BAB 5 PEMBAHASAN
5.1. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Desa Bagan Kuala Kecamatan
Tanjung Beringin Hasil penelitian menunjukkan bahwa PHBS di Desa Bagan Kuala Kecamatan
Tanjung Beringin, diketahui PHBS pada masyarakat nelayan adalah kategori Rumah Sehat I yaitu sebesar 49,5, Kategori Rumah Sehat II sebesar 45,3, hanya 5,3
termasuk Kategori Rumah Sehat III. Tidak ditemukan kategori Rumah Sehat IV dan Rumah Tidak Sehat dalam penelitian ini.
Kategori Sehat I tersebut dilihat dari 2-3 indikator, yaitu bayi termuda dalam keluarga diberi ASI Eksklusif, dan keluarga mempunyai jaminan pemeliharaan
kesehatan. Kategori Sehat II dilihat dari terpenuhinya Indikator 4-6 yaitu ketersediaan air bersih, jamban sehat dan kesesuaian luas lantai dengan jumlah penghuni.
Keseluruhan indikator PHBS pada tatanan keluarga tersebut dilihat berdasarkan wawancara dan observasi.
Hasil penelitian berdasarkan indikator PHBS menunjukkan bahwa secara keseluruhan indikator PHBS tidak dilakukan oleh masyarakat. Responden yang
keseluruhannya adalah ibu-ibu tidak mencari pertolongan persalinan oleh bidan sebesar 97,9. Pemberian ASI Eksklusif kepada bayinya tidak mereka lakukan
sebesar 58,9. Tidak tersedia jamban di keluarga 91,6. Tidak melakukan aktivitas olah raga 90,5 dan konsumsi sayur setiap hari tidak mereka lakukan
sebesar 81,1. Merokok dalam ruangan umumnya dilakukan oleh anggota dalam keluarga responden yaitu sebanyak 84 responden 88,4. Sebanyak 48 responden
50,5 tidak punya sarana air bersih untuk kebutuhan keluarga sehari-hari. Secara akumulasi data indikator PHBS yang didapat, menyebabkan rendahnya
PHBS pada masyarakat nelayan di Desa Bagan Kuala Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai.
PHBS pada prinsipnya adalah wujud nyata dari perilaku kesehatan, maka determinan PHBS dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Lawrence Green
1991 menganalisis perilaku manusia dalam kesehatan. Perilaku individu dipengaruhi oleh 2 faktor pokok. Yaitu faktor perilaku behaviour causes dan faktor
diluar perilaku non behaviour causes. Faktor perilaku dalam penelitian ini adalah persepsi yang didukung oleh pengetahuan tentang PHBS yang didapat individu.
Faktor di luar perilaku yang membentuk persepsi adalah dukungan sosial. Rendahnya PHBS di Desa Bagan Kuala dapat disebabkan oleh faktor
karakteristik masyarakatnya yang umumnya merupakan nelayan tradisional. Hasil penelitian menunjukkan 44,2 responden hanya menamatkan SD, sehingga
diasumsikan rendahnya pemahaman mereka terhadap PHBS. Menurut Kusnadi 2003 masyarakat di pesisir pantai secara umum
merupakan nelayan tradisional dengan penghasilan pas-pasan. Tergolong keluarga miskin yang disebabkan oleh faktor alamiah, yaitu semata-mata bergantung pada
hasil tangkapan dan bersifat musiman. Sedangkan faktor non alamiah berupa
keterbatasan teknologi alat penangkap ikan. Sehingga berpengaruh terhadap pendapatan keluarga.
Rendahnya pendapatan keluarga berdampak terhadap ketersediaan pangan, sandang, pendidikan dalam keluarga nelayan. Rumah nelayan di Desa Bagan Kuala
umumnya tidak layak huni. Pengetahuan tentang kesehatan dan pengalaman seseorang sangat berperan
dalam membentuk persepsi tentang kesehatan pada masyarakat nelayan. Tetapi dengan keterbatasan ekonomi akan menjadikan PHBS bukan dianggap suatu
kebutuhan. Teori adopsi inovasi menurut Rogers, 1983 bahwa adopsi inovasi adalah
proses atau rangkaian yang harus dilewati setiap individu dimulai dengan adanya paparan oleh pengetahuan pertama kali terhadap sebuah inovasi, kemudian
membentuk sikap terhadap inovasi, memutuskan menerima atau menolak inovasi, mengimplementasikan ide baru, dan konfirmasi terhadap keputusan. Proses ini terdiri
dari tahapan tindakan dan pilihan yang terus menerus berproses pada individu atau organisasi dalam mengevaluasi sebuah ide baru dan memutuskan apakah ikut
melaksanakan ide baru tersebut. Perilaku pada dasarnya adalah mencoba untuk cocok dan mengenal ketidakpastian dan keputusan tentang alternatif baru yang muncul.
Kehidupan masyarakat nelayan yang umumnya sangat sederhana, ekonomi yang lemah dan sangat terbatas dalam mengenal teknologi ataupun inovasi-inovasi
baru akan menghambat individu mengadopsi PHBS.
Perilaku yang sesuai dengan sepuluh indikator PHBS menjadi sangat sulit dilaksanakan. Tujuh indikator dasar yaitu persalinan ditolong tenaga kesehatan,
pemberian ASI Ekslusif, memiliki kartu Jamkesmas, tersedianya jamban dan air bersih merupakan syarat mutlak harus terpenuhi. Membangun persepsi untuk
melaksanakan lima dari tujuh indikator dasar hanya bila individu terpapar dengan pengetahuan dan rasa akan kebutuhan. Pengetahuan yang diberikan harus mampu
membangun pengertian dalam diri individu dari rasa “ingin” menjadi “mendapatkan”. Karena pada dasarnya individu harus menyadari bahwa inovasi itu ada dan banyak
keuntungan bila mengadopsinya. Hal ini menyebabkan PHBS adalah inovasi yang belum dapat diadopsi
sepenuhnya bagi masyarakat nelayan di Desa Bagan Kuala. Petugas kesehatan harus dapat merencanakan pengembangan berbagai strategi program-program kesehatan.
Tujuan program yang dimaksud adalah perubahan perilaku dan peningkatan derajat kesehatan kelompok sasaran Desa Bagan Kuala pada khususnya dan
masyarakat nelayan pada umumnya. Indikator PHBS yaitu kesesuaian luas lantai dengan jumlah penghuni, lantai
yang bukan dari tanah, serta gaya hidup PHBS yang menjadikan konsumsi minimal tiga porsi buah dan dua porsi sayur bagi anggota rumah tangga usia sepuluh tahun
berkaitan dengan kemampuan ekonomi keluarga. Kesulitan untuk mengadopsi inovasi ini terkait dengan dana. Sehingga Inovasi individu rasakan sebagai kebutuhan
tetapi tidak dapat mengadopsi karena kondisi ekonomi.
5.2. Pengaruh Persepsi terhadap PHBS