menurut titik permasalahan yang dituju. Ada yang menggunakan nilai asset dan volume usaha sebagai batasan, serta ada yang menggunakan kriteria fungsi kerja.
Deperindag menggunakan batasan modal, yaitu kurang dari 25 juta rupiah adalah pengusaha kecil, sedangkan Kadin menentukan batasan pengusaha kecil
dalam beberapa jenis kegiatan dengan tolak ukur yang berbeda-beda seperti nilai peralatan, nilai modal sebagai berikut:
a. Pengusaha kecil dibidang industri adalah yang memiliki nilai mesin dan peralatan kurang dari 100 juta rupiah.
b. Pengusaha kecil di bidang perdagangan eceran adalah yang memiliki nilai persediaan dan tempat usaha kurang dari 25 juta
rupiah. Badan Pusat Statistik BPS sendiri memberikan defenisi usaha kecil dari
segi jumlah tenaga kerjanya yaitu antara 6-19 orang. Dan Depkeu mendefenisikan usaha kecil sebagai badan usaha atau perorangan yang memiliki assetaktiva
setinggi-tingginya 300 juta rupiah per tahun. Sementara itu menurut Bank Indonesia BI usaha kecil adalah sesuatu perusahaan atau perorangan yang
mempunyai total modal 600 juta rupiah, tidak termasuk rumah dan tanah yang ditempati Martono, 2002.
2.7 Bank Perkreditan Rakyat Syariah Dalam Pengembangan Usaha Kecil
Dengan diberlakukannya UU No.23 Tahun 1999, Bank Indonesia tidak diperkenankan lagi menyalurkan pembiayaan likuiditas kepada perbankan, dan
mengalihkannya kepada lembaga lain yang dirujuk oleh Pemerintah dan Bank Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
Sistem perbankan yang berdasarkan syariah Islam dalam operasionalnya selalu berbasis pada prinsip berbagi resiko dan berbagi hasil. Dimana dalam hal
ini BPR Syariah mempunyai potensi di dalam pengembangan usaha kecil yaitu: 1. BPR Syariah tidak membatasi dirinya hanya untuk bersedia
meminjamkan dananya kepada sektor usaha yang mulai mapan saja, atau kepada orang yang dapat menyediakan jaminan yang untuk
memastikan pembayaran kembali utang pokok dan bunganya saja, seperti yang berlaku pada BPR konvensional. Tetapi juga lebih
cenderung untuk membuka diri kepada pengusaha kecil sehingga pengusaha kecil tidak perlu ragu-ragu dalam hal melakukan inovasi
guna meningkatkan efektivitas dan efisiensi usahanya, karena adanya dukungan secara pasti dari pihak BPR Syariah.
2. BPR Syariah selalu menerapkan kerjasama dengan prinsip kemitraan dalam menjalin hubungan dengan para pengusaha. Pembiayaan yang
diberikan oleh BPR Syariah selalu disertai dengan pemberian konsultasi, pembinaan, dan pengawasan.
Agar dapat menjalankan fungsinya dengan baik, disamping melalui penerapan prinsip berbagi resiko dan bagi hasil secara konsisten, maka diperlukan
juga infrastruktur yang memungkinkan pihak BPR Syariah untuk dapat berhubungan lebih dekat bahkan keterlibatan bank secara langsung dengan
aktivitas usaha nasabahnya. Pola pembiayaan yang dijalankan oleh BPR Syariah mempunyai
karakteristik yang spesifik bila dibandingkan dengan BPR konvensional. Dimana pada BPR konvensional penilaian kelayakan pembiayaan hanya didasarkan pada
Universitas Sumatera Utara
bisnis semata, lain halnya dengan yang terjadi pada BPR Syariah. Dimana pada BPR Syariah penilaian kelayakan pembiayaan selain pada bisnis juga harus
mempertimbangkan dari segi Syariahnya. Dengan kata lain, bahwa usaha tersebut selain layak dibiayai dari segi bisnis juga harus layak dari segi Syariahnya.
Dalam pengembangan usaha kecil potensi BPR Syariah dalam hal ini bergantung pada beberapa faktor antara lain sebagai berikut:
a. Perkembangan dana-dana investasi mudharabah yang memiliki jangka waktu sesuai dengan siklus usaha yang dibiayai BPR Syariah.
b. Perkembangan jumlah pemilik dana yang lebih suka menanamkan dananya di bank dalam bentuk investasi dari pada menyimpannya dalam
bentuk simpanan. c. Perkembangan kualitas Sumber Daya Insani SDI, baik dikalangan para
pengelola BPR Syariah maupun para pengelola usaha. d. Perkembangan jumlah pengusaha yang hanya bersedia bersyariah.
e. Perkembangan infrastruktur, termasuk peraturan perbankan yang lebih sesuai dengan karakteristik sistem perbankan syariah.
Jadi dalam hal ini, keunggulan BPR Syariah terletak pada resiko dan bagi hasil yang melandasi sistem operasionalnya, sehingga dengan prinsip itu BPR
Syariah tidak harus terpaku hanya memberikan pembiayaan kepada usaha kecil bahkan kepada pengusaha pemula sekalipun. Dengan prinsip berbagi resiko dan
berbagi hasil, maka kala usaha mengalami kerugian akibat krisis ekonomi misalnya, maka akan terasa lebih ringan bagi perorangan dan perusahaan secara
individu sehingga usaha pemulihan ekonomi dapat menjadi lebih cepat Ahmad dan Abdul, 2008.
Universitas Sumatera Utara
2.8 Bagi HasilProfit Sharing