Sindrom Depresif Pada Irreguler Migrants Afganistan Di Lokasi Pengungsi Padang Bulan Dihubungkan Dengan Usia, Pendidikan, Status Pernikahan Dan Keikutsertaan Keluarga
SINDROM DEPRESIF PADA IRREGULER MIGRANTS AFGANISTAN DI LOKASI PENGUNGSI PADANG BULAN DIHUBUNGKAN DENGAN USIA, PENDIDIKAN,
STATUS PERNIKAHAN DAN KEIKUTSERTAAN KELUARGA
TESIS
IRA AINI DANIA
19666
PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS I DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN JIWA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
(2)
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
Judul Tesis : Sindrom Depresif Pada Irreguler Migrants Afganistan di Lokasi Pengungsi Padang Bulan Dihubungkan dengan Usia, Pendidikan, Status Pernikahan dan Keikutsertaan Keluarga
Nama Mahasiswa : Ira Aini Dania
No. CHS : 19666
Program : Spesialisasi
Konsentrasi : Ilmu Kedokteran Jiwa Menyetujui,
Komisi Pembimbing
Dr. H. Harun T Parinduri, Sp.KJ
Ketua Program Studi Ketua TKP-PPDS
dr. Elmeida Effendy, Sp.KJ dr. Zainuddin, Sp.P (K)
(3)
Telah diuji pada
Tanggal: 5 Januari2012
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof.dr. Bahagia Loebis, Sp.KJ (K) ...
Anggota : 1. Prof. Dr. H. M. Joesoef Simbolon, Sp.KJ (K) ...
2. dr. Elmeida Effendy, Sp.KJ ...
(4)
PERNYATAAN
SINDROM DEPRESIF PADA IRREGULER MIGRANTS AFGANISTAN DI LOKASI PENGUNGSI PADANG BULAN DIHUBUNGKAN DENGAN USIA, PENDIDIKAN,
STATUS PERNIKAHAN DAN KEIKUTSERTAAN KELUARGA
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah dituliskan atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis mengacu dalam naskah ini dan disebutkan di dalam daftar pustaka.
Medan, 5 Januari 2012
(5)
UCAPAN TERIMA KASIH
Segala puji dan syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT, Yang Maha
Pengasih Lagi Maha Penyayang, karena atas berkah limpahan rahmat dan kasih
sayang-Nya maka penulisan tesis ini dapat diselesaikan.
Tesis ini disusun untuk melengkapi tugas-tugas yang ada sebelumnya dan
memenuhi salah satu syarat untuk melengkapi keahlian dalam bidang ilmu
Kedokteran Jiwa. Saya menyadari bahwa tesis ini masih banyak kekurangannya dan
masih jauh dari sempurna, namun demikian besar harapan saya kiranya tulisan ini
dapat bermanfaat dalam menambah perbendaharaan bacaan khususnya tentang :
SINDROM DEPRESIF PADA IRREGULER MIGRANTS AFGANISTAN DI LOKASI PENGUNGSI PADANG BULAN DIHUBUNGKAN DENGAN USIA, PENDIDIKAN, STATUS PERNIKAHAN DAN KEIKUTSERTAAN KELUARGA
Dengan selesainya tesis ini, perkenankanlah saya menyampaikan ucapan
terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat :
1. Rektor Universitas Sumatera Utara, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara, dan Ketua TKP PPDS I Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara yang telah memberikan kepada saya kesempatan untuk
mengikuti Program Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa di Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
2. Dr. Mustafa Mahmud Amin, Sp.KJ, selaku Ketua Departemen Psikiatri FK USU
(6)
memberikan pengarahan, masukan - masukan dan memberikan literatur-literatur
yang sangat berharga selama penulis mengikuti pendidikan spesialisasi.
3. dr. Hj. Elmeida Effendy, Sp.KJ, selaku Ketua Program Studi PPDS-I Psikiatri FK
USU, guru penulis yang dengan penuh kesabaran dan ketelitian membimbing,
mengoreksi, dan memberikan pengarahan, masukan – masukan berharga
kepada penulis sehingga tesis ini dapat diselesaikan.
4. Prof. dr. Bahagia Loebis, Sp.KJ (K), sebagai guru penulis yang penuh dengan
kesabaran dan perhatian telah membimbing, memberikan dorongan, dukungan
pengarahan, masukan – masukan dan memberikan literatur –literatur dan
pengetahuan yang sangat berharga selama mengikuti pendidikan spesialisasi.
5. dr. H. Harun T. Parinduri, Sp.KJ (K), sebagai guru penulis dan pembimbing tesis
yang dengan penuh kesabaran dan perhatian, yang memberikan pengarahan,
masukan – masukan sangat berharga sehingga tesis ini dapat diselesaikan.
6. Alm. Prof. dr. Syamsir BS, Sp.KJ (K), sebagai guru yang penuh kesabaran dan
perhatian telah banyak memberikan dukungan, arahan, bimbingan, dan
pengetahuan yang sangat berharga selama penulis mengikuti pendidikan
spesialisasi.
7. Prof. dr. H.M. Joesoef Simbolon, Sp.KJ (K), sebagai guru penulis, yang dengan
penuh kesabaran dan perhatian telah membimbing, memberikan pengarahan,
masukan-masukan dan memberikan literatur-literatur yang sangat berharga
selama penulis mengikuti pendidikan spesialisasi.
8. dr. Arlinda Sari Wahyuni, MKes sebagai konsultan statistik dalam tesis ini yang
(7)
9. Yong Lai kong, sebagai kepala kantor International Organization for Migration
Medan, yang telah memberikan izin tempat dan sarana selama penulis
melakukan penelitian.
10. Suliman Mayar, sebagai penerjemah International Organization for Migration,
yang telah membantu, memberikan masukan-masukan sangat berharga kepada
penulis selama melakukan penelitian.
11. dr. Vita Camellia Sp.KJ, sebagai guru, yang dengan penuh kesabaran dan
perhatian telah membimbing, memberikan pengarahan, masukan-masukan dan
memberikan literatur-literatur yang sangat berharga selama penulis mengikuti
pendidikan spesialisasi.
12. dr. Muhammad Surya Husada Sp.KJ, sebagai guru, yang dengan penuh
kesabaran dan perhatian telah membimbing, memberikan pengarahan,
masukan-masukan dan memberikan literatur-literatur yang sangat berharga
selama penulis mengikuti pendidikan spesialisasi
13. dr. Raharjo Suparto, Sp.KJ, Alm.dr. H. Marhanuddin Umar, Sp.KJ (K), sebagai
guru penulis yang telah banyak memberikan bimbingan dan
pengetahuan yang sangat berharga selama penulis mengikuti pendidikan
spesialis.
14. dr. Dapot Parulian Gultom, Sp.KJ, sebagai guru dan Direktur Badan Layanan
Umum Daerah Rumah Sakit Jiwa Provinsi Sumatera Utara Medan, atas izin,
kesempatan, fasilitas dan pengarahan kepada penulis untuk belajar dan bekerja
selama penulis mengikuti pendidikan spesialisasi.
15. dr. Juskitar Sp.KJ, sebagai guru, yang dengan penuh kesabaran dan perhatian
telah membimbing, memberikan masukan-masukan dan memberikan
(8)
16. dr. Herlina Ginting, Sp.KJ, sebagai guru, yang dengan penuh kesabaran dan
perhatian telah memberikan masukan-masukan yang sangat berharga selama
penulis mengikuti pendidikan spesialisasi.
17. dr. Mawar Gloria Tarigan, Sp.KJ, sebagai guru, yang dengan penuh kesabaran
dan perhatian telah memberikan, masukan-masukan yang sangat berharga
selama penulis mengikuti pendidikan spesialisasi.
18. dr. Freddy S. Nainggolan, Sp.KJ, sebagai guru, yang dengan penuh kesabaran
dan perhatian telah membimbing, memberikan masukan-masukan dan
memberikan literatur-literatur yang sangat berharga selama penulis mengikuti
pendidikan spesialisasi.
19. dr. Donald F. Sitompul Sp.KJ; dr. Hj. Sulastri Effendi, Sp.KJ; dr. Evawaty
Siahaan, Sp.KJ; dr. Artina Roga Ginting, Sp.KJ; dr. Rosminta Girsang, SpKJ; dr.
Imat S. Depari, Sp.KJ; dr. Mariati, Sp.KJ; dr. Paskawani Siregar, Sp.KJ; dr. Citra
Julita Tarigan, Sp.KJ; dr. Vera R.B. Marpaung, Sp.KJ; dr. Yusak P. Simanjuntak,
Sp.KJ; dr. Adhayani Lubis, Sp.KJ; dr.Juwita Saragih, Sp.KJ; dr Rudyhard
Hutagalung, Sp.KJ; dr Laila Sari, Sp.KJ; dr Friedrich Lupini,Sp.KJ; dr. Evalina
Perangin-Angin, Sp.KJ; dr. Victor Eliezer Perangin-Angin, Sp.KJ. dr. Siti Nurul
Hidayati, Sp.KJ; dr. Lailan Sapinah, Sp.KJ; dr. Silvy Agustina Hasibuan, Sp.KJ
sebagai senior, yang banyak memberikan bimbingan, dorongan dan semangat
kepada penulis selama mengikuti Program Pendidikan Spesialisasi.
20. Direktur Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, Direktur Rumah
Sakit Tembakau Deli Medan, Direktur Rumah Sakit Umum Pusat dr. Pirngadi,
Direktur RS Brimob Poldasu, Puskesmas Belawan atas izin, kesempatan dan
fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk belajar dan bekerja selama penulis
(9)
21. Dr Rusli Dhanu, Sp.S (K), sebagai Ketua Departemen Neurologi FK USU; dr.
Yuneldi Anwar, Sp.S (K), Dr. Dina Listyaningrum, Sp.S, Msi. Med, sebagai
pembimbing selama penulis menjalani stase di Departemen Neurologi FK USU.
22. Prof.dr. Habibah Hanum Nasution, Sp.PD-KPsi, sebagai Kepala Divisi
Psikosomatik Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK.USU, yang telah menerima
dan membimbing penulis selama belajar di stase Divisi Psikosomatik Ilmu
Penyakit Dalam FK USU.
23. dr. Dharma Lindarto, Sp.PD-KEMD, sebagai kepala Divisi Geriatri Ilmu Penyakit
Dalam FK USU, dan dr Pirma Siburian, Sp.PD-KGer, yang telah menerima dan
membimbing penulis selama belajar di stase Divisi Geriatri Ilmu Penyakit Dalam
FK USU.
24. Dr Roos Helrita Sinaga, sebagai Kepala Puskesmas Belawan Medan yang telah
memberI izin, kesempatan, dan fasilitas kepada penulis untuk belajar dan
bekerja selama di stase psikiatri komunitas.
25. Rekan - rekan sejawat peserta PPDS-I Psikiatri FK USU:, dr. Herny T.
Tambunan, M.Ked. (KJ), dr. Mila Astari Harahap, M.Ked. (KJ), Kapt. CKM. dr.
Baginda Harahap, M.Ked. (KJ), dr. Ricky W. Tarigan, M.Ked. (KJ), dr. M. Yusuf
Siregar, M.Ked. (KJ), dr. Ferdinan Leo Sianturi, M.Ked. (KJ), dr. Superida
Ginting, dr. Hanip Fahri, MM. M.Ked. (KJ), dr. Saulina Dumaria Simanjuntak,
M.Ked. (KJ), dr. Lenni Crisnawati Sihite, dr. Andreas Xaverio Bangun, dr. Dian
Budianti Amalina, dr.Tiodoris Siregar, dr. Endang Sutry Rahayu dan dr. Duma M.
