Kedudukan Keuangan Daerah Dalam Sistem Pengelolaan Keuangan Negara

3. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi Sebagai daerah Otonom; 4. Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan keluarnya PP No. 58 Tahun 2005; 5. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan; 6. Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005 tentang Informasi Keuangan Daerah.

D. Kedudukan Keuangan Daerah Dalam Sistem Pengelolaan Keuangan Negara

Menurut Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara Dalam perkembangan pengaturan hukum terakhir, dapat dikatakan bahwa dasar hukum yang utama dalam pengelolaan keuangan daerah adalah UU No. 32 Tahun 2004, UU No. 33 Tahun 2004, UU No. 17 Tahun 2003 dan UU No. 1 Tahun 2004. Namun, sebagai garis kebijaksanaan hukum yang mengedepan dalam pengelolaan keuangan daerah seharusnya tetap berpaling pada UUD 1945. Berpijak pada UUD 1945, dasar hukum yang fundamental mengenai pengaturan yuridis pengelolaan keuangan daerah adalah Pasal 23 UUD 1945 yang berbunyi: a. Anggaran pendapatan dan belanja negara sebagai wujud dari pengelolaan keuangan negara ditetapkan setiap tahun dengan undang- undang dan dilaksanakan secara terbuka dan bertanggungjawab untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. b. Rancangan undang-undang anggaran pendapatan dan belanja negara diajukan oleh Presiden untuk dibahas bersama Dewan Perwakilan Habibi Adhawiyah : Kedudukan Keuangan Daerah Dalam Sistem Pengelolaan Keuangan Negara Menurut…, 2007 USU e-Repository © 2008 Rakyat dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah. c. Apabila Dewan Perwakilan Rakyat tidak menyetujui rancangan anggaran pendapatan dan belanja negara yang diusulkan oleh Presiden, Pemerintah menjalankan anggaran pendapatan dan belanja negara tahun yang lalu. Pasal 23 A UUD 1945 sebagai hasil amandemen Ketiga UUD 1945 menetapkan bahwa: “Pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dengan Undang-undang”. Pasal 23 C UUD 1945 menggariskan pula: “Hal-hal lain mengenai keuangan negara diatur dengan Undang-undang”. Penegasan ini merupakan konsekuensi logis dari tatanan yuridis negara hukum yang mengkualifikasikan “Undang-undang” sebagai piranti yuridis yang demokratis. 82 Meskipun menurut Amandemen Keempat UUD 1945 tampak bahwa Penjelasan UUD 1945 tidak lagi menjadi satu kesatuan dengan UUD 1945, namun sebagai bahan untuk mendapatkan pemahaman dapat dikemukakan Penjelasan UUD 1945 yang pernah ada, menyebutkan bahwa: Ayat 1 memuat hak begrooting Dewan Perwakilan Rakyat. Cara menetapkan anggaran pendapatan dan belanja adalah suatu ukuran bagi sifat pemerintah negara. Dalam negara yang berdasarkan fascisme, anggaran itu ditetapkan semata-mata oleh pemerintah. Tetapi dalam negara demokrasi atau dalam negara yang berdasarkan kedaulatan rakyat, seperti Republik Indonesia, anggaran pendapatan dan belanja itu ditetapkan dengan Undang-undang. Artinya, dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat DPR. Betapa caranya rakyat sebagai bangsa akan hidup dan dari mana didapatnya belanja buat hidup, harus ditetapkan oleh rakyat itu sendiri dengan perantara dewan perwakilannya. Rakyat menentukan nasibnya sendiri, karena itu juga mengenai cara hidupnya. 