Pengertian, Dasar Hukum dan Ruang Lingkup Keuangan Negara dan

perundang-undangan bertolak dari aturan dasar yakni Undang-undang Dasar 1945 sampai Keputusan Menteri. Tahap perencanaan daerah secara khusus diatur dalam UU No. 25 Tahun 2004 yang mengatur tahapan perencanaan mulai dari Rencana Pemerintah Jangka Panjang RPJP, Rencana Pemerintah Jangka Menengah Daerah RPJMD, Renstra Satuan Kerja Perangkat Daerah Renstra-SKPD, Rencana Kerja Pemerintah Daerah RKPD, dan Rencana Kerja Satuan Kerja Pemerintah Daerah Renja SKPD. Landasan dikeluarkannya undang-undang ini adalah sistem perencanaan nasional yang terintegrasi dari daerah sampai pusat selama ini belum memiliki landasan aturan yang bersifat mengikat. Digulirkannya kebijakan otonomi daerah dan dihapuskannya Garis-garis Besar Haluan Negara GBHN yang selama ini dijadikan landasan perencanaan membawa implikasi akan perlunya kerangka kebijakan yang mengatur sistem perencanaan pembangunan nasional yang bersifat sistematis dan harmonis.

B. Pengertian, Dasar Hukum dan Ruang Lingkup Keuangan Negara dan

Daerah Pada hakekatnya keuangan pusat dan keuangan daerah adalah keuangan negara. 27 Oleh karena itu untuk lebih memahami makna keuangan negara, pertama- 27 Ady Kusnadi et al, Aspek Hukum Pengawasan Dalam Pelaksanaan Keuangan Pusat dan Daerah, Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia, Jakarta, 2000, hal. 22 Habibi Adhawiyah : Kedudukan Keuangan Daerah Dalam Sistem Pengelolaan Keuangan Negara Menurut…, 2007 USU e-Repository © 2008 tama perlu diketahui apa arti negara dan keuangan yang diperlukan oleh negara dalam menjalankan pemerintahan untuk mencapai tujuannya. Negara adalah suatu lembaga kemasyarakatan yang mempunyai wilayah dan pemerintahan yang berkuasa yang didukung oleh warganya di wilayah itu guna mencapai tujuan tertentu. Pandangan para filosof mengenai tujuan negara pada dasarnya adalah sama, yaitu untuk mencapai kesejahteraan warga negaranya. Plato berpendapat bahwa tujuan negara adalah untuk memenuhi keanekaragaman kebutuhan yang tidak dapat dipenuhi manusia secara individu, sementara Aristoteles menyebutkan bahwa tujuan negara adalah untuk menyelenggarakan kehidupan yang baik bagi semua warga negaranya. 28 Keberhasilan negara dalam mencapai tujuannya tersebut, tergantung pada bagaimana negara itu menghimpun dana masyarakat, utamanya pajak guna menyelenggarakan fungsi-fungsinya antara lain keamanan, ketertiban dan hubungan internasional. Hal ini mudah dipahami, karena untuk menjalankan roda pemerintahan, negara membutuhkan dukungan dana yang sangat besar yang bersumber dari pendapatan negara yang potensial, antara lain pajak melalui kebijaksanaan fiskal. Kebijaksanaan pemerintah yang semula terbatas hanya mengenai perpajakan, namun sejalan dengan perkembangan kebutuhan negara mensejahterakan warga masyarakatnya, kebijaksanaan tersebut berkembang lebih luas menjadi kebijaksanaan di bidang keuangan negara. 28 Badan Pemeriksa Keuangan, Keuangan Negara dan Badan Pemeriksa Keuangan, Sekretariat Jenderal Badan Pemeriksa Keuangan, Jakarta, 2000, hal. 9 Habibi Adhawiyah : Kedudukan Keuangan Daerah Dalam Sistem Pengelolaan Keuangan Negara Menurut…, 2007 USU e-Repository © 2008 Keuangan negara sesungguhnya mempunyai arti luas, yaitu di samping meliputi milik negara atau kekayaan negara yang bukan semata-mata terdiri dari semua hak, juga meliputi semua kewajiban. Hak dan kewajiban itu baru dapat dinilai dengan uang apabila dilaksanakan. 29 Definisi keuangan negara sendiri memiliki pengertian yang cukup beragam, dapat diinterpretasikan secara luas maupun sempit, bergantung pada pihak yang berkepentingan terhadapnya. Dalam kepustakaan ilmu hukum, keuangan negara dalam bahasa Belanda dikenal dengan istilah geldmiddelen. Menurut P.H. Van der Kamp, geldmiddelen mengandung pengertian: “...all de rechten die een geld swaarde vertegenwoordegen. Zoomede al hetgeen faan gelden goed tenge volge van die rechten is varkregen...”. 30 Dalam Encyclopedia International dinyatakan bahwa ilmu keuangan negara adalah ilmu yang mempelajari tentang hal-hal yang berhubungan dengan bagaimana cara pemerintah mendapatkan dan menggunakan uang. Hal tersebut meliputi fungsi- fungsi pengumpulan, penerimaan, pinjaman dan pengeluaran yang dilakukan oleh bangsa, negara atau pemerintah daerah. 31 29 Yuswar Zainul Basri dan Mulyadi Subri, op.cit., hal. 1 30 H. Bohari, Hukum Anggaran Negara, Rajawali Pers, Jakarta, 1995, hal. 8, yang artinya: semua hak yang dapat dinilai dengan uang, demikian pula segala sesuatu yang dapat dijadikan milik negara menghubungkan dengan hak-hak tersebut. 31 Pengertian Keuangan Negara yang dianut dalam Encyclopedia International tersebut menjadi pedoman Supreme Audit International SAI. Hal ini pula yang merupakan rumusan Keuangan Negara secara internasional. Ady Kusnady et al, op.cit., hal 25 Habibi Adhawiyah : Kedudukan Keuangan Daerah Dalam Sistem Pengelolaan Keuangan Negara Menurut…, 2007 USU e-Repository © 2008 Sedangkan Goedhart berpendapat bahwa teori keuangan negara membahas keuangan badan-badan hukum publik. Badan-badan ini telah dianugerahi hak-hak publik dan karena itu mampu, dengan cara lain ikut serta dalam proses-proses ekonomi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dari badan-badan swasta dan orang- orang natuurlijke personen. 32 M. Subagio menyebutkan bahwa keuangan negara ialah hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, demikian juga segala sesuatu baik berupa uang maupun barang yang dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban itu. 33 Dari pendapat M. Subagio tersebut nampak unsur-unsur keuangan negara, yaitu uang dan barang yang dijadikan milik negara, kekayaan negara, hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang. Negara mempunyai hak-hak yang menurut keperluannya dapat dinilai dengan uang, misalnya: 34 1. Hak mengenakan pajak kepada warganya, yang pungutannya sekedar perlu atau berdasar undang-undang yang dapat dipaksakan, tanpa memberi imbalan secara langsung kepada orang yang dikenakan pajak. 32 C. Goedhart, Garis-garis Besar Ilmu Keuangan Negara judul asli Hoofdlijnen Van De Leer Der Openbare Financien,diterjemahkan oleh Ratmoko, Djambatan, Jakarta, 1982, hal. 1. Beliau juga menyebutkan bahwa badan-badan hukum publik adalah badan-badan, yang dasar hukumnya terdapat dalam kebutuhan akan pengurusan kebutuhan-kebutuhan bersama daripada para subjek ekonomi perseorangan dan untuk keperluan itu telah diberi hak mendapatkan uang-uang yang diperlukan dengan paksaan atau dengan pungutan. 33 M. Subagio, Hukum Keuangan Negara RI, Rajawali Pers, Jakarta, 1991, hal. 11. M.N. Azmi Achir juga memberikan pengertian yang sama tentang Keuangan Negara. Lebih lanjut lihat Ibnu Syamsi, Dasar-dasar Kebijaksanaan Keuangan Negara, Rineka Cipta, Jakarta, 1994, hal. 252 34 Yuswar Zainul Basri dan Mulyadi Subri, loc.cit Habibi Adhawiyah : Kedudukan Keuangan Daerah Dalam Sistem Pengelolaan Keuangan Negara Menurut…, 2007 USU e-Repository © 2008 2. Negara dapat mencetak uang kertas maupun logam. Pengadaan alat-alat pembayaran yang sah termasuk tugas pemerintah. 3. Hak negara untuk mengadakan pinjaman paksa kepada warganya pengguntingan uang tahun 1950. Selain itu kewajiban negara juga dapat dinilai dengan uang, yaitu: 35 1. Kewajiban menyelenggarakan tugas negara demi kepentingan masyarakat, seperti pemeliharaan keamanan dan ketertiban, pembuatan dan perbaikan jalan raya, pelabuhan dan pangkalan udara, pembangunan gedung-gedung sekolah, rumah sakit, waduk, pembuatan dan pemeliharaan pengairan, serta pembangunan dan pemeliharaan alat perhubungan. 2. Kewajiban membayar atas hak tagihan dari pihak-pihak yang melakukan sesuatu atau perjanjian dengan pemerintah, misalnya pembelian barang- barang untuk keperluan pemerintah negara ataupun rakyat, pembangunan gedung pemerintah dan sebagainya. Sedangkan pakar lain Otto Eckstein menyatakan: 36 Keuangan negara adalah bidang yang mempelajari akibat-akibat dari anggaran belanja negara atas ekonomi, khususnya akibat dari dicapainya tujuan-tujuan ekonomi yang pokok, pertumbuhan, kemantapan, keadilan, dan efisiensi. Juga dipelajari tentang bagaimana seharusnya andaikata ingin mencapai tujuan-tujuan tertentu, seperti misalnya pertumbuhan yang lebih cepat atau distribusi pendapatan yang lebih adil, kebijaksanaan- kebijaksanaan yang bagaimanakah yang akan dapat mengarah ke tujuan- tujuan itu. 35 Ibid, hal. 2. Mengenai kewajiban negara ini Ibnu Syamsi menyebutkan juga bahwa kewajiban negara adalah membiayai pengeluaran-pengeluaran negara dalam rangka pelaksanaan tugas-tugas pemerintah sesuai dengan Pembukaan UUD 1945 yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Lihat Ibnu Syamsi, loc.cit 36 Otto Eckstein dalam Badan Pemeriksa Keuangan, op.cit, hal. 17 Habibi Adhawiyah : Kedudukan Keuangan Daerah Dalam Sistem Pengelolaan Keuangan Negara Menurut…, 2007 USU e-Repository © 2008 Otto Eckstein juga menyatakan bahwa keuangan negara membahas kegiatan- kegiatan penerimaan dan pengeluaran pemerintah, yang dibahas adalah anggaran negara, pajak-pajak, pengeluaran pemerintah dan utang-utang pemerintah. Bahasannya meliputi ruang lingkup kegiatan pemerintah, efisiensi dalam pengeluaran, baik yang dilakukan di tingkat pemerintah pusat maupun di tingkat pemerintah daerah, masalah-masalah koordinasi dan perencanaan, efisiensi dan pertumbuhan pajak, dan peranan utang negara dan ekonomi. 37 Dari pendapat yang dikemukakan Eckstein tersebut dapat diketahui bahwa unsur-unsur keuangan negara meliputi anggaran pendapatan dan belanja negara, akibat-akibat kebijaksanaan di bidang ekonomi, dan hal-hal yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan pemerintah pusat dan daerah. Menurut H. Bohari, pengertian keuangan negara mempunyai arti yang berbeda tergantung pada sudut mana melihatnya. Ketentuan dalam Tambahan Lembaran Negara 1776 menyatakan dengan keuangan negara tidak hanya dimaksud uang negara tetapi seluruh kekayaan negara, termasuk di dalamnya segala bagian harta milik kekayaan itu dan segala hak dan kewajiban yang timbul karenanya baik kekayaan itu berada dalam pengurusan pada pejabat-pejabat atau lembaga-lembaga yang termasuk pemerintahan umum maupun dalam penguasaan dan pengurusan bank-bank pemerintah, yayasan-yayasan pemerintah, dengan status hukum publik maupun perdata, perusahaan-perusahaan negara dan perusahaan dimana pemerintah 37 Ibid Habibi Adhawiyah : Kedudukan Keuangan Daerah Dalam Sistem Pengelolaan Keuangan Negara Menurut…, 2007 USU e-Repository © 2008 mempunyai kepentingan khusus dalam penguasaan dan pengurusan pihak lain maupun berdasarkan perjanjian dan penyertaan partisipasi pemerintah ataupun penunjukan dari pemerintah. 38 Sedangkan Suparmoko menggunakan istilah ilmu keuangan negara yang diartikan sebagai berikut: Yang dimaksud dengan ilmu keuangan negara adalah bagian dari bidang ekonomi yang mempelajari tentang kegiatan-kegiatan pemerintah dalam bidang ekonomi terutama mengenai penerimaan dan pengeluarannya beserta dengan pengaruh-pengaruhnya terhadap pencapaian tujuan-tujuan kegiatan ekonomi seperti pertumbuhan ekonomi, stabilitas harga-harga, distribusi penghasilan yang lebih merata dan juga peningkatan efisiensi dan penciptaan kesempatan kerja. Jadi ilmu keuangan negara merupakan suatu studi tentang apa yang seharusnya. Misalnya jika ingin mencapai tujuan- tujuan tertentu seperti pertumbuhan ekonomi atau distribusi penghasilan yang lebih merata maka harus menentukan kebijakan yang bagaimanakah yang harus dijalankan untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut. 39 Dari pendapat Suparmoko ini tampak unsur-unsur keuangan negara, yaitu kegiatan pemerintah yang berkaitan dengan penerimaan dan pengeluaran, dan pengaruh dari anggaran pendapatan dan belanja negara. Sedangkan Harjono Sumosudirdjo menggunakan istilah keuangan negara yang artinya adalah semua hak dan kewajiban yang dapat dinilai dengan uang, demikian pula segala sesuatu baik berupa uang maupun barang yang dapat dijadikan kekayaan negara, berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut. 40 38 H. Bohari, loc.cit 39 Suparmoko dalam Ady Kusnadi et al, op.cit, hal. 26 40 Badan Pemeriksa Keuangan, op.cit, hal. 19 Habibi Adhawiyah : Kedudukan Keuangan Daerah Dalam Sistem Pengelolaan Keuangan Negara Menurut…, 2007 USU e-Repository © 2008 Dari pengertian tersebut di atas dapat dilihat luasnya arti keuangan negara ini, yaitu meliputi hak milik negara atau kekayaan negara, yang terdiri dari hak dan kewajiban yang dapat dinilai dengan uang apabila hak dan kewajiban itu dilaksanakan. 41 Pengertian keuangan negara tidak hanya dimaksud uang negara, melainkan seluruh kekayaan negara termasuk di dalamnya segala hak dan kewajiban yang timbul karenanya, baik kekayaan berada dalam pengelolaan para pejabat-pejabat danatau lembaga-lembaga yang termasuk pemerintahan umum maupun yang berada dalam pengelolaan bank-bank pemerintah, yayasan-yayasan pemerintah dengan status hukum publik ataupun privat, badan-badan usaha negara serta badan-badan usaha lain dimana pemerintah mempunyai kepentingan khusus serta terikat dalam perjanjian dengan penyertaan pemerintah ataupun penunjukan dari pemerintah. Sedangkan pengertian keuangan negara secara yuridis 42 dapat ditelusuri melalui dasar hukumnya yaitu Pasal 23 Undang-undang Dasar 1945. Sebagai dasar hukum keuangan negara, Undang-undang Dasar 1945 Pasal 23 sebelum amandemen menyebutkan bahwa: 1. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara APBN ditetapkan tiap-tiap tahun dengan undang-undang. Apabila Dewan Perwakilan Rakyat DPR tidak menyetujui anggaran yang diusulkan pemerintah, maka pemerintah menjalankan anggaran tahun yang lalu. 41 H. Bohari, loc.cit 42 Pemahaman secara yuridis tentang keuangan negara diperlukan sebagai dasar untuk menyamakan persepsi dalam rangka melaksanakan kegiatan dari lembaga negara yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan negara Habibi Adhawiyah : Kedudukan Keuangan Daerah Dalam Sistem Pengelolaan Keuangan Negara Menurut…, 2007 USU e-Repository © 2008 2. Segala pajak untuk keperluan negara berdasarkan undang-undang. 3. Macam dan harga mata uang ditetapkan dengan undang-undang. 4. Hal keuangan negara selanjutnya diatur dengan undang-undang. 5. Untuk memeriksa tanggung jawab tentang keuangan negara, diadakan suatu Badan Pemeriksa Keuangan BPK, yang pengaturannya ditetapkan dengan undang-undang. Sedangkan dalam amandemen ketiga Undang-undang Dasar 1945 juga belum memuat batasan yang jelas tentang substansi keuangan negara. Bab VIII Hal Keuangan Pasal 23 ayat 1 UUD 1945 menyebutkan bahwa “Anggaran pendapatan dan belanja negara sebagai wujud dari pengelolaan keuangan negara ditetapkan setiap tahun dengan undang-undang dan dilaksanakan secara terbuka dan bertanggungjawab untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.” Dari dasar hukum yang mengatur tentang pengelolaan keuangan negara tersebut di atas belum ditemukan apa yang dimaksud dengan keuangan negara, begitu juga apabila ditelusuri peraturan-peraturan pelaksana yang didasarkan pada Pasal II Aturan Peralihan UUD 1945, seperti Indische Comptabiliteitswet ICW 43 dan Instructie en Verdere Bepalingen voor de Algemeene Rakenkamer IAR juga tidak ditemukan maknanya. 43 Dasar hukum pengelolaan keuangan Negara secara historis dapat ditelusuri dari masa sebelum dan sesudah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia. Untuk itu, berbicara mengenai sejarah perkembangan bidang hukum pengelolaan keuangan Negara pertama-tama tidak dapat dilepaskan dari Indische Comptabiliteitswet ICW. ICW merupakan Undang-undang Perbendaharaan Negara yang ditetapkan pada tahun 1864 dan mulai berlaku untuk pertama kalinya pada tanggal 1 Januari 1967. Dewasa ini berdasarkan Pasal 72 UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, ICW yang termuat dalam Staatsblad Tahun 1925 No. 448 sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang-undang No. 9 Tahun 1968 sudah dinyatakan tidak berlaku lagi. Lebih lanjut lihat M. Subagio, op.cit, hal. 21 Habibi Adhawiyah : Kedudukan Keuangan Daerah Dalam Sistem Pengelolaan Keuangan Negara Menurut…, 2007 USU e-Repository © 2008 Dalam upaya mewujudkan sistem pengelolaan fiskal yang berkesinambungan sustainable sesuai dengan aturan pokok yang ditetapkan dalam Undang-undang Dasar dan asas-asas umum yang berlaku secara universal dalam penyelenggaraan pemerintahan negara serta untuk menyamakan persepsi dalam rangka melaksanakan kegiatan dari lembaga negara yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan negara maka dibentuklah undang-undang yang mengatur tentang pengelolaan keuangan negara, yaitu dengan dikeluarkannya UU No. 17 Tahun 2003. UU No. 17 Tahun 2003 Pasal 1 angka 1 mendefinisikan tentang keuangan negara, yaitu “Keuangan Negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.” Selanjutnya dalam Pasal 2 UU No. 17 Tahun 2003 menyebutkan bahwa: Keuangan Negara sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 angka 1, meliputi: a. Hak negara untuk memungut pajak, mengeluarkan dan mengedarkan uang, dan melakukan pinjaman; b. Kewajiban negara untuk menyelenggarakan tugas layanan umum pemerintahan negara dan membayar tagihan pihak ketiga; c. Penerimaan Negara; d. Pengeluaran Negara; e. Penerimaan Daerah; f. Pengeluaran Daerah; g. Kekayaan Negarakekayaan Daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa uang, surat berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan negaraperusahaan daerah; h. Kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah dalam rangka penyelenggaraan tugas pemerintahan danatau kepentingan umum; Habibi Adhawiyah : Kedudukan Keuangan Daerah Dalam Sistem Pengelolaan Keuangan Negara Menurut…, 2007 USU e-Repository © 2008 i. Kekayaan pihak lain yang diperoleh dengan menggunakan fasilitas yang diberikan pemerintah. Pendekatan yang digunakan dalam merumuskan Keuangan Negara adalah dari sisi objek, subjek, proses, dan tujuan. 44 Dari sisi objek, yang dimaksud dengan keuangan negara meliputi semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kebijakan dan kegiatan dalam bidang fiskal, moneter dan pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut. Dari sisi subjek, yang dimaksud dengan keuangan negara meliputi seluruh objek sebagaimana tersebut di atas yang dimiliki negara danatau dikuasai oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Perusahaan NegaraDaerah, dan badan lain yang ada kaitannya dengan keuangan negara. Dari sisi proses, keuangan negara mencakup seluruh rangkaian kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan objek sebagaimana tersebut di atas mulai dari perumusan kebijakan dan pengambilan keputusan sampai dengan pertanggungjawaban. Dari sisi tujuan, keuangan negara meliputi seluruh kebijakan, kegiatan dan hubungan hukum yang berkaitan dengan pemilikan danatau penguasaan objek sebagaimana tersebut di atas dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan negara. Bidang pengelolaan keuangan negara yang demikian luas dapat dikelompokkan dalam sub bidang pengelolaan fiskal, sub bidang pengelolaan moneter, dan sub bidang pengelolaan keuangan negara yang dipisahkan. Arifin P. Soeria Atmadja menyebutkan bahwa keuangan negara adalah urat nadi negara, tanpa uang, negara tidak dapat menjalankan hidupnya. 45 Dengan perkataan lain tanpa keuangan negara tidak mungkin seluruh alat perlengkapan negara yang 44 Selengkapnya periksa Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Penjelasannya. 45 Arifin P. Soeria Atmadja, Kapita Selekta Keuangan Negara: Suatu Tinjauan Yuridis, Universitas Tarumanegara, UPT Penerbitan, Jakarta, 1996, hal. 4. Habibi Adhawiyah : Kedudukan Keuangan Daerah Dalam Sistem Pengelolaan Keuangan Negara Menurut…, 2007 USU e-Repository © 2008 mewakili negara sebagai badan hukum publik melaksanakan fungsinya. Keuangan dari rumah tangga negara ini dituangkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara APBN. 46 APBN merupakan anggaran negara. Anggaran negara adalah rencana pengeluaranbelanja dan penerimaanpembiayaan belanja suatu negara untuk suatu periode tertentu. 47 Pelaksanaan kegiatan keuangan dalam bentuk APBN menganut sistem pengurusan keuangan yang terdiri dari pengurusan umum pengurusan administratif dan pengurusan khusus pengurusan bendaharawan. Pengurusan umum tersebut 46 Ibid. Selanjutnya Arifin P. Soeria Atmadja juga memberikan pengertian anggaran dalam tiga macam arti, yaitu Anggaran Negara dalam pengertian administratif, Anggaran Negara ditinjau dari sudut konstitusi, dan Anggaran Negara ditinjau dari sudut undang-undang dan peraturan pelaksananya. Selengkapnya lihat Arifin P. Soeria Atmadja, Mekanisme Pertanggungjawaban Keuangan Negara: Suatu Tinjauan Yuridis, PT. Gramedia, Jakarta, 1986, hal. 10-20 47 Abdul Halim, Akuntansi Sektor Publik: Akuntansi Keuangan Daerah, Salemba Empat, Jakarta, 2002, hal. 12. Selanjutnya Suparmoko menyebutkan bahwa anggaran merupakan suatu alat perencanaan mengenai pengeluaran dan penerimaan atau pendapatan di masa yang akan datang, umumnya disusun untuk satu tahun. Di samping itu anggaran merupakan alat kontrol atau pengawasan terhadap baik pengeluaran maupun pendapatan di masa yang akan datang. Beliau juga mengartikan anggaran budget ialah suatu daftar atau pernyataan yang terperinci tentang penerimaan dan pengeluaran negara yang diharapkan dalam jangka waktu tertentu; yang biasa adalah satu tahun Lihat M. Suparmoko, Ekonomi Publik: Untuk Keuangan dan Pembangunan Daerah, Edisi Pertama, Andi, Yogyakarta, 2002, hal. 26. Periksa juga M. Suparmoko, Keuangan Negara Dalam Teori dan Praktek, BPFE, Yogyakarta, 1996, hal. 49. Sementara Goedhart menyebutkan bahwa istilah anggaran Negara biasanya digunakan untuk menamai perkiraan normatif daripada semua pengeluaran Negara dan alat- alat pembiayaan yang diperlukan untuk menutup pengeluaran mengenai sesuatu jangka waktu tertentu di masa yang akan datang, yang pada waktu-waktu yang teratur disusun secara sistematis. Dengan demikian anggaran Negara itu dirumuskan dalam arti sosial ekonomis sebagai rencana keuangan. Dipandang dari sudut hukum tata negara, anggaran negara dapat dirumuskan sebagai keseluruhan undang-undang yang ditetapkan secara periodik, yang memberi kuasa kepada kekuasaan eksekutif untuk melaksanakan pengeluaran mengenai periode tertentu dan menunjukkan alat-alat pembiayaan yang diperlukan untuk menutup pengeluaran tersebut. Lihat C. Goedhart, op.cit, hal. 302 Habibi Adhawiyah : Kedudukan Keuangan Daerah Dalam Sistem Pengelolaan Keuangan Negara Menurut…, 2007 USU e-Repository © 2008 mengandung unsur penguasaan, sedangkan pengurusan khusus mengandung kewajiban. 