Ratnawati, dr Nirwan Abidin, dr Nauli Aulia Lubis, dr. Nanda Sari Nuralita, dr.
Wijaya Taufik Tiji, dr. Agussyah Putra, dr. Alfi Syahri Rangkuti, dr. Gusri Girsang,
dr. Rini Gusya Liza, dr. Dessi Wahyuni, dr. Hendriko Tusandra Putra, dr. Ritha
(10)
Barus, dr. Susiati, dr. Annisa Fransiska, dr Dessy Mawar Zalia, dr Nazli Mahdina
sari Nasution, dr Nining Gilang Sari, dr Rosa Yunilda, dr Arsusy Widyastuti yang
banyak memberikan masukan berharga kepada penulis melalui diskusi-diskusi
kritis dalam berbagai pertemuan formal maupun informal, serta selalu
memberikan dorongan yang membangkitkan semangat penulis dalam
menyelesaikan pendidikan spesialisasi.
26. Para perawat dan pegawai di RSUP Haji Adam Malik, RSUP dr. Pirngadi Medan,
RS Tembakau Deli, Medan, BLUD RSJD Propinsi Sumatera Utara, RS Brimob
Poldasu, Puskesmas Belawan, yang telah membantu penulis selama mengikuti
pendidikan spesialisasi.
27. Petugas, pegawai, karyawan dan irreguler migrants Afganistan di lokasi
pengungsi Padang Bulan yang telah meluangkan waktu, membantu
berpartisipasi dalam penelitian ini.
28. Teman-teman di layanan digital perpustakaan USU: Evi Yulifimar, S.Sos; Yuli
Handayani, S.Sos; Diani Hartati, S.Sos; M. Salim, A.Md; yang telah membantu
penulis dalam menyelesaikan tugas selama mengikuti pendidikan spesialisasi.
29. Kedua orang tua yang sangat penulis hormati dan sayangi Ayahanda Kolonel Inf.
Purn. Tarmizi dan ibunda Ade Hana yang telah bersusah payah membesarkan,
memberikan rasa aman, cinta dan doa restu kepada penulis sejak lahir hingga
saat ini, dalam menjalani segala hal.
30. Kedua mertua, alm. H. Pandapotan Lubis dan alm. Hj. Syarifah Parinduri, yang
banyak memberikan semangat dan doa kepada penulis selama menjalani
Program Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa.
31. Seluruh saudara kandung saya, Komisaris Polisi Anggon Salazar SIK, Vita
(11)
doa kepada penulis selama menjalani Program Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu
Kedokteran Jiwa.
32. Seluruh ipar saya, dra Leli Sari Lubis Apt. Msc, Ir. Adelina Lubis, Ir. Ida Zulfiati
lubis, Ali imran Lubis SH yang banyak memberikan semangat dan doa kepada
penulis selama menjalani Program Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Kedokteran
Jiwa.
33. Akhirnya kepada suami tercinta, dr. Adi Raja Brando Lubis, terima kasih atas
segala doa dan dukungan, kesabaran dan pengertian yang mendalam serta
pengorbanan atas segala waktu dan kesempatan yang diberikan selama penulis
menjalani pendidikan spesialisasi dan menyelesaikan tesis ini.
34. Semua pihak diberbagai tempat dimana penulis pernah bertugas selama
menjalani pendidikan spesialisasi ini, serta berbagai pihak yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu, yang telah banyak membantu penulis dalam
menjalani pendidikan spesialisasi.
Akhirnya penulis hanya mampu berdoa dan memohon semoga Tuhan Yang
Maha Pengasih dan Maha Penyayang memberikan rahmat-Nya kepada mereka
yang telah membantu penulis selama pendidikan spesialisasi dan dalam
menyelesaikan Tesis ini.
Medan, Januari 2012
Penulis
(12)
DAFTAR ISI
Lembar Persetujuan Pembimbing ... i
Ucapan Terima Kasih ... ... iv
Daftar Isi ... ... xii
Daftar Tabel ... ... xiv
Daftar Singkatan dan Lambang ... ... xv
Abstrak ... ... xvi
Bab1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... ... 4
1.3. Hipotesis ... ... 4
1.4. Tujuan Penelitian ... ... 4
1.5. Manfaat Penelitan ... ... 5
Bab 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Migrasi ... ... 6
2.2. Depresi ... ... 11
2.3. Migrasi dan depresi ... ... 15
2.4. Beck Depression Inventory II ... ... 16
(13)
Bab 3. METODE PENELITIAN
3.1. Desain Penelitian ... ... 20
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian ... ... 20
3.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... ... 20
3.4. Besar sampel ... ... 21
3.5. Kriteria Inklusi dan eksklusi ... ... 23
3.6. Pesetujuan setelah Penjelasan ... ... 24
3.7. Etika Penelitian ... ... 24
3.8. Cara Kerja Penelitian ... ... 25
3.9. Identitas Variabel... ... 29
3.10.Definisi Operasional ... ... 29
3.11. Rencana Pengolahan dan Analisis Data ... ... 31
Bab 4. HASIL PENELITIAN ... ... 32
Bab 5. PEMBAHASAN ... ... 39
Bab 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... ... 45
Bab 7. RINGKASAN ... ... 48
Daftar Rujukan ... ... 50
Lampiran 1. Surat Persetujuan Komite Etik ... ... 55
2. Explanation Pages ... ... 56
3. Informed Consent ... ... 58
4. Research Data ... ... 59
(14)
6. Beck Depression Inventory II ... ... 61 7. Riwayat Hidup Peneliti ... ... 65 8. Tabel Induk Penelitian ... ... 66
(15)
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1. Karakteristik demografik irreguler migrants Afganistan
berdasarkan usia, pendidikan, status pernikahan ... 32 Tabel 4.2. Distribusi keikutsertaan keluarga pada irreguler migrants
Afganistan ... 33 Tabel 4.3. Sindrom depresif pada irreguler migrants Afganistan ... 33 Tabel 4.4. Rerata dan standar deviasi BDI II pada Irreguler migrants
Afganistan... ... 34 Tabel 4.5. Hubungan kelompok usia dengan sindrom depresif pada
irreguler migrants Afganistan ... .34 Tabel 4.6. Hubungan tingkat pendidikan dengan sindrom depresif pada
irreguler migrants Afganistan ... 35 Tabel 4.7. Hubungan status pernikahan dengan sindrom depresif pada
irreguler migrants Afganistan ... 36 Tabel 4.8. Hubungan keikutsertaan keluarga dengan sindrom depresif
pada irreguler migrants Afganistan ... 36 Tabel 4.9.Analisis hubungan pendidikan dengan sindrom depresif pada ... Irreguler Migrants Afganistan ... 37 Tabel 4.10. Analisis hubungan keikutsertaan keluarga dengan sindrom ... Depresif pada Irreguler Migrants Afganistan ... 38
(16)
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG
APA : American Psychiatric Association
BDI II : Beck Depression Inventory II
DSM IV TR : Diagnostic Statistical Manual of Mental Disorders IV Text Revision
IOM : International Organization for Migration
IK : Interval Kepercayaan
NCS-R : National Community Survey Replication
NICE : National Institute for Clinical Excellent
OR : Odds Ratio
ROC : Receiver Operating Characteristics
UNO : United Nation Organization
(17)
ABSTRAK
Latar Belakang: Sindrom depresif yang berhubungan dengan irreguler migrants Afganistan dapat menimbulkan hendaya atau ketidakmampuan. Proses migrasi dan trauma sebelumnya berkontribusi dalam memicu timbulnya sindrom depresif. Immigrants dan pengungsi sebagian besar memiliki pengalaman buruk baik pada saat sebelum, saat dan sesudah bermigrasi dan berdampak terhadap emosional dan merupakan kelompok yang rentan terhadap masalah yang berhubungan dengan kejiwaan. Dengan latar belakang tersebut maka di lakukan penelitian ini untuk mengetahui sindrom depresif pada irreguler migrants Afganistan dihubungkan dengan usia, pendidikan, status pernikahan, dan keikutsertaan keluarga yang diukur dengan menggunakan kuesioner Beck Depression Inventory II.
Metode: Penelitian ini adalah penelitian analitik dengan studi cross sectional. Penelitian dilakukan di lokasi pengungsi Jl. Bunga Lau Pasar III Nomor 4 Padang Bulan. Waktu Penelitian: 23 November 2011 sampai 30 November 2011. Sampel penelitian adalah irreguler migrants Afganistan. Pemilihan sampel dengan cara random sampling. Sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan bersedia mengikuti penelitian menandatangani informed consent selanjutnya mengisi kuesioner yang dilaporkan sendiri untuk melihat adanya sindrom depresif. Hasil data di analisis dengan menggunakan analisis Chi Square dan regresi logistik
Hasil: Terdapat sindrom depresif berat terbanyak dijumpai pada irreguler
migrants Afganistan sebanyak 43 orang yaitu 43% diikuti oleh sindrom
depresif sedang 33 orang yaitu 33%, sindrom depresif ringan 15 orang yaitu 15%, minimal 9 orang yaitu 9%. Tidak terdapat hubungan bermakna sindrom depresif pada irreguler migrants Afganistan berdasarkan karakteristik demografik usia P=0.60.Terdapat hubungan bermakna sindrom depresif pada
irreguler migrants Afganistan berdasarkan karakteristik demografik pendidikan P=0.03. Tidak terdapat hubungan bermakna sindrom depresif pada irreguler migrants Afganistan berdasarkan karakteristik demografik status pernikahan P=0.89 Terdapat hubungan bermakna sindrom depresif pada irreguler migrants Afganistan berdasarkan keikutsertaan keluarga yang tidak
membawa keluarga P=0.01. Pendidikan memiliki kekuatan hubungan
OR=3.03,IK 95% 1.34-4.97, keikutsertaan keluarga OR=2.83 IK 95%
1.67-7.34.
Kesimpulan: Terdapat sindrom depresif pada irreguler migrants Afganistan. Tidak terdapat hubungan bermakna sindrom depresif irreguler migrants Afganistan berdasarkan karakteristik usia dan status pernikahan. Terdapat hubungan bermakna sindrom depresif irreguler migrants Afganistan berdasarkan karakteristik pendidikan dan keikutsertaan keluarga.
Kata kunci: Sindrom depresif, irreguler migrants Afganistan, Beck Depression Inventory II
(18)
ABSTRAK
Latar Belakang: Sindrom depresif yang berhubungan dengan irreguler migrants Afganistan dapat menimbulkan hendaya atau ketidakmampuan. Proses migrasi dan trauma sebelumnya berkontribusi dalam memicu timbulnya sindrom depresif. Immigrants dan pengungsi sebagian besar memiliki pengalaman buruk baik pada saat sebelum, saat dan sesudah bermigrasi dan berdampak terhadap emosional dan merupakan kelompok yang rentan terhadap masalah yang berhubungan dengan kejiwaan. Dengan latar belakang tersebut maka di lakukan penelitian ini untuk mengetahui sindrom depresif pada irreguler migrants Afganistan dihubungkan dengan usia, pendidikan, status pernikahan, dan keikutsertaan keluarga yang diukur dengan menggunakan kuesioner Beck Depression Inventory II.
Metode: Penelitian ini adalah penelitian analitik dengan studi cross sectional. Penelitian dilakukan di lokasi pengungsi Jl. Bunga Lau Pasar III Nomor 4 Padang Bulan. Waktu Penelitian: 23 November 2011 sampai 30 November 2011. Sampel penelitian adalah irreguler migrants Afganistan. Pemilihan sampel dengan cara random sampling. Sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan bersedia mengikuti penelitian menandatangani informed consent selanjutnya mengisi kuesioner yang dilaporkan sendiri untuk melihat adanya sindrom depresif. Hasil data di analisis dengan menggunakan analisis Chi Square dan regresi logistik
Hasil: Terdapat sindrom depresif berat terbanyak dijumpai pada irreguler
migrants Afganistan sebanyak 43 orang yaitu 43% diikuti oleh sindrom
depresif sedang 33 orang yaitu 33%, sindrom depresif ringan 15 orang yaitu 15%, minimal 9 orang yaitu 9%. Tidak terdapat hubungan bermakna sindrom depresif pada irreguler migrants Afganistan berdasarkan karakteristik demografik usia P=0.60.Terdapat hubungan bermakna sindrom depresif pada
irreguler migrants Afganistan berdasarkan karakteristik demografik pendidikan P=0.03. Tidak terdapat hubungan bermakna sindrom depresif pada irreguler migrants Afganistan berdasarkan karakteristik demografik status pernikahan P=0.89 Terdapat hubungan bermakna sindrom depresif pada irreguler migrants Afganistan berdasarkan keikutsertaan keluarga yang tidak
membawa keluarga P=0.01. Pendidikan memiliki kekuatan hubungan
OR=3.03,IK 95% 1.34-4.97, keikutsertaan keluarga OR=2.83 IK 95%
1.67-7.34.
Kesimpulan: Terdapat sindrom depresif pada irreguler migrants Afganistan. Tidak terdapat hubungan bermakna sindrom depresif irreguler migrants Afganistan berdasarkan karakteristik usia dan status pernikahan. Terdapat hubungan bermakna sindrom depresif irreguler migrants Afganistan berdasarkan karakteristik pendidikan dan keikutsertaan keluarga.
Kata kunci: Sindrom depresif, irreguler migrants Afganistan, Beck Depression Inventory II
(19)
BAB 1. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang
Gangguan mental pada immigrants telah ada sebelum terjadinya migrasi dan berkembang selama proses imigrasi, seperti saat mereka tinggal di lokasi pengungsi pada bulan dan tahun pertama atau saat mereka pertama kali di negara tempat mereka bermigrasi. Proses migrasi dan trauma sebelumnya dapat memicu timbulnya sindrom depresif atau mengalami
eksaserbasi dari gangguan yang sudah ada sebelumnya.1
Jumlah migrasi terus berlanjut hingga awal dekade abad 21 populasinya diperkirakan meningkat lebih dari 50 juta hingga tahun 2050. Pada abad 20 hampir sebagian besar populasi immigrants berkonsentrasi di kota industri hal ini berbeda dengan beberapa dekade sebelumnya, saat ini
immigrants telah tersebar di seluruh negara.1
Tahun 1990 sampai 2005 total jumlah immigrants di dunia termasuk para “ temporary immigrants”, refugee, asyluum seekers meningkat 30% dari 155 juta ke 191 juta orang sekitar 3% dari populasi di dunia. Tahun 2005 hampir seluruh immigrants di seluruh dunia tinggal di negara Asia, dan Afrika
sekitar 15%, Eropa dan Amerika Utara kurang dari 5%.1
Data statistik yang diperoleh dari International Organization for
Migration (IOM) yang berada di Indonesia per 30 Juni 2011 menyebutkan
jumlah migrants yang berada di Indonesia adalah sebanyak 1639 orang dan terbanyak berasal dari Afganistan sebanyak 856 orang atau sekitar 52,2%. Penyebaran migrants terbanyak sekitar 23,79% berada di Medan, 19,40% Tanjung Pinang, 16,47% Bogor, Surabaya 7,99%, Makasar 8,24%, Jakarta
6,22%, Kupang 5,43%.2 Data per 1 November 2011 Di Medan jumlah
immigrants Afganistan sebanyak 257 orang dengan usia terbanyak 18 hingga
50 tahun sebanyak 216 immigrants, dan kelompok laki-laki dijumpai sebanyak 244 orang dan wanita sebanyak 13 orang.2
Immigrants dan pengungsi sebagian besar yang berasal dari negara
(20)
sesudah bermigrasi dan berdampak terhadap emosional dan merupakan kelompok yang rentan terhadap masalah yang berhubungan dengan kejiwaan. Prevalensinya di negara berkembang 76,3% sampai 85,4% dan di
negara kurang berkembang 35,5% sampai 50,3%.1,3
Kehidupan immigrants dari negara konflik atau mengalami peperangan ke negara berkembang menyebabkan mereka mengalami kesulitan sehubungan dengan rendahnya keahlian mereka, tidak dapat membaca tulis, kendala bahasa, kondisi kesehatan, menimbulkan masalah kejiwaan sebelum mereka bermigrasi, sosioekonomi, konflik perang berkepanjangan di negara asal yang terkait dengan aspek sukuisme, politik keamanan dan lain sebagainya juga menjadi alasan immigrants melakukan migrasi, telah menempatkan mereka kedalam kelompok yang memiliki risiko menjadi gangguan jiwa yang kronis.1-4
Menurut pandangan Bhugra pada tahun 1996 sindrom depresif seperti perasaan bersalah malu dan kehilangan minat dijumpai bervariasi pada setiap budaya. Murphy dan kawan-kawan pada tahun 1967 melaporkan para psikiater di 30 negara menjumpai prevalensi yang bervariasi dari sindrom depresif seperti rasa lelah, kehilangan selera, kehilangan ketertarikan
seksual, kehilangan berat badan. Bhugra pada tahun 2003 menyebutkan
adanya rasa bersalah, keluhan somatik dan malu pada migrants tergantung dari budaya asal mereka, sehingga kadang mereka mengabaikan sindrom depresif tersebut.3
Suatu metaanalisis dari 37 studi epidemiologi di dunia pada survey kesehatan jiwa dunia menemukan angka depresi sebesar 56,3%. Data
National Comorbidity Survey Replication (NCS – R) sekitar 41,2% pada orang
Meksiko sebanyak 78,2%, dan pada negara berkembang hampir 100%, dan suatu studi yang dilakukan pada immigrants yang berada di Amerika sekitar 89%. Prevalensi seumur hidup 19,8%.1,5
Ismail R, Siste K, 2010 yang menyebutkan depresi terjadi sekitar usia
40 tahun dengan onset usia 20 hingga 50 tahun.6 Usia rata-rata onset
(21)
antara usia 20 hingga 50 tahun.7 Data epidemiologi terbaru menyebutkan insiden gangguan depresi dapat meningkat pada usia lebih muda dari 20 tahun.7
Penelitian yang dilakukan oleh Finch pada tahun 2000, Sodowsky dan Lai pada tahun 1997 immigrants yang memiliki pendidikan rendah sangat mudah mengalami pengalaman dalam kesehatan jiwa salah satunya adalah depresi. Penelitian yang dilakukan Min dan Song tahun 1998 terhadap
immigrants Korea yang bermigrasi ke Amerika Serikat dijumpai memiliki
status pendidikan rendah yang banyak mengalami sindrom depresif.8
Diaz MJ, Perez MA, Farley T, Cabanis CM tahun 2004 yang menyatakan sindrom depresif banyak dijumpai pada immigrants Meksiko yang menikah sebanyak 72,4%. Kondisi ini disebabkan beberapa faktor antara lain proses akulturasi, culture shock, culture conflict. 3,5,9-10
Dukungan sosial yang lemah atau tidak ada dukungan termasuk didalamnya jaringan sosial, interaksi sosial dan keikutsertaan keluarga dapat menjadi pertimbangan sebagai faktor risiko utama terjadinya sindrom depresif
hingga terjadinya gangguan mental lain.11 Penelitian epidemiologi pada
kelompok immigrants tentang sindrom depresif masih belum jelas dan dapat dikatakan sangat sedikit.2
Hasil pengamatan pada kunjungan ke klinik IOM di lokasi pengungsi Padang Bulan terhadap irreguler migrants Afganistan dijumpai yang tidak mengikutsertakan keluarga inti sebagian besar mengalami sindrom depresif.
Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk melihat faktor-faktor yang berkaitan dengan sindrom depresif pada irreguler migrants
Afghanistan yang berada di Medan dihubungkan dengan usia, tingkat
pendidikan, status pernikahan dan keikutsertaan keluarga. Seiring dengan perhatian yang diberikan terhadap immigrants di Indonesia khususnya di bidang kesehatan jiwa masih sedikit sehingga diharapkan dengan adanya penelitian ini walaupun negara Indonesia hanya menjadi transit bagi para imigran tetap dapat memberikan pelayanan kesehatan jiwa dan deteksi
(22)
sedini mungkin sindrom depresif yang mungkin dapat berkembang menjadi masalah jiwa yang kronis.
1.2. Rumusan Masalah
Dengan memperhatikan latar belakang masalah diatas, dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:
1.2.1. Apakah terdapat sindrom depresif pada irreguler migrants Afganistan? 1.2.2. Apakah terdapat hubungan sindrom depresif pada irregular migrants
Afganistan berdasarkan usia, pendidikan, status pernikahan?
1.2.3. Apakah terdapat hubungan sindrom depresif pada irreguler migrants Afganistan berdasarkan status keikutsertaan keluarga pada irreguler
migrants membawa keluarga dan tidak membawa keluarga?
1.3. Hipotesis
1.3.1.Terdapat sindrom depresif pada irreguler migrants Afganistan.
1.3.2.Terdapat hubungan sindrom depresif berdasarkan usia, pendidikan, status pernikahan.
1.3.2.Terdapat hubungan sindrom depresif dengan status keikutsertaan keluarga pada irreguler migrants yang membawa keluarga dan tidak membawa keluarga?
1.4. Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Untuk mengetahui berapa banyak proporsi irreguler migrants Afganistan yang mengalami sindrom depresif dengan menggunakan kuesioner Beck
Depression Inventory II (BDI II).
Tujuan Khusus
• Mengetahui hubungan sindrom depresif pada irreguler migrants
Afganistan berdasarkan karakteristik demografik usia, pendidikan, status pernikahan.
(23)
• Mengetahui hubungan sindrom depresif pada irreguler migrants Afganistan berdasarkan keikutsertaan keluarga dengan membawa keluarga dan tidak membawa keluarga
1.5. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai tingkat sindrom depresif pada irreguler migrants Afganistan, sehingga mereka bisa mendapatkan perawatan dan pelayanan kesehatan jiwa yang lebih adekuat untuk sindrom depresif, memberikan informasi pada pembuat keputusan kesehatan (health policy maker) dengan memberikan informasi tentang aspek penting dari kesehatan jiwa yang dibutuhkan oleh para irreguler migrants. Hasil penelitian lanjutan yang sejenis atau penelitian lain yang memakai penelitian ini sebagai bahan acuannya.
(24)
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Migrasi
Migrasi dipertimbangkan sebagai masalah global di awal abad 21 dijumpai sekitar 192 juta orang tinggal diluar tempat kelahirannya yaitu sekitar 3% dari populasi dunia, yang berarti setiap 30 orang dijumpai 5 orang di dunia
adalah immigrants. Rerata pertumbuhan immigrants adalah 2,9%.4
Proses migrasi bukanlah suatu fenomena baru, selama berabad-abad manusia telah melakukan perjalanan yang berpindah-pindah untuk mencari kehidupan yang lebih baik ditempat lain. Beberapa dekade terakhir proses globalisasi telah meningkatkan faktor yang mendorong para immigrants untuk mencari peruntungan di luar negeri hal ini menyebabkan tingginya tingkat aktivitas migrasi dari negara-negara berkembang di Asia, Afrika, Amerika selatan, Eropa timur ke Eropa barat, Australia dan Amerika Utara. Latar belakang orang yang melakukan migrasi disebabkan oleh banyak faktor antara lain faktor eksternal, maupun internal diantaranya yang utama adalah konsekuensi ekonomi sebuah negara yang tidak mampu menyediakan lapangan pekerjaan menyebabkan banyaknya pengangguran sehingga mereka lebih memilih pindah dari negara asalnya untuk mencari tempat dengan harapan mendapat pekerjaan. Konflik atau perang yang berkepanjangan menimbulkan kemiskinan sehingga pengangguran meningkat hal ini menjadi pendorong bagi immigrants meninggalkan negara
asalnya demi mencari tempat yang aman.10-12 Peperangan atau
konflik yang terjadi di negara asal terkait dengan aspek politik, keamanan, sukuisme, menjadi alasan juga bagi immigrants untuk melakukan migrasi dengan tujuan mendapatkan suaka dari negara yang dituju. Faktor eksternal yang berasal dari negara tujuan antara lain sistem ekonomi negara tujuan yang stabil sehingga memungkinkan immigrants dalam
(25)
pemahamannya mereka akan mendapatkan pekerjaan dengan upah yang layak.10-12
Irreguler migrants yang terorganisir dengan para penyelundup manusia
umumnya berasal dari Asia selatan seperti India, Cina atau Asia timur tengah seperti Iran, Irak, Afganistan juga Afrika mereka menjadikan negara di Asia Tenggara sebagai negara transit umumnya Malaysia dan Indonesia yang merupakan lalu lintas perdagangan dunia dan berharap akan mendapat bantuan dengan dikirimkannya mereka ke negara ketiga seperti Australia, negara Eropa Barat, Amerika dan Kanada.10,12
Sebagian besar para pengungsi dari Asia pertama kali masuk ke Malaysia lalu dibawa ke Selatan sebelum menyeberang dengan kapal Feri menuju Batam, Jakarta, melanjutkan ke kepulauan lain Indonesia bagian selatan seperti Bali, Flores, Lombok dari pulau-pulau ini selanjutnya akan menuju Australia.Jalur lain melalui lautan Hindia menuju Medan tanpa melalui Malaysia, selatan Sumatera dari arah utara yaitu melalui laut Cina selatan menuju Jambi, Sumatera Selatan, Jawa, Sulawesi Selatan, sunda kecil dan terus menuju Australia. Sebagian besar irreguler migrants mendarat di pantai barat terutama pulau Christmas yang relatif dekat dengan kepulauan Indonesia. Pulau Christmas adalah suatu pulau pusat kasino di Australia, akan tetapi sisi lain dari pulau tersebut merupakan suatu tempat para irreguler
migrants ditahan disuatu rumah detensi imigrasi yang benar-benar layak huni
dan nyaman sebelum mereka mendapatkan kewarganegaraan secara selektif dalam satu konvensi internasional, Australia merupakan suatu negara yang memiliki komitmen untuk membantu para immigrants (pengungsi korban perang dan pencari suaka) yang memasuki negaranya.10-12
Massey, Durand, Malone pada tahun 2002 didalam proses migrasi termasuk didalamnya pengalaman saat perjalanan sehubungan dengan
(26)
perubahan aturan keimigrasian, kondisi perjalanan dan tidak dilengkapi dengan dokumen yang lengkap.13
Aguilar Galioxa dan Galluta pada tahun 2008 dan Nicklett-Bulgard pada tahun 2009 dalam beberapa penelitiannya menunjukkan rendahnya pendapatan, pendidikan, dan sosial ekonomi menjadi penyebab meningkatnya risiko immigrants yang mengalami sindrom depresif dan
episode depresi. 13 Razekh 1999, Lopez Cordozo 2004, dan Scholte
tahun 2004, Brown, Falcon dan kawan-kawan pada tahun 2009 dengan dukungan beberapa penelitian menunjukkan immigrants latin dengan tingkat sosial tinggi memiliki stres yang lebih rendah dan sedikit mengalami sindrom depresif. Rendahnya dukungan sosial dan keikutsertaan keluarga bagi
immigrants yang telah menikah juga berhubungan dengan peningkatan
sindrom depresif.13
Perreira dan Pottocnick pada tahun 2010 menyebutkan beberapa studi telah mendokumentasikan bagaimana proses migrasi itu sendiri bagi
immigrants berkontribusi terhadap sindrom depresif.10
Survei dunia menunjukkan ditemukan pada tahun pertama setelah invasi Amerika Serikat menunjukkan sindrom depresif menunjukkan tingkat tertinggi pada laki-laki sebesar 59,1 % dan pada wanita 73,4%. Secara umum prevalensi depresi dan ansietas pada laki-laki 21,7% dan pada wanita 45,5% total sekitar 67,2%.8
Jumlah kasus irreguler migrants yang masuk ke Indonesia selama periode Januari hingga Mei 2010 mencapai 61 kasus angka ini merupakan peningkatan yang signifikan karena mencapai hampir 100% dari jumlah kasus ditahun sebelumnya sebanyak 31 kasus. Jumlah irreguler migrants yang masuk ke Indonesia pada tahun 2010 mengalami peningkatan sebesar 5,7% atau meningkat 67 orang sehingga jumlah immigrants pada tahun 2010
(27)
Sepanjang sejarah peradaban, manusia telah berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain karena berbagai alasan. Alasan positif misalnya karena keinginan untuk peningkatan kesejahteraan, mencari pendidikan yang lebih baik, berkumpul bersama keluarga besar maupun alasan melarikan diri dari penyiksaan atau mencari kebebasan beragama dan berpolitik yang dalam kenyataannya sama-sama menimbulkan tekanan besar bagi orang yang bersangkutan. Pada umumnya immigrants memiliki pengalaman traumatik yang lebih besar. Migrasi karena paksaan mempunyai efek yang lebih menyakitkan dibandingkan migrasi karena keinginan sendiri untuk meningkatkan status finansial. Akan tetapi apapun alasannya migrasi akan diikuti oleh suatu perasaan tertekan pada derajat tertentu. Setiap tahapan proses migrasi mempunyai faktor risiko spesifik yang bisa mengarah pada gangguan kesehatan jiwa individu. Mulai dari keberangkatan dari tempat asal, individu dapat mengalami konflik bersenjata, kelaparan, pelanggaran terhadap hak azasi dan pengalaman traumatis lainnya. Ketika meninggalkan kebudayaannya sendiri kaum migrants telah mengalami penderitaan disebabkan oleh karena kehilangan, berupa kehilangan tempat tinggal, karir, posisi di masyarakat, identitas, dukungan sosial, rasa tidak menentu dalam menghadapi masa depan. Kemudian saat sudah berada di tempat yang baru ada banyak faktor yang menimbulkan kerapuhan psikologis misalnya perbedaan budaya, rasialisme, dan tidak adanya pekerjaan, hambatan dalam bahasa yang bisa mengarah pada perasaan terisolasi dan merasa tidak ada yang dapat memberikan pertolongan. Bahkan apabila mereka kembali ke negara asal mereka akan melihat rumah dan bangunan yang porak poranda dan kematian atas orang-orang yang mereka cintai juga dapat menimbulkan masalah kejiwaan. Oleh karena itu memusatkan perhatian pada aspek psikososial dan kesejahteraan mental immigrants adalah hal yang sangat penting dan komponen dasar untuk keberhasilan migrasi itu sendiri.8,11-12
(28)
Proses migrasi itu sendiri digambarkan menjadi tiga tahap, tahap pertama adalah pre-migrasi, yang terlibat dalam membuat keputusan dan persiapan untuk pindah, tahap kedua adalah migrasi yang merupakan relokasi individu dari suatu tempat ke tempat lain, tahap ketiga adalah post migrasi yaitu suatu masuknya imigran dalam kerangka sosial dan budaya pada masyarakat baru disini aturan baru mengenai sosial dan budaya mulai dipelajari dimana pada tahap pre-migrasi memiliki perbandingan rata-rata rendah terhadap timbulnya masalah gangguan mental, masalah timbul sehubungan dengan akulturasi dan ketidaksesuaian antara tujuan akhir yang ingin dicapai dan langkah prestasi yang ingin dicapai, akan tetapi struktur kepribadian individu, migrasi karena paksaan dan adanya penganiayaan juga
dapat berperan dalam timbulnya gangguan mental.4,12 Pada tahap migrasi
ada banyak faktor yang menyebabkan individu dapat mengalami gangguan mental antara lain kehilangan (bereavement), shock budaya, ketidaksesuaian antara harapan dan hasil yang dicapai, sedangkan faktor yang berpengaruh pada tahap post - migrasi adalah penerimaan yang dilakukan oleh suatu bangsa, faktor-faktor tersebut merupakan faktor yang rentan secara biologi, sosial dan psikologis, contohnya faktor kepribadian dipengaruhi oleh faktor budaya.4,14
Afganistan adalah suatu negara dengan luas geografi 652.000 km2 dan
populasi penduduknya menurut data World Health Organization (WHO) pada
tahun 2006 sekitar 24.926 juta.15 Tahun 2009 CIA World Factbook
memperkirakan populasinya menjadi 28,3 juta, populasi sebelumnya 33,6
juta.16 Bahasa utama yang digunakan adalah pustho, kelompok etnik yang
dijumpai adalah Pusthon, Tadjik, Hazara, dan Uzbeks. Keyakinan kelompok etnik tersebut adalah Muslim Sunni dan Syiah dan sebagian kecil adalah
Sikhs.15-17
Afganistan sekitar 87,9% adalah muslim Suni dan 10,4% adalah
muslim Shiia.15 Berdasarkan data dari World Bank negara ini merupakan
suatu negara dengan pendapatan perkapita rendah hingga menengah. Data dari
(29)
UNO tahun 2004 proporsi penduduk dibawah 15 tahun sekitar 43%, data dari WHO tahun 2004 usia diatas 60 tahun sekitar 5%, dan 75% populasi adalah
rural.15 Data dari CIA World Factbook pada tahun 2009 sekitar 53% berusia antara 15 hingga 64 tahun dan hanya sekitar 2,4% berusia diatas 65 tahun.17
Afganistan merupakan suatu negara dengan pengalaman krisis pengungsi terbesar. Dekade perang menyebabkan banyak penduduk Afganistan yang meninggalkan rumah dan menjadi pengungsi di negara tetangga mereka seperti Pakistan dan Iran dan mencari negara-negara lain. Jumlahnya meningkat pada tahun 1990 sebesar 6,2 juta dan menurun pada tahun 1992 setelah pemerintah yang berkuasa jatuh tapi meningkat kembali pada tahun 1996 setelah berkembangnya Taliban. Pada tahun 2002 dengan jatuhnya Taliban akibat invasi dari Amerika tercatat sejumlah pengungsi yang kembali ke Afganistan.18
Telah lebih dari 25 tahun perang dan konflik terjadi di Afganistan yang mengakibatkan konsekuensi kehancuran psikologis.3,17
Perang mengakibatkan penduduk Afganistan mengalami demoralisasi dan menderita secara sosial dan ekonomi, pemaparan langsung secara agresi, kekerasan dan ketakutan yang terus menerus mempengaruhi situasi kesehatan mental.3,17
2.2. Depresi
Manusia didalam perjalanan kehidupannya pada suatu saat akan mengalami suatu krisis yang dapat mempengaruhi kondisi kesehatan jiwa,
peristiwa didalam kehidupan dapat berkembang menjadi depresi.13
Depresi merupakan suatu kondisi yang umum, sekitar 1 dari 7 orang akan mengalami episode depresif sepanjang hidupnya dan dapat
menyebabkan hendaya atau ketidakmampuan yang serius.16 Depresi sering
diikuti dengan suatu stresor psikososial, khususnya pada episode depresif yang pertama atau kedua, pengalaman masa kanak-kanak yang buruk, kehilangan orangtua dan
(30)
inadekuatnya dukungan sosial adalah hal yang umum dijumpai pada orang dengan depresif.19
Pengalaman klinik terdahulu memperlihatkan bahwa peristiwa kehidupan (live event) yang menyebabkan stres lebih sering mendahului episode pertama daripada episode selanjutnya pada episode gangguan
mood.20
Bencana yang terjadi di berbagai komunitas akan berpengaruh terhadap kehidupan psikologis manusia secara umum setiap tahunnya. Kehancuran yang terjadi dapat berupa: disebabkan oleh alam seperti gempa bumi atau tsunami juga dapat disebabkan oleh karena kelalaian manusia atau karena tindakan yang disengaja, hal-hal tersebut menyebabkan atmosfir yang tidak menyenangkan sehingga memaksa individu harus berhadapan dengan konsekuensi kehilangan, trauma, cedera, hingga kematian.1,3-4,18,21
Menurut pandangan Bhugra pada tahun 1996 sindrom depresif seperti perasaan bersalah malu dan kehilangan minat dijumpai bervariasi pada setiap budaya. Murphy dan kawan-kawan pada tahun 1967 melaporkan para psikiater di 30 negara menjumpai prevalensi yang bervariasi dari sindrom depresif seperti rasa lelah, kehilangan selera, kehilangan ketertarikan
seksual, kehilangan berat badan. Bhugra pada tahun 2003 menyebutkan
adanya rasa bersalah, keluhan somatik dan malu pada migrants tergantung dari budaya asal mereka, sehingga kadang mereka mengabaikan sindrom depresif tersebut.3,12,18
Jablensky dan kawan-kawan pada tahun 1981 menemukan sindrom depresif yang utama adalah kesedihan, kemuraman, kecemasan, ketegangan, kekurangan energi, kehilangan ketertarikan, buruknya
konsentrasi, berkurangnya gagasan.20 Bhugra tahun 2003 menyatakan
adanya rasa tidak berguna, rasa bersalah, dan simtom somatik, dan malu pada migrants dapat berpengaruh terhadap asal budaya mereka yang
(31)
Tanda utama dari episode depresif adalah mood depresi atau hilang minat atau kesenangan yang menonjol selama sedikitnya 2 minggu dan menyebabkan distress atau hambatan yang bermakna dalam fungsi sosial, pekerjaan, fungsi area penting lainnya pada seorang individu. Selama masa ini seseorang juga menampilkan sedikitnya 4 gejala tambahan dari mood depresi adalah gejala yang paling khas terjadi pada > 90% pasien. Pasien melaporkan sendiri sebagai perasaan sedih, murung, hampa, putus asa, muram atau tenggelam dalam kesedihan. Kualitas mood sebaiknya dilukiskan berbeda dari perasaan kesedihan yang normal atau duka cita.23
Menurut American Psychiatric Association (APA) pada tahun 1994, depresif mayor biasanya didiagnosa ketika dijumpai berkurangnya mood dan kehilangan minat yang menetap akan sesuatu yang menyenangkan yang disertai oleh rangkaian simtom seperti kehilangan selera, insomnia, kelelahan, kehilangan energi, buruknya konsentrasi, sindrom psikomotor, perasaan bersalah yang tidak sewajarnya dan pikiran berulang tentang kematian.19,24-26
National Institute for Clinical Excellence (NICE) pada tahun 2004
menyebutkan kondisi ini berhubungan dengan individu, pertumbuhan sosial ekonomi, kehilangan fungsi dan produktivitas, dan menciptakan
ketergantungan terhadap sarana pelayanan.7
Anhedonia yaitu tidak mampu menikmati aktifitas yang biasa dilakukan adalah yang paling umum dialami pasien depresi. Pasien atau keluarganya melaporkan dengan jelas adanya penurunan minat pada semua, atau hampir semua aktifitas yang sebelumnya dinikmati seperti seks, hobi, rutinitas sehari-hari 7,25,27
Perubahan nafsu makan sekitar 70% pasien depresi yang diamati terdapat penurunan nafsu makan bersamaan dengan kehilangan berat badan. Hanya sedikit pasien yang mengalami peningkatan nafsu makan, sering dikaitkan dengan makanan khusus seperti permen.7,23-26
(32)
Perubahan tidur sekitar 80% pasien depresi mengeluhkan beberapa tipe gangguan tidur. Yang paling umum dan tidak menyenangkan adalah terjaga pada dini hari (biasanya sekitar jam 4 – 5 pagi) dan kadang lebih berat gejala depresifnya pada awal hari. Sementara insomnia initial khususnya sering bersamaan dengan kecemasan (komorbid). Beberapa pasien mengeluhkan hipersomnia dari pada insomnia, terdapat pada depresi atipikal dan seasonal affective disorder dan sering berkaitan dengan hiperfagia.7,18,27
Perubahan aktifitas fisik sekitar setengah dari pasien depresi menjadi lambat atau perlambatan dalam aktifitas normal mereka. Mereka menunjukkan lambat berfikir, berbicara, pergerakan tubuh atau menurunnya volume isi pembicaraan dengan jeda yang panjang sebelum menjawab. Pada sekitar 70% pasien wanita yang depresi dan 50% laki-laki yang depresi, kecemasan ditampilkan dalam bentuk agitasi psikomotor dengan melangkah
mondar-mandir, tidak mampu duduk tenang dan meremas-remas tangan.26
Hilang energi hampir semua pasien depresi melaporkan hilang energi secara bermakna (anergia), khususnya kelelahan dan umumnya kurang efisien bahkan dalam tugas yang ringan. 7,23,25
Perasaan tak berharga dan rasa bersalah yang berlebihan dan tak wajar pasien depresi dapat mengalami penurunan harga diri yang nyata (dan sering tidak realistik). Pada kebudayaan Eropa, lebih dari setengah pasien depresi menunjukkan rasa bersalah, rentang dari perasaan yang tidak jelas/samar-samar, menjadikan kondisi mereka saat ini hasil dari sesuatu yang telah mereka lakukan dimasa lalu, sampai kepada waham dan kemiskinan atau memiliki dosa yang tidak dapat diampuni. Kultur lain mengalami rasa malu atau penghinaan.7,21,23,26 -27
Konsentrasi yang menurun sekitar separuh pasien depresi
mengeluhkan atau menunjukkan lambat dalam berpikir. Mereka mungkin merasakan tidak mampu berpikir sebaik seperti sebelumnya, membuat mereka tidak dapat
(33)
berkonsentrasi atau mereka mudah terganggu. Mereka sering meragukan kemampuan mereka untuk membuat pertimbangan yang baik dan mereka menemukan bahwa diri mereka tidak sanggup untuk membuat keputusan bahkan yang kecil sekalipun.7,23
Ide bunuh diri beberapa pasien mengalami pikiran kematian yang
berulang. Dalam rentang dari perasaan yang sementara, yang lainnya melaporkan lebih baik mati, sampai rencana nyata dan melaksanakan bunuh diri. Risiko bunuh diri dijumpai sepanjang episode depresif tapi kemungkinan yang paling tinggi adalah segera setelah awal pengobatan dan selama 6-9 bulan setelah pemulihan.23-27
2.3. Migrasi dan depresi
Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2001 menyebutkan diperkirakan lebih dari lima juta laki-laki dan perempuan Afganistan mengalami berbagai distress jiwa termasuk didalamnya depresi, ansietas. Kendati studi epidemiologi terbatas jumlahnya terhadap kejadian gangguan mental yang terjadi. Depresi memainkan peranan yang sangat penting untuk sebuah negara Afganistan dengan populasi penduduk 28 juta hal ini merupakan sinyal khusus.27
Depresif merupakan gangguan psikiatri yang paling sering dijumpai terutama pada wanita yang frekuensinya lebih sering tiga kali pada wanita daripada pria. Sekitar 20% wanita dan 12% pria pada suatu waktu kehidupannya pernah mengalami depresi.19,21Diperkirakan prevalensi depresif bervariasi ditiap negara rentangnya antara 3% di Jepang dan 17% di Amerika Serikat.13
Bhugra melakukan review dan hipotesis yang menjelaskan hubungan antara migrasi dan gangguan mental, dimana pengaruh etnik juga berpengaruh terhadap gangguan mental pada kelompok immigrants. Sebagai tambahan individu yang bermigrasi secara berkelompok atau sosial sentris kemudian
(34)
memasuki ke lingkungan yang bersifat individual dan egosentris akan memiliki perasaan terasing dan mengalami mental distress dengan konsekuensi mereka mengalami kesukaran masuk dalam kelompok baru. Perubahan sosial, asimilasi dan identitas budaya merupakan faktor yang
signifikan dalam hubungannya antara migrasi dan gangguan mental.4
Nazroo pada tahun 1997 dan Shaw dan kawan-kawan pada tahun 1999 menyebutkan keterbatasan jumlah data yang tersedia menunjukkan bahwa kejadian kehidupan seperti peristiwa kehidupan secara umum secara signifikan berhubungan dengan depresi. Beberapa penelitian menunjukkan rerata yang tinggi untuk terjadinya depresi pada kelompok etnik minoritas di komunitasnya dengan beberapa penjelasan termasuk paparan terhadap kehilangan, tidak bekerja, kemiskinan dan rasis.4
Hubungan antara peristiwa kehidupan dan gangguan jiwa tersering telah dilaporkan oleh Vadher dan Ndetel tahun 1981, Guereje tahun 1986, Bebbington tahun 1998. Brown dan Haris pada tahun 1978 mengobservasi sekitar 38% pasien depresi memiliki pengalaman dengan peristiwa kehidupan yang berat. Kesulitan terbesar dihubungkan dengan depresi antara lain sosial ekonomi, kurangnya dukungan sosial, keluarga, merasa tidak berguna, kekalahan, penghinaan, jebakan, rasa rendah diri.4 Perreira dan Pottocnick pada tahun 2010 menyebutkan saat ini beberapa studi telah mendokumentasikan bagaimana pengalaman para imigran berkontribusi terhadap sindrom depresif.13,28
2.4. Beck Depression Inventory II
Beck Depression Inventory II pada lampiran 5 adalah suatu alat ukur
yang digunakan untuk mengukur keparahan dari sindrom depresi yang dapat digunakan pada remaja dan dewasa yang sesuai dengan kriteria dari
(35)
and Statistical Manual of Mental Disorders-IV (DSM-IV) dan American Psychiatric Association tahun 1994.29
Beck Depression Inventory II merupakan revisi dari Beck Depression Inventory (BDI) dan Beck Depression Inventory IA. Tahun 1996 Beck dan
kawan-kawan, tahun 1997 Dozois, Dobson, dan Ahnberg, tahun 1998 Steer, Gheeta, Ranieri, dan Beck telah melakukan validasi BDI II terhadap pasien rawat jalan remaja dan dewasa. BDI II telah menunjukkan reliabilitas tes –
retest terbaik, konsistensi internal tinggi yang dapat merespons dengan
sangat baik dengan koefisien alpa 0,94, dan untuk validitas konvergen tingkat sedang hingga tinggi. Konsistensi internal menunjukkan baik dengan rentang nilai 0,54 hingga 0,74 lebih tinggi daripada yang disampaikan oleh Osman dan kawan-kawan pada tahun 1997 rentang nilainya 0,44 hingga 0,65 dan Dozois beserta kawan-kawan pada tahun 1998 rentang nilainya 0,41 hingga 0,62. Receiver Operating Characteristics (ROC) Analysis mengindikasikan BDI II sangat sensitif dan moderate spesifik dalam menskrining depresi pada tingkat pelayanan dasar, oleh karena pengisian BDI II hanya memerlukan waktu beberapa menit sekitar 5 – 10 menit. dan mudah untuk di nilai.29-31
Pengukuran BDI II merupakan alat ukur yang sederhana, singkat, dan jelas terdiri dari 21 butir pertanyaan penilaian sindrom depresif berdasarkan skala likert 0 hingga 3, dengan perkecualian pada butir nomor 16 dan 18. Pertanyaan butir 16 mengenai perubahan pola tidur dan butir 18 mengenai perubahan selera makan. Pengukuran pada kedua butir ini terdiri dari 0, 1a, 1b, 2a, 2b, 3a, 3c. Peserta ditanya bagaimana yang dirasakan dalam periode 1 hingga 2 minggu terakhir.29,30
Penggunaan BDI II biasanya dapat diselesaikan dalam waktu 5-10 menit. Beck Depression Inventory II adalah melengkapi kuesioner dengan menggunakan kertas dan pensil dan dapat dilakukan sendiri atau dipersentasikan secara oral. Alat ukur ini terdiri dari 21 item yang di isi sediri terdiri dari 4 poin antara 0 – 3. Batas-batas nilai kasar antara 0 - 63, dan kemudian di ubah ke dalam klasifikasi berdasarkan cut scores. Total skor antara 0-13 dipertimbangkan minimal, 14-19 ringan, 20-28 sedang, 29-63
(36)
berat.29,30
Total skor BDI II berhubungan dengan total skor tes psikologis lainnya. BDI II positif berhubungan dengan skala pengukuran untuk ide bunuh diri juga skala Beck Hopelessness. BDI II juga berkorelasi positif dengan Hamilton
Psychiatry Rating Scale for Depression dan Hamilton Psychiatry Rating Scale for Anxiety. BDI II adalah suatu alat ukur yang fleksibel yang dapat digunakan
dalam setting klinis maupun non klinis.29,30
Reliabilitas BDI II memiliki koefisien alpa sebesar 0,92, untuk populasi rawat jalan dengan jumlah sampel 500 sedangkan koefisien alpa dari mahasiswa dengan jumlah sampel 120 dijumpai sebesar 0,93 keduanya melampaui koefisien alpa untuk versi dari BDI terdahulu. Secara umum dapat dikatakan BDI II adalah alat ukur yang sangat berguna dapat dilakukan secara cepat, dan efisien didalam menilai sindrom depresif tidak hanya di lingkungan klinis, tapi dapat juga di luar klinis.29-33
(37)
2.5. Kerangka Konsep
Irreguler Migrants Afganistan
Kriteria Inklusi Kriteria Eksklusi
Karakteristik demografik:
- Usia - Pendidikan - Status
pernikahan Kuesioner BDI II
Sindrom depresif sedang
Sindrom depresif ringan Sindrom depresif berat
Dijumpai sindrom depresif Tidak dijumpai sindrom
depresif
Minimal
(38)
BAB 3. METODE PENELITIAN
3. Metodologi
3.1. Desain Penelitian
• Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan studi cross
sectional.
