8. Tidak merokok di dalam rumah.
Pendudukanggota rumah tangga umur sepuluh tahun keatas tidak merokok di dalam rumah selama ketika berada bersama anggota keluarga lainnya selama
satu bulan terakhir. 9.
Melakukan aktivitas fisik setiap hari, adalah pendudukanggota keluarga umur sepuluh tahun keatas dalam satu minggu terakhir melakukan aktivitas fisik
sedang maupun berat minimal tiga puluh menit setiap hari. 10.
Makan buah dan sayur setiap hari, adalah anggota rumah tangga umur 10 tahun keatas yang mengkonsumsi minimal 3 porsi buah dan 2 porsi sayuran atau
sebaliknya setiap hari dalam 1 minggu terakhir. Indikator dari nomor satu sampai nomor tujuh adalah tujuh indikator dan
definisi operasional PHBS, sedangkan nomor delapan sampai dengan sepuluh adalah indikator Gerakan Hidup Sehat GHS.
2.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi PHBS
Perilaku kesehatan, ada tiga teori yang sering menjadi acuan dalam penelitian- penelitian kesehatan masyarakat. Menurut Lawrence Green 1980 dalam Notoatmojo
2005, perilaku manusia dalam hal kesehatan dipengaruhi oleh dua faktor pokok yaitu faktor perilaku behavioral factors dan faktor non-perilaku non behavioral
factors.
Lawrence Green menganalisis bahwa faktor perilaku sendiri ditentukan oleh tiga faktor utama, yaitu:
a. Faktor Predisposisi predisposing factors, yaitu faktor-faktor yang
mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang, antara lain pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai, tradisi dan sebagainya.
b. Faktor-faktor pemungkin enabling factors, yaitu faktor-faktor yang
memungkinkan atau yang memfasilitasi perilaku atau tindakan. Yang dimaksud dengan faktor pemungkin adalah sarana dan prasarana atau fasilitas untuk
terjadinya perilaku kesehatan. c.
Faktor-faktor penguat reinforcing factors, adalah faktor-faktor yang mendorong dan memperkuat terjadinya perilaku.
Pada saat promosi kesehatan digencarkan aksinya melalui pemberdayaan masyarakat bahwa petugas kesehatan membekali sasaran kesehatan masyarakat
dengan pengetahuaninformasi yang bermanfaat bagaimana untuk sehat, dan walau ketersediaan sarana kesehatan memadai, tetapi tetap diperlukan dukungan dari
masyarakat itu sendiri. Snehandu B. Karr dalam Notoatmojo 2005, mengidentifikasi adanya lima
determinan perilaku, yaitu: 1.
Adanya niat, intention seseorang untuk bertindak sehubungan objek atau stimulus diluar dirinya.
2. Adanya dukungan dari masyarakat sekitarnya social support. Di dalam
kehidupan di masyarakat, perilaku seseorang cenderung memerlukan
legitimasi dari masyarakat sekitarnya. Apabila perilaku tersebut bertentangan atau tidak memperoleh dukungan dari masyarakat, maka ia akan merasa
kurang atau tidak nyaman, paling tidak untuk berperilaku kesehatan tidak menjadi gunjingan atau bahan pembicaraan masyarakat.
3. Terjangkaunya informasi accessibility of information, adalah tersedianya
informasi-informasi terkait dengan tindakan yang akan diambil seseorang. 4.
Adanya otonomi atau kebebasan pribadi personnal outonomi untuk mengambil keputusan. Di Indonesia, terutama ibu-ibu, kebebasan pribadinya
masih terbatas, terutama lagi di pedesaan. Seorang istri dalam mengambil keputusan masih sangat bergantung kepada suami.
