BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Sejarah perkembangan akuntansi, yang berkembang pesat setelah terjadi
revolusi industri, menyebabkan pelaporan akuntansi lebih banyak digunakan sebagai alat pertanggungjawaban kepada pemilik modal kaum kapitalis sehingga
mengakibatkan orientasi perusahaan lebih berpihak kepada pemilik modal. Dengan keberpihakan perusahaan kepada pemilik modal mengakibatkan
perusahaan melakukan eksploitasi sumber-sumber alam dan masyarakat sosial secara tidak terkendali sehingga mengakibatkan kerusakan lingkungan alam dan
pada akhirnya mengganggu kehidupan manusia. Kapitalisme, yang hanya berorientasi pada laba material, telah merusak keseimbangan kehidupan dengan
cara menstimulasi pengembangan potensi ekonomi yang dimiliki manusia secara berlebihan yang tidak memberi kontribusi bagi peningkatan kemakmuran mereka
tetapi justru menjadikan mereka mengalami penurunan kondisi sosial [Galtung Ikeda 1995 dan Rich 1996 dalam Chwastiak 1999].
Aktivitas perusahaan memberi dampak negatif dan positif bagi lingkungan internal perusahaan seperti karyawan dan lingkungan eksternal perusahaan seperti
investor, kreditur dan masyarakat. Aktivitas ini diungkapkan dalam laporan keuangan. Namun pengungkapan aktivitas perusahaan dalam laporan keuangan
seringkali tidak mengungkapkan aktivitas perusahaan yang memberikan dampak negatif bagi lingkungan internal dan eksternal perusahaan. Jerry, 2005: 19.
1
Di dalam akuntansi konvensional mainstream accounting, pusat perhatian yang dilayani perusahaan adalah stockholders dan bondholders sedangkan pihak
yang lain sering diabaikan. Dewasa ini tuntutan terhadap perusahaan semakin besar. Perusahaan diharapkan tidak hanya mementingkan kepentingan manajemen
dan pemilik modal investor dan kreditor tetapi juga karyawan, konsumen serta masyarakat. Perusahaan mempunyai tanggung jawab sosial terhadap pihak-pihak
di luar manajemen dan pemilik modal. Akan tetapi perusahaan kadangkala melalaikannya dengan alasan bahwa mereka tidak memberikan kontribusi
terhadap kelangsungan hidup perusahaan. Hal ini disebabkan hubungan perusahaan dengan lingkungannya bersifat non reciprocal yaitu transaksi antara
keduanya tidak menimbulkan prestasi timbal balik. Dalam akuntansi konvensional informasi dalam laporan keuangan merupakan
hasil transaksi perusahaan yang merupakan pertukaran barang dan jasa antara dua atau lebih entitas ekonomi, sedangkan pertukaran antara perusahaan dan
lingkungan sosialnya menjadi cenderung diabaikan. Hal ini mengakibatkan informasi yang diterima oleh pengguna laporan keuangan menjadi kurang
lengkap, terutama mengenai hal-hal yang berhubungan dengan tanggung jawab sosial perusahaan. Sampai saat ini belum terdapat standar atau panduan yang
berterima umum mengenai praktik akuntansi sosial, sehingga informasi yang dihasilkan antara perusahaan menjadi beragam. Di tengah ketiadaan konsensus
mengenai hal ini, informasi tambahan jelas lebih berharga dibandingkan ketiadaan informasi sama sekali.
2
Tuntutan terhadap perusahaan untuk memberikan informasi yang transparan, organisasi yang akuntabel serta tata kelola perusahaan yang semakin bagus good
corporate governance semakin memaksa perusahaan untuk memberikan informasi mengenai aktivitas sosialnya. Masyarakat membutuhkan informasi
mengenai sejauh mana perusahaan sudah melaksanakan aktivitas sosialnya sehingga hak masyarakat untuk hidup aman dan tentram, kesejahteraan karyawan,
dan keamanan mengkonsumsi makanan dapat terpenuhi. Oleh karena itu dalam
perkembangan sekarang ini akuntansi konvensional telah banyak dikritik karena tidak dapat mengakomodir kepentingan masyarakat secara luas, sehingga
kemudian muncul konsep akuntansi baru yang disebut sebagai Social Responsibility Accounting SRA atau Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial,
yang menuntut diungkapkannya informasi pertanggungjawaban sosial oleh perusahaan. Standar akuntansi keuangan di Indonesia belum mewajibkan
perusahaan untuk mengungkapkan informasi sosial terutama informasi mengenai tanggung jawab perusahaan terhadap lingkungan, akibatnya yang terjadi di dalam
praktik perusahaan hanya dengan sukarela mengungkapkannya. Perusahaan akan mempertimbangkan biaya dan manfaat yang akan diperoleh ketika mereka
memutuskan untuk mengungkapkan informasi sosial. Bila manfaat yang akan diperoleh dengan pengungkapan informasi tersebut lebih besar dibandingkan
biaya yang dikeluarkan untuk mengungkapkannya maka perusahaan akan dengan sukarela mengungkapkan informasi tersebut.
