2.2 Ekstraksi
Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Senyawa
aktif yang terdapat dalam berbagai simplisia dapat digolongkan ke dalam golongan minyak atsiri, alkaloid, flavonoid, dan lain-lain. Simplisia yang lunak
seperti rimpang dan daun mudah diserap oleh pelarut sehingga pada proses ekstraksi tidak perlu diserbuk sampai halus. Simplisia yang keras seperti biji, kulit
kayu dan kulit akar susah diserap oleh pelarut maka perlu diserbuk sampai halus Direktorat Jendral POM, 2000: Departemen Kesehatan, 1979.
Ada beberapa metode ekstraksi yang sering digunakan antara lain yaitu: 1.
Maserasi Maserasi berasal dari kata “macerare” artinya melunakkan. Maserat adalah
hasil penarikan simplisia dengan cara maserasi. Maserasi adalah cara penarikan simplisia dengan merendam simplisia tersebut dalam cairan penyari Syamsuni,
2006. Dengan kata lain adalah proses pengekstrakan dengan menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur
ruangan. Remaserasi pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat pertama dan seterusnya Direktorat Jendral POM, 2000;
Departemen Kesehatan, 1979. 2.
Perkolasi Perkolasi berasal dari kata “percolare” yang artinya penetesan Voigt,
1995. Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna yang umumnya dilakukan pada temperatur ruangan. Serbuk simplisia
yang akan diperkolasi tidak langsung dimasukkan kedalam bejana perkolator,
Universitas Sumatera Utara
tetapi dibasahi atau dimaserasi terlebih dahulu dengan cairan penyari sekurang- kurangnya selama 3 jam. Departemen Kesehatan, 1979; Direktorat Jendral POM,
2000.
2.3 Gel
Gel suatu sediaan semipadat yang jernih, tembus cahaya dan mengandung zat aktif yang merupakan dispersi koloid mempunyai kekuatan yang disebabkan
oleh jaringan yang saling berikatan pada fase terdispersi Ansel, 1989; Aulton, 2007. Secara luas sediaan gel banyak digunakan pada produk obat-obatan,
kosmetik dan makanan juga pada beberapa proses industri Herdiana, 2007. Gel dibuat dengan proses peleburan atau diperlukan suatu prosedur khusus
berkenaan dengan sifat mengembang dari gel Lachman., dkk, 1994. Jika masa gel terdiri dari kelompok-kelompok partikel kecil yang berbeda, maka gel ini
dikelompokkan dalam sistem dua fase. Makromolekul pada sediaan gel disebarkan keseluruh cairan sampai tidak terlihat ada batas diantaranya, disebut
dengan gel satu fase. Ansel, 1989. Polimer-polimer yang biasa digunakan untuk membuat gel meliputi gom alam, tragakan, pektin, karagen, agar, asam alginat,
serta bahan-bahan sintetis dan semisintetis seperti metil selulosa, hidroksietilselulosa, karboksimetilselulosa, dan karbopol Aulton, 2007.
Dasar gel yang umum digunakan adalah gel hidrofobik dan gel hidrofilik. 1. Dasar gel hidrofobik
Dasar gel hidrofobik umumnya terdiri dari partikel-partikel anorganik, bila ditambahkan ke dalam fase pendispersi, hanya sedikit sekali interaksi antara
kedua fase. Berbeda dengan bahan hidrofilik, bahan hidrofobik tidak secara
Universitas Sumatera Utara
spontan menyebar, tetapi harus dirangsang dengan prosedur yang khusus Ansel, 1989; Aulton, 2007.
2. Dasar gel hidrofilik Dasar gel hidrofilik umumnya terdiri dari molekul-molekul organik yang
besar dan dapat dilarutkan atau disatukan dengan molekul dari fase pendispersi. Umumnya daya tarik menarik pada pelarut dari bahan-bahan hidrofilik kebalikan
dari tidak adanya daya tarik menarik dari bahan hidrofobik. Sistem koloid hidrofilik biasanya lebih mudah untuk dibuat dan memiliki stabilitas yang lebih
besar Ansel, 1989; Aulton, 2007. Gel hidrofilik umummnya mengandung komponen bahan pengembang, air, humektan dan bahan pengawet Voigt, 1995.
