Dehidrasi DIARE Defenisi Diare

gluten atau gangguan metabolisme yang menurun, lama diare kronik lebih dari 30 hari. 1.4. Akibat Diare

1.4.1. Dehidrasi

Pada diare akut dehidrasi merupakan gejala yang segera terjadi akibat pengeluaran cairan tinja yang berulang-ulang Menurut DITJEN, PPM PLP 1999 dehidrasi terjadi karena kehilangan air lebih banyak dari pada pemasukan air. Derajat dehidrasi dapat dibagi berdasarkan kehilangan berat badan dan gejala klinis. Berdasarkan kehilangan berat badan, apabila berat air kurang dari 5 berat badan, maka dehidrasinya bersifat ringan dan satu – satunya gejala dehidrasi yang jelas ialah haus. Bila defisit melebihi 5 berat badan, penderita mungkin akan sangat haus. Hilangnya cairan dalam rongga ekstrasel mengakibatkan turgor kulit berkurang, ubun-ubun dan mata cekung, serta mukosa kering. Defisit cairan 5-10 berat badan mengakibatkan dehidrasi sedang, sedangkan defisit cairan 10 atau lebih disebut dehidrasi berat Dell, 1973 dalam Suharyono, 2008. Derajat dehidrasi menurut kehilangan berat badan, diklasifikasikan menjadi tiga, dapat dilihat dari tabel berikut : Tabel 1. Derajat dehidrasi berdasarkan kehilangan berat badan Derajat dehidrasi Penurunan berat badan Tidak dehidrasi 5 Dehidrasi ringan sedang 5-10 Dehidrasi berat 10 Universitas Sumatera Utara Derajat dehidrasi berdasarkan gejala klinisnya dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 2. Derajat dehidrasi berdasarkan gejala klinis Penilaian A B C Keadaan umum Baik, sadar Gelisah, rewel Lesu, tidak sadar Mata Normal Cekung Sangat cekung Air mata Ada Tidak ada Tidak ada Mulut, lidah Basah Kering Sangat kering Rasa haus Minum seperti biasa Haus, ingin minum banyak Malas minum, tidak bisa minum Periksa:Turgor kulit Kembali cepat Kembali lambat Kembali sangat lambat Hasil pemeriksaan Tanpa dehidrasi Dehidrasi ringan sedang Bila ada 1 tanda ditambah 1lebih tanda lain Dehidrasi berat Bila ada 1 tanda ditambah 1lebih tanda lain Terapi Rencana pengobatan A Rencana pengobatan B Rencana pengobatanC Keadaan umum Baik, sadar Gelisah, rewel Lesu, tidak sadar 1.4.2. Gangguan keseimbangan asam-basa Gangguan keseimbangan asam basa yang biasa terjadi adalah metabolik asidosis. Metabolik asidosis ini terjadi karena kehilangan Na-bikarbonat bersama tinja, terjadi penimbunan asam laktat karena adanya anoksia jaringan, produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal, pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler ke dalam cairan intraseluler. Universitas Sumatera Utara 1.4.3. Hipoglikemia Pada anak-anak dengan gizi cukupbaik, hipoglikemia ini jarang terjadi, lebih sering terjadi pada anak yang sebelumnya sudah menderita kekurangan kalori protein KKP. Gejala hipoglikemia akan muncul jika kadar glukosa darah menurun sampai 40 mg pada bayi dan 50 mg pada anak-anak. Gejala hipoglikemia tersebut dapat berupa : lemas, apatis , tremor, berkeringat, pucat, syok, kejang sampai koma. 1.4. 4. Gangguan gizi Sewaktu anak menderita diare, sering terjadi gangguan gizi dengan akibat terjadinya penurunan berat badan dalam waktu yang singkat. Hal ini disebabkan karena makanan sering dihentikan oleh orang tua. Walaupun susu diteruskan, sering diberikan pengenceran. Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorbsi dengan baik karena adanya hiperperistaltik. 1.4.5. Gangguan sirkulasi Gangguan sirkulasi darah berupa renjatan atau shock hipovolemik. Akibatnya perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah berat, dapat mengakibatkan perdarahan dalam otak, kesadaran menurun dan bila tidak segera ditolong penderita dapat meninggal. 1.5. Penatalaksanaan Menurut DITJEN, PPM PLP 1999 tujuan dalam mengelola dehidrasi yang disebabkan diare adalah untuk mengoreksi kekurangan cairan dan elektrolit secara cepat terapi rehidrasi dan kemudian mengganti cairan yang hilang sampai Universitas Sumatera Utara diarenya berhenti terapi rumatan. Kehilangan cairan dapat diganti baik secara oral maupun intravena. 1.5.1. Cairan rehidrasi oral Prinsip yang mendasari URO upaya rehidrasi oral telah diterapkan untuk pengembangan campuran glukosa dan elektrolit yang seimbang untuk digunakan dalam pengobatan dan pencegahan dehidrasi, kekurangan kalium, dan kekurangan basa yang terjadi karena diare. Untuk memenuhi dua tujuan terakhir, kalium dan garam sitrat bikarbonat dimasukkan sebagai tambahan terhadap natrium klorida. Campuran garam dan glukosa ini dinamakan oral rehydration salt ORS atau disebut cairan rehidrasi oral oralit. Bila oralit dicampurkan dalam air, campuran ini disebut larutan oralit. Oralit memiliki kandungan 3,5 gramL NaCL, 2,5 gramL Na bikarbonat, 1,5 gramKCL dan 20 gram glukosa. Cairan rehidrasi oral ORS tersebut dinamakan cairan rehidrasi oral formula lengkap, disamping itu terdapat formula tidak lengkap atau formula sederhana atau sering disebut cairan rumah tangga yang hanya mengandung 2 komponen yaitu NaCL dan glukosa atau penggantinya misalnya sukrosa dan merupakan larutan gula garam LGG. 1.5.2. Cairan rumah tangga CRT Meskipun komposisinya tidak setepat larutan oralit untuk mengobati dehidrasi, cairan lain seperti larutan sup, larutan garam – air kelapa, air tajin, minuman yoghurt, mungkin lebih praktis dan hampir efektif sebagai upaya rehidrasi oral untuk mencegah dehidrasi. Cairan rumah tangga ini harus segera diberikan kepada anak pada saat mulai diare, dengan tujuan memberi lebih banyak Universitas Sumatera Utara cairan dari biasannya. Pemberian makanan juga harus diteruskan. Berikut ini beberapa cairan rumah tangga yang dapat menggantikan oralit : 1. Campurkan 1 gelas 200 ml air putih, 1 sendok teh besar gula gula pasir atau gula merah, dan 1 ujung pisau garam dapur. 2. Campurkan 1 gelas 200 ml air tajin, 1 sendok teh besar gula gula pasir atau gula merah, dan satu ujung pisau garam dapur. 3. Campurkan 1 gelas 200 ml air kelapa dan 1 sendok teh besar gula. Cairan yang berasal dari makanan paling efektif untuk terapi di rumah jika mengandung beberapa garam, dan kandungan natrium harus sekitar 50 mmoll. Konsentrasi ini didapat melalui pengenceran 3 gram garam dapur ke dalam 1 liter air. Bila yang diberikan hanya cairan bebas garam, bila memungkinkan diberikan pula makanan yang mengandung garam. Namun begitu kombinasi ini kurang efektif dalam pencegahan diare berat. Bayi yang diare harus selalu diteruskan pemberian ASInya. Pemberian ASI pada saat diare merupakan sumber penting air dan nutrisi, sedangkan garam dapat menurunkan volume tinja dan lamanya sakit. 1.5.3. Cara pembuatan dan pemberian oralit Gunakan gelas, cangkir, atau botol yang bersih. Gunakanlah air minum baik air putih atau air teh atau susus yang telah dimasak. Kemudian masukkan 1 bungkus oralit , kecil , kemasan untuk 200 cc ke dalam 1 gelas 200cc yang telah berisis air minum tadidan aduk hingga larut betul. Pada prinsipnya berikan sebanyak anak mau minum. Mula – mula berikan sedikit demi sedikit agar anak jangan muntah. Bila anak muntah, tunggu dengan pemberian oralit selama 5-10 menit untuk kemudian di berikan lagisedikit demi sedikit. Dalam 2 jam pertama Universitas Sumatera Utara berikan oralit sebanyak mungkin misalnya 2 gelas. Sebaiknya penderita secepatnya di bawa ke puskesmas atau rumah sakit terdekat untuk di nilai derajat rehidrasinya oleh petugas kesehatan. Bila tanda-tanda dehidrasi sudah berkurang pemberian cairan dapat dikurangi, misalnya 1 gelas tiap 2 atau 3 jam, sampai diare berhenti. Sebagai pedoman berikan 50 cc per kg berat badan sehari pada dehidrasi ringan dan 100 cc per kg berat badan sehari pada dehidrasi sedangatau dapat pula setiap kali anak di bawah umur 6 tahun dan 2 gelas oralit untuk anak besar. 