Belkaoui 1989 menemukan hasil 1 pengungkapan sosial mempunyai hubungan yang positif dengan kinerja sosial perusahaan yang berarti bahwa
3
perusahaan yang melakukan aktivitas sosial akan mengungkapkannya dalam laporan sosial, 2 ada hubungan positif antara pengungkapan sosial dengan
visibilitas politis, dimana perusahaan besar yang cenderung diawasi akan lebih banyak mengungkapkan informasi sosial dibandingkan perusahaan kecil, 3 ada
hubungan negatif antara pengungkapan sosial dengan tingkat financial leverage, hal ini berarti semakin tinggi rasio utangmodal semakin rendah pengungkapan
sosialnya karena semakin tinggi tingkat leverage maka semakin besar kemungkinan perusahaan akan melanggar perjanjian kredit. Sehingga perusahaan
harus menyajikan laba yang lebih tinggi pada saat sekarang dibandingkan laba di masa depan. Supaya perusahaan dapat menyajikan laba yang lebih tinggi, maka
perusahaan harus mengurangi biaya-biaya. Hasil ini bertentangan dengan penelitian Roberts 1992 yang menemukan hubungan positif antara kedua
variabel tersebut. Berdasarkan penelitian Hackston Milne 1996 ukuran perusahaan dan tipe
industri memiliki hubungan signifikan dengan pengungkapan informasi sosial, sebaliknya tidak ditemukan hubungan antara laba dengan pengungkapan
informasi sosial. Fitriani 2001 menemukan bahwa pengungkapan informasi sosial dipengaruhi oleh size perusahaan, status perusahaan, profitabilitas dan
KAP. Penelitian Sembiring 2005 menemukan bahwa ukuran perusahaan, profile dan ukuran dewan komisaris berpengaruh positif terhadap pengungkapan
informasi sosial perusahaan, namun tidak menemukan hubungan signifikan antara profitabilitas dan leverage dengan pengungkapan informasi sosial. Anggraini
2006 menemukan hubungan signifikan antara persentase kepemilikan
4
manajemen dengan pengungkapan informasi sosial, namun tidak berhasil membuktikan pengaruh ukuran perusahaan, leverage dan profitabilitas terhadap
kebijakan pengungkapan informasi sosial oleh perusahaan. Atas dasar penelitian-penelitian di atas, peneliti ingin mengetahui sejauh mana
perusahaan menunjukkan tanggung jawabnya terhadap kepentingan sosial dengan memberikan informasi sosial serta faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan
perusahaan untuk mengungkapkan informasi sosial di dalam laporan tahunan pada perusahaan-perusahaan manufaktur di Indonesia. Peneliti memilih jenis
perusahaan ini untuk menghindari bias yang mungkin terjadi jika perusahaan- perusahaan yang diteliti bergerak dalam bidang yang berbeda-beda, di samping itu
sektor ini memiliki jumlah perusahaan terbanyak. Maka, untuk penelitian ini ditetapkan judul: “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Informasi
Sosial dalam Laporan Tahunan pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka yang menjadi pokok masalah dalam penelitian ini diwujudkan dalam masalah penelitian seperti berikut : apakah
ukuran dewan komisaris, tingkat leverage, ukuran perusahaan dan profitabilitas memiliki pengaruh terhadap jumlah informasi sosial yang diungkapkan baik
secara simultan maupun secara parsial?
5
C. Batasan Masalah
Atas pertimbangan-pertimbangan efisiensi, minat, keterbatasan waktu dan tenaga, serta pengetahuan penulis, maka penulis melakukan beberapa batasan
konsep terhadap penelitian yang akan diteliti, yaitu: 1. periode penelitian yang diamati adalah tahun 2007,
2. penelitian ini hanya mengambil sampel dari perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta,
3. variabel independen yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah ukuran dewan komisaris, tingkat leverage, ukuran perusahaan dan profitabilitas.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ukuran dewan komisaris, tingkat leverage, ukuran perusahaan, dan tingkat profitabilitas
perusahaan berpengaruh terhadap jumlah informasi sosial yang diungkapkan baik secara simultan maupun secara parsial.
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi penulis, perusahaan serta peneliti selanjutnya.
1. Bagi penulis, sebagai bahan masukan apabila dimintai pendapat mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan informasi sosial dalam
laporan tahunan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta.
6
2. Bagi perusahaan, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan
pengungkapan informasi sosial dalam laporan tahunan. 3. Bagi peneliti selanjutnya, sebagai bahan masukan untuk menyempurnakan
penelitian selanjutnya yang sejenis.
7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA