Karakteristik dasar subyek penelitian .

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1 Karakteristik dasar subyek penelitian

Penelitian ini dilakukan terhadap 30 orang subyek di Unit Rawat Jalan dan Rawat Inap di RS H. Adam Malik dan Rawat Inap RS. Dr. Pirngadi Medan, Departemen Penyakit Dalam FK USU. Subyek penelitian adalah pasien sirosis hati yang diambil datanya pada Mei 2008 – Agustus 2008. Kisaran usia subyek penelitian berada diantara 28 – 71 tahun. Dari seluruh subyek penelitian yang berusia kurang dari 50 tahun berjumlah 12 orang 40,0, dan merupakan sebaran kelompok usia terbanyak, dan yang berusia 50 – 59 tahun berjumlah 8 orang 26,6, sedang yang berusia ≥ 60 tahun berjumlah 10 orang 33,3 tabel 1. Etiologi sirosis hati terbanyak pasien dengan petanda virus HbsAg + 73,3 . Sedangkan gangguan fungsi hati yang paling banyak ditemukan ialah klasifikasi modifikasi Child – Pugh C 43,3 tabel 1. Delvi Naibaho : Hubungan Pemanjangan Interval QTc Dengan Derajat Disfungsi Hati Pada Penderita Sirosis Hati, 2008 USU e-Repository © 2008 Tabel 1. Karakteristik Demografik dan Klinik Keseluruhan Pasien Variabel Jumlah Persentase Jenis Kelamin Laki – laki Perempuan Kelompok Usia 50 tahun 50 – 59 tahun ≥ 60 tahun Etiologi sirosis hati Alkohol HbsAg + Anti HCV + Klasifikasi Child – Pugh Derajat A Derajat B Derajat C Asites Sedang Ringan Tidak ada Ensepalopati Ada Tidak ada 22 8 12 8 10 6 22 2 7 10 13 6 10 14 1 29 73,3 26,7 40,0 26,6 33,3 20,0 73,3 6,0 23,3 33,3 43,3 20,0 33,3 46,7 3,3 96,6 Sebaran rerata nilai variabel uji laboratorium dan simpang baku seluruh subyek penelitian diperlihatkan pada tabel 2, sebagai berikut: Delvi Naibaho : Hubungan Pemanjangan Interval QTc Dengan Derajat Disfungsi Hati Pada Penderita Sirosis Hati, 2008 USU e-Repository © 2008 Tabel 2. Rerata Nilai Variabel Uji Laboratorium dan SB Keseluruhan Pasien Variabel Uji Laboratorium Rerata ± SB Albumin gdL Bilirubin mgdL Masa Protrombin detik Na mmolL K mmolL Ca mgdL 3,2 ± 0,9 3,5 ± 4,5 5,0 ± 6,6 137,5 ± 1,8 4,1 ± 0,5 8,8 ± 0,4

4.2 .

