BAB III PENYAJIAN DATA
Setelah penelitian dilakukan dilapangan dengan cara menjumpai responden yang dianggap mewakili berdasarkan tempat tinggalnya sehingga dianggap
menjangkau keseluruhan lokasi penelitian, maka diperoleh berbagai data mengenai keadaan responden, serta jawaban-jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan
melalui angketkuesioner. Pada bab ini akan dibahas data-data yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan yang disajikan secara sistematis sehingga dapat diperoleh
gambaran tentang budaya politik masyarakat perkebunan yang ada di kelurahan Bah Jambi.
1. Data Responden Tabel 6
Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin No
Jenis Kelamin Jumlah
Persentase
1 Laki-laki
50 51,55
2 Perempuan
47 48,45
Jumlah 97
100 Sumber : Data Teks Kuesioner
Penelitian ini diupayakan untuk mewakili masyarakat perkebunan Bah Jambi dalam hal jenis kelamin, maka dalam melakukan penyebaran angketkuesioner jumlah
responden berdasarkan jenis kelamin ditentukan yakni dengan mengambil responden yang berjenis kelamin laki-laki sejumlah 50 orang dan yang berjenis kelamin
perempuan sejumlah 47 orang. Penentuan ini dilakukan berdasarkan jumlah populasi berdasarkan jenis kelamin yang ada di kelurahan Bah Jambi
Universitas Sumatera Utara
Tabel 7 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
No Tingkat Pendidikan Laki-laki
Perempuan Jumlah
Persentase
1 SD
2 -
2 2,06
2 SMP
5 6
11 11,34
3 SMA
35 36
71 73,20
4 Diploma
3 3
6 6,19
5 Sarjana
5 2
7 7,21
Jumlah
50 47
97 100
Sumber : Data Teks Kuesioner
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dengan mengambil responden yang dianggap mewakili tempat tinggalnya pada lokasi penelitian yaitu pada
masyarakat Bah Jambi, data menujukkan bahwa responden dengan tingkat pendidikan SMAsederajat dengan jumlah yang terbanyak yaitu 73,20 hal ini relevan dengan
data statistik kalsifikasi penduduk kelurahan Bah Jambi berdasarkan pada tingkat pendidikan dimana mayoritas penduduk di kelurahan Bah Jambi memiliki tingkat
pendidikan SMAsederajat. Disamping itu data menunjukkan 11,34 dengan pendidikan SMP. 2,06 dengan tingkat pendidikan SD. 6,19 diploma dan 7,21
sarjana.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 8 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkatan Umur
No Tingkatan Umur Laki-Laki
Perempuan Jumlah Persentase
1 17-26
24 23
47 48,45
2 27-36
11 7
18 18,56
3 37-46
7 14
21 21,65
4 47-56
8 3
11 11,34
Jumlah 50
47 97
100
Berdasarkan tabel diatas kita dapat melihat distribusi responden berdasarkan tingkatan umurnya. Setelah dilakukan penelitian jumlah responden terbesar yakni
yang berusia 17-26 tahun dengan persentase 48,45 . Selanjutnya yang berusia 37 - 46 tahun dengan persentase 21,65 . Persentase yang berusia 27-36 tahun sejumlah
18,56 dan yang berusia 47-56 tahun sejumlah 11,34. 2. Analisis Jawaban Responden
Pengaruh Pemerintah
Aspek pertama dari dimensi kognitif yang kita lihat ialah pemahaman tentang output pemerintah. Keberadaan pemerintah dikaitkan dengan psikologis subjektif
masyarakat dari apa yang responden rasakan dalam kehidupan sehari-harinya. Sejauh manakah masyarakat Bah Jambi merasakan bahwa kehidupan mereka berkaitan
dengan aktifitas pemerintahan. Dengan kata lain, Sejauh manakah warga masyarakat merasakan bahwa pemerintah mempunyai pengaruh terhadap kehidupan pribadi
mereka. Pertanyaan yang diajukan adalah bagaimana pengaruh pemerintahan dalam
Universitas Sumatera Utara
kehidupan sehari-hari warga masyarakat yang menjadi responden dalam penelitian ini.
Tabel 9 Persentase Tentang Pengaruh Pemerintah Dalam Kehidupan Sehari-hari
No Jawaban
Responden Laki-Laki
Perempuan Jumlah
Persentase
1 Pengaruh Besar
32 30
62 63,92
2 Sedikit Berpengaruh
8 11
25 25,77
3 Tak Berpengaruh
10 -
10 10,31
Jumlah 50
47 97
100 Teks Pertanyaan 1: Bagaimana pengaruh pemerintahan dalam kehidupan sehari-hari?
Mayoritas masyarakat Bah jambi mengakui bahwa pemerintah memiliki pengaruh besar dalam kehidupan mereka, sejumlah 62 responden 63, 92
merasakan output dari pemerintahan serta dampaknya secara langsung maupun tidak langsung dalam kehidupan pribadi mereka. Sedangkan mereka yang menjawab
sedikit berpengaruh sebanyak 25 . Mereka berpendapat bahwa peran pemerintah hanya sedikit dalam kehidupan mereka. 10,31 tak merasakan pengaruh apapun dari
pemerintah. Dengan demikian ciri parokial yang tidak merasakan pengaruh pemerintah relatif minim.
Pertanyaan selanjutnya ditujukan untuk mengetahui psikologis subjektif masyarakat tentang adanya institusi negara. Negara adalah suatu organisasi dalam
suatu wilayah yang mempunyai kekuasaan tertinggi yang sah dan ditaati oleh rakyatnya. Negara memiliki kebijakan dan melakukan pengaturan melalui aturan-
aturan yang mengikat warga negaranya. Jika masyarakat tidak merasakan sebagai warga artinya masyarakat tidak merasakan adanya otoritas negara. Masyarakat tidak
memiliki kebanggaan atas sistem politiknya. Perasaan lokalitas lebih kuat dibandingkan kebanggaan akan sistem politik negaranya. Hal ini biasanya terjadi
dalam sistem tradisional dimana tidak ada spesialisasi politik. Karna tidak adanya
Universitas Sumatera Utara
spesialisasi politik masyarakat tidak berhubungan dengan aparatur pemerintahan yang menjadi representasi negara. Masyarakat tidak merasakan output pemerintah. Kondisi
seperti yang diuraikan tersebut menjadi ciri parokial. Komitmen emosionalnya kecil terhadap negara.
