Pada Masa Penjajahan Sejarah PerusahaanInstansi

Florence Tarigan : Sistem Pelayanan Pada PT. Angkasa Pura II Bandara Polonia Medan, 2009. USU Repository © 2009

BAB III GAMBARAN UMUM PT. ANGKASA PURA II BANDARA

POLONIA MEDAN

3.1 Sejarah PerusahaanInstansi

Bandar Udara Polonia Medan dikelola oleh Perusahaan Umum Angkasa Pura II yang sebelumnya dikelola Bandar Udara Polonia di bawah naungan PT.Persero Angkasa Pura I. Perusahaan Angkasa Pura merupakan salah satu perusahaan BUMN Badan Usaha Milik Negara yang didirikan berdasarkan Peraturan Pemerintah PP Nomor.33 tanggal 15 November 1962 dengan nama Perusahaan Negara Angkasa Pura “Kemayoran”. Secara rinci penjelasan sejarah Bandara Udara Polonia Medan dibagi dalam 3 tiga masa yakni :

3.1.1 Pada Masa Penjajahan

Pada awalnya Bandar Udara Polonia dibangun tahun 1872 oleh Baron Misxhalsky, seorang bangsa Polandia yang mendapat konsensi dari Pemerintah Hindia Belanda untuk membuka perkebunan tembakau di bagian Sumatera Timur Medan. Kemudian beliau menamakan daerah konsesinya dengan nama “Polonia’’ nama negeri kelahirannya. Florence Tarigan : Sistem Pelayanan Pada PT. Angkasa Pura II Bandara Polonia Medan, 2009. USU Repository © 2009 Pada tahun 1879, karena satu dan lain hal, konsesi atas tanah perkebunan berpindah tangan ke Deli Maattschappij DELI MIJ. Pada tahun itu terdengar kabar bahwa pionir penerbang bangsa Belanda yaitu Mr. Van Der Hindia akan menerbangkan pesawat kecilnya “Fokker”, dari Eropa ke wilayah Hindia Belanda dalam waktu 20 jam terbang, maka DELI MIJ yang memegang konsesi atas tanah itu menyediakan sebidang tanah untuk diserahkan sebagai lapangan terbang pertama di kota Medan. Setelah berita pertama tentang kedatangan pesawat udara tidak terdengar lagi, pada tahun 1924 rencana kedatangan pesawat udara kembali terdengar. Mengingat singkatnya waktu akhirnya persipan untuk lapangan terbang tidak dapat dikejar, akhirnya pesawat mendarat di lapangan pacuan kuda yakni “Deli Renvereeniging”. Pesawat Fokker tersebut mendarat di Medan dan disambut oleh Sultan Sulaiman Syariful Alamsyah seorang sultan dari kesultanan Serdang beserta seluruh rakyatnya yang menyambut dengan gembira. Kemudian Sultan Sulaiman Syariful Alamsyah dijamu sebagai orang pertama yang menaiki pesawat itu untuk melihat-lihat kota Medan dari Udara. Setelah pesawat yang pertama kali datang di kota Medan tersebut mendarat, maka Asisten Residen Sumatera Timur yakni Mr. C.S. Van Kepen mendesak pemerintah Hindia Belanda yang selalu menunda-nunda apalagi setelah adanya nasehat dari pucuk pimpinan Bala Tentara Hindia Belanda KNIL untuk membangun satu lapangan terbang guna keperluan sipil maupun militer yang biayanya paling sedikit F1. 70.000 Gulden. Oleh karena Florence Tarigan : Sistem Pelayanan Pada PT. Angkasa Pura II Bandara Polonia Medan, 2009. USU Repository © 2009 tidak ada kabar persetujuan dan juga tidak ada jalan keluarnya, maka tanah yang diperuntukkan bagi pembangunan lapangan akhirnya dikembalikan kepada DELI MIJ. Tahun 1927, Persatuan perkebunan-perkebunan Sumatera Timur A1 Gemeene Vereeniging Rubber Planters Oostkust Van Sumatera – AVROS dan organisasi Perkebunan Deli Deli Planters Vereeniging – DVP, yang merupakan golongan-golongan kuat kapitalis asing secara