82 Soekarwo, Hukum Pengelolaan Keuangan Daerah, Berdasarkan Prinsip-prinsip Good Financial Governance, Airlangga University Press, Surabaya, 2005, hal. 120 Habibi Adhawiyah : Kedudukan Keuangan Daerah Dalam Sistem Pengelolaan Keuangan Negara Menurut…, 2007 USU e-Repository © 2008 Pasal 23 menyatakan bahwa dalam hal menetapkan pendapatan dan belanja, kedudukan Dewan Perwakilan Rakyat lebih kuat daripada kedudukan Pemerintah ini tanda kedaulatan rakyat oleh karena penetapan belanja mengenai hak rakyat untuk menentukan nasibnya sendiri, maka segala tindakan yang menempatkan beban kepada rakyat, seperti pajak dan lain-lainnya harus ditetapkan dengan Undang-undang dengan persetujuan yaitu dengan Dewan Perwakilan Rakyat. Juga tentang hal macam dan harga mata uang ditetapkan oleh Undang-undang. Ini penting karena kedudukan uang itu besar pengaruhnya atas masyarakat. Uang terutama adalah alat penukar dan pengukur harga. Sebagai alat penukar untuk memudahkan pertukaran jual beli dalam masyarakat. Berhubungan dengan itu perlu ada macam dan rupa uang yang diperlikan. Barang yang menjadi pengukur harga itu, mestilah tetap harganya, jangan naik turun karena keadaan uang itu harus ditetapkan dengan Unadang-undang. Berhubungan dengan itu, kedudukan Bank Indonesia yang akan mengeluarkan dan mengatur peredaran uang kertas, ditetapkan dengan Undang-undang. Ayat 5. Cara pemerintah mempergunakan uang belanja yang sudah disetujui dengan keputusan tersebut. Untuk memeriksa tanggung jawab pemerintah itu perlu ada suatu badan yang terlepas dari pengaruh dan kekuasaan pemerintah. Suatu badan yang tunduk kepada pemerintah tidak dapat melakukan kewajiban yang seberat itu. Sebaliknya bukanlah pula badan yang berdiri di atas pemerintah. Sebab itu kekuasaan dan kewajiban badan itu ditetapkan dengan Undang-undang. Ketentuan Pasal 23 UUD 1945 tersebut mengamanatkan bahwa pengaturan keuangan negara harus bersendikan pada suatu perangkat hukum yang berderajat undang-undang, seperti undang-undang tentang keuangan negara. Pengelolaan keuangan negara memang menjadi urusan publik yang niscaya membutuhkan keterlibatan peran serta public participation dan keterbukaan transparency pemerintahan. Pengaturan hukum pengelolaan keuangan negara dalam undang- undang merupakan tuntutan negara hukum dan demokrasi. Undang-undang Habibi Adhawiyah : Kedudukan Keuangan Daerah Dalam Sistem Pengelolaan Keuangan Negara Menurut…, 2007 USU e-Repository © 2008 keuangan negara menjadi elemen dasar perencanaan keuangan financiele planning dalam suatu negara yang berdasarkan atas hukum. 83 Upaya untuk memiliki sebuah undang-undang bidang keuangan pasca reformasi telah dimulai sejak tahun 2000, dimana pemerintah telah mengajukan paket Rancangan Undang-undang RUU bidang Keuangan kepada Dewan Perwakilan Rakyat DPR yang meliputi RUU Keuangan Negara, RUU Perbendaharaan Negara, dan RUU Pemeriksaan Tanggung Jawab Keuangan Negara. Setelah melalui pembahasan guna penyempurnaan RUU tersebut telah disahkan oleh DPR dan telah diundangkan melalui Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, dan Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Negara. UU No. 17 Tahun 2003 memiliki peran strategis yang melandasi semua perundangan yang berkaitan dengan keuangan negara baik di tingkat pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Hal-hal baru dan perubahan yang mendasar dalam ketentuan keuangan negara yang diatur dalam UU No. 17 Tahun 2003 meliputi pengertian dan ruang lingkup keuangan negara, asas-asas umum pengelolaan keuangan negara, kedudukan presiden sebagai pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan negara, pendelegasian kekuasaan presiden kepada menteri keuangan dan MenteriPimpinan Lembaga, susunan APBN dan APBD, ketentuan mengenai penyusunan dan penetapan APBD, pengaturan hubungan keuangan antara pemerintah 83 C.B. Baard dalam ibid, hal. 121. Habibi Adhawiyah : Kedudukan Keuangan Daerah Dalam Sistem Pengelolaan Keuangan Negara Menurut…, 2007 USU e-Repository © 2008 pusat dan bank sentral, pemerintah daerah dan pemerintahlembaga asing, pengaturan hubungan keuangan antara pemerintah dengan perusahaan negara, perusahaan daerah dan perusahaan swasta, dan badan pengelola dana masyarakat, serta penetapan bentuk dan batas waktu penyampaian laporan pertanggungjawaban pelaksana APBN dan APBD. Misi utama dari ketiga undang-undang tersebut bukan hanya pada keinginan untuk melimpahkan kewenangan dan pembiayaan dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah, tetapi yang lebih penting adalah keinginan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengelolaan sumber daya keuangan daerah dalam rangka peningkatan kesejahteraan dan pelayanan pada masyarakat khususnya di daerah. Untuk itu semangat demokratisasi, desentralisasi, transparansi dan akuntabilitas menjadi sangat penting dalam mewarnai proses penyelenggaraan pada umumnya dan proses pengelolaan keuangan daerah pada khususnya. Di dalam UU No. 17 Tahun 2003, terdapat penegasan di bidang pengelolaan keuangan, yaitu bahwa kekuasaan pengelolaan keuangan negara adalah sebagai bagian dari kekuasaan pemerintahan, dan kekuasaan keuangan negara dari presiden sebagian diserahkan kepada gubernurbupatiwalikota selaku kepala pemerintah daerah untuk mengelola keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. Untuk lebih jelasnya kekuasaan atas pengelolaan keuangan negara diatur dalam Pasal 6 UU No. 17 Tahun 2003 yang menyatakan bahwa: Habibi Adhawiyah : Kedudukan Keuangan Daerah Dalam Sistem Pengelolaan Keuangan Negara Menurut…, 2007 USU e-Repository © 2008 1 Presiden selaku Kepala Pemerintahan memegang kekuasaan pengelolaan keuangan negara sebagai bagian dari kekuasaan pemerintahan. 2 Kekuasaan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1: a. dikuasakan kepada menteri keuangan, selaku pengelola fiskal dan wakil pemerintah dalam kepemilikan kekayaan negara yang dipisahkan; b. dikuasakan kepada menteripimpinan lembaga selaku Pengguna AnggaranPengguna barang kementrian negaralembaga yang dipimpinnya; c. diserahkan kepada gubernurbupatiwalikota selaku kepala pemerintahan daerah untuk mengelola keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan; d. tidak termasuk kewenangan di bidang moneter, yang meliputi antara lain mengeluarkan dan mengedarkan uang yang diatur dengan undang-undang. Ketentuan tersebut berimplikasi pada pengaturan pengelolaan keuangan daerah, yaitu bahwa gubernurbupatiwalikota bertanggungjawab atas pengelolaan keuangan daerah sebagai bagian dari kekuasaan pemerintahan daerah. Dengan demikian pengaturan pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan daerah melekat dan menjadi satu dengan pengaturan pemerintahan daerah, yaitu dalam Undang-undang mengenai Pemerintahan Daerah. Selanjutnya dalam Pasal 10 UU No. 17 Tahun 2003 menyebutkan bahwa: 1 Kekuasaan pengelolaan keuangan daerah sebagaimana tersebut dalam pasal 6 ayat 2 huruf c: a. dilaksanakan oleh kepala satuan kerja pengelola keuangan daerah selaku Pejabat Pengelola APBD; b. dilaksanakan oleh kepala satuan kerja perangkat daerah selaku pejabat pengguna anggaranbarang daerah. 