Tabel 10 Persentase Masyarakat Yang Merasakan Sebagai Warga Negara Dari
Suatu Negara No Jawaban Respenden
Laki-laki Perempuan Jumlah Persentase
1 Merasakan sebagai warga
47 44
91 93,81
2 Tidak Merasakan
3 3
6 6,19
Jumlah 50
47 97
100 Teks Pertanyaan 18: Apakah anda merasakan bahwa anda berstatus warga
negara dari suatu negara?
Berdasarkan tabel diatas dapat kita lihat bahwa 93,81 masyarakat Bah Jambi merasakan bahwa mereka berstatus warga negara dari suatu negara. Mereka
menerima otoritas pemerintah. Memiliki komitmen emosional terhadap negaranya. Dan mengakui adanya hak dan kewajiban yang menjadi konsekwensi sebagai warga
negara.
Kesadaran Politik
Pertanyaan sebelumnya dimaksudkan untuk menentukan pola-pola kesadaran output dapat dilihat apakah masyarakat merasakan bahwa pemerintah memberikan
pengaruh kepada mereka atau masyarakatnya. Pertanyaan selanjutnya bermaksud untuk melihat apakah masyarakat di Bah Jambi mengikuti atau menaruh perhatian
Universitas Sumatera Utara
pada urusan-urusan pemerintah dan politik atau tidak. Pertanyaaan ini untuk melihat frekuensi orientasi partisipan masyarakat Bah Jambi apakah mereka ikut ambil
bagian dalam kegiatan politik dan pemerintahan. Kita dapat menyimpulkan bahwa jika orang mengikuti berbagai kegiatan politik dan pemerintahan dalam beberapa hal
mereka terlibat dalam proses pengambilan keputusan. Kebudayaan politik, mencakup pengertian kewajiban untuk mengambil bagian dalam aktivitas input politik termasuk
kompetensi untuk ambil bagian. Tentu saja untuk mengikuti aktivitas politik dan pemerintahan dan menaruh perhatian pada urusan politik hanyalah merupakan
komitmen yang terbatas, tetapi begitu pun, tidak ada kebudayaan politik tanpa faktor- faktor tersebut. Hal ini menampilkan unsur-unsur kognitif dari orientasi politik.
Tabel 11 Persentase Responden Mengikuti Kegiatan Pemerintah dan Politik
No Jawaban Responden Laki-laki
Perempuan Jumlah Persentase
1 Secara teratur dari waktu
ke waktu 7
2 9
9,28
2 Kadang-kadang
16 32
48 59,80
3 Tidak pernah
17 13
30 30,92
Jumlah 50
47 97
100
Teks Pertanyaan 8 : Apakah anda mengikuti segala kegiatan pemerintahan atau politik?
Tabel diatas memperlihatkan bagaimana kesadaran politik pada masyarakat Bah Jambi. Kesadaran output atau subyek warga masyarakat Bah Jambi
memperlihatkan adanya suatu kadar menengah dalam mengikuti urusan politik dan
Universitas Sumatera Utara
pemerintahan. secara teratur dari waktu ke waktu jika ada kegiatan politik atau pemerintahan yang dilakukan. Hanya sejumlah 30,92 responden yang menyatakan
tidak pernah mengikuti kegiatan politik dan pemerintahan. Kebanyakan responden mengakui pernah mengikuti kegiatan politik dan pemerintahan, meski yang dominan
jawaban responden mengikuti namun tidak secara teratur dari waktu ke waktu dengan persentase 59, 80. Dari data ini kita juga dapat melihat bagaimana sifat partisipan
dari warga masyarakat Bah Jambi, meskipun memiliki sejumlah partisipasi masyarakat. Bahwasanya tipe partisipan masyarakat Bah Jambi bukan tipe partisipan
mutlak. Artinya kita masih dapat melihat adanya partisipasi masyarakat sehingga partisipasi masyarakat dapat dikatakan bukan nol yang menjadi tipe budaya politik
parokial. Ciri budaya parokial dalam masyarakat Bah Jambi hanya menempati proporsi 30,92. Partisipasi terhadap objek politik harus dibedakan dari partisipasi
terhadap objek-objek input maupun partisipasi terhadap objek outputnya yang akan dilihat selanjutnya.
Kesadaran politik relatif dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan dan informasi yang diperoleh masyarakat tentang politik dan pemerintahan. Oleh karena itu
selanjutnya akan dilihat bagaimana korelasi antara warga masyarakat dengan keberadaan informasi dan pengetahuan tentang politik. Media massa koran dan
televisi dianggap sebagai sumber yang umum dalam memberikan informasi tentang politik dan pemerintahan yang menjangkau masyarakat luas. Frekuensi partisipasi
atau keterlibatan yang tinggi dalam mengikuti kegiatan politik atau pemerintahan tidak terlepas dari informasi yang relatif memadai yang dimiliki oleh masyarakat.
Berikut akan kita lihat bagaimana antusiasme masyarakat dalam mengikuti informasi politik dan pemerintahan.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 12 Persentase Responden Mengikuti Informasi Politik dan Pemerintahan
No Jawaban Responden
Laki-laki Perempuan Jumlah
Persentase
1 Antusias mengikuti berita
melalui koran atau televisi
26 23
49 50,52
2 Sekurang-kurangnya
setiap minggu melalui koran dan televisi
15 19
34 35,05
3 Tidak berminat sama
sekali 9
5 14
14,43
Jumlah 50
47 97
100
Teks Pertanyaan 2: Apakah anda mengikuti perkembangan berita-berita politik dan Pemerintahan dari waktu ke waktu?
Data menunjukkan bahwa separuh warga 50,52 mengikuti berita-berita politik dengan antusias melalui koran atau televisi. 35,05 warga mengikuti berita-
berita politik dan pemerintahan dengan intensitas yang relatif rendah yakni sekurang- kurangnya setiap minggunya melalui Koran atau televisi. Kondisi masyarakat dalam
budaya politik partisipan maupun dalam budaya politik subyekkaula bahwa warga masyarakat menaruh perhatian terhadap sistem politik akan tetapi keterlibatan
masyarakat tipe budaya politik subyekkaula lebih pasif. Dari tabel diatas kita dapat melihat bahwa mayoritas masyarakat Bah Jambi
menaruh perhatian terhadap sistem politiknya, masyarakat mengikuti perkembangan
Universitas Sumatera Utara
berita-berita politik. Sedangkan ciri parokial relatif kecil hanya 14,43. Dalam budaya politik parokial masyarakat tidak memiliki perhatian terhadap apa yang terjadi
dalam sistem politik, pengetahuannya sedikit tentang sistem politik, tidak terdapat kebanggaan terhadap sistem politik dan jarang membicarakan masalah-masalah
politik. Pertanyaan selanjutnya berkenaan dengan sikap masyarakat terhadap output
sistem politik yaitu peraturan atau kebijakan yang dikeluarkan. Peraturan ataupun kebijakan politik yang dikeluarkan bersifat mengikat masyarakat. Secara kolektif
masyarakat mau atau tidak mau harus mengikuti peraturan dan kebijakan yang dibuat tersebut. Pelaksanaan dari kebijakan dan peraturan itu sendiri memiliki sanksi yang
bersifat paksaan yang berlaku bagi setiap warga. Pada tingkat manakah masyarakat memiliki kesadaran akan kebijakan dan peraturan politik yang dibuat menyangkut
kehidupan dan prilaku mereka dalam kehidupan sehari-hari. Pertanyaan yang diajukan untuk melihat keperdulian terhadap peraturan dan kebijakan politik yang dikeluarkan.
Tabel 13 Persentase Keperdulian Mengenai Peraturan atau Kebijakan Politik dan
Pemerintahan No Jawaban Responden
Laki-laki Perempuan Jumlah Persentase
1 Perduli secara keseluruhan
23 18
41 42,27
2 Perduli hanya sebagian saja
20 29
49 50,51
3 Tidak perduli
7 -
7 7,22
Jumlah 50
47 97
100 Teks pertanyaan 9 : Apakah anda perduli mengenai peraturan dan kebijakan politik
dan pemerintahan yang dikeluarkan?
Universitas Sumatera Utara
Dari jawaban para responden kita dapat melihat orientasi yang berbeda-beda dalam menanggapi output dari sistem politik. Data menunjukkan bahwa separuh lebih
50,51 responden menyatakan hanya perduli pada sebagian peraturan atau kebijakan yang dikeluarkan. Sedangkan yang memiliki orientasi yang tinggi terhadap
output sistem politik yang tinggi sejumlah 42,27. Sisanya sejumlah 7,22 menyatakan tidak perduli terhadap kebijakan atau peraturan yang dikeluarkan. Secara
umum dapat dikatakan bahwa masyarakat Bah Jambi memiliki orientasi terhadap output sistem politik, tetapi orientasi tersebut belum bersifat mutlak yang mana
menjadi karakteristik Partisipan.
Perasaan Terhadap Pemerintah dan Politik
Sebelumnya telah diuraikan data-data jawaban responden tentang pengaruh pemerintah dan kesadaran masyarakat Bah Jambi dalam mengikuti kegiatan dan
informasi tentang pemerintahan dan politik. Selanjutnya kita akan melihat jenis pengharapan terhadap kondisi atau kinerja pemerintahan. Disini kita dapat melihat
bagaimana kecenderungan masyarakat dan perasaan-perasaan akan harapan perbaikan dari pelayanan publik dan instansi-instansi pemerintahan.
Perasaaan-perasaan yang dimiliki masyarakat terhadap kekuasaan pemerintah cenderung merupakan harapan mereka bagaimana diperlakukan oleh pemerintah. Ini
merupakan representasi dari pertimbangan masyarakat ketika dihadapkan atau berurusan pada institusi pelayan publik atau pejabat instansi pemerintahan.
Masyarakat tentunya cenderung mengaharapakan kemudahan dalam berurusan dengan pemerintahan. Perlakuan yang adil, merata dan tidak berbelit-belit dapat
menjadi harapan masyarakat. Pengalaman yang dialami masyarakat akan menjadi pertimbangan akan harapan terhadap kinerja pemerintahan.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 14 Persentase Intensitas Masyarakat Terhadap Perubahan Kinerja Pemerintahan
No Jawaban Responden Laki-laki Perempuan Jumlah Persentase
1 Memiliki harapan yang
tinggi 49
47 96
98,97
2 Memiliki harapan yang
rendah -
- -
-
3 Tidak berharap sama sekali
1 -
1 1,03
Jumlah 50
47 97
100 Teks pertanyaan 3: Apakah anda memiliki harapan-harapan akan perubahan dan
perbaikan terhadap pemerintahan?
Sebelumnya telah kita lihat bahwa mayoritas masyarakat Bah jambi menerima adanya pengaruh yang relatif signifikan pemerintah dalam kehidupan
mereka. Artinya kehidupan masyarakat senantiasa bersinggungan dengan aktivitas pemerintahan pada suatu tingkat tertentu. Kinerja pemerintah yang baik dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat tentu saja akan membentuk kepercayaan yang positif dari masyarakat. Sebaliknya pelayanan yang buruk dari pemerintah pada
tingkat tertentu dapat memberikan kekecewaan dan membuat masyarakat enggan untuk berurusan dengan pemerintah. Kondisi seperti ini jelas menimbulkan ketidak
percayaan bagi kinerja pemerintah. Ditengah arus keterbukaan dan demokrasi. pada saat ini dimana kinerja
pemerintahan menjadi sorotan oleh media massa, masyarakat dapat menilai dan melihat kinerja pemerintahan. Disini output dari pemerintah akan menjadi input bagi
Universitas Sumatera Utara
masyarakat yang selanjutnya membentuk perasaan dan kesan tertentu terhadap kinerja pemerintahan.
Dari Tabel diatas kita dapat melihat bahwa seluruh masyarakat Bah Jambi Memiliki harapan yang tinggi terhadap kinerja pemerintahan, tidak ada masyarakat
yang menjawab memilki harapan rendah, dan jawaban tidak berharap sama sekali dapat diabaikan. Relevansi yang dapat dilihat dalam hal ini yaitu mayoritas
masyarakat merasakan pengaruh pemerintah seperti yang dibahas sebelumnya. Disisi lain masyarakat Bah Jambi mendapatkan atau mengikuti perkembangan berita-berita
politik dan pemerintahan dari media massa. Input bagi masyarakat inilah yang membentuk suatu perasaan dimana masyarakat memiliki harapan yang tinggi terhadap
pemerintahan. Masyarakat menginginkan kualitas yang lebih baik dari pelayanan publik dan perbaikan atas kondisi masyarakat lebih baik lagi. Hal yang dapat kita
simpulkan bahwa masyarakat Bah Jambi bukan termasuk kedalam kategori masyarakat parokial dimana dalam masyarakat parokial tidak mengharapkan apapun
dari sistem politik dan orientasi parokial menyatakan alpanya harapan-harapan akan perubahan yang diinisiasikan oleh sistem politik. Masyarakat bahjambi bukan
masyarakat parokial.
