Perkiraan golden proportion ditulis oleh Prof. Michael Maestlin dari Universitas Tubingen pada tahun 1597. Ia memberikan tulisan ini kepada muridnya
yaitu Johannes Kepler. Sejak abad ke-20, golden proportion dilambangkan dengan l
phi, setelah phidias. Namun, dapat dikenal juga dengan tau.
27
Lombardi menjelaskan konsep golden proportion dan mengaplikasikannya dalam kedokteran gigi. Ia merupakan orang pertama yang menyarankan pemakaian
konsep ini dalam dental estetis.
7
2.3.3 Penggunaan
2.3.3.1 Golden Proportion pada Wajah
Levinson 1978, Mack 1996, dan Ricketts 1982 menyatakan bahwa bentuk wajah memiliki hubungan dengan gigi dan hal yang diperhatikan tidak hanya
lebar gigi dan bibir tetapi juga dimensi vertikal. Dokter gigi memerlukan golden proportion dalam menentukan proporsi wajah untuk mengevaluasi dimensi
vertikal.
9,28
Pengukuran dimensi vertikal oklusi menunjukkan bahwa dahi ke bagian superior hidung LN memiliki proporsi 1,62 sedangkan dari bagian superior hidung
ke jaringan lunak dagu ME memiliki proporsi 1. Semua hubungan yang melibatkan ukuran vertikal menunjukkan dimensi vertikal dari bagian terendah wajah, yaitu dari
bagian superior hidung ke jaringan lunak dagu LN ke ME, hubungan proporsi dari LN ke ME merupakan proporsi yang seimbang Gambar 10.
28
Gambar 10. Konsep golden proportion pada wajah dalam hubungan vertikal
28
Evaluasi hubungan horizontal memperlihatkan bahwa pengukuran proporsi
wajah yaitu pengukuran lebar hidung LN adalah 1, dan lebar mulut CH-CH adalah 1,62. Pengukuran dimensi vertikal dan horizontal wajah dengan konsep golden
proportion mencerminkan estetis dari wajah Gambar 11.
28
Gambar 11. Konsep golden proportion pada wajah dalam hubungan
horizontal
28
LN
ME 1,62
1
TS : 1,62
CH : 1,62 LC : 1,62
LN : 1
Dimensi vertikal menunjukkan tinggi profil wajah pasien saat rahang bawah berada pada posisi istirahat dihubungkan dengan rahang atas yang ditentukan dengan
mengangkat dan menurunkan rahang bawah dalam hubungannya dengan rahang atas. Metode objektif dalam menentukan dimensi vertikal adalah mengukur proporsi
dengan golden ruler, dengan menggunakan titik di bawah hidung dan pogonion sebagai titik referensi. Pasien diminta untuk mengangkat bibir atasnya. Bagian tengah
alat merupakan batas insisal dari insisivus sentral, yang merupakan titik referensi paling penting untuk menentukan dimensi vertikal Gambar 12.
9
Gambar 12. Pengukuran dimensi vertikal menggunakan golden ruler
9
Senyum yang menarik tidak hanya bergantung pada proporsi gigi anterior dan bibir saja. Dinding bukal premolar pertama rahang atas membatasi lebar senyum,
yang mana proporsinya sama dengan lebar mata dengan perbandingan 1,62 : 1 Gambar 13.
9
Gambar 13. Proporsi lebar senyum dan lebar mata : A. 1,62 B. 1
9
2.3.3.2 Golden Proportion pada Gigi Anterior