2 Dalam rangka pengelolaan keuangan daerah, Pejabat Pengelola Keuangan Daerah mempunyai tugas sebagai berikut: a. menyusun dan melaksanakan kebijakan pengelolaan APBD; b. menyusun rancangan APBD dan rancangan Perubahan APBD; Habibi Adhawiyah : Kedudukan Keuangan Daerah Dalam Sistem Pengelolaan Keuangan Negara Menurut…, 2007 USU e-Repository © 2008 c. melaksanakan pemungutan pendapatan daerah yang telah ditetapkan dengan Peraturan daerah; d. melaksanakan fungsi bendahara umum daerah; e. menyusun laporan keuangan yang merupakan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD 3 Kepala satuan kerja perangkat daerah selaku pejabat pengguna anggaranbarang daerah mempunyai tugas sebagai berikut: a. menyusun anggaran satuan kerja perangkat daerah yang dipimpinnya; b. menyusun dokumen pelaksanaan anggaran; c. melaksanakan anggaran satuan kerja perangkat daerah yang dipimpinnya; d. melaksanakan pemungutan penerimaan bukan pajak; e. mengelola utang piutang daerah yang menjadi tanggung jawab satuan kerja perangkat daerah yang dipimpinnya; f. mengelola barang milikkekayaan daerah yang menjadi tanggung jawab satuan kerja perangkat daerah yang dipimpinnya; g. menyusun dan menyampaikan laporan keuangan satuan kerja perangkat daerah yang dipimpinnya. Adapun mekanisme pengelolaan keuangan daerah menurut UU No. 17 Tahun 2003 meliputi beberapa hal, yaitu: 1. Perencanaan dan penganggaran dapat juga dilihat dalam Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah, dan Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja dan Anggaran KementrianLembaga 2. Pelaksanaan anggaran, yaitu pendapatan dan belanja dapat juga dilihat dalam UU No. 1 Tahun 2004 3. Pengelolaan kas, utangpiutang, investasi, dan barang milik daerah lebih lanjut diatur dalam Peraturan Pemerintah Habibi Adhawiyah : Kedudukan Keuangan Daerah Dalam Sistem Pengelolaan Keuangan Negara Menurut…, 2007 USU e-Repository © 2008 4. Pertanggungjawaban atas pengelolaan keuangan daerah 5. Pemeriksaan atas keuangan daerah diatur melalui UU No. 15 Tahun 2004 Mengenai perencanaan dan penganggaran yang menjadi kajian dalam penelitian ini, sesuai dengan UU No. 25 Tahun 2004, ada 2 dua dokumen pembangunan jangka menengah di daerah, yaitu: 1. Dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah RPJMD yang memuat arah kebijakan keuangan daerah, strategi pembangunan daerah, kebijakan umum, dan program satuan kerja perangkat daerah, lintas satuan kerja perangkat daerah, dan program kewilayahan disertai dengan rencana-rencana kerja dalam kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif, RPJMD merupakan dasar bagi perencanaan dan penganggaran tahunan, karena itu RPJMD harus dapat dioperasionalkan dalam perencanaan dan penganggaran tahunan. 2. Dokumen Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah Renstra-SKPD yang memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan SKPD yang bersangkutan. Dalam UU tersebut, penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah RKPD dimulai dengan kegiatan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Bappeda menyusun Rancangan Awal RKPD. Selanjutnya Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah SKPD menyiapkan Rencana Kerja Renja SKPD sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya dengan mengacu kepada rancangan awal RKPD dan berpedoman kepada Renstra-SKPD. Setelah Renja-SKPD tersusun, maka Kepala Habibi Adhawiyah : Kedudukan Keuangan Daerah Dalam Sistem