Komunikasi Politik
Dalam masyarakat terdapat proses komunikasi politik yang merupakan pengaruh input yakni perasaan terhadap sistem politik. Komunikasi politik yang
ditekan dan dibatasi atau tertutup akan menyebabkan komunikasi politik yang terbatas pula hanya pada orang-orang yang dapat dipercaya. Dalam kondisi yang seperti ini
masyarakat tidak bebas berbicara tentang kehidupan dan proses politik. Mereka tidak mengharapkan adanya resiko yang besar dari proses komunikasi politiknya. Untuk
Universitas Sumatera Utara
melakukan komunikasi politik mereka harus merasakan adanya jaminan keamanan dalam memberikan pendapat politiknya, dan mereka dapat bertukar pikiran terhadap
orang-orang yang diajak bicara. Selanjutnya kita akan melihat apakah masyarakat bebas atau tidak dalam membicarakan masalah-masalah politik. Apakah terdapat
proses komunikasi yang relatif bebas dan terbuka. Terlebih dahulu kita akan mengukur sejauh mana frekuensi komunikasi politik
yang dilakukan oleh masyarakat di Bah Jambi. Pertanyaan ini ditujukan untuk memperoleh gambaran tingkat intensitas dari komunikasi politik yang terjadi diantara
warga masyarakat Bah Jambi. Pertanyaan yang diajaukan dibuat untuk mengkategorikan frekuensi pembicaraan politik dari responden. Ukuran yang dibuat
adalah sering, kadang-kadang, dan tidak pernah.
Tabel 15 Persentase Frekuensi Pembicaraan Politik Dengan Orang Lain
No Jawaban Responden Laki-laki
Perempuan Jumlah Persentase
1 Sering dari waktu ke
waktu 4
5 9
9,28
2 Kadang-kadang
34 34
68 70,10
3 Tak pernah membicarakan
politik 12
8 20
20,62
Jumlah
50 47
97 100
Teks pertanyaan 4: Apakah anda melakukan pembicaraan politik dengan orang lain? Dari tabel dapat kita lihat frekuensi pembicaraan politik yang dilakukan oleh
masyarakat Bah Jambi. Mayoritas masyarakat Bah Jambi 70,10 hanya melakukan pembicaraan politik dengan intensitas yang relatif rendah. Tampaknya pembicaraan
politik belum menjadi topik yang menarik untuk menjadi pembicaraan sehari-hari,
Universitas Sumatera Utara
bahkan sejumlah 20,62 menyatakan tidak pernah membicarakan politik. Setidaknya 9,28 aktif melakukan pembicaraan politik.
Sebelumnya telah kita lihat bahwa terdapat antusiasme pada masyarakat Bah Jambi dalam mengikuti berita-berita politik melalui media massa. Tak seorangpun
mengetahui tentang pikiran pembaca koran atau pemirsa televisi. Mengikuti berita- berita politik belum berpengaruh signifikan terhadap pembicaraan politik yang terjadi
ditengah-tengah masyarakat Bah Jambi. Mereka tetap mengikuti berita-berita politik akan tetapi pembicaraan politik yang terjadi diantara mereka relatif rendah. Ciri
tersebut cenderung karakteristik budaya politik subyek. Sedangkan karakteristik parokial menempati persentase 20,62.
Pertanyaan selanjutnya dibuat untuk melihat apakah mereka relatif merasa bebas berbicara politik dengan siapa saja. Kita dapat melihat kebebasan atau tekanan
yang dirasakan ketika berbicara politik serta bagaimana gambaran tingkat keterbukaan politik pada masyarakat di kelurahan Bah Jambi. Hal ini akan
memperlihatkan dimensi psikologis masyarakat dalam mendiskusikan masalah politik dan pemerintahan. Pengakuan masyarakat mengenai perasaannya tentang kebebasan
berbicara politik dapat kita lihat pada tabel berikut.
Tabel 16 Perasaan Dibatasi Dalam Mendiskusikan Masalah Politik dan
Pemerintahan No Jawaban Responden
Laki-laki Perempuan Jumlah Persentase
1 Bebas berdiskusi dengan
semua Orang 42
41 83
85,57
2 Tidak nyaman berbicara
politik 1
4 5
5,15
Universitas Sumatera Utara
3 Menolak berbicara politik
7 2
9 9,28
Jumlah 50
47 97
100 Teks pertanyaan 6: Bagaimana perasaan anda dalam mendiskusikan politik dan
masalah pemerintahan?
Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa perasaan dibatasi relatif tidak terlihat dalam masyarakat Bah Jambi. Hal ini merupakan salah satu hal yang penting untuk
terciptanya struktur masyarakat yang demokratis. Berbeda dengan sistem politik yang totaliter dimana komunikasi politik dikontrol secara ketat dan kritik terhadap
pemerintahan dan sistem politiknya sangat beresiko. Jika kita mengaitkan perasaan masyarakat dalam mendiskusikan politik dengan sistem politik yang demokratis, kita
dapat melihat suatu gambaran adanya keterbukaan politik. Tidak ada pembatasan yang cukup serius yang membuat masyarakat menghindari untuk melakukan
komunikasi politik. Dalam masyarakat Bah Jambi kita menjumpai frekuensi perasaan bebas dalam mendiskusikan politik yang tinggi sejumlah 85,57. Kesadaran ini pada
tingkat tertentu menunjukkan pemahaman masyarakat akan adanya keterbukaan politik.
Sebelumnya masyarakat Bah Jambi mengakui memiliki perasaan yang relatif bebas dalam mendiskusikan masalah politik dan pemerintahan. Apakah kesadaran
akan kebebasan tersebut diikuti oleh suatu prilaku komunikasi politik yang bebas. Ukuran yang dibuat untuk mengetahui sikap prilaku komunikasi politik dalam
praktik. Kita menaruh perhatian kepada afiliasi partai politik pada masyarakat Bah Jambi. Hal ini merupakan salah satu wujud dari dimensi perasaan masyarakat ketika
membicarakan politik. Dalam hal ini masyarakat dihadapakan kepada orang lain penginterview untuk melakukan pembicaraan politik, tentang pilihan partai
Universitas Sumatera Utara
politiknya dalam Pemilu terakhir. Apakah responden merasa bebas dalam melakukan pembicaraan politik dalam hal ini tentang afiliasi partai? Pertanyaan yang diajukan
adalah apakah anda bersedia melaporkan pilihan anda dalam pemilu?
