit dalam sampel. Untuk menentukan batas deteksi LOD dan batas kuantitasi LOQ
digunakan rumus: SD =
1
2
n Yi
Y LOD =
Slope XSD
3
LOQ = Slope
XSD 10
Keterangan : SD = Standar Deviasi
LOD = Batas Deteksi LOQ = Batas Kuantitasi
Harmita, 2004
3.4.11 Analisis Statistik Penolakan Hasil Pengamatan
Kadar Campuran Sulfametoksazol dan Trimetoprim sebenarnya dalam sampel dapat diketahui dengan menggunakan uji Q test. Cara untuk melakukan
analisis terhadap data yang menyimpang adalah dengan Dixon’s Q-test yang dirumuskan sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
terendah nilai
tertinggi nilai
terdekat yang
nilai dicurigai
yang nilai
Qhitung
Jika nilai Q
hitung
lebih kecil dari nilai Q
kritis
maka hipotesis nol diterima berarti tidak ada perbedaan antara nilai yang dicurigai dengan nilai-nilai yang lain
Rohman, 2007 . Hasil pengujian atau nilai Q yang diperoleh ditinjau terhadap daftar harga
Q pada Tabel 2.1, apabila Q Q
0,99
maka data tersebut ditolak.
Tabel 3.1. Nilai Q
kritis
pada Taraf Kepercayaan 99 Banyak data
Nilai Q
kritis
4 0,926 5 0,821
6 0,740 7 0,680
8 0,634
Universitas Sumatera Utara
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Suspensi kotrimoksazol merupakan kombinasi antara sulfametoksazol dan trimetoprim dengan perbandingan 5:1, dimana kedua senyawa ini bersifat semi
polar dan mudah larut dalam alkohol sehingga penetapan kadarnya dapat dilakukan secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi KCKT dengan fase gerak
campuran air : asetonitril : trietylamin 1400 : 400 : 2 vv dengan metode isokratik.
Pada`penelitian ini prosedur penetapan kadar secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi menggunakan prosedur yang terdapat dalam USP edisi XXXI
2008 dengan kolom yang berbeda yaitu kolom yang digunakan adalah kolom Shimpac VP-ODS 4,6 mm x 25 cm dan deteksi dilakukan pada panjang
gelombang 254 nm serta sensitivitas 1,000 AUFS. Hasil uji identifikasi Sulfametoksazol BPFI dan Trimetoprim BPFI yang
dilakukan dengan Spektrofotometer IR dan KCKT diperoleh hasil sebagai berikut, dari hasil spektrum Sulfametoksazol dan Trimetoprim diperoleh bentuk spektrum
yang hampir sama dengan spektrum pembanding yang terdapat pada library dapat dilihat pada lampiran. Bilangan gelombang pada daerah sidik jari juga
hampir sama dengan bilangan gelombang yang terdapat pada literatur yaitu untuk Sulfametoksazol pada bilangan gelombang 1145, 1160, 1599, 1621, 685, 1306
cm
-1
dan untuk Trimetoprim pada bilangan gelombang 1126, 1630, 1596, 1235, 1650, 1565 cm
-1
Clarke’s, 2005. Pada daerah gugus fungsi dari spektrum Sulfametoksazol terlihat beberapa
peak, yaitu pada bilangan gelombang 3466.08 – 3377.36 cm
-1
yang menunjukkan
Universitas Sumatera Utara