Pengelolaan Keuangan Negara Menurut…, 2007 USU e-Repository © 2008 Bappeda mengkoordinasikan penyusunan rancangan RKPD dengan menggunakan Renja-SKPD. Rancangan RKPD yang telah disusun oleh Bappeda menjadi bahan bagi Musrenbang dalam rangka penyusunan RKPD yang diikuti oleh unsur-unsur masyarakat dan penyelenggara pemerintahan. Musrenbang penyusunan RKPD diselenggarakan oleh Bappeda paling lambat bulan Maret. Berdasarkan hasil Musrenbang, Kepala Bappeda menyusun rancangan akhir RKPD. RKPD ditetapkan dengan Peraturan Kepala Daerah dan menjadi pedoman penyusunan RAPBD. Proses penyusunan APBD yang diatur dalam Pasal 17 sampai dengan Pasal 20 UU No. 17 Tahun 2003, dimulai dengan Pemerintah Daerah menyampaikan kebijakan umum APBD tahun anggaran berikutnya sejalan dengan Rencana Kerja Pemerintah Daerah, sebagai landasan penyusunan RAPBD kepada DPRD selambat- lambatnya pertengahan Juni tahun berjalan. Selanjutnya DPRD membahas kebijakan umum APBD yang diajukan oleh Pemerintah Daerah dalam pembicaraan pendahuluan RAPBD tahun anggaran berikutnya. Berdasarkan kebijakan umum APBD yang telah disepakati dengan DPRD, Pemerintah Daerah bersama DPRD membahas prioritas anggaran sementara untuk dijadikan acuan bagi setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah. Berdasarkan Kebijakan Umum APBD, Strategi, dan Plafon sementara yang telah ditetapkan pemerintah dan DPRD, Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah selaku pengguna anggaran menyusun rencana kerja dan anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah RKA-SKPD tahun berikutnya dengan pendekatan berdasarkan Habibi Adhawiyah : Kedudukan Keuangan Daerah Dalam Sistem Pengelolaan Keuangan Negara Menurut…, 2007 USU e-Repository © 2008 prestasi kerja yang akan dicapai. Rencana kerja dan anggaran disertai dengan prakiraan belanja untuk tahun berikutnya setelah tahun anggaran yang sudah disusun. Rencana kerja dan anggaran selanjutnya disampaikan kepada DPRD untuk dibahas dalam pembicaraan pendahuluan RAPBD. Hasil pembahasan rencana kerja dan anggaran disampaikan kepada Pejabat Pengelola Keuangan Daerah sebagai bahan penyusunan Rancangan Peraturan daerah tentang APBD tahun berikutnya. UU No. 17 Tahun 2003 tidak mengatur proses penyusunan dan pembahasan RKA-SKPD. UU No. 17 Tahun 2003 menetapkan bahwa ketentuan lebih lanjut mengenai penyusunan rencana kerja dan anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah diatur dengan Peraturan Daerah. Setelah dokumen Rancangan Perda mengenai APBD tersusun, Pemerintah Daerah mengajukan Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD tersebut, disertai dengan penjelasan dan dokumen-dokumen pendukungnya kepada DPRD pada minggu pertama bulan Oktober. Pembahasan Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD antara Pemerintah Daerah dan DPRD dilakukan sesuai dengan undang-undang yang mengatur susunan dan kedudukan DPRD. Dalam pembahasan Perda RAPBD, DPRD dapat mengajukan usul yang mengakibatkan perubahan jumlah penerimaan dan pengeluaran dalam Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD. Berdasarkan Pasal 186 UU No. 32 Tahun 2004, rancangan Perda kabupatenkota tentang APBD yang telah disetujui bersama dan rancangan Peraturan BupatiWalikota tentang Penjabaran APBD sebelum ditetapkan oleh bupatiwalikota paling lama 3tiga hari Habibi Adhawiyah : Kedudukan Keuangan Daerah Dalam Sistem Pengelolaan Keuangan Negara Menurut…, 2007 USU e-Repository © 2008 disampaikan