Metode ekstraksi Spektrofotometri Ultraviolet

24 glukosa, ramnosa, galaktosa dan gentiobiosa sehingga glikosida tersebut masing- masing disebut glukosida, ramnosida, galaktosida dan gentiobiosida. Flavonoida dapat ditemukan sebagai mono, di atau triglikosida dimana satu, dua atau tiga gugus hidroksil dalam molekul flavonoida terikat oleh gula. poliglikosida larut dalam air dan sedikit larut dalam pelarut organik seperti eter, benzen, kloroform dan aseton.

2.2.3 Glikosida

Glikosida adalah suatu senyawa yang jika dihidrolisis akan menghasilkan bagian gula yang disebut glikon dan bagian bukan gula disebut aglikon. Gula yang dihasilkan biasanya adalah glukosa, ramnosa dan lain sebagainya. Jika bagian gulanya adalah glukosa maka disebut glukosida, sedangkan jika bagian gulanya selain glukosa disebut glikosida. Menurut farnsworth 1996, pembagian glikosida berdasarkan atom yang menghubungkan bagian gula dan bagian bukan gula adalah sebagai berikut: 1. O-glikosida: jika bagian gula dan bukan gula dihubungkan oleh atom O. 2. S-glikosida: jika bagian gula dan bukan gula dihubungkan oleh atom S. 3. N- glikosida: jika bagian gula dan bukan gula dihubungkan oleh atom N. 4. C-glikosida: jika bagian gula dan bukan gula dihubungkan oleh atom C.

2.3 Metode ekstraksi

Ekstraksi adalah suatu kegiatan penelitian kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut sehingga menggunakan pelarut cair. Universitas Sumatera Utara 25 Ada beberapa cara ekstraksi menggunakan pelarut antara lain: 1. Cara dingin a. Maserasi Maserasi adalah proses pengekstraksian simplisia menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengadukan dan pendiaman pada temperatur ruangan. Sedangkan remaserasi adalah pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat pertama dan seterusnya. b. Perkolasi Perkolasi adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru sampai sempurna yang umumnya dilakukan pada temperatur ruangan, serbuk simplisia yang akan diperkolasi tidak langsung dimasukkan kedalam bejana perkolator, tetapi dibasahi atau dimaserasi terlebih dahulu dengan cairan penyari sekurang- kurangnya 3 jam. Bila serbuk simplisia tersebut langsung dialiri dengan cairan penyari, maka cairan penyari tidak dapat menembus ke seluruh sel dengan sempurna. 2. Cara panas a. Refluks Refluks adalah ekstraksi menggunakan pelarut pada temperatur titik didihnya selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingan balik. b. Sokletasi Sokletasi adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru, umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu dan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik. Universitas Sumatera Utara 26 c. Digesti Digesti adalah maserasi kinetik dengan pengadukan kontinu pada temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan kamar yaitu secara umum dilakukan pada temperatur 40-50 C. d. Infus Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur terukur 96-98 C selama waktu tertentu 15-20 menit. e. Dekok Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama ≥ 30 C dan temperatur sampai titik didih air Depkes, 2000.

2.4 Kromatografi

Kromatrografi adalah metode pemeriksaan berdasarkan proses minggrasi dari komponen-komponen senyawa diantara dua fase yaitu fase diam dan fase gerak. Fase gerak membawa zat terlarut melalui media sehingga terpisah dari zat terlarut lainnya yang terelusi lebih awal atau lebih akhir, umumnya zat terlarut dibawah melalui media pemisah oleh aliran suatu pelarut berbentuk cairan atau gas yang disebut toluena. Fase diam dapat bertindak sebagai penyerap, seperti alumina dan slika gel atau dapat bertindak melarutkan zat terlarut sehingga terjadi partisi antara fase diam dan fase gerak. Dalam proses ini suatu lapisan cairan pada penyangga yang inert berfungsi sebagai fase diam Ditjen POM, 1995. Cara-cara kromatografi dapat digolongkan sesuai dengan sifat-sifat dari fase diam, yang dapat berupa zat padat atau zat cair. Jika fase diam berupa zat padat disebut kromatografi serapan, jika berupa zat cair disebut kromatografi Universitas Sumatera Utara 27 partisi. Karena fase gerak dapat berupa zat cair atau gas maka terdapat empat macam sistem kromatografi, yaitu : 1. Fase gerak cair-fase diam dan padat kromatografi serapan : • Kromatografi lapis tipis • Kromatografi kolom 2. Fase gerak gas-fase diam padat : • Kromatografi gas padat 3. Fase gerak cair-fase diam cair kromatografi partisi : • Kromatografi kertas 4. Fase gerak gas-fase diam cair : • kromatografi gas cair Semua pemisahan dengan kromatografi tergantung pada kenyataan bahwa senyawa-senyawa yang dipisahkan terdistribusi diantara fase gerak dan fase diam dalam perbandingan yang sangat berbeda-beda dari satu senyawa terhadap senyawa yang lain Sastrohamidjojo,1991.

2.4.1 Kromatografi kertas

Kromatografi kertas merupakan kromatografi partisi dimana fase geraknya adalah air yang disokong oleh molekul-molekul selulosa dari kertas. Kertas yang digunakan adalah kertas Whatman No.1 dan kertas yang lebih tebal Whatman No. 3 biasanya untuk pemisahan campuran dalam jumlah yang lebih besar karena dapat menampung lebih banyak cuplikan Sastrohamidjojo, 1991. Fase gerak yang digunakan biasanya campuran dari suatu komponen organik yang utama air dan berbagai tambahan seperti asam-asam, basa atau pereaksi-pereaksi kompleks dengan tujuan untuk memperbesar kelarutan dari Universitas Sumatera Utara 28 beberapa senyawa atau untuk mengurangi kelarutan yang lainnya Sastrohamidjojo, 1991. Fase gerak terdiri dari satu atau beberapa pelarut dan bila diperlukan dapat menggunakan sistem pelarut multi komponen, berupa suatu campuran sederhana mungkin yang terdiri atas maksimum tiga komponen. Pada pemisahan senyawa organik selalu menggunakan pelarut campur, tujuannya untuk memperoleh polaritas yang tepat sehinga diperoleh pemisahan senyawa yang baik. Kombinasi pelarut berdasarkan atas polaritas masing-masing pelarut sehingga dengan demikian diperoleh sistem penggabung yang cocok Stahl, 1985. Jarak pengembang senyawa pada kromatogram biasanya dinyatakan dengan harga Rf Stahl, 1985. Rf = Jarak yang ditempuh oleh tiap bercak dari titik pentotolan diukur dari pusat bercak dan harga Rf berada antara 0,00–1,00. Harga Rf sangat beguna untuk mengidentifikasi suatu senyawa Eaton, 1989. Faktor-faktor yang mempengaruhi harga Rf adalah sebagai berikut: Sastrohamidjojo,1991. 1. Struktur kimia senyawa yang dipisahkan 2. Sifat penyerap 3. Tebal dan kerataan lapisan penyerap 4. Pelarut dan drajat kemurniannya 5. Drajat kejenuhan uap pengembang dalam bejana 6. Teknik percobaan 7. Jumlah cuplikan yang digunakan Jarak perambatan bercak dari titik pentotolan Jarak perambatan pelarut dari titik pentotolan Universitas Sumatera Utara 29 Menurut Sastrohamidjojo 1991, kromatografi kertas dapat dikembangkan dengan cara : 1. Menurun desendens Dilakukan dengan membiarkan fase gerak merambat turun pada kertas kromatografi, kertas digantungkan dalam bejana menggunakan batang kaca dan batang kaca lain menahan ujung atas kertas yang tercelup dalam fase gerak. Setelah bejana ditutup, fase gerak dibiarkan merambat turun pada kertas Depkes, 1979. 2. Menaik esendens Kertas digantung pada penggantung berbentuk kail yang dipasang pada penutup bejana kromatografi. Pelarut diletakkan pada bagian bawah dari bejana lalu ujung bawah kertas dicelupkan ke dalam fase gerak sehingga fase gerak merambat naik pada kertas. 3. Mendatar Kertas yang digunakan berbentuk bulat dan ditengahnya diberi lubang tempat untuk meletakkan sumbu yang terbuat dari gulungan kertas atau benag. Fase gerak akan naik membasahi kertas dan merambat melingkar memisahkan senyawa yang ditotolkan. Kromatografi kertas merupakan metode yang paling sering digunakan dalam hal analisis senyawa polar flavonoida. Untuk tujuan isolasi, hanya memerlukan sejumlah bahan yang sedikit. Komponen senyawa flavonoid umumnya mudah dipelajari dengan metode kromatografi karena sifatnya yang menghasilkan warna dari hubungan sifat kelarutannya. Adapun kelebihan kromatografi kertas yaitu senyawa flavonoida dapat menghasilkan warna alami dari berbagi komponen Universitas Sumatera Utara 30 senyawa bila dilihat dibawah sinar ultraviolet yang mudah diamati pada kertas. Kedua, tekniknya mudah dipelajari, memberikan hasil yang cepat dan memerlukan peralatan yang tidak mahal. Selain itu, metode kromatografi kertas merupakan cara terbaik untuk mengidentifikasi campuran senyawa flavonoida dengan jumlah yang sedikit Gaissman, 1962.