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian
3.2.1. Tempat penelitian: Lokasi pengungsi Jl. Bunga Lau Pasar III Nomor 4 Padang Bulan.
3.2.2. Waktu Penelitian: 23 November 2011 sampai 30 November 2011.
3.3. Populasi dan Sampel Penelitian
3.3.1.Populasi target : Irreguler migrants Afganistan berusia 18 – 50 tahun. 3.3.2.Populasi terjangkau : irreguler migrants Afganistan berusia 18 – 50 tahun yang berada di lokasi pengungsi Padang Bulan periode November 2011.
3.3.3. Sampel Penelitian : Irreguler migrants Afganistan yang berada di lokasi pengungsi Padang Bulan.
3.3.4. Cara Pemilihan Sampel: probability sampling dengan cara systematic
sampling yaitu setiap subyek yang memenuhi kriteria untuk dipilih
diberi nomor dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah subyek yang diperlukan terpenuhi.
(39)
3.4. Besar Sampel
Tabel 3.4.1. Perhitungan besar sampel 34-36
Jenis Pertanyaan Rumus besar sampel Besar sampel Sindrom depresif pada irreguler migrants Afganistan Deskriptif kategorik
N = Zα2PQ
d2 96
Hubungan sindrom depresif dengan usia
Analitik komparatif kategorik tidak berpasangan n1=n2=Zα(√2PQ+Zβ√P1Q1+P2Q2)2 P1-P2
n1= 40,5 41 n1=n2=total 82 Hubungan sindrom depresif dengan pendidikan Analitik komparatif kategorik tidak berpasangan n1=n2=Zα(√2PQ+Zβ√P1Q1+P2Q2)2 P1-P2
n1= 40,5 41 n1=n2=total 82 Hubungan sindrom depresif dengan status pernikahan Analitik komparatif kategorik tidak berpasangan n1=n2=Zα(√2PQ+Zβ√P1Q1+P2Q2)2 P1-P2
n1= 40,5 41 n1=n2=total 82 Hubungan sindrom depresif dengan keikutsertaan keluarga Analitik komparatif kategorik tidak berpasangan n1=n2=Zα(√2PQ+Zβ√P1Q1+P2Q2)2 P1-P2
n1= 40,5 41 n1=n2=total 82 Hubungan usia, pendidikan, status pernikahan dan keikutsertaan keluarga
Regresi logistik: Rule of
(40)
3.4.2.Untuk melihat apakah terdapat sindrom depresif pada irreguler migrants Afganistan digunakan rumus :32-3,42
Sampel tunggal untuk estimasi proporsi suatu populasi 32 N = Zα2PQ
d2
= (1,96)2 x 0,5 x 0,5 (0,1)2
= 96 jumlah sampel minimal
Keterangan:
Zα = Nilai batas bawah dari nilai Z yang besarnya tergantung pada nilai α
yang ditentukan ; untuk nilai α = 0,05 →Zα = 1,96.
P = Proporsi simtom depresi pada irreguler migrants Afganistan 0,5.
Q = 1- P; 1 – 0,5
d = Tingkat ketepatan absolut yang dikehendaki ( ditetapkan ) = 0,1
3.4.3. Untuk melihat apakah terdapat hubungan sindrom depresif pada
irreguler migrants Afganistan berdasarkan usia, pendidikan, status
pernikahan dan keikutsertaan keluarga digunakan rumus:32-3
n1 =n2 = Zα(√2PQ + Zβ√P1Q1+P2Q2)2
P1-P2
Zα = Nilai batas bawah dari nilai Z yang besarnya tergantung pada nilai α
yang ditentukan ; untuk nilai α = 0,05 →Zα = 1,96.
Zβ = Nilai batas bawah dari nilai Z yang besarnya tergantung pada nilai
yang ditentukan ; untuk nilai β untuk nilai β = 0,20 →Zβ = 0,84.
P = Proporsi sindrom depresi pada irreguler migrants Afganistan 0,5.
(41)
P1 = Proporsi pada kelompok yang nilainya merupakan judgement peneliti
= 0,8 Q1 = 1 - P1
= 0,2
P2 = Proporsi pada kelompok yang nilainya sudah diketahui = 0,5
Q2 = 1 – P2
= 0,5
Kesimpulan
Perhitungan besar sampel yang memberikan jumlah terbanyak adalah minimal sebanyak 96, dengan demikian besar sampel untuk penelitian ini adalah 100 subyek.
3.5. Kriteria Inklusi dan Eksklusi 3.5.1. Kriteria Inklusi
• Irreguler migrants Afganistan.
• Berusia 18 – 50 tahun.
• Berjenis kelamin laki-laki.
• Mampu baca tulis.
• Minimal tamat ibtidaiyah.
• Mampu berbahasa Inggris didampingi penerjemah yang adekuat.
• Kooperatif dan mengisi kuesioner.
3.5.2. Kriteria Eksklusi
• Memiliki gangguan psikiatri sebelum ikut penelitian.
• Memiliki kondisi penyakit medis umum lain melalui anamnesis
(penyakit jantung, diabetes melitus, ginjal, stroke, hiperkolesterolemia).
•
(42)
Semua subyek penelitian akan diminta mengisi persetujuan secara tertulis untuk ikut dalam penelitian setelah mendapatkan penjelasan yang terperinci dan jelas. Selanjutnya subyek penelitian mengisi kuesioner yang dilaporkan sendiri (self-report) untuk melihat respons subyek terhadap sindrom depresif berdasarkan usia, pendidikan, status pernikahan.
3.7. Etika Penelitian
Penelitian ini telah mendapat persetujuan dari Komite Etika Penelitian di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
(43)
3.8. Cara Kerja
3.8.1. Alur pelaksanaan penelitian 36-37
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
Persiapan penelitian
Identifikasi subjek yang berpotensi masuk kedalam penelitian
Informed consent
Penjelasan dan pengarahan kepada subjek penelitian
Tidak bersedia Bersedia
Random
Penilaian lebih lanjut
Tidak memenuhi kriteria
Memenuhi kriteria
(44)
3.8.2. Cara kerja penelitian
1. Persiapan penelitian 36-37 a. Pelatihan tim peneliti.
Pelatihan dilakukan pada semua tim peneliti yang terdiri dari dokter ,perawat, dan penerjemah. Kelayakan tim peneliti untuk ikut serta ditentukan dengan melakukan latihan apakah penerjemah melakukan penjelaskan secara jelas dan dipahami tentang bagaimana mengisi kuesioner.
b. Sertifikasi dokter.
Dokter yang ikut serta dalam penelitian adalah mereka yang telah diakui oleh konsil Kedokteran Indonesia dan memiliki Surat Tanda Registrasi dan surat izin praktek.
c. Sertifikasi penerjemah.
Penerjemah yang ikut serta dalam penelitian adalah mereka yang telah diakui dan telah lulus sertifikasi oleh instansi atau organisasi yang menaunginya.
d. Sertifikasi perawat.
Perawat yang ikut serta dalam penelitian ini adalah mereka yang merupakan anggota Persatuan Perawat Nasional Indonesia telah memiliki ijazah perawat dan surat izin praktek.
e. Alat Ukur.
Untuk mengukur variabel keluaran penelitian digunakan BDI II suatu alat ukur yang valid dan reliabel dapat digunakan oleh karena Reliabilitas BDI II memiliki koefisien alpa sebesar 0,92. Receiver
Operating Characteristics (ROC) Analysis mengindikasikan BDI II
sangat sensitif dan moderate spesifik.
2. Identifikasi subyek yang berpotensi masuk kedalam penelitian.
a. Identifikasi subyek penelitian dilakukan oleh perawat didampingi penerjemah. Perawat yang sudah dilatih menggunakan ceklis identifikasi subyek penelitian. Apabila subyek memenuhi kriteria
(45)
berpotensi, perawat tersebut akan menghubungi tim peneliti untuk prosedur penjelasan dan pengarahan kepada subyek penelitian. 3. Penjelasan dan pengarahan kepada subjek penelitian.
Subyek penelitian yang sudah di identifikasi dikumpulkan didalam satu aula yang terdapat di tempat lokasi pengungsian selanjutnya diberi pengarahan dan penjelasan oleh dokter didampingi penerjemah dan perawat tentang tujuan dan alasan peneliti melakukan penelitian. Serta memberikan kesempatan untuk melakukan tanya jawab yang berhubungan dengan penelitian. Bila subyek penelitian sudah memahami dan bersedia mengikuti penelitian maka mereka akan mengikuti prosedur informed consent.