kepada Gubernur untuk dievaluasi. Hasil evaluasi disampaikan oleh Gubernur kepada BupatiWalikota paling lama 15 lima belas hari terhitung sejak diterimanya Rancangan Perda KabupatenKota dan Rancangan Peraturan BupatiWalikota tentang Penjabaran APBD. Pengambilan keputusan mengenai Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD dilakukan oleh DPRD selambat-lambatnya satu bulan sebelum tahun anggaran yang bersangkutan dilaksanakan. APBD yang disetujui oleh DPRD terinci sampai dengan unit organisasi, fungsi, program, kegiatan, dan jenis belanja. Apabila DPRD tidak menyetujui Rancangan Peraturan Daerah yang diajukan Pemerintah Daerah, untuk membiayai keperluan setiap bulan Pemerintah Daerah dapat melaksanakan pengeluaran setinggi-tingginya sebesar angka APBD tahun anggaran sebelumnya. Sedangkan mengenai pelaksanaan dan perubahan APBD diatur dalam Pasal 26 sampai dengan Pasal 33 UU No. 17 Tahun 2003. Dalam Undang-undang tersebut, setelah APBD ditetapkan dengan peraturan daerah, pelaksanaannya dituangkan lebih lanjut dengan Keputusan BupatiWalikota. Dalam melaksanakan APBD, Pemerintah Daerah menyusun Laporan Realisasi Semester Pertama APBD dan prognosis untuk 6 enam bulan berikutnya. Laporan tersebut disampaikan kepada DPRD selambat- lambatnya pada akhir Juli tahun anggaran yang bersangkutan, untuk dibahas bersama antara DPRD dan Pemerintah Daerah. Habibi Adhawiyah : Kedudukan Keuangan Daerah Dalam Sistem Pengelolaan Keuangan Negara Menurut…, 2007 USU e-Repository © 2008 Penyesuaian APBD dengan perkembangan danatau perubahan keadaan dibahas bersama DPRD dengan Pemerintah Daerah dalam rangka penyusunan prakiraan Perubahan atas APBD tahun anggaran yang bersangkutan, apabila terjadi: 1. Perkembangan yang tidak sesuai dengan asumsi kebijakan umum APBD; 2. Keadaan yang menyebabkan harus dilakukan pergeseran anggaran antar unit organisasi, antar kegiatan, dan antar jenis belanja; 3. Keadaan yang menyebabkan saldo anggaran lebih pada tahun sebelumnya harus digunakan untuk pembiayaan anggaran yang berjalan. Dalam keadaan darurat, Pemerintah Daerah dapat melakukan pengeluaran yang belum tersedia anggarannya, yang selanjutnya diusulkan dalam Rancangan Perubahan APBD danatau disampaikan dalam Laporan Realisasi Anggaran. Pemerintah Daerah mengajukan Rancangan Peraturan Daerah tentang Perubahan APBD tahun anggaran yang bersangkutan untuk mendapatkan persetujuan DPRD sebelum tahun anggaran yang bersangkutan berakhir. Dengan demikian, pengelolaan keuangan daerah merupakan subsistem dari sistem pengelolaan keuangan negara dalam rangka pelaksanaan kewenangan pemerintah daerah sehingga menimbulkan hak dan kewajiban daerah yang dapat dinilai dengan uang, dan merupakan elemen pokok dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah. Hal ini dipertegas dalam UU No. 17 Tahun 2003 dimana kekuasaan pengelolaan keuangan negara adalah sebagai bagian dari kekuasaan Habibi Adhawiyah : Kedudukan Keuangan Daerah Dalam Sistem Pengelolaan Keuangan Negara Menurut…, 2007 USU e-Repository © 2008 pemerintahan, dan kekuasaan keuangan negara dari presiden sebagian diserahkan kepada gubernurbupatiwalikota selaku kepala pemerintah daerah untuk mengelola keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. Habibi Adhawiyah : Kedudukan Keuangan Daerah Dalam Sistem Pengelolaan Keuangan Negara Menurut…, 2007 USU e-Repository © 2008

BAB III SINKRONISASI PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TENTANG