5. Adanya kondisi dan situasi yang memungkinkan action situation. Untuk
bertindak apapun memang diperlukan kondisi dan situasi yang tepat. Kondisi dan situasi yang tepat mempunyai pengertian yang luas, baik fasilitas yang
tersedia serta kemampuan yang ada. Untuk membangun rumah sehat misalnya, jelas sangat tergantung kepada
kondisi ekonomi dari orang yang bersangkutan. Meskipun faktor yang lain tidak ada masalah, tetapi apabila kondisi dan situasinya tidak mendukung, maka perilaku
tersebut tidak akan terjadi. WHO yang merumuskan determinan perilaku ini sangat sederhana. Dikatakan
mengapa seseorang berperilaku, karena ada empat alasan pokok determinan, yaitu:
1. Pemikiran dan perasaan thoughts and feeling
Hasil pemikiran-pemikiran dan perasaan-perasaan seseorang atau lebih tepat diartikan pertimbangan-pertimbangan pribadi terhadap objek atau stimulus,
merupakan modal awal untuk bertindak atau berperilaku. Didasarkan pertimbangan untung ruginya, manfaatnya dan sumber daya atau uang yang
tersedia dan sebagainya. 2.
Adanya acuan atau referensi dari seseorang atau pribadi yang dipercayai personnal references. Di dalam masyarakat, di mana sikap paternalistik
masih kuat, maka perubahan perilaku masyarakat bergantung acuan kepada tokoh masyarakat setempat.
3. Sumber daya resources yang tersedia merupakan pendukung terjadinya
perubahan perilaku. Dalam teori Green, sumber daya ini adalah sama dengan faktor enabling sarana, prasarana, fasilitas.
4. Sosio budaya culture setempat biasanya sangat berpengaruh terhadap
terbentuknya perilaku seseorang. Hal ini dapat kita lihat dari perilaku tiap-tiap etnis berbeda-beda, karena memang masing-masing etnis mempunyai budaya
yang berbeda yang khas. Dari uraian ketiga teori di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku seseorang
atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan dan dibentuk oleh pengetahuan yang diterima. Kemudian timbul persepsi dari individu dan memunculkan sikap, niat,
keyakinankepercayaan, yang dapat memotivasi dan mewujudkan keinginan menjadi suatu perbuatan.
Penguatan konsep mulai dari “tahu” menjadi “mau” dan “mampu”, akan terlaksana apabila ada faktor eksternal yang turut mempengaruhi situasi di luar diri
individu seperti: dukungan sosial, fasilitas yang tersedia, sarana dan prasarana yang mendukung.
Persepsi untuk proses perubahan perilaku menjadi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat adalah penilaian suatu ide atau gagasan baru yang diperkenalkan kepada
individu dan diharapkan untuk diterima dan diproses oleh individu tersebut sehingga memunculkan sikap individu menerima dan memformulasikan ide tersebut menurut
versi dirinya sendiri. Perilaku hidup bersih dan sehat bukan hal yang baru bagi masyarakat.
Di tengah kecanggihan teknologi pada masa sekarang, informasi dan pengetahuan mudah diakses masyarakat. PHBS adalah semua perilaku yang dapat menjadikan kita
hidup sehat. Hidup sehat tidak terbatas dengan melaksanakan sepuluh indikator saja. Tetapi indikator dengan sepuluh perilaku adalah yang dipilih sebagai
penilaian apakah masyarakat sudah berperilaku hidup bersih dan sehat dan perlu dikembangkan di tengah masyarakat kita. Sepuluh indikator inilah yang dianggap hal
yang baru bagi masyarakat Desa Bagan Kuala Kecamatan Tanjung Beringin. Dari sepuluh Indikator PHBS yang dicanangkan Depkes RI, pentingnya
bersalin menggunakan tenaga kesehatan, program ASI Eksklusif apalagi Inisiasi Menyusui Dini, jamban keluarga, kesesuaian lantai dengan jumlah penghuni dan
pentingnya olah raga serta makanan bervitamin dan berserat masih merupakan hal baru bagi masyarakat nelayan Bagan Kuala.
Teori Rogers tentang difusi inovasi 1983, banyak dipergunakan dalam penelitian bidang edukasi, antropologi, medikal sosiologi, marketing, geografi, dan
rural sosiologi. Dalam bidang Medikal sosiologi mulai digunakan tahun 1950an. Studi inovasi mencakup penemuan obat-obat baru new drugs, beberapa penemuan
kesehatan dan metode keluarga berencana family planning atau inovasi bidang kesehatan seperti merebus air yang akan dikonsumsi boiling water, memerangi
penggunaan susu botol pada bayi agar memilih air susu ibu breast feeding dan lain- lain.