4. Informed consent.
Dilakukan oleh tim yang terlatih, dilakukan diruang khusus yang tersedia. Kesediaan ikut serta dalam penelitian didokumentasikan dengan menandatangani formulir persetujuan. Subyek akan mendapatkan salinan lembar persetujuan. Bagi yang tidak bersedia maka subyek penelitian tidak dikenakan sanksi apapun.
5. Penilaian lanjut.
a. Subyek penelitian yang sudah menandatangani informed consent selanjutnya diberikan lembar kuesioner dan diberikan waktu 5 hingga 10 menit untuk mengisi kuesioner tersebut, pengisian kuesioner dengan menggunakan pensil atau pulpen dengan cara melingkari jawaban yang sesuai dengan apa yang dialami oleh subyek penelitian. Apabila selama mengisi ada yang masih kurang jelas dapat ditanyakan langsung kepada tim peneliti.
b. Selama mengisi kuesioner tim peneliti meyakinkan kembali kepada subyek penelitian untuk mengisi kuesioner tersebut secara lengkap. c. Memeriksa kuesioner tersebut terisi lengkap selanjutnya
mengumpulkan kuesioner. 6. Random.
(46)
Akan dipilih 100 dari 216 subyek penelitian dengan cara systematic
sampling, berarti diperlukan 100/216 = 1/2 bagian dari populasi yang
akan diikutsertakan sebagai sampel , karena itu setiap subyek ke-2 akan dipilih. Mula-mula tiap subyek diberi nomor dari 1 sampai dengan 216. Tiap subyek yang kedua diambil sebagai sampel bila memenuhi kriteria inklusi, begitu seterusnya hingga terpenuhi jumlah sampel yang dibutuhkan. Selanjutnya subyek penelitian yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dan telah menandatangani informed consent diikutkan dalam penelitian hingga tercukupi jumlah sampel yang dibutuhkan untuk mengisi kuesioner
7. Analisis.
Untuk mengetahui sindrom depresif pada irreguler migrants Afganistan dihubungkan dengan usia, pendidikan, status pernikahan, dan keikutsertaan keluarga dapat dilakukan analisis dengan menggunakan analisis Chi Square.dilanjutkan dengan regresi logistik. Langkah yang dilakukan pertama adalah menentukan variabel yang dihubungkan didalam penelitian ini yaitu, usia dengan sindrom depresif, pendidikan dengan sindrom depresif, pernikahan dengan sindrom depresif, keikutsertaan keluarga dengan sindrom depresif semuanya merupakan variabel kategorik dengan kategorik. Selanjutkan menentukan jenis hipotesis yaitu komparatif, menentukan masalah skala variabel yaitu kategorik, menentukan pasangan atau tidak berpasangan yaitu tidak berpasangan, menentukan jenis tabel baris x kolom untuk hipotesis komparatif tidak berpasangan. Pada baris diletakkan variabel bebas sedangkan pada kolom diletakkan variabel tergantung. Setelah kuesioner lengkap diisi kemudian dianalis dengan menggunakan SPSS versi 18.0.
(47)
3.9. Identitas Variabel
Variabel Bebas:
• Irreguler migrants Afganistan, usia, pendidikan, status pernikahan serta keikutsertaan keluarga yang membawa keluarga dan tidak membawa keluarga.
Variabel Tergantung
• Sindrom depresif yang dinilai dengan menggunakan kuesioner BDI II.
3.10. Definisi Operasional
• Migrasi: Proses dimana individu berpindah dari suatu tempat tinggal ke tempat lain, yang biasanya bersifat menetap atau sementara.
• Immigrants: Orang yang melakukan migrasi.
• Irreguler migrants: Orang yang tidak memiliki kelengkapan dokumen
sesuai dengan hukum dan peraturan keimigrasian, sering merujuk pada illegal migrants atau undocumented migrants.
• Depresi adalah suatu gangguan proses kognitif, yang mempengaruhi
atensi, konsentrasi, memori, dan pembuatan keputusan yang dikarakteristikkan oleh pikiran-pikiran untuk menyalahkan diri sendiri, merasa bersalah, tidak berguna, rendahnya harga diri, dan pikiran tentang kematian.
• Sindrom depresif: Kumpulan tanda dan gejala yang menggambarkan
depresi yang dinilai berdasarkan kuesioner BDI. Derajat sindrom depresif terbagi menjadi ringan, sedang dan berat.
• Beck Depression Inventory II: Adalah suatu alat ukur yang merupakan
analisis self-report untuk sindrom depresif yang bersifat ringkas dan jelas, terdiri dari kumpulan 21 pernyataan, merupakan suatu skala
likert masing-masing pernyataan berisi empat pilihan, dengan rentang
dari nilai 0 (ringan) hingga 3 (berat), kecuali pada butir pertanyaan nomer 16 dan 18.
(48)
• Beck Depression Inventory II: Merupakan interpretasi dari nilai-nilai keparahan:
Nilai 0 - 13 : minimal. Nilai 14 - 19 : ringan. Nilai 20 - 28 : sedang. Nilai 29 - 63 : berat.
• Usia : Lamanya hidup sejak lahir yang dinyatakan dalam satuan.
Dikelompokkan dalam 4 kategori:
- 18 –
- 21 –
- 31 –
- 41 – 50 tahun
• Jenis Kelamin: Laki-laki.
• Pendidikan: Jenjang pendidikan sekolah terakhir yang diselesaikan
dan berdasarkan jenjang pendidikan formal yaitu:
- Tamat primary (ibtidaiyah) dikelompokkan menjadi tingkat
pendidikan rendah.
- Tamat High School (lece) dikelompokkan menjadi tingkat
pendidikan sedang.
- Tamat Diploma atau Perguruan Tinggi dikelompokkan menjadi
tingkat pendidikan tinggi.
• Status pernikahan: Ditentukan apakah subyek masih dalam ikatan
pernikahan (menikah), atau tidak dalam ikatan pernikahan (cerai / tidak menikah ).
• Keikutsertaan keluarga: irreguler migrants yang sudah menikah
dengan membawa keluarga inti yang terdiri dari ayah, ibu dan anak, dan sudah menikah tetapi tidak membawa keluarga inti.
3.11. Rencana Pengolahan dan Analisis Data
Analisis ini dilakukan untuk menjelaskan karakteristik masing-masing variabel yang akan diteliti. Data yang berhasil dikumpulkan diolah dan
(49)
dianalisis dengan menggunakan program Statistical Package for Social
Sciences (SPSS) 18.0. Untuk mengetahui sindrom depresif pada irreguler migrants Afganistan dihubungkan dengan usia, pendidikan, status
pernikahan, dan keikutsertaan keluarga dilakukan analisis dengan menggunakan Chi Square bila memenuhi kriteria. Kriteria untuk signifikansi ada tidaknya hubungan dinyatakan dengan menggunakan nilai P < 0,05. Hasil nilai yang bermakna selanjutnya akan dilakukan analisis dengan menggunakan regresi logistik dinyatakan dalam nilai OR IK 95%.
(50)
BAB 4. HASIL PENELITIAN
Responden sejumlah 100 subyek penelitian yang berada di lokasi pengungsi Jl. Bunga Lau Pasar III Nomor 4 Padang Bulan. Subyek penelitian diikutsertakan pada penelitian ini adalah subyek penelitian yang berada di lokasi pengungsi periode 23 November 2011 sampai 30 November 2011.
Tabel 4.1. Karakteristik demografik irreguler migrants Afganistan berdasarkan usia, pendidikan, status pernikahan
Karakteristik Responden Jumlah %
Umur 18 - 14 14
21 - 30 30
31 - 38 38
41 - 50 tahun 18 18
Total 100 100
Pendidikan Tamat Ibtidaiyah (rendah) 75 75
Tamat Lece(sedang) 19 19
Tamat Diploma / Perguruan
Tinggi (tinggi) 6 6
Total 100 100
Status Pernikahan Menikah 65 65
Tidak Menikah 35 35
Total 100 100
Tabel 4.1. memperlihatkan karakteristik demografik dari irreguler
(51)
orang yaitu 38%, pendidikan tamat ibtidaiyah sebanyak 75 orang yaitu 75%, menikah 65 orang yaitu 65%.
Tabel 4.2. Distribusi keikutsertaan keluarga pada irreguler migrants Afganistan yang telah menikah
Keikutsertaan keluarga
Jumla
h %
Keikutsertaan keluarga
Tidak membawa keluarga 55 84.6
Membawa keluarga 10 15.4
Total 65 100
Tabel 4.2. memperlihatkan keikutsertaan keluarga pada irreguler
migrants Afganistan yang telah menikah 55 orang yaitu 84.6% tidak
membawa keluarga.
Tabel 4.3. Sindrom depresif pada irreguler migrants Afganistan Sindrom
Depresif Jumlah %
Minimal 9 9
Ringan 15 15
Sedang 33 33
Berat 43 43
Total 100 100
Tabel 4.3. memperlihatkan sindrom depresif berat paling banyak pada
irreguler migrants Afganistan sebanyak 43 orang yaitu 43%, diikuti oleh
sindrom depresif sedang sebanyak 33 yaitu 33%, sindrom depresif ringan sebanyak 15 orang yaitu 15%, dan sindrom depresif minimal sebanyak 9 orang yaitu 9%.
(52)
Tabel 4.4. Rerata dan standar deviasi BDI II pada Irreguler migrants Afganistan
BDI II Rerata Standar Deviasi (SD)
24.4 7.3
Tabel 4.4 memperlihatkan bahwa sindrom depresif pada irreguler
migrants Afganistan berdasarkan nilai rerata dan standar deviasi BDI II
diperoleh 24.4 SD 7,3.
Tabel 4.5. Hubungan kelompok usia dengan sindrom depresif pada irreguler migrants Afganistan
Usia
Depresi
P Minimal Ringan Sedang Berat
n % n % n % n %
18 - 1 11.1 1 6.7 6 18.2 6 14.0
21 - 4 44.4 4 26.7 6 18.2 16 37.2
0.60*
31 - 3 33.3 5 33.3 15 45.5 15 34.9
41 - 50 tahun 1 11.1 5 33.3 6 18.2 6 14.0
Total 9 100 15 100 33 100 43 100 *Chi Square P < 0,05, degree of freedom (df)=9
Tabel 4.5. memperlihatkan bahwa sindrom depresif pada kelompok usia 21 – tahun sebanyak 16 orang yaitu 37.2% berupa sindrom depresif berat, dan kelompok usia 31 – tahun 15 orang yaitu 45.5% berupa sindrom depresif sedang dan 15 orang yaitu 34.9% berupa sindrom depresif berat dan kelompok usia 21 – tahun 4 orang yaitu 44.4% minimal. Tidak terdapat hubungan bermakna antara kelompok usia dengan sindrom depresif pada
(53)
Tabel 4.6. Hubungan tingkat pendidikan dengan sindrom depresif pada irreguler migrants Afganistan
Tingkat pendidikan
Depresi
P Minimal Ringan Sedang Berat
n % n % n % n %
Rendah 4 44.4 9 60 28 84.8 34 79.1
Sedang 4 44.4 5 33.3 3 9.09 7 16.3 0,03*
Tinggi 1 11.1 1 6.67 2 6.06 2 4.7
Total 9 100 15 100 33 100 43 100
*Chi Square P < 0,05 df=6
Tabel 4.6. memperlihatkan bahwa sindrom depresif terbanyak pada tingkat pendidikan rendah 34 orang yaitu 79.1% berupa sindrom depresif berat, 28 orang yaitu 84.8% sindrom depresif sedang, 9 orang yaitu 60% sindrom depresif ringan dan 4 orang yaitu 44.4% minimal. Terdapat hubungan bermakna antara tingkat pendidikan dengan sindrom depresif pada irreguler
migrants Afganistan P = 0.03.