48 Pengurusan umum yang berisi hak penguasaan dilaksanakan oleh otorisator 49 , sedangkan yang berisi hak memberikan perintah menagih dan membayar dilaksanakan oleh ordonator 50 . Yuswar Zainul Basri dan Mulyadi Subri juga mengemukakan hal yang sama bahwa pada pokoknya pengelolaan keuangan negara terdiri dari pengurusan umum dan pengurusan khusus, dimana pengurusan umum terdiri dari penguasa pejabat yang menguasai anggaran otorisator dan penguasa pejabat yang berhak menerbitkan Surat Perintah MembayarSPM ordonator. Sedangkan pengurusan 48 Ibnu Syamsi, op.cit, hal. 254. Selanjutnya Abdul Halim menyebutkan bahwa pengurusan keuangan Negara terdiri atas 2dua pengurusan, yaitu pengurusan umumadministratif dan pengurusan khusus bendaharawancomptabel. Pengurusan umum berisi hak penguasaan serta memberikan perintah menagih dan membayar. Pelaksanaan pengurusan ini menimbulkan pengeluaran danatau penerimaan daerah. Di lain pihak pengurusan khusus berisi kewajiban menerima, menyimpan, mengeluarkan atau membayar uang atau yang disamakan dengan uang dan barang milik Negara. Lihat Abdul Halim, op.cit, hal. 11. Mamesah menegaskan terdapat beberapa persamaan dan perbedaan dalam kedua pengurusan tersebut. Persamaannya adalah bahwa baik pengurusan umum maupun pengurusan khusus mengandung unsur pengurusan dan pertanggungjawaban, serta terikat pada ketentuan peraturan perundangan. Sedang perbedaannya adalah pengurusan umum bersifat luas, memiliki unsur kekuasaan atau perintah, objeknya meliputi keuangan negara atau daerah, wujud tindakannya berakibat pengeluaran negaradaerah, dan atau penerimaan bagi negaradaerah, pertanggungjawabannya berupa perhitungan anggaran pendapatan dan belanja, serta penyempaian pertanggungjawaban keuangannya disampaikan satu kali dalam setiap tahun anggaran. Pengurusan khusus bersifat sempit, memiliki unsur kewajiban melaksanakan perintah pengurusan umum, objeknya meliputi uang dan barang, wujud tindakannya menerima, menyimpan, membayarmengeluarkan uangbarang dan mempertanggungjawabkannya, sedang pertanggung jawabannya berupa surat pertanggungjawaban keuangan, dan disampaikan setiap bulan. Lihat Mamesah, op.cit, hal. 54 49 Otorisator adalah pejabat yang mempunyai wewenang mengambil tindakan yang mengakibatkan pengeluaran negara. Otorisator adalah presiden, yang dalam pelaksanaan melimpahkan wewenang kepada Menteri Negara dan pejabat lain. Abdul Halim, loc.cit 50 Ordonator adalah pejabat yang mempunyai wewenang menguji tagihan negara dan memerintahkan pembayaran atau penagihan sebagai akibat adanya tindakan otorisator. Ordonator dipegang oleh Menteri Keuangan, yang dalam pelaksanaan melimpahkan wewenang kepada Direktorat Jenderal Anggaran. Ibid, hal. 12 Habibi Adhawiyah : Kedudukan Keuangan Daerah Dalam Sistem Pengelolaan Keuangan Negara Menurut…, 2007 USU e-Repository © 2008 khusus bendaharawan terdiri dari bendaharawan umum, bendaharawan khusus untuk pengeluaran tertentu, dan bendaharawan materiil. 51 Dengan demikian, dalam pengelolaan keuangan negara sebenarnya tercakup beberapa peran penting pemerintah suatu negara, yaitu: 52 1. Pemerintah yang memegang pimpinan di bidang keuangan. 2. Penguasa yang menjalankan pengurusan umum otorisator dan ordonator serta pejabat yang ditunjuk menjalankan pengurusan khusus bendaharawan. 3. Wilayah grondebied berlakunya sistem pengurusan dan pertanggungjawaban keuangan. 4. Hal-hal yang menyangkut pertanggungjawaban dan pengawasan keuangan. 5. Prosedur yang ditempuh dalam menghadapi ketidakcocokan anggaran. Oleh karena itu, pembicaraan mengenai keuangan negara pada dasarnya membahas pula topik-topik kajian keuangan badan-badan hukum publik. Badan- badan ini telah dianugerahi hak-hak hukum publik, sehingga dengan cara lain mampu ikut serta dalam proses-proses ekonomi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang mendasar dari badan-badan swasta maupun orang perorangan warga negara. 53 Hal ini berarti bahwa pengelolaan keuangan menyangkut persoalan anggaran negara. John F. Due mendefinisikan anggaran negara sebagai berikut “... a budget is 51 Yuswar Zainul Basri dan Mulyadi Subri, op.cit, hal. 4 52 M. Subagio, op.cit, hal. 14 53 John F. Due, Keuangan Negara RI, UI Press, Jakarta, 1985, hal. 63 Habibi Adhawiyah : Kedudukan Keuangan Daerah Dalam Sistem Pengelolaan Keuangan Negara Menurut…, 2007 USU e-Repository © 2008 general sense of term, is a financial plan for specified period time. ... a government budget, therefore is a statement of proposed expenditures and expected revenues for the coming period together with data of actual expenditures and revenues for current and past period.” 54 Dari definisi di atas jelas bahwa anggaran belanja yang terdapat dalam rangkaian pengelolaan keuangan daerah juga memuat data-data keuangan mengenai pengeluaran-pengeluaran dan penerimaan-penerimaan dari tahun yang lalu, jumlah taksiran untuk tahun yang sedang berjalan, dan jumlah keuangan yang diusulkan untuk tahun yang akan datang. 55 Anggaran negara memiliki beberapa fungsi, yaitu: 56 1. Sebagai pedoman bagi pemerintah dalam mengelola negara untuk suatu periode di masa mendatang. 2. Sebagai alat pengawas bagi masyarakat terhadap kebijaksanaan yang telah dipilih pemerintah karena sebelum anggaran negara dijalankan harus mendapat persetujuan DPR terlebih dahulu. 