Kateterisasi sebagai Terapi Kateterisasi Jantung pada PJB 1. Kateterisasi sebagai Diagnostik

pada darah, dan hubungan abnormal dapat ditunjukkan secara langsung dengan penggunaan kateter. Berbicara mengenai pengukuran tekanan pada PJB, hal ini diperlukan untuk mendiagnosis stenosis. Namun, adanya peningkatan tekanan tanpa disertai adanya stenosis juga merupakan hal yang menarik dan perlu dicari penyebabnya. Saturasi oksigen dapat digunakan untuk mendiagnosis adanya lesi shunt dari kiri ke kanan, khususnya Atrial Septal Defect. Sedangkan hubungan abnormal yang dapat dideteksi dengan kateterisasi sangat berguna untuk menentukan diagnosis yang melibatkan dua sirkulasi Lange and Hillis, 2003.

2.3.2. Kateterisasi sebagai Terapi

Kateterisasi jantung merupakan suatu alat diagnostik yang penting pada neonatus selama beberapa dekade. Namun, seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, diagnosis tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan echocardiography, sehingga penggunaan kateterisasi jantung sebagai alat diagnostik menjadi berkurang. Sekarang, kateterisasi jantung semakin berkembang sebagai prosedur terapi Shim, et al, 1999. Beberapa contoh perkembangan kateterisasi jantung dalam prosedur terapi pada PJB adalah: 1. Opening of Atrial Communications - Ballon Atrial Septostomy Ballon atrial septostomy pertama kali digambarkan oleh Rashkind and Miller tahun 1966 sebagai prosedur paliatif pada kelainan Transposition of the Great Arteries. Pembuatan Atrial Septal Defect pada Transposition of the Great Arteries membuat percampuran darah antara aliran pulmonal dan darah vena sistemik, dimana hal ini meningkatkan saturasi oksigen. - Blade Atrial Septostomy Ketika septum atrium terlalu tebal untuk ditembus hanya dengan menggunakan ballon septostomy saja dan adanya hubungan adekuat atrium yang penting untuk mengadakan percampuran, maka blade septostomy adalah prosedur pilihan. Prosedur ini pertama kali digambarkan oleh Park et al. Universitas Sumatera Utara - Static Ballon Atrial Dilation Prosedur ini pertama kali dilakukan pada hewan percobaan pada tahun 1987 oleh Mitchell et al. Sedangkan pada manusia, hal ini pertama kali dilakukan pada tahun 1987 oleh Shrivastava et al. Indikasi dari penggunaan prosedur ini sama dengan ballon atrial septostomy dan blade atrial septostomy. 2. Closure Devices - Devices for Atrial Septal Defects Atrial Septal Defect ASD yang paling umum ditemukan adalah Secundum ASD dan bisa diintervensi dengan penutupan transkateter. Era dari penggunaan transkateter pada ASD dimulai pada tahun 1976 ketika King et al melaporkan aplikasi dari double-umbrella device pada manusia. - Devices for Ventricular Septal Defects Penggunaan preoperative transkateter dengan menggunakan double-disk device sangat membantu pada Ventricular Septal Defect VSD. The Clamshell device, the Rashkind double umbrella port device, dan buttoned device telah digunakan untuk menutup muscular perimembranous VSD dengan berbagai tingkat kesuksesan Rao, 2005 - Devices for Patent Ductus Arteriosus Era dari penggunaan transkateter pada Patent Ductus Arteriosus PDA berawal dari tahun 1967, ketika Porstmann et al melaporkan penggunaan Ivalon untuk menutup PDA. 3. Ballon Dilation of Cardiac Valves - Pulmonary Valve Stenosis Sejak diawali dengan ballon valvulotomy tahun 1979 oleh Semb dan koleganya serta dilation ballon valvuloplasty tahun 1982 oleh Kan dan koleganya, telah terdapat banyak laporan tentang kesuksesan dari hasil penggunaan ballon dilation pada Pulmonary Valve Stenosis. Ballon dilation merupakan terapi pilihan untuk Pulmonary Valve Stenosis. Universitas Sumatera Utara - Aortic Valve Stenosis Sejak penjabaran awal mengenai ballon dilation pada katup aorta oleh Lababidi et al, beberapa investigator telah melaporkan hasil yang baik dalam penggunaan ballon aortic valvuloplasty. - Mitral Valve Stenosis Penggunaan ballon dilation pada Rheumatic Mitral Valve Stenosis lebih luas dan berhasil dibandingkan penggunaan pada Congenital Stenosis. 4. Ballon Angioplasty - Coarctation of the Aorta Kemungkinan penggunaan ballon angioplasty pada Coarctation of the Aorta pertama kali dijabarkan oleh Sos et al tahun 1979. - Systemic Venous and Pulmonary 5. Stenting Procedures Beberapa tahun belakangan ini, penggunaan ballon yang diperluas dengan stent telah memberi suatu peningkatan yang penting pada perkembangan teknik kateterisasi. - Pulmonary Artery Stenosis Aplikasi stent ini paling banyak digunakan pada anak dengan Pulmonary Artery Stenosis - Systemic Venous Stenosis Prosedur stent ini telah sukses mengobati anak dengan stenosis vena cava superior dan inferior Andrew, 2004 6. Coil Occlusion Percutaneous transcatheter occlusion pada hubungan vaskular yang tidak diinginkan telah memainkan peranan penting pada intervensi kardiologi anak sejak diungkapkan pertama kali oleh Gianturco dan kolega lebih dari 20 tahun yang lalu. Teknik dari prosedur ini bervariasi, bergantung pada tipe dari kelainan vaskular yang terjadi dan patofisiologi kelainan tersebut. - Aortapulmonary Collaterals Universitas Sumatera Utara Penggunaan tersering dari teknik coil embolization pada kardiologi anak adalah oklusi transkateter pada Aortapulmonary Collaterals. Kelainan ini terjadi paling banyak pada anak dengan Tetralogy of Fallot - Patent Ductus Arteriosus Selama beberapa dekade, kardiolog telah mencari metode transkateter yang efektif untuk menutup Patent Ductus Arteriosus . Penggunaan coil occlusion ini pada PDA sangat efektif. - Arteriovenous Fistula Arteriovenous Fistula sangat efektif diobati dengan teknik coil occlusion ini. Teknik ini membutuhkan keahlian tingkat tinggi dan juga pengetahuan mengenai anatomi arteri dan teknik kateterisasi Allen, 1998 7. Septal Occluder Placement 8. Radio Frequency Catheter Ablation Baker, 1999 Universitas Sumatera Utara BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep Penelitian