1.6. Rencana Pengobatan Berdasarkan derajat dehidrasi maka terapi pada penderita diare dibagi menjadi tiga, yakni rencana pengobatan A, B dan C. 1.6.1. Rencana pengobatan A : Rencana pengobatan diare di rumah Digunakan untuk mengatasi diare tanpa dehidrasi, meneruskan terapi diare di rumah, memberikan terapi awal bila anak terkena diare lagi. Cairan rumah tangga yang dianjurkan seperti oralit, makanan cair sup, air tajin, air matang. Gunakan larutan oralit untuk anak seperti dijelaskan dalam tabel berikut : Tabel 3. Kebutuhan oralit per kelompok umur Umur Jumlah oralit yang diberikan tiap BAB Jumlah oralit yang disediakan di rumah 12 bulan 50-100 ml 400 mlhari 2 bungkus 1-4 tahun 100-200 ml 600-800 mlhari 3-4 bungkus 5 tahun 200-300 ml 800-1000 mlhari 4-5 bungkus Universitas Sumatera Utara 1.6.2. Rencana pengobatan B Digunakan untuk mengatasi diare dengan derajat dehidrasi ringan dan sedang, dengan cara ; dalam 3 jam pertama, berikan 75 mlKgBB. Berat badan anak tidak diketahui, berikan oralit paling sedikit sesuai tabel berikut: Tabel 4. Jumlah oralit yang diberikan pada 3 jam pertama Umur 1 tahun 1-5 tahun 5 tahun Jumlah oralit 300 ml 600 ml 1200 ml Berikan anak yang menginginkan lebih banyak oralit, dorong juga ibu untuk meneruskan ASI. Bayi kurang dari 6 bulan yang tidak mendapatkan ASI, berikan juga 100-200 ml air masak. Setelah 3-4 jam, nilai kembali anak menggunakan bagan penilaian, kemudian pilih rencana A, B atau C untuk melanjutkan pengobatan. 1.6.3. Rencana pengobatan C Digunakan untuk mengatasi diare dengan derajat dehidrasi berat. Pertama- tama berikan cairan intravena, nilai setelah 3 jam. Jika keadaan anak sudah cukup baik maka berikan oralit. Setelah 1-3 jam berikutnya nilai ulang anak dan pilihlah rencana pengobatan yang sesuai. 1.7. Diit Pada Balita Diare Menurut Suandi 1999 dalam Uripi 2004 agar pemberian diit pada anak dengan diare akut dapat memenuhi tujuannya, serta memperhatikan faktor yang Universitas Sumatera Utara mempengaruhi keadaan gizi anak, maka diperlukan persyaratan diit sebagai berikut: a. Pasien segera diberikan makanan oral setelah rehidrasi atau keadaan telah memungkingkan, sedapat-dapatnya dilakukan dalam 24 jam pertama. Pemberian makanan secara dini penting untuk mengurangi sekecil mungkin perubahan keseimbangan protein-kalori. b. Makanan cukup energi dan protein. Bila terjadi gizi kurang dapat diberikan diit energi lebih tinggi 25 dari kebutuhan normalnya dan tinggi protein. c. Pemberian ASI diutamakan pada bayi. Pada anak yang mendapat susu formula dapat diberikan selang-seling dengan oralit sehingga terjadi pengenceran laktosa di dalam perut d. Pemberian cairan dan elektrolit sesuai dengan kebutuhan menurut berat badan dan umur e. Pemberian vitamindan mineral dalam jumlah cukup f. Makanan yang tidak merangsang bumbu tajam dan tidak menimbulkan gas dan rendah serat g. Makanan diberikan bertahap mulai dengan yang mudah dicerna ke bentuk yang sesuai umur dan keadaan penyakit h. Makanan diberikan dalam porsi kecil dengan frekuensi sering i. Khusus untukk penderita diare karena malabsorpsi diberiakn makanan sesuai dengan penyebabnya Universitas Sumatera Utara j. Parenteral nutrisi dapat dimulai apabila ternyata dalam 5 hari atau 7 hari masukan nutrisi tidak optimal Tabel 5. Jenis makanan saat balita diare Bahan makanan Yang dapat diberikan Yang dilarang Bahan makanan pokok dan selingan Bahan lauk hewani Bahan lauk nabati Sayuran dan buah- buahan Susu dan hasil olahannya Minyak dan lemak Bumbu Buat beras mnejadibubur nasi atau bubur saring Buat tepung-tepungan menjadi bubur atau puding Rebus kentang, lalu haluskan Rebus mie dan makaroni Biskuit dan roti tawar tanpa lemak Telur direbus atau masak ceplok, atau dadar Cincang daging rendah lemak dan ayam Rebus ikan tanpa tulang Rebus atau tim tahu Rebus atau kukus tempe Sari sayuran air kaldu Tim, lalu haluskan wortel, labu siam, dan labu kunig sari buah yang manis, kukus pisang lalu haluskan Tergantung jenis diare: - pada intoleransi laktosa, berikan susus rendah laktosa - pada malabsorbsi lemak, berikan susu skim tanpa lemak Berikan terbatas atau MCT medium chain trigliserida Nasi goreng, miepasta goreng, beras ketan, jagung ubi, singkong dan talas Semua yang menghasilkan tekstur keras dann dimasak dengan bumbu tajam Semua yang berlemak tinggi Semua jenis kacang- kacangan dalam bentuk utuh lalu haluskan Sayuran dan buah segar Sayuran dan buah yang berserat tinggi,dan menimbulkan gas, seperti kacang panjang, kol, lobak, kangkung, durian, mangga, dan nangka Berbagai lemak yang sulit dicerna Semua bumbu yang Universitas Sumatera Utara Minuman Teh, sirup, dan sari buah merangsang, seperti lada, cabai dan cuka Minuman yang mengandung soda dan alkohol