Keuntungan sediaan gel :
Beberapa keuntungan sediaan gel Voigt, 1995 adalah sebagai berikut: 1.
kemampuan penyebarannya baik pada kulit 2.
efek dingin, yang dijelaskan melalui penguapan lambat dari kulit 3.
tidak ada penghambatan fungsi rambut secara fisiologis 4.
kemudahan pencuciannya dengan air yang baik 5.
pelepasan obatnya baik Tingginya kandungan air dalam sediaan gel dapat menyebabkan terjadinya
kontaminasi mikrobial, yang secara efektif dapat dihindari dengan penambahan bahan pengawet. Upaya stabilisasi dari segi mikrobial di samping penggunaan
bahan-bahan pengawet seperti dalam balsam, khususnya untuk basis ini sangat cocok pemakaian metil dan propil paraben yang umumnya disatukan dalam
bentuk larutan pengawet. Upaya lain yang diperlukan adalah perlindungan
Universitas Sumatera Utara
terhadap penguapan yaitu untuk menghindari masalah pengeringan Voigt, 1995; Aulton, 2007.
2.3.1 Hidroksi propil metil selulose HPMC
HPMC merupakan turunan metilselulosa yang memiliki ciri-ciri serbuk atau butiran putih, tidak memiliki bau dan rasa. Sangat sukar larut dalam eter,
etanol atau aseton, mudah larut dalam air panas dan segera menggumpal membentuk koloid. HPMC sebagai pengemulsi, pensuspensi dan sebagai
penstabil pada sediaan topikal seperti gel dan salep mampu menjaga penguapan air sehingga secara luas banyak digunakan dalam aplikasi produk kosmetik dan
aplikasi lainnya.. Rowe., dkk, 2005; Reynold, 1989. Rumus bangun HPMC dapat dilihat pada Gambar 2.1.
Gambar 2.1 Rumus bangun HPMC 2.3.2 Propilen glikol
Propilen glikol adalah cairan kental, jernih, tidak berwarna, tidak berbau, rasa agak manis. Dapat bercampur dengan air, etanol, kloroform dan minyak
lemak Departemen Kesehatan, 1979. Propilen glikol telah banyak digunakan sebagai pelarut dan pengawet dalam berbagai formulasi parental non parental.
Propilen glikol secara umum merupakan pelarut yang lebih baik dari gliserin dan dapat melarutkan berbagai bahan seperti kortikosteroid, obat-obatan sulfa,
Universitas Sumatera Utara
barbiturat, vitamin A dan D, alkaloid dan banyak anastetik lokal Rowe., dkk, 2005; Reynold,1989. Rumus bangun propilen glikol dapat dilihat pada Gambar
2.2.
Gambar 2.2 Rumus bangun propilen glikol 2.3.3 Metil paraben
Metil paraben memiliki ciri-ciri serbuk hablur halus, berwarna putih, hampir tidak berbau dan tidak mempunyai rasa kemudian agak membakar diikiuti
rasa tebal Departemen Kesehatan, 1979; Rowe., dkk, 2005. Metil paraben banyak digunakan sebagai pengawet dan antimikroba dalam
kosmetik, produk makanan dan formulasi farmasi, digunakan baik sendiri atau dalam kombinasi dengan paraben lain atau antimikroba lain. Pada kosmetik, metil
paraben adalah pengawet antimikroba yang paling sering digunakan. Kemampuan pengawet metil paraben ditingkatkan dengan penambahan propilen glikol Soni,
2002. Rumus bangun metil paraben dapat dilihat pada Gambar 2.3.
Gambar 2.3 Rumus bangun metil paraben
Universitas Sumatera Utara
2.3.4 Propil paraben
Propil paraben merupakan serbuk kristalin putih, tidak berbau, dan tidak berasa serta berfungsi sebagai pengawet Steinberg, 2005. Konsentrasi propil
paraben yang digunakan pada sediaan topikal adalah 0,01-0,6 . Propil paraben efektif sebagai pengawet pada rentang pH 4-8, peningkatan pH dapat
menyebabkan penurunan aktivitas antimikrobanya. Propil paraben sangat larut dalam aseton dan etanol, larut dalam 250 bagian gliserin dan sukar larut di dalam
air. Wade, 1994; Reynold, 1989. Rumus bangun propil paraben dapat dilihat pada Gambar 2.4.