kolektif terus menerus mendesak pemerintah pusat agar membuka beberapa lapangan terbang sehingga dalam waktu yang singkat perhubungan udara yang teratur dapat terlaksana. Dalam musyawarah antara Pemerintah Pusat dengan Panglima Angkatan Udara KNIL di Bandung terjadi kesepakatan dan dukungan untuk membangun di beberapa daerah. Hal ini dapat dilihat dengan adanya surat Afd VII-A dari Kepala Staf Bala Tentara Di Raja Hindia Belanda dari markas besarnya di Bandung. Tanggal 19 Januari 1927, Markas Besar Bala Tentara Diraja Hindia Belanda mengeluarkan surat No. 178 yang isinya berupa : Pembentukan Panitia Komisi yang mengadakan penyelidikan- penyelidikan. Komisi ini dinamakan sebagai komisi Kuferwalrafen. Tugas dari komisi ini antara lain adalah untuk mempersiapkan pembukaan suatu jaringan perhubungan udara ke Kota Raja Banda Aceh. Jaringan Florence Tarigan : Sistem Pelayanan Pada PT. Angkasa Pura II Bandara Polonia Medan, 2009. USU Repository © 2009 perhubungan udara disiapkan guna keperluan sipil maupun militer. Tanggal 12 April 1927, Direktur perusahaan-perusahaan Negara melalui telegram No. 33705TAS, mengabarkan kepada Gemeente Kota Raja Medan, bahwa Perusahaan Penerbangan KNILM Koninklijke Nederlandsch-Indische Luchtvaart Maatschappij ialah maskapai penerbangan Hindia Belanda yakni anak Perusahaan Penerbangan KLM Koninklijke Luchtvaart Maatschappij Belanda, akan menerbangkan 4 pesawat terbang untuk hubungan dengan Hindia Belanda melalui kota Medan, rencana kedatangan adalah pada akhir bulan Juni. Tanggal 6 Juni 1927, Direktur Departemen Perusahaan-perusahaan Negara meminta kesediaan pihak “Deli Renveteeniging” untuk menyerahkan tanah mereka yang terletak di Polonia untuk dijadikandigunakan sebagai lapangan terbang di Medan. Tanggal 27 Juni 1927, Direktur Perusahaan-perusahaan Negara mengirimkam telegram, yang mengatakan bahwa karena kesulitan teknis, pesawat terbang pertama baru akan datang di Medan pada bulan September 1927. Untuk persiapan akhir dan pemeriksaan lapangan terbang maka kepala Biro penerbangan yaitu Mr. WL. Groeneveld Meyer dan Mr. H. Nieuwen Huis dari KNILM diutus datang ke Medan guna persiapan lapangan terbang, maka AVROS bersedia memberikan tanah konsesinya untuk dipergunakan oleh pemerintah dalam hal ini Militer Belanda dimana statusnya akan ditentukan pada tahun 1930. Pihak Gemeente Medan mengeluarkan andilnya untuk membantu biaya-biaya Florence Tarigan : Sistem Pelayanan Pada PT. Angkasa Pura II Bandara Polonia Medan, 2009. USU Repository © 2009 penyempurnaan lapangan terbang tersebut, sehingga ongkos pemeliharaan menjadi murah. Setelah segala sesuatunya dipersiapkan dan dari pihak pekerjaan umum sudah mengadakan inspeksi tentang rumput dan status pengeringan air, maka dibuatlah lapangan terbang. Tanggal 31 Juni 1957, DR. WL. Groeneveld Meyer kepala biro penerbangan dari departemen perusahaan-perusahaan Negara dan Mr.H. Nieuwenhuis mengadakan inspeksi di lapangan tersebut dan melihat bahwa lapangan tersebut sangat baik untuk digunakan sebagai lapangan udara, namun tempat dimana landasan akan dibuat harus diperkeras lagi. Biaya yang diperlukan adalah sebesar FL.13.500 Gulden, dan pihak Gemeente Medan menanggung biaya sebesar FL.3500 Gulden.

3.1.2 Pada Masa Kemerdekaan