Gambaran EKG Setelah dilakukan perhitungan menggunakan rumus Bazzet , dihitung reratanya dan diambil simpulan, maka didapatkan interval QTc memanjang pada penelitian ini sebesar 24 orang 80,0 sedangkan 6 orang 20,0 sisanya dalam batas normal tabel 3. Rerata interval QTc berdasarkan derajat Child – Pugh seperti yang terlihat pada tabel 4. Sebaran prevalensi interval QTc memanjang menurut klasifikasi modifikasi Child- Pugh adalah gambar 1 : Child – Pugh A : 1 dari 7 orang 14,3 , Child - Pugh B : 10 dari Delvi Naibaho : Hubungan Pemanjangan Interval QTc Dengan Derajat Disfungsi Hati Pada Penderita Sirosis Hati, 2008 USU e-Repository © 2008 10 orang 100 , Child – Pugh C: 13 dari 13 orang 100 subyek yang mengalami interval QTc memanjang. Tabel 3. Interval QTc pada keseluruhan pasien sirosis hati Interval QTc mdet Jumlah Persentase Memanjang 24 80,0 Normal 6 20,0 Gambar 1. Sebaran prevalensi pemanjangan interval QTc berdasarkan derajat Child- Pugh . Dari gambar ini terlihat bahwa semua pasien sirosis hati Child Pugh B dan C mengalami pemanjangan interval QTc. Delvi Naibaho : Hubungan Pemanjangan Interval QTc Dengan Derajat Disfungsi Hati Pada Penderita Sirosis Hati, 2008 USU e-Repository © 2008 Tabel 4. Rerata Nilai Interval QTc dan SB Berdasarkan Derajat Child- Pugh Variabel n Rerata Interval QTc±SB p Child – Pugh A 7 442,3 ± 34,4 Child – Pugh B 10 520,9 ± 63,9 0,004 Child – Pugh C 13 541,5 ± 63,4 Total 30 511,5 ± 69,1 Ket: SB= simpang baku, p = nilai kemaknaan, n = jumlah. Dari tabel 4 dapat dilihat rerata interval QTc 511,5 mdet ± 69,1 ,dimana rerata interval QTc paling panjang pada child – Pugh C 541,5 ±63,4 dan perbedaan rerata interval QTc diantara derajat Child- Pugh bermakna secara statistik p = 0,004, artinya ada rerata interval QTc yang berbeda. Rerata interval QTc yang berbeda tersebut adalah: Interval QTc CP A dengan interval QTc CP B p = 0,011, interval QTc CP A dengan interval QTc CP C p= 0,001 yang bermakna secara statistik. Tabe 5. Rerata Interval QTc berdasarkan etiologi sirosis hati Variabel n interval Qtc Rerata ±SB p HbsAg + 22 505,1±62,1 Anti HCV + 2 476,0±84,8 0,333 Alkohol 6 511,5±5,0 Ket: SB= simpang baku, p= nilai kemaknaan Delvi Naibaho : Hubungan Pemanjangan Interval QTc Dengan Derajat Disfungsi Hati Pada Penderita Sirosis Hati, 2008 USU e-Repository © 2008 Pada tabel 5 ini terlihat rerata interval QTc lebih panjang pada pasien sirosis hati dengan etiologi alkohol 511,5 ±5,0 tetapi setelah dilakukan uji Anova tidak ada perbedaan bermakna secara statistik terhadap pemanjangan intreval QTc berdasarkan etiologi siorosis hati p=0,333. Artinya bahwa pemanjangan interval QTc tidak dipengaruhi oleh etiologi sirosis hati tersebut. 4.3. Hubungan antara variabel laboratorium dengan Interval QTc memanjang Variabel laboratorium yang berpengaruh terhadap pemanjangan interval QTc dapat dilihat pada tabel 6. Tabel 6. Rerata nilai Variabel Laboratorium menurut Interval QTc Variabel QTc memanjang n=24 Rerata ± SB QTc – N n= 6 Rerata ± SB p Bilirubin mgdL 4,1±4,8 1,1±0,3 0,006 Albumin gdL 2,9±0,7 4,5±0,4 0,01 Masa Protrombin detik 5,6±7,2 2,5±2,1 0,08 K mmolL 3,9±0,4 4,6±0,4 0,003 Na mmolL 137,0±1,5 139,7±1,4 0,003 Ca mgdL 8,7±0,3 9,1±0,6 0,011 N= Normal Delvi Naibaho : Hubungan Pemanjangan Interval QTc Dengan Derajat Disfungsi Hati Pada Penderita Sirosis Hati, 2008 USU e-Repository © 2008 Dari tabel 6 ini dapat dilihat bahwa variabel laboratorium yang berpengaruh terhadap interval QTc adalah bilirubin, albumin, K, dan Na , Kalsium yang bermakna secara statistik. Untuk melihat seberapa kuat korelasi antara variabel laboratorium tersebut dengan interval QTc dilakukan uji korelasi tabel 7. Tabel 7. Korelasi antara variabel Laboratorium dengan Interval QTc Variabel Interval QTc Signifikan r p Bilirubin a mgdL -0,033 0,9 N S Albumin a gdL -0,417 0,02 S Masa Protrombin b detik 0, 26 0,16 N S Na a mmolL -0,32 0,089 NS K a mmolL -0,57 0,002 S Ca a mgdL -0,46 0,01 S r= koefisien korelasi, p = tingkat kemaknaan, NS= Non signifikan, S= signifikan a = uji korelasi Pearson, b = uji korelasi Spearman Setelah dilakukan uji korelasi terhadap variabel laboratorium di dapatkan bahwa hanya albumin, kalsium dan kalium yang berkorelasi negatif bermakna secara statistik dengan interval QTc. gambar 2a,b,c sedangkan kadar bilirubin dan natrium tidak berkorelasi bermakna dengan interval QTc Delvi Naibaho : Hubungan Pemanjangan Interval QTc Dengan Derajat Disfungsi Hati Pada Penderita Sirosis Hati, 2008 USU e-Repository © 2008 Ca 2+ 10.0 9.8 9.6 9.4 9.2 9.0 8.8 8.6 8.4 8.2 Q T c 700 600 500 400 r = - 0,46 p = 0,01 Gambar 2a. Korelasi antara Kalsium dengan Interval QTc. K 5.2 5.0 4.8 4.6 4.4 4.2 4.0 3.8 3.6 3.4 Q T c 700 600 500 400 r = - 0,57 p= 0,002 Gambar 2b. Korelasi antara Kalium dengan Interval QTc Delvi Naibaho : Hubungan Pemanjangan Interval QTc Dengan Derajat Disfungsi Hati Pada Penderita Sirosis Hati, 2008 USU e-Repository © 2008 Albumin 6 5 4 3 2 1 Q T c 700 600 500 400 Ga mbar 2c.Korelasi antara Albumin dengan Interval QTc. r = - 0,417 p= 0,02 Dari gambar 2a,b,c dapat disimpulkan semakin tinggi kadar kalsium, kalium dan albumin maka semakin memendeklah interval QTc. 4.4.Hubungan antara pemanjangan interval QTc dengan derajat disfungsi hati. Pada tabel 8 dapat dilihat bahwa derajat Child- Pugh secara keseluruhan berkorelasi positif bermakna dengan pemanjangan interval QTc Delvi Naibaho : Hubungan Pemanjangan Interval QTc Dengan Derajat Disfungsi Hati Pada Penderita Sirosis Hati, 2008 USU e-Repository © 2008 Tabel 8. Korelasi antara pemanjangan interval QTc dengan derajat Child- Pugh pada keseluruhan pasien. Variabel Interval QTc r : p Derajat Child – Pugh 0,447 ; 0,01 r = koefisien korelasi, p= tingkat kemaknaan . Skor CP 14 12 10 8 6 4 Q T c 700 600 500 400 r = 0,447 Gambar 3. Korelasi antara interval QTc memanjang dengan skor Child – Pugh Pada gambar 3 ini terlihat semakin tinggi skor Child- Pugh maka semakin memanjanglah interval QTc pada penderita sirosis hati. . Delvi Naibaho : Hubungan Pemanjangan Interval QTc Dengan Derajat Disfungsi Hati Pada Penderita Sirosis Hati, 2008 USU e-Repository © 2008

BAB V PEMBAHASAN