Tabel 17 Kesediaan Responden Melaporkan Pilihannya Dalam Pemilu
No Jawaban Responden Laki-Laki
Perempuan Jumlah Persentase
1 Menolak
35 36
71 73,20
2 Tidak Menolak
15 11
26 26,80
Jumlah
50 47
97 100
Teks pertanyaan 7: Apakah anda bersedia melaporkan pilihan anda dalam Pemilu?
Tidak semua masyarakat bersedia melaporkan partai mana yang dipilihnya dalam pemilu terakhir. Sebagian besar masyarakat Bah Jambi menolak melaporkan
pilihan politik nya. Sebesar 73,20 warga menolak menyatakan afiliasi partainya. Sedangkan warga yang bersedia melaporkan afiliasi partainya sejumlah 26,80.
Dalam hal ini kita dapat melihat bagaimana dimensi perasaan masyarakat terkait pembicaraan politik dengan orang lain. 26,80 responden memiliki sikap yang bebas
untuk melakukan pembicaraan politik dengan orang lain, mereka merasa tidak perlu ada yang disembunyikan mengenai afiliasi politik dan menganggap tidak ada resiko
yang begitu dikhawatirkan dari pernyataan politiknya. Akan tetapi mayoritas masyarakat menolak menyatakan afiliasi partai politiknya, masih terdapat kecurigaan
terhadap resiko pernyataannya pada suatu tingkat tertentu. Perasaan bebas dalam mendiskusikan politik tidak sejajar dengan sikap atau prilaku bebas dalam
mendiskusikan afiliasi partai.
Universitas Sumatera Utara
Pertanyaan selanjutnya ditujukan untuk melihat sikap yang ditunjukkan dalam menanggapi perbedaan ide terhadap orang lain. Hal ini untuk menggambarkan jiwa
kerjasama yang dilihat dari sikap orang terhadap orang lain. Ukuran ini untuk melihat karakteristik toleransi atau militan. Dalam tipe militan perbedaan tidak dipandang
sebagai usaha mencari alternatif terbaik. Pernyataan yang sangat militan cenderung menciptakan ketegangan dan menumbuhkan konflik.kesemuanya itu menutup jalan
bagi pertumbuhan kerja sama. Dalam tipe toleransi pemikiran berpusat pada masalah atau ide yang harus dinilai, berusaha mencari konsensus yang wajar yang mana selalu
membuka pintu untuk kerja sama.
Tabel 18 Sikap Terhadap Perbedaan Ide pendapat Terhadap Orang Lain.
No Jawaban Responden Laki-laki Perempuan Jumlah
Persentase
1 Menolak Perbedaan
Pendapat 5
3 8
8,25
2 Menghargai sudut pandang
orang lain 44
44 88
90,72
3 Memusuhi orang yang
berbeda pendapat 1
- 1
1,03
Jumlah
50 47
97 100
Teks Pertanyaan 13: Bagaimana anda menyikapi perbedaan ide pendapat dengan orang lain?
Secara tegas kita dapat melihat jiwa toleransi dalam masyarakat Bah Jambi. Sebagian besar masyarakat 90,72 memiliki sikap yang menghargai sudut pandang
Universitas Sumatera Utara
orang lain. Dalam kondisi seperti ini jiwa kerja sama cenderung mudah untuk muncul dalam memecahkan persoalan atau mencari alternatif terbaik. Hal ini penting terutama
dalam kondisi masyarakat yang majemuk dan kemajemukan sering dijadikan issu dan komoditas politik. Dalam kondisi budaya politik toleransi, konflik dan krisis
memiliki peluang yang relatif rendah ketimbang masyarakat dengan tipe militan.
Perasaan Masyarakat Tentang Aktifitas Politik
Pemilu merupakan instrument penting dalam negara demokrasi yang menganut sistem perwakilan. pemilihan umum berfungsi sebagai alat penyaring bagi
politisi-politisi yang akan mewakili dan membawa suara rakyat dalam lembaga perwakilan. Wakil rakyat yang terpilih dianggap sebagai orang atau kelompok yang
mewakili suatu kelompok masyarakat yang lebih besar dengan melalui partai politik. Oleh sebab itu pemilu dan partai politik merupakan suatu keharusan dalam kehidupan
politik modern yang demokratis. Bagi negara yang demokaratis, pemilu dianggap sebagai sarana demokrasi yang penting, tidak hanya sebagai proses perwujudan
kedaulatan rakyat. Pemilihan umum itu dapat dikatakan sebagai suatu cara warga memilih para wakilnya dalam sebuah lembaga perwakilan. Sistem pemilihan
mentransfer sejumlah suara kedalam sejumlah kursi. Disinilah terlihat urgensi pemilu sebagai konsekuensi logis dari paham kedaulatan rakyat.
Pemilu pada prinsipnya merupakan kegiatan partisipasi politik dari masyarakat. Dimana masyarakat berperan serta dalam suatu metoda pengambilan
keputusan yang mana seluruh rakyat mengambil peran didalamnya. Yang penting bukan hanya cara dalam memilih pemerintahan akan tetapi peran serta masyarakat
dalam pengambilan keputusan. Pemilu merupakan mekanisme dalam penentuan transisi kepemimpinan politik yang legitimat, dimana masyarakatlah yang memegang
Universitas Sumatera Utara
kekuasaan. Melalui pemilu masyarakat dapat menggantikan kepemimpinan politik ataupun mempertahankan status quo.
Kita telah menyinggung sedikit tentang pentingnya pemilu terkait dengan demokrasi dan sisem perwakilan. Akan tetapi bagaimanakah tanggapan masyarakat
tentang pemilu. Pertanyaan selanjutnya mencoba untuk menggambarkan perasaan masyarakat tentang pemilu. Sejauh mana mereka mempercayai dan merasa perlu
untuk mengikuti pemilu.
Tabel 19 Kepercayaan Masyarakat Dalam Mengikuti Pemilu.
