BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Penyakit Jantung Bawaan PJB adalah penyakit dengan kelainan pada struktur atau fungsi jantung yang telah ada sejak lahir. Kelainan ini terjadi karena
gangguan atau kegagalan perkembangan struktur jantung pada fase awal pertumbuhan janin Harimurti, 2008. Penyakit Jantung Bawaan ini terjadi pada
sekitar 8 dari 1000 kelahiran hidup. Insiden lebih tinggi pada lahir mati 2, abortus 10-25, dan bayi premature 2 Bernstein, 2004.
Evaluasi awal pada bayi dengan dugaan PJB meliputi tiga komponen utama. Pertama, defek jantung bawaan tersebut dibagi menjadi dua kelompok
besar, yaitu PJB sianotik dan asianotik, hal ini dapat ditentukan dengan pemeriksaan fisik dan dibantu dengan oksimetri transkutan. Kedua, dua kelompok
PJB dapat lebih lanjut dibagi berdasarkan corak vaskuler paru, apakah bertambah, normal, atau berkurang. Hal ini dapat dilihat melalui radiografi dada. Ketiga,
elektrokardiogram dapat digunakan untuk menentukan apakah ada hipertrofi ventrikel kanan, kiri, atau biventrikuler. Sifat suara jantung dapat menyempitkan
diagnosis banding. Diagnosis akhir dikonfirmasi dengan ekokardiografi danatau kateterisasi jantung Bernstein, 2004.
Dewasa ini, telah terjadi perkembangan dalam hal penggunaan kateterisasi jantung. Jika pada awalnya, kateterisasi jantung hanya digunakan sebagai alat
diagnostik PJB, maka sekarang kateterisasi jantung juga dimanfaatkan sebagai teknik intervensi non-bedah. Tahun 1996 merupakan awal dilakukannya
intervensi transkateter pertama di Indonesia yang dilakukan oleh Departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskular FK UIPJN Harapan Kita Harimurti, 2008.
Berdasarkan fakta-fakta yang telah dijelaskan di atas, dapat kita lihat bahwa teknik kateterisasi jantung telah berkembang demikian pesat. Namun, data-
data mengenai karakteristik anak dengan penyakit jantung bawaan yang menjalani kateterisasi jantung di RSUP H. Adam Malik Medan belum diketahui, sehingga
dirasa perlu untuk melakukan pencarian data tersebut.
Universitas Sumatera Utara
1.2. Rumusan Masalah