2.5 Spektrofotometri Ultraviolet

Spektrofotometri ultraviolet adalah suatu metode spektrofotometri serapan dengan cara mengukur serapan radiasi elektromagnetik suatu larutan pada panjang gelombang tertentu. Spktrum ultraviolet digambarkan sebagai hubungan antara panjang gelombang frekuensi serapan dengan insensitas serapan transmitansi atau absorbansi Sastrohamidjojo, 1985 Apabila suatu molekul menyerap radiasi ultraviolet, maka didalam molekul tersebut terjadi perpindahan atau tranmisi tingkat energi elektron-elektron ikatan diorbital molekul paling luar dari tingkat energi yang lebih mudah orbital ikatan π ketingkat energi yang lebih tinggi orbital anti ikatan π . Keuntungan dari serapan ultraviolet adalah selektifnya dimana gugus-gugus yang khas dapat dikenal dalam molekul-molekul yang sangat kompleks Noerdin, 1985. Serapan molekul didalam daerah ultraviolet bergantung pada struktur elektronik dari molekul, apabila suatu molekul menyerap radiasi ultraviolet didalam molekul terjadi perpindahan tingkat energi elektron-elektron ikatan pada orbital molekul paling luar dari tingkat energi yang lebih rendah ketingkat energi yang lebih tnggi Silverstein, 1986 . Universitas Sumatera Utara 31 Penggunaan pereaksi geser shift reagent dalam spektrofotometri ultraviolet untuk menganalisis struktur flavonoida Spektrofotometri UV adalah cara yang paling berguna untuk menganalisis struktur flavonoida, biasanya ditentukan dalam larutan dengan pelarut metanol atau etanol. Spektrum senyawa flavonoida terdiri atas dua pita absorbsi maksimum, yaitu pita I pada rentang 300-550 nm dan pita II pada 240- 285 nm. Pita I menunjukkan absorbsi system benzoil pada cincin A Markham, 1988. Rentang serapan maksimum spectrum UV beberapa senyawa flavonoida menurut Markham 1988 adalah : Pita II nm Pita I nm Jenis Flavonoida 250-280 250-280 250-280 245-275 275-295 230-270 230-270 270-280 310-350 330-350 350-385 310-330 300-330 340-390 380-430 465-560 Flavon Flavonol 3-OH tersubstitusi Flavonol 3-OH bebas Isoflavon Flavonon dan dihidroflavonol Khalkon Auron Antosianin Universitas Sumatera Utara 32 Spektrum serapan UV beberapa jenis golongan flavonoida menurut Markham 9818 adalah : Kedudukan gugus hidroksi fenol bebas pada inti flavonoida dapat ditentukan dengan menambahkan pereaksi geser ke dalam larutan cuplikan dan mengamati puncak serapan yang terjadi Markham, 1988. Langkah pertama yang dilakukan dalam menafsirkan spectrum yaitu menentukan jenis flavonoida dengan memperhatikan : 1. Bentuk umum spectrum dalam methanol 2. Panjang gelombang pita serapan 3. Data kromatografi kertas Universitas Sumatera Utara 33 Langkah kedua adalah memperhatikan arti perubahan spektrum yang disebabkan oleh penembahan berbagai pereaksi geser Markham, 1988. Spektrum natrium metoksida Natrium metoksida merupakan basa kuat yang dapat mengionisasi hampir semua gugus hidroksi pada inti flavonoida. Spektrum ini biasanya merupakan petunjuk sidik jari pola hidroksilasi dan juga bermanfaat untuk mendeteksi gugus hidroksi yang lebih asam dan tidak tersubstitusi. Degradasi atau pengurangan kekuatan spektrum setelah waktu tertentu merupakan petunjuk baik akan adanya gugus yang peka terhadap basa. Pereaksi pengganti natrium metoksida yang cocok ialah larutan NaOH 2 M dalam air Mabry, 1970. Spektrum AlCl 3 dan AlCl 3 HCl AlCl 3 membentuk kompleks tahan asam dengan gugus hidroksi pada C 3 atau C 5 dan keton, juga membentuk kompleks tak tahan asam dengan gugus orto- dihidroksi, sehingga dapat digunakan untuk mendeteksi kedua gugus tersebut. Spektrum AlCl 3 HCl hanya berguna untuk mendeteksi gugus hidroksi yang bertetangga dengan gugus keton, karena gugus tersebut dengan AlCl 3 akan membentuk senyawa kompleks yang tahan asam Mabry, 1970 Spektrum natrium asetat Natrium asetat hanya menyebabkan pengionan yang berarti pada gugus hidroksil flavonoida yang paling asam. Jadi natrium asetat digunakan terutama untuk mendeteksi adanya gugus 7-hidroksil bebas atau yang setara Mabry, 1970 Universitas Sumatera Utara 34 Spektrum natrium asetatasam borat Natrium asetat dan asam borat menjebatani kedua gugus hidroksi pada gugus orto-dihidroksi dan membentuk senyawa chelat, sehingga pereaksi ini dapat digunakan untuk mendeteksi adanya gugus orto-dihidroksi pada senyawa flavonoida Mabry, 1970. Universitas Sumatera Utara 35