No Jawaban Responden Laki-laki
Perempuan Jumlah Persentase
1 Sangat perlu
48 44
92 94,84
2 Tidak perlu
1 1
2 2,06
3 Tidak perduli.
1 2
3 3,10
Jumlah 50
47 97
100 Teks pertanyaan 5 : Apakah anda mempercayai dan merasa perlu mengikuti Pemilu?
Dari data diatas kita dapat melihat gambaran yang tegas bagaimana perasaan masyarakat dalam mengikuti pemilu, dimana 94,84 menyatakan bahwa pemilu itu
sangat perlu. Masyarakat masih memiliki kepercayaan yang cukup signifikan terhadap pemilu. terdapat keyakinan dalam psikologi individual dari responden-responden
yang memiliki pola kolektifitas yang signifikan. Ada keyakinan yang dipegang individu-individu pada suatu tingkat tertentu tentang kepercayaanya akan instrumen
pemilu. Kita sudah melihat bahwa masyarakat Bah Jambi menganggap sangat perlu
dalam mengikuti Pemilu dan pada suatu tingkat tertentu mereka mempercayai
Universitas Sumatera Utara
instrument Pemilu. Selanjutnya kita ingin melihat poin-poin dari dimensi psikologis yang melatarbelakangi atau motivasi keikutsertaan masyarakat secara suka rela dalam
mengikuti pemilu. Kita melihat dalam pemilu adalah suatu aksi besar dalam bentuk partisipasi massal dalam masyarakat demokrasi. Konsekuensinya yang jadi persoalan
penting disini adalah bagaimana masalah perasaan tentang voting pemilu. para responden dihadapkan pada suatu pernyataan yang mana menggambarkan
perasaannya ketika pergi ke tempat pemilihan untuk memberikan suara.
Tabel 20 Perasaan Dalam Mengikuti Pemilihan Umum
No Jawaban Responden Laki-laki
Perempuan Jumlah Persentase
1 Merasa puas jika ke kotak
suara 42
86 86
88,66
2 Terpaksa mengikuti
pemilihan umum 3
2 5
5,15
3 Mengutamakan kegiatan
yang lebih penting 5
1 6
6,19
Jumlah 50
47 97
100 Teks Pertanyaan 20: Bagaimana perasaan saudara dalam mengikutimelakukan
pemilihan umum?
Pada masyarakat Bah Jambi mayoritas responden dengan jumlah 88,66 menyatakan perasaan puas jika pergi ke tempat pemungutan suara. Sedangkan
responden yang menjawab mengikuti pemilihan umum karna terpaksa sejumlah 5,15. Sedangkan yang mengutamakan kegiatan lebih penting sejumlah 6,19.
Universitas Sumatera Utara
Perasaan puas dalam mengikuti pemilihan umum yang dominan seperti kita lihat dari data diatas dapat kita kaitkan dengan apa yang dibahas sebelumnya
bahwasannya masyarakat Bah Jambi mempercayai dan merasa perlu untuk mengikuti pemilu. Atas dorongan keyakinan dan kepercayaan yang tinggi tersebutlah kita dapat
menggambarkan relevansinya terhadap ekspresi perasaan masyarakat dalam mengikuti pemilu. Masyarakat Bah Jambi memiliki suatu sikap mempercayai dan
menganggap sangat perlu dalam mengikuti pemilu; dan mereka memiliki perasaan puas jika mengikuti pemungutan suara.
Budaya politik merupakan sikap orientasi terhadap sistem politik. Dengan orientasi ini pula mereka menilai serta mempertanyakan tempat dan peranan mereka
dalam sistem politik. Budaya politik adalah dimensi psikologis dari sistem politik. Sebelum kita membahas bagaimana prilaku aktual masyarakat dalam mempengaruhi
kebijakan publik yang akan dibahas selanjutnya. Perlu untuk dilihat bagaimana dimensi psikologis atau perasaan masyarakat Bah Jambi dikaitkan dengan proses
pembuatan atau penentuan kebijakan yang dilakukan. Apakah mereka diikutsertakan dalam input pembuatan kebijakan.
Tabel 21 Perasaan Keikutsertaan Masyarakat dalam PembuatanPenentuan Kebijakan
No Jawaban Responden Laki-laki
Perempuan Jumlah Persentase
1 Ikut serta
19 18
37 38,14
2 Tidak ikut serta
31 29
60 61,86
Jumlah 50
47 97
100 Teks pertanyaan 10: Apakah anda merasa dikutsertakan dalam pembuatanpenentuan
kebijakan?
Universitas Sumatera Utara
Data menunjukkan psikologis subjektif responden sejumlah 61,86 merasa tidak diikutsertakan dalam pembuatan atau penentuan kebijakan. Mereka menyatakan
akan alpanya peran mereka dalam input sistem politik. Sedangkan yang merasa diikutsertakan dalam pembuatanpenentuan kebijakan sejumlah 34,14. Mayoritas
masyarakat pasif dalam input sistem politik
Kewajiban Untuk Berpartisipasi
Adalah penting untuk melihat seberapa jauh responden menganggap dirinya sendiri memiliki tanggung jawab aktif dalam komunitasnya baik secara formal
maupun informal, baik dalam hubungannya dengan pemerintahan, sistem politik maupun sesama warga negara. Komunitas lokal nampaknya sangat tepat dijadikan
titik awal dimana cenderung lebih dekat dengan warga masyarakat. Karena betapapun peluang warga negara untuk berperan serta adalah lebih besar pada tingkat
pemerintahan lokal daripada di tingkat nasional. Demokrasi akan lebih efektif jika terdapat kemampuan individu untuk bepartisipasi di tingkat lokal, karena disinilah
penduduk dapat mengembangkan kapasitasnya untuk menguasai berbagai masalah politik. Sejauh mana individu yakin bahwa mereka dapat berperan dalam masyarakat
lokal, cara mana yang mereka tempuh untuk menunjukkan peranannya, hal ini menunjukkan karakteristik sosial serta sikap-sikap individu
Pada bagian ini kita akan membicarakan tentang apa yang harus dilakukan oleh orang-orang awam dalam alam demokrasi. Responden dihadapkan pada
pertanyaan apa yang dia pikir dapat untuk dilakukan. Kita akan mengupas konsepsi orang-orang awam tentang peranan yang mereka anggap dapat dilakukan. Pertanyaan
yang diajukan dititikberatkan pada partisipasi dalam masalah-masalah lokal. Kita ingin mengetahui sejauh mana individu percaya bahwa mereka memikul sejumlah
Universitas Sumatera Utara
kewajiban pada masyarakat dan menangani berbagai problema yang melampaui urusan pribadi.