Gambar 2.4 Rumus bangun propil paraben
2.4. Kulit
Kulit adalah suatu organ pembungkus seluruh permukaan luar tubuh. Seluruh kulit beratnya sekitar 16 berat tubuh, pada orang dewasa sekitar 2,7-3,6
kg dan luasnya sekitar 1,5- 1,9 meter persegi. Tebalnya kulit bervariasi mulai 0,5 mm sampai 6 mm tergantung dari letak, umur dan jenis kelamin Perdanakusuma,
2007; Handoko, 2010. Fungsi utama kulit adalah sebagai pelindung, terdiri atas 650 kelenjar
keringat, 20 pembuluh darah, 60.000 melanosit dan ribuan ujung saraf tepi. Kulit memiliki bagian pelengkap seperti rambut, kuku, dan kelenjar keringatsebasea.
Universitas Sumatera Utara
Kulit atau skin terdiri atas dua lapisan utama yaitu epidermis dan dermis. Beberapa referensi lainnya menyebutkan bahwa hipodermis menjadi bagian dari
kulit sehingga kulit terdiri atas tiga lapisan, yaitu epidermis, dermis, dan hipodermis subkutis Arisanty, 2013; Wasitaatmadja, 2010. Sruktur kulit dapat
dilihat pada Gambar 2.5.
Gambar 2.5 Struktur kulit 2.4.1 Epidermis
Epidermis adalah lapisan paling luar dan paling tipis dari kulit. Epidermis tidak memiliki pembuluh darah dan sistem persarafan. Epidermis diperbaharui
setiap 28 hari untuk migrasi ke permukaan, hal ini tergantung letak dan usia. Tebal epidermis berbeda-beda pada berbagai tempat di tubuh, paling tebal pada
telapak tangan dan kaki. Ketebalan epidermis hanya sekitar 5 dari seluruh ketebalan kulit. Terjadi regenerasi setiap 4-6 minggu. Arisanty, 2013;
Wasitaatmadja, 2010.
Universitas Sumatera Utara
Fungsi epidermis antara lain proteksi barier, organisasi sel, sintesis vitamin D dan sitokin, pembelahan dan mobilisasi sel, pigmentasi melanosit dan
pengenalan alergen Perdanakusuma, 2007. Berikut ini adalah lapisan epidermis menurut Berger 2007, yaitu:
1. Stratum germinativum atau disebut stratum basale adalah lapisan paling dalam
dari epidermis yang mulai melakukan pembelahan sel mitosis pada regenerasi sel keratinosit epidermis.
2. Stratum spinosum merupakan hasil pembelahan sel yang berikatan dan
melakukan migrasi sel ke arah atas. 3.
Stratum granulosum mengandung sel granular dan keratin. Pada lapisan ini, sel berinti mulai mati dan terus terdorong ke atas.
4. Stratum lusidum hanya ditemukan di telapak tangan dan telapak kaki. Pada
lapisan ini terdapat sel mati yang tidak memiliki inti. 5. Stratum korneum adalah lapisan paling atas memiliki sel keratin mati, tipis,
tidak berinti, dan berfungsi sebagai waterproof anti air.
2.4.2 Dermis
Dermis adalah lapisan kedua dari kulit yang merupakan jaringan ikat, memiliki banyak pembuluh darah, sistem persarafan dan kelenjar tubuh. Dermis
terdiri dari dua lapisan: a.
Lapisan papiler: tipis mengandung jaringan ikat jarang. b.
Lapisan retikuler: tebal terdiri dari jaringan ikat padat. Dermis terdiri atas jaringan ikat, protein kolagen dan elastin, fibroblas,
sistem imun makrofag, sel mast, limfosit, dan sistem saraf. Lapisan ini tebal pada paha, tangan dan kaki Arisanty, 2013. Dermis juga mengandung beberapa
Universitas Sumatera Utara
derivat epidermis yaitu folikel rambut dan kelenjar keringat. Fungsi dermis adalah sebagai struktur penunjang, mechanical strength, suplai nutrisi, menahan shearing
forces dan respon inflamasi Perdanakusuma, 2007; Hunter, 2003.
2.4.3 Hipodermis
Hipodermis atau lapisan subkutan adalah lapisan paling tebal dari kulit, terdiri atas jaringan lemak paling besar, jaringan ikat, fibroblast dan pembuluh
darah. Hipodermis memiliki fungsi sebagai penyimpan lemak, kontrol temperatur, penyangga organ di sekitarnya dan menunjang suplai darah ke dermis untuk
regenerasi. Hipodermis tebal pada gluteus, abdomen dan mammae
Boyle, 2009; Handoko, 2010.