Alasan menggunakan teori Adopsi Inovasi adalah mengapa individu sudah mendapatkan ide baru, gencar disemarakkan, tetapi justru sulit dilaksanakan atau
diberdayakan. Muncul kesenjangan tentang apa yang diketahui dengan pelaksanaan tindakan, dan butuh waktu yang lama bahwa inovasi akan diadopsi individu.
Pendidikan berupa informasi kesehatan yang seharusnya membawa perubahan gaya hidup dan perilaku sehat menjadikan kehidupan lebih baik, terlihat diabaikan.
Arti inovasi sendiri adalah penemuanide yang membawa kemajuan, perbaikan dalam suatu bidang.
Difusi adalah proses di mana inovasi disampaikan melalui komunikasi baik melalui media khusus, yang sifatnya berulang-ulang kepada masyarakat.
Komunikasi adalah suatu proses di mana partisipan menerima dan mengembangkan informasi kepada yang lain bersifat dua arah. Dapat disimpulkan,
difusi adalah suatu bentuk yang spesialkomunikasi khusus menyampaikan pesan kepada orang lain menjadi suatu ide baru.
Ada empat elemen difus, yaitu: 1.
Inovasi the innovation Sebuah inovasi adalah sebuah ide, praktik atau objek yang akan diterima oleh
individu bersifat masih baru. Penerimaan ide baru bagi individu akan menimbulkan reaksi pada dirinya dan memang dianggap ide tersebut memang
baru didengar dan diketahui. Ini yang disebut inovasi. 2.
Media komunikasi Communication Channels Komunikasi adalah proses di mana partisipan berkreasi dan mengembangkan
atau berbagi informasi satu sama lain agar tercapai pengertian yang memadai. Media komunikasi sendiri juga bisa diartikan sampainya pesan dari seseorang
ke orang lainnya Interpersonal Channels. Dapat juga menggunakan media seperti media massa, radio, televisi, dan lain-lain, yang jangkauannya luas.
Tetapi interpersonal chanel umumnya akan lebih efektif. 3.
Waktu Time Sebuah proses yang berjalan selama adopsi. Waktu adalah elemen terpenting
dalam difusi inovasi. 4.
Sistem sosial Social System Didefinisikan sebagai suatu bentuk unit interelasi yang berkaitan dan ikut
menyelesaikan masalah berkaitan dengan tujuan umum. Yang termasuk sistem sosial adalah sekumpulan individu masyarakat, kelompok informal,
organisasiatau subsistemnya.
Innovation Decision Process, sebagai proses yang dialami oleh seorang individu, sejak menerima pengetahuan tentang suatu hal yang baru, membentuk sikap
attitude terhadap ideinovasi, memutuskan menerima atau menolak ide baru itu, kemudian mengimplementasikan ide baru, dan mengkonfirmasi keputusan tersebut.
Penduduk Desa Bagan Kuala rata-rata berpendidikan rendah. Wawancara peneliti dengan beberapa ibu rumah tangga diketahui bahwa mereka menghabiskan
waktu tanpa ada kegiatan yang bermanfaat selain kegiatan rutin sebagai ibu rumah tangga. Setiap sore selepas Ashar beberapa ibu rumah tangga sering berkumpul
sambil menunggu suami pulang dari laut. Pada saat penyampaian informasi tentang PHBS oleh petugas kesehatan yang
didampingi oleh peneliti, dapat disimpulkan bahwa inovasi berupa ide baru seperti sepuluh indikator PHBS sangat sulit diterima. Umumnya mereka baru mendengar
adanya sepuluh indikator yang isinya merupakan perilaku yang membawa mereka hidup lebih sehat. Sementara anggapan mereka tanpa sepuluh indikator, mereka juga
sudah merasa sehat. Menurut kesimpulan peneliti bahwa sebenarnya keinginan untuk
melaksanakan PHBS harus ada rasa akan kebutuhan tentang inovasi yang disampaikan. Sementara selama ini saluran komunikasi yang menyangkut PHBS
sama sekali belum dapat dikatakan sumber pengetahuan yang memadai. Informasi yang sampai tidak lengkap atau menurut mereka sulit dipahami.