Tabel 22 Peranan Yang Seharusnya Dilakukan Orang Awam Dalam Masyarakat Lokal
No Jawaban Responden Laki-Laki Perempuan Jumlah
Persentase
1 Ambil bagian dalam
aktifitas pemerintahan lokal
9 8
17 17,52
2 Ambil bagian dalam partai
politik 6
4 10
10,30
3 Ambil bagian dalam
organisasi kepentingan di tingkat lokal
15 9
24 24,74
4 Berpartisipasi dalam
kegiatan keagamaan 34
25 59
60,82
5 Memberikan suara dalam
pemungutan suara voting 25
27 52
53,60
6 Menyebutkan aktifitas
lainnya 5
7 12
12,37
Teks Pertanyaan 19 : Peranan bagaimanakah yang seharusnya dilakukan orang awam dalam masyarakat lokal? Jawaban boleh lebih dari satu
Tabel diatas menggambarkan peranan yang harus dimainkan individu dalam komunitas lokalnya. Kita dapat melihat perbandingan antara reponden yang percaya
bahwa orang awam harus ikut ambil bagian secara aktif dalam masyarakat lokalnya
Universitas Sumatera Utara
seperti ambil bagian dalam partai politik, pemerintahan lokal maupun organisasi kepentingan di tingkat di tingkat lokal dan yang percaya bahwa orang harus
berpartisipasi secara lebih pasif misalnya ikut memilih atau hanya dalam aktifitas keagamaan. Data menunjukkan bahwa sebagian besar membuat pilihan bahwa orang
awam harus ikut ambil bagian dalam cara yang lebih pasif, seperti ambil bagian dalam kegiatan keagamaan sejumlah 60,82 dan ikut dalam pemungutan suara sebesar
53,60. Terdapat rentang yang relatif signifikan dengan pilihan pada peranan yang lebih aktif dengan persentase yang relatif rendah seperti ambil bagian dalam partai
politik sejumlah 10,30, ambil bagian dalam pemerintahan lokal sebesar 17,52 dan ambil bagian pada organisasi kepentingan di tingkat lokal sebesar 24,74.
Masyarakat memilih cara yang lebih pasif dalam peranannya pada komunitas di tingkat lokal
Citra Wewenang Politik Warga Negara
Demokrasi adalah suatu sistem politik dimana warga negara dapat melakukan kontrol terhadap para elit. kontrol terhadap jalannya kekuasaan menjadi salah salah
satu tolak ukur dari demokrasi itu sendiri, dimana orang-orang awam mengontrol para pembuat keputusan bagi masyarakat. Pada sub-bab ini kita akan menyinggung suatu
pengaruh politik dimana massa dapat mempunyai pengaruh dan memberikan desakan terhadap elit. Pembuatan kebijakan akan lebih menguntungkan publik jika ada
tekanan atau desakan dari publik. Pembuat kebijakan berusaha untuk mendapatkan simpati, dukungan, dan menjaga suara konstituennya. Publik dapat melakukan kritik,
desakan, dan kontrol terhadap para elit. Pengaruh politik publik dapat mempengaruhi pembuatan kebijakan.
Universitas Sumatera Utara
Penelitian ini menitik beratkan pada persepsi dan tingkah laku warga negara biasa bukan para elit pemerintahan. Perhatian ditujukan terhadap persepsi orang-orang
biasa terhada pengaruhnya. Seseorang warga negara biasa mungkin merasa bahwa ia memiliki pengaruh terhadap keputusan, atau berupaya untuk memaksakan
pengaruhnya terhadap keputusan, dan pejabat negara mungkin tidak berubah. Sebaliknya warga negara dapat menganggap bahwa semua keputusan pemerintah
dibuat tanpa mempertimbangkan kebutuhan atau keinginannya. Jika derajat kearah mana warga negara percaya bahwa mereka dapat
mempengaruhi pelaksanaan keputusan pemerintah tidaklah penting berhubungan perilaku masyarakat atau pandangan subyektif masyarakat tentang wewenangnya,
maka penting untuk melihat sikap masyarakat terhadap pemerintahan khususnya pada level lokal. Jika demokrasi melibatkan derajat partisipasi aktual yang begitu tinggi
dalam proses pembuatan keputusan, maka sikap-sikap demokrasi mencakup persepsi actual bahwa mereka mampu untuk berperan serta. Warga mengajukan tuntutan untuk
mendapatkan output yang menguntungkan dari pemerintahan dan pemerintah bertindak agar tidak kehilangan dukungan.
Kemampuan unutuk memaksakan pengaruh politik ini sangat penting. Sekalipun individu jarang mencoba menggunakan pengaruh ini atau sering tidak
berhasil ketika dicoba. Jika masyarakat mempercayai bahwa mereka memiliki pengaruh maka mungkin bagi mereka untuk melakukannya. Warga negara yang
memiliki kompetensi subyektif cenderung lebih mungkin menjadi warga negara yang aktif. Jika terdapat kelompok yang aktif maka pemerintah lebih cenderung
menanggapinya ketimbang orang-orang awam yang tidak pernah mengajukan tuntutan apapun. Jika orang-orang awam merasa bahwa kebijakan pemerintah diluar
jangkauan pengaruhnya, warga tidak mungkin berusaha mencoba mempengaruhi
Universitas Sumatera Utara
kebijakan tersebut, sedang pejabat pemerintahan tidak perlu khawatir terhadap potensi pengaruh yang ditekankan pada mereka. Jika warga percaya bahwa mereka dapat
mempengaruhi pemerintahan, ini akan berpengaruh pada prilaku politik mereka. Keyakinan dan kepercayaan warga akan pengaruhnya yang kita kaitkan dengan
prilaku aktual akan kita lihat dalam bahasan berikut.
Tabel 23 Persentase Pernah atau Tidak Pernah Mencoba Mempengaruhi Pemerintahan
Lokal No Jawaban Responden
Laki-laki Perempuan Jumlah
Persentase
1 Pernah
4 1
5 5,16
2 Tidak pernah
46 46
92 94,84
Jumlah 50
47 97
100 Teks Pertanyaan 16: Apakah anda pernah mencoba mempengaruhi pemerintahan
local dalam kebijakan dan kegiatannya?
Data menunjukkan bahwa prilaku aktual warga dalam mempengaruhi pejabat pemerintahan atau mencoba mempengaruhi kebijakan di tingkat lokal sangat minim.
Data menunjukkan hanya 5,16 yang mengakui pernah mencoba mempengaruhi pemerintahan lokal dalam kegiatan dan kebijakannya. Partisipasi masyarakat dalam
input sistem politik relatif minim. Dalam hal ini kita dapat melihat keyakinan dan kepercayaan untuk memaksakan pengaruh belum terlihat dalam perilaku politiknya.