Tabel 4.7. Hubungan status pernikahan dengan sindrom depresif pada irreguler migrants Afganistan
Status pernikahan
Depresi
P Minimal Ringan Sedang Berat
n % n % n % n %
Menikah 8 88.9 11 73.3 21 63.6 25 58.1
0,89* Tidak
menikah 1 11.1 4 26.7 12 36.4 18 41.9
(54)
*Chi Square P < 0.05, df=3
Tabel 4.7. memperlihatkan bahwa sindrom depresif terbanyak pada kelompok yang menikah, 25 orang yaitu 58,1% berupa sindrom depresif berat, 21 orang yaitu 63.6% merupakan sindrom depresif sedang, 11 orang yaitu 73.3% merupakan sindrom depresif ringan dan 8 orang yaitu 88.9% minimal. Tidak terdapat hubungan bermakna antara status pernikahan dengan sindrom depresif pada irreguler migrants Afganistan P = 0.89.
Tabel 4.8. Hubungan keikutsertaan keluarga dengan sindrom depresif pada irreguler migrants Afganistan
Keikutsertaa n keluarga
Depresi
P Minimal Ringan Sedang Berat
n % n % n % n %
tidak membawa
keluarga
4
44.
4 7 70 12 92.3 32 97
0,01*
Membawa
keluarga 5
55.
6 3 30 1 7.7 1 3
Total 9 100 10 100 13 100 33 100
*Chi Square P < 0.05 df=3
Tabel 4.8 dapat diamati bahwa status keikutsertaan keluarga yang tidak membawa keluarga 32 orang yaitu 97.% berupa sindrom depresif berat, 12 orang yaitu 92.3% berupa sindrom depresif sedang, 7 orang yaitu 70% berupa sindrom depresif ringan dan 4 orang yaitu 44.4% minimal. Terdapat hubungan bermakna antara status keikutsertaan keluarga dengan sindrom depresif pada irreguler migrants Afganistan P = 0.01.
(55)
Tabel 4.9. Analisis hubungan pendidikan dengan sindrom depresif pada irreguler migrants Afganistan
Tidak di
jumpai sindrom depresif
Di jumpai sindrom depresif
P OR IK 95%
n % n %
Pendidikan Rendah 8 88.9 66 72.5
0.03 3.03* 1.34 4.97
Tinggi 1 11.1 25 27.5
Total 9 100 91 100
*Regresi Logistik
Tabel 4.9 dapat dianalisis pada kelompok pendidikan rendah sebanyak 8 orang yaitu 88.9% tidak dijumpai sindrom depresif dan 66 orang yaitu 72.5% dijumpai sindrom depresif. Dengan regresi logistik maka nilai OR (Odd
Ratio), yaitu sebesar 3.03 dengan IK (Interval Kepercayaan) 95% antara 1.34
sampai dengan 4.97 yang berarti kelompok pendidikan rendah pada irreguler
migrants Afganistan mempunyai kemungkinan 3.03 kali untuk mengalami
(56)
Tabel 4.10. Analisis hubungan keikutsertaan keluarga dengan sindrom depresif pada irreguler migrants Afganistan
Tidak di
jumpai sindrom depresif
Di jumpai sindrom depresif
P OR IK 95%
n % n %
Keikutsertaan
Tidak
membawa 4 44.4 51 95.3
keluarga keluarga
0.01 2.83* 1.67 7.34
Membawa 5 55.6 5 4.7
keluarga
Total 9 100 56 100
*Regresi logistik
Tabel 4.10. dapat dianalisis pada kelompok keikutsertaan keluarga yang membawa keluarga sebanyak 5 orang yaitu 55.6% tidak dijumpai sindrom depresif dan kelompok keikutsertaan keluarga yang tidak membawa keluarga 51 orang yaitu 95.3% dijumpai sindrom depresif. Dengan regresi logistik maka nilai OR, yaitu sebesar 2.83 dengan IK 95% antara 1.67 sampai dengan 7.34 yang berarti kelompok keikutsertaan keluarga yang tidak membawa keluarga pada irreguler immigrants Afganistan mempunyai kemungkinan 2.83 kali untuk mengalami sindrom depresif.
(57)
BAB 5. PEMBAHASAN
Penelitian “Sindrom Depresif Pada Irreguler Migrant Afganistan di Lokasi Pengungsi Padang Bulan dihubungkan dengan Usia, Pendidikan, Status Pernikahan dan Keikutsertaan Keluarga ” merupakan suatu penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional. Tujuan umum penelitian ini untuk mengetahui berapa banyak proporsi irregular migrants Afganistan yang mengalami sindrom depresif dengan menggunakan kuesioner BDI II. Tujuan khususnya adalah untuk mengetahui hubungan sindrom depresif pada
irregular migrants Afganistan berdasarkan karakteristik demografik berdasarkan usia, pendidikan, status pernikahan dan untuk mengetahui adanya hubungan sindrom depresif pada irreguler migrants Afganistan berdasarkan keikutsertaan keluarga dengan membawa keluarga dan tidak
membawa keluarga.
Berdasarkan data demografik dijumpai bahwa sampel penelitian yang terbanyak adalah pada kelompok umur 31- tahun sebanyak 38 orang yaitu 38%, tingkat pendidikan tamat ibtidaiyah sebanyak 75 orang yaitu 75%, menikah sebanyak 65 orang yaitu 65%. Berdasarkan keikutsertaan keluarga dijumpai irreguler migrants Afganistan yang tidak membawa keluarga sebanyak 55 orang yaitu 55%.
Tabel 4.3. memperlihatkan sindrom depresif pada irreguler migrants Afganistan sebanyak 43 orang yaitu 43% merupakan sindrom depresif berat diikuti oleh sindrom depresif sedang sebanyak 33 yaitu 33%, sindrom depresif ringan sebanyak 15 orang yaitu 15%, dan sindrom depresif minimal sebanyak 9 orang yaitu 9%. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Aroian KJ, Norris AE tahun 2003 bahwa sindrom depresif berat dijumpai pada
immigrants, lebih dari satu juta immigrants mengalami sindrom depresif salah
satu penyebabnya oleh karena ketidakmampuan beradaptasi terhadap negara yang menjadi tujuan sering menimbulkan masalah emosional serius
(1)
2 As I look back, I see a lot of failures. 3 I feel I am a total failure as a person. 4. Loss of Pleasure
0 I get as much pleasure as I ever did from the things I enjoy. 1 I don't enjoy things as much as I used to.
2 I get very little pleasure from the things I used to enjoy. 3 I can't get any pleasure from the things I used to enjoy. 5. Guilty Feelings
0 I don't feel particularly guilty.
1 I feel guilty over many things I have done or should have done. 2 I feel quite guilty most of the time.
3 I feel guilty all of the time. 6. Punishment Feelings
0 I don't feel I am being punished. 1 I feel I may be punished.
2 I expect to be punished. 3 I feel I am being punished. 7. Self-Dislike
0 I feel the same about myself as ever. 1 I have lost confidence in myself. 2 I am disappointed in myself. 3 I dislike myself.
8. Self-Criticalness
0 I don't criticize or blame myself more than usual. 1 I am more critical of myself than I used to be. 2 I criticize myself for all of my faults.
3 I blame myself for everything bad that happens.
9. Suicidal Thoughts or Wishes
0 I don't have any thoughts of killing myself.
I I have thoughts of killing myself, but I would not carry them out. 2 I would like to kill myself.
3 I would kill myself if I had the chance. 10. Crying
0 I don't cry anymore than I used to. 1 I cry more than I used to.
2 I cry over every little thing. 3 I feel like crying, but I can't. 11. Agitation
(2)
1 I feel more restless or wound up than usual.
2 I am so restless or agitated that it's hard to stay still.
3 I am so restless or agitated that I have to keep moving or doing something.
12. Loss of Interest
0 I have not lost interest in other people or activities.
1 I am less interested in other people or things than before. 2 I have lost most of my interest in other people or things. 3 It's hard to get interested in anything.
13. Indecisiveness
0 I make decisions about as well as ever.
1 I find it more difficult to make decisions than usual.
2 I have much greater difficulty in making decisions than I used to. 3 I have trouble making any decisions.
14. Worthlessness
0 I do not feel I am worthless.
1 I don't consider myself as worthwhile and usefulas I used to. 2 I feel more worthless as compared to other people.
3 I feel utterly worthless. 15. Loss of Energy
0 I have as much energy as ever.
1 I have less energy than I used to have.
2 I don't have enough energy to do very much. 3 I don't have enough energy to do anything. 16. Changes in Sleeping Pattern
0 I have not experienced any change in my sleeping pattern. la I sleep somewhat more than usual.
lb I sleep somewhat less than usual. 2a I sleep a lot more than usual. 2b I sleep a lot less than usual. 3a I sleep most of the day.
3b I wake up 1-2 hours early and can't get back to sleep. 17. Irritability
0. I am no more irritable than usual. 1. I am more irritable than usual.
2. I am much more irritable than usual. 3. I am irritable all the time.
18. Changes in Appetite
0. I have not experienced any change in myappetite. Ia. My appetite is somewhat less than usual. Ib. My appetite is somewhat greater than usual. 2a.My appetite is much less than before.
(3)
2b.My appetite is much greater than usual. 3a. I have no appetite at all.
3b. I crave food all the time. 19. Concentration Difficulty
0.I can concentrate as well as ever. 1. I can't concentrate as well as usual.
2. It's hard to keep my mind on anything forvery long. 3.I find I can't concentrate on anything.
20. Tiredness or Fatigue
0. I am no more tired or fatigued than usual.
1. I get more tired or fatigued more easily thanusual.
2 .I am too tired or fatigued to do a lot of the thingsI used to do. 3 .I am too tired or fatigued to do most of the things I used to do. 21. Loss of Interest in Sex
0 . I have not noticed any recent change in my interest in sex. 1 . I am, less interested in sex than I used to be.
2 . I am much less interested in sex now. 3 . I have lost interest in sex completely.
Dikutip dari:
1. Lam RW, Michalak EE, Swinson RP. Assesment scales in depression, mania and anxiety. United Kingdom: Taylor & Francis group; 2005.
(4)
Lampiran 7.
RIWAYAT HIDUP PENELITI Data Pribadi
Nama : Ira Aini Dania
Jenis kelamin : Perempuan
Tempat tanggal lahir : Bandung, 27 Desember 1973
Agama : Islam
Alamat :Graha Deli Permai Blok A4 no 14 Johor Medan Telepon : 061 76424393 / 0852 620 66240
Riwayat Pendidikan
Tahun 1984 – 1986 : SD-SPG III Jakarta Tahun 1986 – 1989 : SMPN 41 Jakarta Tahun 1989 – 1992 : SMAN 28 Jakarta
Tahun 1992 – 2000 :Pendidikan dokter umum di Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia
Tahun 2008 – sekarang :Pendidikan Spesialis di bidang Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
Riwayat Pekerjaan
Tahun 2002 – 2003 : PTT Puskesmas Kayamanya Poso Sulawesi Tengah
Tahun 2008 : PNS Puskesmas Paya Bakong Aceh Utara
(5)
Lampiran 8.
Tabel induk penelitian
Proposal Penelitian
Kamis, 17 November 2011, Pukul: wib BLUD RSJ PropSU
(6)
Status Pernikahan
Status Pendidikan
M Menikah
1 pendidikan dasar
TM Tidak menikah 2 pendidikan menengah
3 pendidikan tinggi