Sebagian dari ibu rumah tangga mengatakan bahwa tidak mendapat manfaat dari apa yang dikerjakan melalui kegiatan PHBS.
Sering pula hasil dari perilaku imunisasi membawa rasa “tidak menyenangkan” bagi balitanya karena demam dan rewel. Akibatnya menimbulkan
pertentangan terhadap manfaat yang dirasakan. Peran komunikasipromosi kesehatan melalui petugas kesehatan pada situasi
ini diharapkan mampu mengatasi ketidakpuasan individu. Komunikasi harus berkesinambungan dan terarah. Yaitu untuk memberikan informasi, motivasi, dan
edukasi kepada individu. Proses pembuatan keputusan tentang inovasi ini menjadi lima tahap:
1. Individu menerima informasi dan pengetahuan berkaitan dengan suatu ide
baru tahap knowledge. Pengetahuan timbul ketika individu dipaparkan sebuah inovasi, baik
keberadaannya dan fungsinya sehingga menimbulkan minat individu ntuk mengenal lebih jauh tentang objek tersebut.
Beberapa peneliti berkesimpulan bahwa individu memainkan peran pasif dalam hal kesiapan pengetahuan tentang suatu inovasi. Kebanyakan
didapatkan dari faktor tak sengaja. Keadaan yang dianggapnya tidak ada, tetapi sebenarnya ada suatu inovasi
di sana. Peran petugas, pesan-pesan yang disampaikan dan saluran komunikasi merupakan media informasi.
2. Persuasion persuasif, yaitu tahap di mana individu membentuk suatu sikap
merasa nyaman atau tidak nyaman terhadap inovasi. Pada tahap persuasif, individu secara psikologis terkait dengan inovasi, akan secara aktif mencari
tahu ide-ide baru. Terjadi perilaku-perilaku penting “dimana” where mencari informasi?, Apakah what sebenarnya pesan-pesan yang diterima atau
disampaikan? dan bagaimana how menginterpretasikannya. Semua inovasi bersifat membawa rasa ketidakpastian bagi individu, yang
menurutnya hasilnya belum tentu sama seperti apa yang disampaikan. Tahap ini dibutuhkan dukungan-dukungan sosial untuk membentuk sikap-
sikap mengarah kepada ide baru. Media massa merupakan sumber yang sifatnya terlalu umum untuk sebuah informasi dalam membentuk tanggapan,
belum dapat membentuk kepercayaan terhadap inovasi. Pada tahap persuasif dan khususnya tahap keputusan decision, individu
termotivasi mencari informasi inovasi-evaluasi dengan maksud mengurangi rasa ketidakpastian. Munculnya rasa ingin menjawab sendiri pertanyaan “Apa
konsekwensi dari inovasi?” dan “Apa untung ruginya bagi diri saya?”. Dalam keadaan ini peran seseorang yang statusnya sama dari kalangan status sosial
yang sama dan pernah mencoba inovasi serta menyampaikan keuntungan dari inovasi, akan lebih memotivasi membentuk keputusan bagi individu untuk
mengadopsi. Tahap persuasif membentuk sikap “adopsi” atau “menolak”. 3.
Tahap Decision keputusan, yaitu tahap di mana individu mengambil keputusan berkaitan dengan aktivitas mengadopsi atau menolak. Pada saat
individu berada pada tahap melewati “innovation–decision process”, maka individu akan termotivasi mencari informasi baru untuk mengurangi rasa
ketidakpastian tentang apa yang diperolehnya dari inovasi yang diterimanya
lebih bersifat aktif.
Potensial adopter dalam hal ini dimaksudkan bagi individu yang berminat dengan pertimbangan apakah ideinovasi ini lebih baik dari pada inovasi
sebelumnya. Di sini muncul rasa “menerima” adoption atau justru “menolak” rejection. Peran komunikasi berpengaruh penting pada tahap ini.
Media massa merupakan sumber dasar pembentukan pengetahuan, tetapi tidak sebaik hasilnya dibanding pendekatan interpersonal.