BAB III METODE PENELITIAN

Metode yang dilakukan pada tumbuhan ini adalah metode eksperimental yang meliputipengumpulan, penyiapan sampel, identifikasi, pembuatan simplisia, pemeriksaan karakterisasi simplisia, skrining fitokimia, pembuatan ekstrak, analisis kromatografi kertas, uji kemurnian isolat dan karakterisasi isolat spektrofotometri ultraviolet menggunakan pereaksi geser shift reagent.

3.1 Alat-alat

Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah alat-alat gelas laboratorium, cawan penguap, blender National, oven listrik, Fisher scientific, neraca kasar Ohaus, neraca analitik Mettler tolede, penguap vakum putar, penangas air, eksikator, seperangkat alat penetapan kadar air, lampu UV 366 nm, bejana kromatografi dan spektrofotometer UV Shimadzu QP-5000 dan mikroskop Olympus.

3.2 Bahan-bahan

Bagian tumbuhan yang digunakan adalah daun pacar air Semua bahan- bahan kimia yang digunakan kecuali dinyatakan lain adalah berkualitas pro analisis yaitu etanol hasil destilasi, air suling, metanol, raksa II klorida, kalium iodida, natrium hidroksida, iodium, bismuth III nitrat, asam asetat glasial, besi II klorida, aluminium III klorida, asam klorida pekat, asam sulfat pekat, timbal II asetat, asam nitrat, asam asetat anhidrat, asam asetat glasial, amil alkohol, isopropanol, kloroform, benzen, n-heksana, etilasetat, natrium asetat, n-butanol, ά- naftol, serbuk magnesium, toluen, kloralhidrat, kertas saring, kertas perkamen, aluminium foil, tisu lensa dan kertas Whatman No. 3. Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Karakterisasi Simplisia Dan Skrining Fitokimia Serta Isolasi Senyawa Steroid/Triterpenoid Dari Fraksi N-Heksana Daun Gaharu (Aquilaria Malaccensis Lam.)

5 73 99

Skrining Fitokimia Dan Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Dari Tumbuhan Pacar Air (Impatiens balsamina L.) Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis DAN Pseudomonas aeruginosa

17 134 75

Skrining Fitokimia dan Isolasi Senyawa Flavonoid Dari Daun Sirih Merah (Piper porphyrophllum N.E.Br.)

3 52 146

Karakterisasi Simplisia, Skrining Fitokimia, Isolasi Dan Identifikasi Senyawa Flavonoida Dari Herba Tumbuhan Patikan Kebo (Euphorbia hirta L.)

4 62 101

Karakterisasi Simplisia Dan Isolasi Senyawa Antosianin Dari Bunga Tanaman Pacar Air (Impatiens balsamina Linn.) Berwarna Merah

15 86 87

Karakterisasi Simplisia, Skrining Fitokimia Dan Isolasi Senyawa Flavonoida Dari Daun Tanaman Ekor Naga (Rhaphidophora pinnata Schott.)

16 94 120

Karakterisasi Simplisia dan Skrining Fitokimia serta Isolasi Senyawa Flavonoid dari Fraksi Etilasetat Daun Gaharu (Aquilaria malaccencis Lamk.)

3 16 94

Karakterisasi Simplisia dan Skrining Fitokimia serta Isolasi Senyawa Flavonoid dari Fraksi Etilasetat Daun Gaharu (Aquilaria malaccencis Lamk.)

0 0 14

Karakterisasi Simplisia dan Skrining Fitokimia serta Isolasi Senyawa Flavonoid dari Fraksi Etilasetat Daun Gaharu (Aquilaria malaccencis Lamk.)

0 0 2

Karakterisasi Simplisia dan Skrining Fitokimia serta Isolasi Senyawa Flavonoid dari Fraksi Etilasetat Daun Gaharu (Aquilaria malaccencis Lamk.)

0 2 3