usia pernikahan dan tujuan reproduksi fertility intention Laguna, Po, Perez, 2000.
1. Usia Wanita
Kemampuan reproduksi wanita sangat bergantung pada faktor usia. Masa reproduksi wanita dibagi dalam tiga periode, yakni kurun reproduksi muda 15-19
tahun, kurun reproduksi sehat 20-35 tahun, dan kurun reproduksi tua 36-45 tahun. Pembagian ini didasarkan atas data epidemiologi bahwa risiko kehamilan
dan persalinan lebih tinggi pada usia kurang dari 20 tahun, paling rendah pada usia 20-35 tahun dan meningkat lagi secara tajam setelah lebih dari 35 tahun.
Jenis kontrasepsi yang digunakan sebaiknya disesuaikan dengan tahap masa reproduksi tersebut Siswosudarmo, 2001. Perbedaan fungsi faaliah, komposisi
biokimiawi, dan sistem hormonal pada suatu periode umur menyebabkan perbedaan pada kontrasepsi yang dibutuhkan.
Penggunaan metode modern lebih populer di kalangan wanita muda Qazi et al, 2009. Sebuah penelitian menunjukkan wanita berusia 30-39 tahun dan 40-49
tahun secara signifikan lebih jarang menggunakan metode modern daripada wanita yang berusia antara 15-29 tahun Rahayu, Utomo, McDonald, 2009.
Metode jangka panjang lebih dominan digunakan wanita yang lebih berusia relatif tua di atas 30 tahun, sementara metode jangka pendek cenderung digunakan oleh
wanita yang berusia lebih muda di bawah 30 tahun Rahayu, Utomo, McDonald, 2009; Wang, 2010.
Universitas Sumatera Utara
2. Jumlah Anak Hidup
Setiap anak memiliki nilai, maksudnya setiap anak merupakan cerminan harapan serta keinginan orang tua yang menjadi pedoman dari pola pikir, sikap
maupun perilaku dari orang tua tersebut Tedjo, 2009. Dengan demikian, setiap anak yang dimiliki oeh pasangan suami istri akan memberi pertimbangan tentang
apakah mereka ingin memiliki anak dan jika ingin, berapa jumlah yang diinginkan Tedjo, 2009.
Arnold et al. 1975 menyebutkan nilai anak sebagai nilai keseluruhan dari seorang anak yang terdiri dari nilai positif dan nilai negatif. Nilai positif
merupakan kepuasan atau kegunaan yang dirasakan orang tua, sementara itu nilai negatif merupakan biaya atau beban yang ditimbulkan oleh keberadaan seorang
anak. Manfaatkepuasan dan biayabeban tersebut tidak semata-mata aspek finansial monetary, tetapi juga aspek psikologis dan sosial.
Persepsi orang tua terhadap nilai anak berpengaruh terhadap jumlah anak yang diinginkan demand for children. Bulatao dan Lee 1983 dan Shapiro
1997 menemukan hubungan positif antara nilai anak dan jumlah anak yang diinginkan. Ketika anak dipersepsikan memiliki kegunaan dan manfaat yang besar
maka orang tua menginginkan jumlah anak yang lebih banyak. Sementara itu, ketika orang tua berpersepsi bahwa biaya atau beban karena memiliki anak lebih
besar, maka orang tua menginginkan anak yang lebih sedikit Shapiro, 1997. Walaupun demikian, ada faktor lain, seperti pendapatan, latar belakang sosial dan
budaya, modernisasi, serta kebijakan pemerintah yang secara langsung ataupun
Universitas Sumatera Utara
tidak langsung berpengaruh terhadap jumlah anak yang diinginkan Hartoyo, Latifah Mulyani, 2011.
Jumlah anak yang masih hidup erat kaitannya dengan tingkat kesejahteraan. Keluarga dengan tingkat kesejahteraan tinggi, umumnya lebih mementingkan
kualitas anak daripada kuantitas anak. Sementara itu pada keluarga miskin, anak dianggap memiliki nilai ekonomi. Umumnya, keluarga miskin lebih banyak
mempunyai anak dibandingkan dengan keluarga dengan tingkat ekonomi menengah ke atas. Hal ini disebabkan karena pada umumnya keluarga miskin
mempunyai tingkat pendidikan rendah atau menikah pada usia muda sehingga memiliki banyak anak Nasution, 2011.
Jumlah anak hidup mempengaruhi pasangan usia subur dalam menentukan metode kontrasepsi yang akan digunakan. Pada pasangan dengan jumlah anak
hidup masih sedikit, terdapat kecenderungan untuk menggunakan metode kontrasepsi dengan efektivitas rendah, sedangkan pada pasangan dengan jumlah
anak hidup banyak, terdapat kecenderungan menggunakan metode kontrasepsi dengan efektivitas tinggi WHO, 2006; Alemaheyu, Belachew, Tilahun, 2012.
Wanita nulipara lebih cenderung menggunakan metode kontrasepsi tradisional Lyons-Amos, Durrant, Padmadas, 2011. Di antara pilihan metode kontrasepsi
modern dan tradisional, terdapat hubungan yang positif antara paritas dan komposisi jenis kelamin anak terhadap penggunaan metode kontrasepsi modern
saja Jayaraman, Mishra, Arnold, 2008. Makin banyak jumlah anak hidup yang dimiliki oleh pasangan, makin besar kecenderungan penggunaan metode
kontrasepsi jangka panjang Wang, 2010; Nasution, 2011.
Universitas Sumatera Utara
3. Komposisi Jenis Kelamin Anak