Dapat dikatakan pendekatan interpersonal dicontohkan dengan anjuran kepala keluarga, tetangga, teman dekat, petugas kesehatan, tokoh masyarakat dan
lain-lain. Dukungan ditambah pengetahuan yang dianggap pasti dan bermanfaat akan menjadi motivasi bagi individu untuk menerima inovasi.
Menurut Eveland, 1979 dalam kutipan Rogers, membagi penolakan rejection menjadi dua tipe. Penolakan aktif dan Penolakan pasif. Penolakan
aktif Active rejection terdiri dari individu yang dikategorikan mencoba memakai inovasi tetapi memutuskan tidak mengadopsi lagi. Penolakan pasif
Passive rejection adalah individu yang sama sekali tidak pernah menggunakan inovasi.
4. Tahap Implementation implementasi yaitu tahap penggunaan atau tahap
perwujutan, yaitu individu menempatkan inovasi tersebut untuk dimanfaatkan atau digunakandipraktikkan. Implementasi adalah suatu tahap yang harus
dilewati individu setelah tahap keputusan decision. Individu pada tahap ini
akan memunculkan pertanyaan “Dimana Where saya gunakan inovasi ini?”, “Bagaimana How saya menggunakannya” dan “Apakah What masalah-
masalah yang muncul selama saya gunakan dan bagaimana mengatasinya?”. Pada tahap ini individu bersifat aktif mencari informasi dan melakukan apa
yang menjadikannya dalam bentuk tindakan. 5.
Tahap Confirmation konfirmasi, yaitu tahap penguatan, di mana individu telah memanfaatkan dan menggunakan inovasi, tetapi masih dapat berubah
jika terjadi masalah dalam penyampaian pesan, tidak puas akan hasil yang diterima atau lebih digantikan dengan ide baru lainnya inovasi terbaru.
Selama tahap konfirmasi, individu masih tetap membutuhkan pengukuhan atau ketetapan untuk terus mengadopsi inovasi. Individu akan terus belajar
dan menghindari keadaan kesenjangan dissonance. Bila keadaan dissonance muncul, akan membuat individu tidak nyaman dan
berusaha mengurangi atau menghilangkan keadaan ini dengan cara menambah pengetahuannya, menentukan sikap atau attitude, atau tindakannya.
Secara skematis, proses adopsi inovasi dapat dilihat pada Gambar 2.1:
Communication Channel
Sumber: Rogers, M, E, 1992
Gambar 2.1. Model Proses Adopsi-Inovasi
Karakteristik masyarakat nelayan di Desa Bagan Kuala Kecamatan Tanjung Beringin diharapkan berperilaku hidup bersih dan sehat dengan sepuluh indikatornya.
Sepuluh indikator PHBS merupakan konsep baru bagi mereka. Hal tersebut tentunya membutuhkan waktu yang relatif lama untuk merubah perilaku masyarakat nelayan,
karena mereka harus terlebih dahulu mengetahui tentang pentingnya PHBS, syarat- syarat PHBS, sampai kepada perilaku melaksanakan PHBS agar menjadi kebutuhan
hidup sehari-hari pada masyarakat nelayan Desa Bagan Kuala. Proses tersebut tidak terlepas dari persepsi mereka tentang PHBS dengan
sepuluh indikatornya, persepsi terhadap pentingnya PHBS, dengan faktor eksternal
Knowledge Persuasion
Decision Implementation
Confirmation
Continue Adoption
Adoption
Charac De
teristics of The cision Making
- Sociodeconomic
Characteristics Personality Variables
- Communication
Behavior -
Perceived Characteristics of
Innovation -
Relative advantage -
Compatibility -
Complexity -
Trialability -
Observability
Rejection
Later Adoption
Discontinuance
Continue Rejection
berupa pengalaman, interaksi keluarga, interaksi sosial, penjelasan petugas kesehatan dan sejauh apa minat individu mengadopsi.
Penerimaan adopsi seseorang terhadap hidup dengan melaksanakan PHBS akan mendorong berpikir individu agar mengatasi kesenjangan yang ada. Sensitifitas
seseorang dalam mengenali pentingnya PHBS tidak sama, sehingga dalam pengambilan keputusan untuk mengadopsinya menjadi bervariasi.
2.3. Karakteristik Masyarakat Nelayan