3. Sebagai alat pengawas bagi masyarakat terhadap kemampuan pemerintah dalam melaksanakan kebijaksanaan yang telah dipilihnya karena pada akhirnya anggaran harus dipertanggungjawabkan pelaksanaannya oleh pemerintah kepada DPR. Menurut M. Subagio, materi atau isi anggaran negara dapat dibedakan menjadi 4empat golongan, yaitu: 57 54 M. Subagio, op.cit, hal. 13 55 John F. Due, loc.cit 56 Abdul Halim, op.cit, hal. 13 57 M. Subagio, op.cit, hal. 15 Habibi Adhawiyah : Kedudukan Keuangan Daerah Dalam Sistem Pengelolaan Keuangan Negara Menurut…, 2007 USU e-Repository © 2008 1. Pendapatan Negara Pendapatan negara 58 dapat digolongkan lagi menjadi 3tiga bagian, yakni penerimaan dalam negeri, penerimaan pembangunan, dan penerimaan insidentil. Penerimaan dalam negeri meliputi penerimaan dari pajak langsung dan pajak tidak langsung, dan penerimaan bukan pajak. Penerimaan pembangunan meliputi bantuan program dalam bentuk kredit atau grant, dan bantuan proyek berupa peralatan maupun keahlian. 2. Pengeluaran Negara Pengeluaran negara 59 dibedakan lagi ke dalam pengeluaran rutin current expenditure dan pengeluaran pembangunan capital expenditure. Yang termasuk dalam pengeluaran negara adalah belanja pegawai, belanja barang, gaji dan upah, pembelian tanah, bahan-bahan, pembelian peralatan dan mesin, pengangkutan, biaya perjalanan, biaya konstruksi, bea masuk dan pajak, dan lain-lain. 3. Utang-utang Negara Utang negara dapat dibedakan ke dalam utang dalam negeri dan utang luar negeri. Utang dalam negeri biasanya berasal dari obligasi, sedang utang luar negeri berasal dari lembaga-lembaga, seperti IGGI, Bank Dunia, swasta asing, maupun negara asing. 4. Administrasi Keuangan Negara Mustopadidjaja AR menyebutkan bahwa sebagian besar dari ruang pengelolaan keuangan dalam anggaran belanja pada umumnya digunakan untuk alokasi biaya- 58 Pendapatan NegaraPenerimaan Negara dapat diartikan sebagai penerimaan pemerintah dalam arti yang seluas-luasnya yaitu yang meliputi penerimaan pajak, penerimaan yang diperoleh dari hasil penjualan barang dan jasa yang dimiliki dan dihasilkan oleh pemerintah, pinjaman pemerintah, mencetak uang, dan sebagainya. Lebih lanjut lihat dalam Yuswar Zainul Basri dan Mulyadi Subri, op.cit, hal. 43. Sedangkan Jean Bodin membedakan 7 tujuh sumber pendapatan negara, yaitu domein, pampasan perang, sumbangan sukarela, hadiah negara sahabat, bea impor dan ekspor, perusahaan negara, dan akhirnya juga perpajakan sebagai alat pembiayaan luar biasa. Akan tetapi seiring dengan perkembangan kebutuhan akan pembiayaan negara dan karena bertambah besarnya permintaan, terpaksa diadakan pemungutan pajak, sehingga terjadi perubahan yang menempatkan pajak sebagai alat pembiayaan biasa. Selanjutnya lihat C. Goedhart, op.cit, hal. 115. Sementara UU No. 17 Tahun 2003 Pasal 1 angka 9 mendefinisikan penerimaan negara adalah uang yang masuk ke kas negara. 59 Smith membedakan 3tiga golongan pengeluaran negara, yaitu: pengeluaran untuk pertahanan, pengeluaran untuk perlindungan hukum polisi dan yustisi, dan pengeluaran untuk pekerjaan-pekerjaan umum dan badan-badan umum. Lihat ibid, hal. 32. Sedangkan UU No. 17 Tahun 2003 Pasal 1 angka 10 menyebutkan pengeluaran Negara adalah uang yang keluar dari kas Negara. Habibi Adhawiyah : Kedudukan Keuangan Daerah Dalam Sistem Pengelolaan Keuangan Negara Menurut…, 2007 USU e-Repository © 2008 biaya pengeluaran. Pengeluaran pemerintah dapat dinilai dari berbagai segi, sehingga keseluruhan pengeluaran negara pada umumnya dapat dibedakan sebagai berikut: 60 1. Pengeluaran itu merupakan investasi yang menambah kekuatan dan ketahanan ekonomi di masa-masa yang akan datang yang semakin kompetitif. 2. Pengeluaran itu langsung memberikan kesejahteraan dan kegembiraan bagi masyarakat. 3. Merupakan penghematan pengeluaran yang akan datang. 4. Menyediakan kesempatan kerja lebih banyak dan penyebaran tenaga beli yang lebih luas. Sedangkan dalam lingkup pengelolaan keuangan negara, Suparmoko menyebutkan terdapat beberapa macam pengeluaran negara, yaitu: 61 1. Pengeluaran yang self liquiditing. Berarti bahwa sebagian atau seluruh pengeluaran pemerintah mendapatkan pembayaran kembali dari masyarakat yang menerima jasa-jasabarang-barang yang bersangkutan. Misalnya pengeluaran untuk jasa-jasa perusahaan negara maupun perusahaan daerah, atau untuk proyek-proyek produktif barang ekspor. 2. Pengeluaran yang reproduktif, artinya mewujudkan keuntungan- keuntungan ekonomis bagi masyarakat yang dengan naiknya tingkatan penghasilan dan sasaran pajak yang lain akhirnya akan menaikkan penerimaan pemerintah. Misalnya pengeluaran untuk bidang pengairan, pertanian, pendidikan, kesehatan masyarakat public health, dan sebagainya. 3. Pengeluaran yang tidak self liquiditing maupun yang tidak reproduktif, yaitu pengeluaran yang langsung menambah kegembiraan dan kesejahteraan masyarakat, misalnya untuk bidang-bidang rekreasi, pendirian monumen, objek-objek tourism, dan sebagainya. Dalam hal ini dapat pula mengakibatkan naiknya penghasilan nasional dalam arti jasa-jasa tadi. 60 Mustopadidjaja AR, Manajemen Proses Kebijakan Publik: Formulasi, Implementasi, dan Evaluasi Kinerja,Lembaga Administrasi Negara, Jakarta, 2002, hal. 21. Lihat juga M. Suparmoko, Keuangan Negara…, op.cit, hal. 47 61 Ibid, hal. 48 Habibi Adhawiyah : Kedudukan Keuangan Daerah Dalam Sistem Pengelolaan Keuangan Negara Menurut…, 2007 USU e-Repository © 2008 4. Pengeluaran yang secara langsung tidak produktif dan merupakan pemborosan, misalnya untuk pembiayaan pertahananperang meskipun pada saat pengeluaran terjadi penghasilan perorangan yang menerimanya akan naik. 5. Pengeluaran yang merupakan penghematan di masa yang akan datang, misalnya pengeluaran untuk anak yatim piatu. Kalau hal ini tidak dijalankan sekarang, kebutuhan-kebutuhan pemeliharaan bagi mereka di masa mendatang pada waktu