2. PERILAKU

Dokumen yang terkait

Pengaruh Persepsi Ibu Balita Tentang Penyakit Diare Terhadap Tindakan Pencegahan Diare di Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan Tahun 2010

2 41 80

Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Perilaku Ketergantungan Merokok pada Pengendara Becak Bermotor di Kelurahan Siringo-ringo Rantauprapat

16 89 70

Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Perilaku Ketergantungan Merokok pada Pengendara Becak Bermotor di Kelurahan Siringo-ringo Rantauprapat

0 4 13

Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Perilaku Ketergantungan Merokok pada Pengendara Becak Bermotor di Kelurahan Siringo-ringo Rantauprapat

0 0 2

Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Perilaku Ketergantungan Merokok pada Pengendara Becak Bermotor di Kelurahan Siringo-ringo Rantauprapat

0 0 4

Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Perilaku Ketergantungan Merokok pada Pengendara Becak Bermotor di Kelurahan Siringo-ringo Rantauprapat

0 0 16

Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Perilaku Ketergantungan Merokok pada Pengendara Becak Bermotor di Kelurahan Siringo-ringo Rantauprapat

0 0 2

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU DALAM REHIDRASI ORAL PADA IBU YANG MEMPUNYAI ANAK DIARE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KASIHAN II BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI - Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Perilaku dalam Rehidrasi Oral pada Ibu yang

0 1 10

PRAKTIK REHIDRASI ORAL IBU YANG TIDAK BAIK BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DEHIDRASI PADA BALITA DIARE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANGUNTAPAN 1 BANTUL

0 0 10

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN IBU MENGENAI PEMBERIAN REHIDRASI ORAL PADA BAYI YANG TERKENA DIARE DI BEBERAPA RUMAH SAKIT RUJUKAN TAHUN 2012

0 1 92