3 Decision Support System DSS, suatu sistem informasi yang membantu
mengidentifikasi pengambilan keputusan yang mungkin atau menyediakan informasi untuk membantu pengambilan keputusan manajemen.
4 Executive Information System EIS, suatu sistem informasi yang mendukung
perencanaan dan kebutuhan penilaian dari manajer eksekutif. 5
Expert System ES, suatu sistem informasi yang menangkap keahlian dari para pekerja dan kemudian menirukan keahlian tersebut untuk dimanfaatkan
oleh orang yang tidak ahli. 6
Communication and Collaburation System, suatu sistem informasi yang memberikan peluang komunikasi yang lebih efektif antara para pekerja, mitra,
pelanggan, dan para penyalur untuk meningkatkan kemampuan untuk bekerja sama.
7 Office Automation System, suatu sistem informasi yang mendukung cakupan
luas dari aktifitas kantor yang disediakan untuk meningkatkan alur kerja work flow antara para pekerja dan membantu karyawan membuat dan membagi
dokumen yang dapat mendukung aktifitas kantor sehari-hari.
2.2 Pendidikan dan Akademik
2.2.1 Pendidikan
Pendidikan sering diartikan bermacam-macam. Dalam kehidupan sehari- hari kata pendidikan diartikan dengan lembaga pendidikan dan adakalanya
diartikan dengan hasil pendidikan. Menurut Levengeld, pandidikan adalah mempengaruhi anak dalam upaya membimbingnya agar menjadi dewasa. Usaha
membimbing haruslah usaha yang disadari dan dilaksankan dengan sengaja. Oleh
karena itu pendidikan hanya terdapat dalam pergaulan yang disengaja antara orang dewasa dengan anak yang diarahkan kepada tujuan pendidikan. Sedangkan
Hoogveld berpendapat bahwa pendidikan ialah membantu anak supaya ia cukup cakap menyelenggarakan tugas hidupnya atas tanggung jawabnya sendiri.
Menurut Ki Hajar Dewantara, mendidik ialah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota
masyarakat dapta mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tinggnya. Berdasarkan pernyataan yang didisimpulkan para ahli tersebut maka dapat
disimpulkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dari orang dewasa untuk membantu atau membimbing pertumbuhan dan perkembangan anak peserta didik
secara teratur dan sistematis kearah kedewasaan Sabri, 2005.
2.2.2 Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan di Indonesia dalam arti rumusan tentang bentuk manusia Indonesia yang akan dicapai oleh semua kegiatan pendidikan di
Indonesia sejak tahun 1950 hingga sekarang mengalami beberapa perubahan sebagai berikut:
1. Rumusan tujuan pendidikan menurut Undang-undang Pendidikan dan Pengajaran Nomor 4 Tahun 1950 yang kemudian diubah menjadi UU Nomor
12 Tahu n 1954, yang tercantum dalam Bab II Pasal 3 berbunyi, “Tujuan
pendidikan dan pengajaran ialah membentuk manusia susila yang cakap dan warga negara yang demokratis serta bertanggung-jawab tentang kesejahteraan
mesyarakat dan tanah air”.
2. Rumusan tujuan pendidikan menurut ketetapan MPRS Nomor II Tahun 1960, yang berbunyi: “Tujuan pendidikan ialah mendidik anak ke arah terbentuknya
manusia yang berjiwa Pancasila dan bertanggung jawab atas terselenggaranya masyarakat sosialis Indonesia yang adil dan makmur mater
iil dan spirituil”. 3. Rumusan Induk Sistem Sistem Pendidikan Nasional pada Tahun 1965 yaitu,
tujuan pendidikan yang harus diicapai oleh sekolah yang diselenggarakan oleh pemerintah maupaun swasta dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi
melahirkan warga negara sosialis Indonesia, adil dan makmur baik spirituil maupun materiil dan yang berjiwa Pancasila”.
4. Rumusan tujuan pendidikan menurut Ketetapan MPR Nomor IV Tahun 1978, berbunyi: “Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan bertujuan untuk
meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan, keterampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian, dan
mempertebal semangat kebangsaan agar dapat menumbuhkan manusia- manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-
s ama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa”.
5. Rumusan tujuan pendidikan menurut Ketetapan MPR Nomor II Tahun 1993, yang berbunyi: “Pendidikan nasional bertujuan untuk meningkatkan kualitas
manusia Indonesia, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian mandiri, maju,
tangguh, cerdas, kreatif, trampil, berdisiplin, beretos kerja, profesional, bertanggung jawab dan produktif serta sehat jasmani dan rohani. Pendidikan
nasional juga harus menumbuhkan jiwa patriotik dan mempertebal rasa cinta tanah air, menigkatkan semangat kebangsaan dan kesetiakawanan sosial serta
kesadaran pada sejarah bangsa dan sikap menghargai jasa para pahlawan serta berorientasi masa depan”.
Dari sekian banyak rumusan tujuan pendidikan yang disebutkan, yang dibakukan sebagai acuan rumusan umum pendidikan di Indonesia adalah rumusan
tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Bab II Pasal 3 UU SPN Nomor 20 Tahun 2003 yang berbunyi: “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kamampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. Semua rumusan tujuan tentang pendidikan memiliki kesamaan dalam membentuk pribadi
Indonesia yang maju baik materiil dan spirituil. Dalam hal spirituil, masalah pendidikan dalam Islam juga sudah ditanamkan mulai dari lingkungan yang
terkecil yaitu keluarga. Keluarga dalam hal ini ayah dan ibu merupakan unit terkecil dari lingkungan pendidikan Sabri, 2005. Demikian besar dan
mendasarnya pengaruh keluarga sehingga di dalam Al-Quran dibahas dalam beberapa surat, salah satunya adalah Q.S Lukman ayat [31] 13, yang berbunyi :
Artinya : “Ingatlah ketika Luqman berkata kepada anaknya pada waktu ia
memberi pelajaran kepadanya, Anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, karena sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kezaliman
yang besar.”
Selain itu juga Allah menganjurkan kepada manusia untuk berpegang teguh dan memahami isi Al-Quran dalam berbagai aspek kehidupan tak terkecuali
pendidikan. Hal tersebut dapat dimengerti dari Q.S. Al- „Alaq [96]:4-5 sebagai
berikut:
Artinya: “Yang mengajar manusia dengan perantaran kalam tulis baca, Dia
mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya ”.
2.2.3 Akademik