usia yang lebih lanjut pasti akan lebih besar. Berdasarkan ruang lingkupnya 62 , keuangan negara dikelompokkan menjadi 2dua bagian, yaitu: 63 1. Dikelola langsung oleh negara Dikelola langsung oleh negara 64 yang berarti termasuk dalam APBN terdiri dari: b. Anggaran Pendapatan Negara Anggaran pendapatan negara adalah suatu perkiraan mengenai batas penerimaan tertinggi keuangan negara sebagai sumber pendapatan negara dan merupakan dana yang akan diterima guna membiayai belanja negara. Anggaran pendapatan negara terdiri dari pendapatan rutin pajak, bea cukai, pendapatan jasa, denda khusus, dan lain-lain dan pendapatan pembangunanbantuan luar negeri bantuan program dan bantuan proyek. c. Anggaran Belanja Negara Anggaran belanja negara adalah suatu perkiraan mengenai batas pengeluaran tertinggi keuangan negara bagi pembiayaan pelaksanaan kegiatan organisasi pemerintah untuk masa satu tahun. Anggaran belanja negara terdiri dari: 62 Ruang lingkup keuangan negara adalah semua unsur keuangan atau kekayaan yang menjadi tanggung jawab negara. Ruang lingkup keuangan negara merupakan salah satu unsur pokok keuangan negara. Unsur pokok keuangan negara meliputi hak, kewajiban, ruang lingkup dan tujuan keuangan negara. Selanjutnya lihat Abdul Halim, op.cit, hal. 11 63 Yuswar Zainul Basri dan Mulyadi Subri, op.cit, hal. 3 64 Keuangan Negara yang dikelola langsung oleh negara adalah komponen keuangan negara yang mencakup seluruh penerimaan dan pengeluarannya dalam hal ini adalah APBN dan barang- barang inventaris kekayaan milik Negara. Keuangan Negara yang dikelola langsung oleh pemerintah pusat ini meliputi seluruh pemerintah pusat dan instansi-instansi di bawahnya, yaitu: Lembaga Tertinggi Negara, Lembaga Tinggi Negara, Departemen, Lembaga Non-Departemen, dan Bagian Anggaran Pembiayaan dan Perhitungan. Abdul Halim, loc.cit Habibi Adhawiyah : Kedudukan Keuangan Daerah Dalam Sistem Pengelolaan Keuangan Negara Menurut…, 2007 USU e-Repository © 2008 1 Belanja pembangunan, yaitu suatu perkiraan batas pengeluaran tertinggi pemerintah yang diperlukan pada setiap tahun anggaran untuk pembiayaan pelaksanaan proyek pembangunan selama rencana pembangunan itu ada dan masih berguna. 2 Belanja rutin, yaitu, perkiraan batas pengeluaran tertinggi pemerintah yang diperlukan secara terus-menerus pada setiap tahun anggaran bagi pembiayaan kegiatan yang meliputi belanja pegawai, belanja barang, belanja pemeliharaan, dan belanja jasa dinas. 2. Pengelolaannya dipisahkan Komponen keuangan negara yang pengelolaannya dipisahkan adalah komponen keuangan negara yang pengelolaannya diserahkan kepada Badan-badan Usaha Milik Negara dan Lembaga-lembaga Keuangan Negara BUMND. Berdasarkan UU No. 32 Tahun 2004 dan UU No. 33 Tahun 2004, Pemerintah Pusat dan Daerah merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dalam upaya penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan masyarakat. Pelaksanaan asas Otonomi Daerah yang nyata, dinamis dan bertanggungjawab sebagaimana yang diamanatkan dalam UU No. 32 Tahun 2004 dan UU No. 33 Tahun 2004 adalah mengedepankan konsep transparansi dan akuntabilitas. Melalui UU No. 33 Tahun 2004 konsep transparansi dan akuntabilitas tersebut diaplikasikan dalam pengelolaan keuangan daerah. Dengan kata lain perubahan mendasar terhadap tatanan Pemerintahan Daerah berdasarkan UU No. 32 Tahun 2004 dan UU No. 33 Tahun 2004 membawa implikasi pada pengaturan hukum pengelolaan keuangan daerah. Misi utama dari kedua undang-undang tersebut adalah untuk lebih meningkatkan efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan daerah dengan lebih memperhatikan aspek-aspek hubungan antar susunan pemerintahan dan antar Habibi Adhawiyah : Kedudukan Keuangan Daerah Dalam Sistem Pengelolaan Keuangan Negara Menurut…, 2007 USU e-Repository © 2008 pemerintahan daerah, potensi dan keanekaragaman daerah, peluang dan tantangan persaingan global dengan memberikan kewenangan seluas-luasnya kepada daerah disertai dengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan sistem penyelenggaraan pemerintahan. Dengan demikian efisiensi dan efektivitas pengelolaan sumber daya keuangan daerah dalam rangka peningkatan kesejahteraan dan pelayanan kepada masyarakat perlu ditingkatkan. Untuk itu semangat desentralisasi, demokratisasi, transparansi dan akuntabilitas menjadi sangat dominan dalam mewarnai proses penyelenggaraan pemerintahan pada umumnya dan proses pengelolaan keuangan daerah pada khususnya. Telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa salah satu kriteria penting untuk mengetahui secara nyata kemampuan daerah dalam mengatur dan mengurus rumah tangganya adalah kemampuan self supporting dalam bidang keuangan. Dengan perkataan lain, faktor keuangan merupakan faktor esensial dalam mengukur tingkat kemampuan daerah dalam melaksanakan otonominya. Ini berarti, dalam penyelenggaraan urusan rumah tangganya daerah membutuhkan dana atau uang. Sehubungan dengan pentingnya posisi keuangan ini, Pamudji menegaskan: 65 Pemerintah Daerah tidak akan dapat melaksanakan fungsinya dengan efektif dan efisien tanpa biaya yang cukup untuk memberikan pelayanan dan pembangunan. Dan keuangan inilah yang merupakan salah satu dasar kriteria untuk mengetahui secara nyata kemampuan daerah dalam mengurus rumah tangganya sendiri. 65 S. Pamudji, Pembinaan Perkotaan di Indonesia, Ichtiar, Jakarta, 1980, hal. 61 Habibi Adhawiyah : Kedudukan Keuangan Daerah Dalam Sistem Pengelolaan Keuangan Negara Menurut…, 2007 USU e-Repository © 2008 Pendapat yang hampir sama dikemukakan oleh Ibnu Syamsi yang menempatkan keuangan daerah sebagai salah satu indikator untuk mengetahui kemampuan daerah dalam mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. 