Hipodermis bukan merupakan bagian dari kulit, tetapi batasnya tidak jelas yang letaknya di bawah dermis
Arisanty, 2013
2.5 Luka
Luka merupakan suatu gangguan normal lepasnya integritas epitel kulit
diikuti oleh gangguan struktur dari anatomi dan fungsinya Yuliani, 2012.
Menurut Baroroh 2011 berdasarkan kedalaman dan luasnya luka dapat dibagi
menjadi 4 jenis, yaitu:
a. Stadium I, luka superfisial Non-Blanching Erithema : yaitu luka yang
terjadi pada lapisan epidermis kulit. b.
Stadium II, luka partial thickness: yaitu hilangnya lapisan kulit pada lapisan epidermis dan bagian atas dari dermis.
c. Stadium III, luka full thickness: yaitu hilangnya kulit keseluruhan meliputi
kerusakan jaringan subkutan yang dapat meluas sampai bawah tetapi tidak melewati jaringan yang mendasarinya. Lukanya sampai pada lapisan
epidermis, dermis dan fasia tetapi tidak mengenai otot.
Universitas Sumatera Utara
d. Stadium IV, luka full thickness: yang telah mencapai lapisan otot, tendon dan
tulang dengan adanya destruksikerusakan yang luas Penyembuhan luka adalah proses penggantian dan perbaikan fungsi
jaringan yang rusak Boyle, 2009. Proses penyembuhan luka dibagi menjadi tiga fase penyembuhan luka, yaitu fase inflamasi, fase proliferasi dan fase remodeling
Arisanty, 2013. Pada fase inflamatori atau fase satu, fase ini ditandai dengan adanya
eritrema, hangat pada kulit, udema dan rasa sakit yang berlangsung sampai hari ke-3 atau hari ke-4 setelah luka dan peningkatan aliran darah ke daerah luka.
Bersamaan dengan aliran darah, terjadi juga aliran fibrin untuk menutup pembuluh darah yang luka dan melindungi adanya infeksi bakteri. Pada fase ini
juga terjadi pengerahan sel darah putih, monosit, dan makrofag yang berfungsi untuk memakan mikroorganisme dan sisa sel-sel yang mati Dewi, dkk., 2013;
Barankin, 2006. Fase berikutnya adalah fase proliperasi perlekatan. Fase ini umumnya
berlangsung pada hari ke-5 sampai ke-20. Pada fase ini fibroblas membentuk kolagen dan jaringan ikat. Di sini juga terjadi pembentukan kapiler baru yang
dimulai saat terjadi peradangan Dewi, dkk., 2013. Proses ini sangat penting, karena tidak ada jaringan baru yang dapat dibentuk tanpa suplai oksigen dan
nutrient yang dibawa oleh pembuluh darah yang baru Boyle, 2009. Proses ini menandakan terjadinya kesembuhan yang dimulai dari adanya pertumbuhan
kapiler dan pertumbuhan jaringan granula yang dimulai dari dasar luka. Proses granulasi berjalan seiring dengan proses reepitelisasi. Sampai pada tahap akhir
proses ini akan terjadi proses epitelisasi pada permukaan luka. Luka akan
Universitas Sumatera Utara
berkembang menjadi keropeng yang terdiri dari plasma yang bercampur dengan sel-sel mati Dewi, dkk., 2013; Hunter, 2003.
Fase selanjutnya adalah fase pematangan atau fase diferensiasi atau fase remodeling yang dapat berlangsung di atas 21 hari sampai lebih dari 2 bulan
bahkan beberapa tahun setelah luka. Pada fase ini terjadi ikatan kolagen yang mengawetkan jaringan bekas luka dan proses epitelisasi yang melapisi kulit
Dewi, dkk., 2013; Morison, 2003. Pada fase ini kolagen bekerja lebih teratur dan lebih memiliki fungsi sebagai penguat ikatan sel kulit baru, kulit masih rentan
terhadap gesekan dan tekanan sehingga memerlukan perlindungan Arisanty, 2013.
2.6 Pemberian Obat Melalui Kulit