• Antihipertensi antiangina : bepridil, lipoflazin, ketanserin. • Lain – lain : sisaprid, fludrokortison, indapamid, pimozid,
proklorperazin, probukol, tamoksifen, vasopresin.
2.4. MEKANISME PEMANJANGAN INTERVAL QTc PADA SIROSIS HATI
Mekanisme yang mendasari pemanjangan interval QT pada sirosis hati belum sepenuhnya dipahami. Namun berdasarkan studi analisa
multivariat menyimpulkan beberapa faktor mungkin berperan dalam pemanjangan interval QT pada penderita sirosis hati antara lain:
3
2.4.1. NEUROPATI OTONOM
Neuropati otonom didefenisikan sebagai gangguan fungsi dan atau struktur susunan saraf otonom simpatis dan parasimpatis karena berbagai
sebab.
21
Reseptor adrenergik dan post reseptor jantung merupakan signal transduser yang penting dalam memodulasi kontraksi miokard. Pada pasien
sirosis hati terjadi peningkatan kadar plasma norepinefrin sebagai marker peningkatan aktivitas sistim saraf simpatis akan menyebabkan perlukaan
pada miokard jantung dan desensitisasi reseptor dan post reseptor adrenergik jantung yang akan mengganggu kontraksi jantung selanjutnya
akan menyebabkan pemanjangan interval QT
3,4
. Meskipun demikian korelasi antara pemanjangan interval QTc dengan
neuropati otonom yang sering terjadi pada penyakit hati kronik masih
Delvi Naibaho : Hubungan Pemanjangan Interval QTc Dengan Derajat Disfungsi Hati Pada Penderita Sirosis Hati, 2008 USU e-Repository © 2008
merupakan spekulasi.
22
Pada model percobaan denervasi simpatetik kardiak menyebabkan pemanjangan interval QTc. Hal ini didukung oleh studi pada
pasien diabetes dan alkoholik bahwa pemanjangan interval QT berhubungan dengan autonomik kardiak. Namun Bernardi dkk 1998 melaporkan,
pemanjangan interval QTc mempunyai korelasi dengan derajat Child-Pugh dan kadar nor-epinefrin plasma. Dalam hal ini hipereaktivitas
simpatoadrenergik dianggap paling bertanggungjawab terhadap patogenesis pemanjangan interval QTc tersebut.
12
Kosar F dkk juga menyimpulkan bahwa pemanjangan interval QTc pada penyakit hati kronis merupakan prediktor
yang paling baik dalam menentukan prognosis perjalanan penyakit hati tersebut .
23
Sedangkan Katalin dkk 2004 melaporkan pemanjangan interval QT pada penyakit hati stadium lanjut dengan neuropati otonom akan
memperburuk prognosis dan meningkatkan mortalitas sebesar 5 kalil lipat.
24
Puthumana dkk 2001 mendapati peningkatan mortalitas dan penurunan rata – rata angka harapan hidup pasien sirosis hati yang mengalami neuropati
otonom.
22
Oliver dkk menemukan neuropati vagus pada 30 pasien penyakit hati non-alkoholik yang non sirosis bilier primer.
25
Frekuensi tersebut masih lebih rendah dibandingkan dengan temuan Thuluvath dkk
26
dan Hendrickse dkk
27
yang mendapati kerusakan sistem saraf parasimpatis pada pasien penyakit hati kronik non alkoholik, masing- masing sebesar 43 dan 44.
Delvi Naibaho : Hubungan Pemanjangan Interval QTc Dengan Derajat Disfungsi Hati Pada Penderita Sirosis Hati, 2008 USU e-Repository © 2008
2.4.2. PERUBAHAN MEMBRAN MIOKARDIUM