66 Faisal Akbar Nasution juga menyebutkan bahwa untuk dapat menyelenggarakan urusan rumah tangga daerah itu dengan baik dan lancar, maka daerah haruslah mempunyai keuangan sendiri yang kuat pula. Apabila semakin besar kemampuan keuangan daerahnya maka akan semakin besar pula kemampuan daerah untuk menyelenggarakan kegiatan-kegiatan pembangunan di daerahnya dalam berbagai sektor kehidupan masyarakatnya. 67 Dari pendapat di atas terlihat bahwa untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya, daerah membutuhkan biaya atau uang. Tanpa adanya biaya yang cukup, maka bukan saja tidak mungkin bagi daerah untuk dapat menyelenggarakan tugas kewajiban serta kewenangan yang ada padanya dalam mengatur dan mengurus rumah tangganya, tapi juga ciri pokok dan mendasar dari suatu daerah otonom menjadi hilang. 68 Keuangan daerah secara sederhana dapat dirumuskan sebagai semua hak dan kewajiban yang dapat dinilai dengan uang, demikian pula segala sesuatu baik berupa uang maupun barang yang dapat dijadikan kekayaan daerah sepanjang belum 66 Ibnu Syamsi, op.cit., hal. 258 67 Faisal Akbar Nasution, Dimensi Hukum Dalam Pemerintahan Daerah, Kajian Kritis Atas UU No. 22 Tahun 1999 dan UU No. 25 Tahun 1999, Pustaka Bangsa Press, Medan, 2003, hal. 84 68 Josef Riwu Kaho, op.cit., hal. 125 Habibi Adhawiyah : Kedudukan Keuangan Daerah Dalam Sistem Pengelolaan Keuangan Negara Menurut…, 2007 USU e-Repository © 2008 dimilikidikuasai oleh negara atau daerah yang lebih tinggi serta pihak-pihak lain sesuai ketentuanperaturan perundangan yang berlaku. 69 Rumusan di atas mengemukakan 2dua unsur penting, yaitu: 70 1. Semua hak dimaksudkan sebagai hak untuk memungut pajak daerah, retribusi daerah danatau penerimaan dan sumber-sumber lain sesuai ketentuan yang berlaku merupakan penerimaan daerah sehingga menambah kekayaan daerah. 2. Kewajiban daerah dapat berupa kewajiban untuk membayar atau mengeluarkan uang sehubungan adanya tagihan kepada daerah dalam rangka pembiayaan rumah tangga daerah serta pelaksanaan tugas umum dan tugas pembangunan oleh daerah yang bersangkutan. Sementara Wihana Kirana Jaya menyebutkan bahwa keuangan daerah adalah seluruh tatanan, perangkat kelembagaan dan kebijaksanaan anggaran daerah yang meliputi pendapatan dan belanja daerah. 71 Permendagri No. 13 Tahun 2006 dalam Ketentuan Umum menyebutkan bahwa: Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban Daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan Daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk di dalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban Daerah tersebut. 69 D.J. Mamesah, Sistem Administrasi Keuangan Daerah, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1995, hal. 16. Sejalan dengan pengertian ini, Ahmad Yani menyebutkan bahwa Keuangan Daerah merupakan semua hak dan kewajiban Daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk di dalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut, dalam kerangka Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Lihat Ahmad Yani, Seri Keuangan Publik, Hubungan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah di Indonesia, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002, hal. 229 70 D.J. Mamesah, loc.cit. 71 Wihana Kirana Jaya, Analisis Potensi Keuangan Daerah, Pendekatan Makro, PPPEB UGM, Yogyakarta, 1999, hal. 11 Habibi Adhawiyah : Kedudukan Keuangan Daerah Dalam Sistem Pengelolaan Keuangan Negara Menurut…, 2007 USU e-Repository © 2008 Dalam mempelajari keuangan daerah sebagai badan hukum publik yang berhak mengatur dan mengurus rumah tangga dengan keuangannya sendiri, terlebih dahulu perlu diperhatikan ketentuan-ketentuan dasar mengenai sumber penghasilan dan pembiayaan daerah. Ketentuan-ketentuan tersebut dapat dilihat dalam UU No. 32 Tahun 2004 Pasal 157 dan UU No. 33 Tahun 2004 Pasal 5. Pasal 157 UU No. 32 Tahun 2004 menyebutkan: Sumber pendapatan daerah terdiri atas: a. pendapatan asli daerah, yaitu: 1 hasil pajak daerah; 2 hasil retribuasi daerah; 3 hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan; dan 4 lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. b. dana perimbangan; c. lain-lain pendapatan daerah yang sah. Kebijaksanaan keuangan daerah tercermin pada kebijaksanaan fiskal atau anggaran daerah. Tujuan utama dari kebijaksanaan fiskal adalah: 72 1. Untuk menjamin agar laju pertumbuhan ekonomi dapat sesuai dengan potensinya. Ini berarti dengan kebijaksanaan fiskal akan diusahakan seoptimal mungkin agar potensi-potensi ekonomi yang ada pada daerah itu dapat direalisasi. 2. Untuk mengusahakan terbukanya berbagai kesempatan. 3. Mengusahakan agar harga berada dalam tingkat yang wajar dan selalu dalam keadaan stabil, sehingga memungkinkan peningkatan pertumbuhan. Oleh karena anggaran daerah merupakan realisasi kebijaksanaan fiskal, dan kebijaksanaan fiskal ini termasuk bagian dari kebijaksanaan pemerintah daerah dalam pembangunan, maka kebijaksanaan penganggaran daerah harus ditangani dengan 72 Yuswar Zainul Basri dan Mulyadi Subri, op.cit, hal. 84 Habibi Adhawiyah : Kedudukan Keuangan Daerah Dalam Sistem Pengelolaan Keuangan Negara Menurut…, 2007 USU e-Repository © 2008 sebaik-baiknya. Pengumpulan dan penggunaan dana harus disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan daerah. Pendapatan pemerintah daerah haruslah selalu meningkat sedangkan pengeluaran haruslah seefisien mungkin. Seluruh proses anggaran harus terkoordinasi dengan baik sehingga mampu membiayai pembangunan.

C. Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Negara dan Keuangan