Mayoritas mengakui tidak pernah mencoba mempengaruhi pemerintahan lokal dalam kebijakan dan kegiatannya sejumlah 94,84
Sebelumnya kita telah melihat bahwa minimnya partisipasi input masyarakat Bah Jambi dalam sistem politik. Selanjutnya kita akan melihat partisipasi out put
Universitas Sumatera Utara
sistem politik pada masyarakat Bah jambi. Yang menjadi ukuran adalah keikutsertaan dalam kelompok protes atas output pemerintahan yang menyimpang. Pertanyaan ini
mencoba menempatkan responden pada situasi dimana pemerintahan bertindak tidak adil ataupun merugikannya. Kemudian responden dihadapkan pada pilihan untuk
melakukan sesuatu yakni turut atau tidak dalam kelompok protes. Pertanyaan ini juga menyinggung bagaimana kompetensi politik mereka dan yang terpenting apakah
menggunakan pengaruh politik mereka. Pertanyaan ini juga ditujukan untuk menguji sifat Partisipan dari budaya
politik masyarakat Bah Jambi dimana budaya politik partisipan memiliki karakteristik parisipan aktif yang tinggi baik terhadap objek-objek input maupun objek-objek
output dari sistem politik. Juga kondisi dalam budaya politik partisipan bahwa mereka memiliki keyakinan bahwa mereka dapat mempengaruhi pengambilan kebijakan
publik dan memiliki kemauan untuk mengorganisasikan diri dalam kelompok- kelompok protes bila terdapat praktik-praktik pemerintahan yang tidak fair. Dalam
budaya politik partisipan masyarakat berperan sebagai aktifis.
Tabel 24 Persentase Keikutsertaan Dalam Kelompok Protes Bila Ada Praktek-Praktek
Pemerintahan yang Menyimpang? No Jawaban Responden
Laki-laki Perempuan Jumlah Persentase
1 Ikut dalam kelompok protes
28 13
41 42,27
2 Tidak ikut serta
22 34
56 57,73
Jumlah 50
47 97
100 Teks pertanyaan 15: Apakah anda mau ikut dalam kelompok protes bila ada praktek-
praktek pemerintahan yang menyimpang? Berdasarkan pertanyaaan yang diajukan kepada responden, sejumlah 57,73
responden menyatakan tidak ikut serta dalam kelompok protes bila ada praktek- praktek yang menyimpang yang dilakukan oleh pemerintahan. Sedangkan yang mau
Universitas Sumatera Utara
ikut dalam kelompok protes sejumlah 42,27. Dalam hal ini kita dapat menggambarkan sikap masyarakat Bah Jambi bahwa sifat partisipan aktif terhadap
output sistem politik tidak mutlak. Akan tetapi pada level tertentu 42,27 mereka mempercayai bahwa mereka dapat berbuat sesuatu terhadap perbuatan tak adil yang
diklakukan pemerintah.
Kompetensi politik
Peranan warga negara, dalam artian tertentu melukiskan bentuk tertinggi dari keikutsertaan demokrasi. Karena partisipasi yang demikian itulah maka orang-orang
awam bisa mendapat pengaruh yang meliputi berbagai urusan pemerintahan. Tetapi seseorang tidak ikut ambil bagian dalam politik apabila hanya berperan sebagai warga
negara. Mereka masih tetap dalam hubungan subyek dengan pemerintah walaupun mereka telah menerima peranan warga negara, mereka tetap sebagai subjek hukum.
Warga negara yang memiliki kompetensi mempunyai peranan dalam pembentukan kebijaksanaan umum. Selain itu, ia memainkan peranan penting didalam proses
pembuatan keputusan; ia berperan serta menggunakan beberapa bentuk ancaman baik eksplisit maupun implisit tertentu untuk mempengaruhi pejabat memenuhi segala
tuntutannya. Dalam kompetensi politik subyek, ia tidak turut serta dalam membuat keputusan, keikutsertaannya tidak melibatkan penggunaan pengaruh politik,
partisipasinya terbatas sampai sejauh mana kebijaksanaan umum sudah diterapkan. Kompetensi subjek tampaknya lebih merupkan suatu kesadaran akan hak-haknya
dibawah satu pengaturan daripada turut serta dalam membuat peraturan. Wewenang ini kita sebut kompetensi politik. Dalam hal ini kita membedakannya dengan
kompetensi administratif dimana birokrasi pemerintahan lebih cenderung responsif dalam memperlakukan apa yang diajukan oleh individu-individu. Posisi yang
Universitas Sumatera Utara
demikian adalah partisipasi yang pasif dimana individu tetap menjadi subjek dari suatu bagian pengaturan tertentu ketimbang keikutsertaannya dalam membuat
peraturan tersebut. Semakin tinggi kompetensi politik masyarakat maka semakin kecil pula kemungkinan bagi birokrasi untuk menerapkan kapasitasnya dalam bertindak
sewenang-wenang tanpa mempertimbangkan kehendak publik. Dalam bahasan kompetensi politik ini kita akan melihat jumlah responden
yang menganggap dirinya memiliki kompetensi politik. Namun sebelum beranjak akan hal tersebut perlu kiranya kita melihat dimensi psikologis subyektif tentang
minatnya terlibat kedalam politik. Pertanyaan ini diajukan untuk mengukur minat masyarakat secara psikologis untuk terlibat dalam politik.
Tabel 25 Persentase Minat Untuk Turut Serta Dalam Politik
No Jawaban Responden Laki-laki Perempuan Jumlah
Persentase
1 Sangat berminat
16 12
28 28,86
2 Kurang berminat
20 21
41 42,28
3 Tidak berminat
14 14
28 28,86
Jumlah 50
47 97
100 Teks Pertanyaan 11 : Apakah anda memiliki minat untuk turut serta dalam
politik?
Dari tabel diatas kita dapat melihat gambaran minat untuk turut serta dalam politik. Kita melihat 42,28 responden kurang berminat turut serta dalam politik.
Sedangkan jumlah responden yang sangat berminat dengan jumlah responden yang tidak berminat memiliki persentase yang sama dengan jumlah 28,86. Dalam kondisi
yang seperti ini kita masih melihat minat yang relatif rendah untuk turut serta dalam
Universitas Sumatera Utara
politik. Data menunjukkan belum signifikannya orientasi masyarakat terhadap sistem politik yang terwujud dalam suatu keinginan untuk turut serta dalam politik.
Setelah kita membahas minat untuk turut serta dalam politik, kita ingin mengetahui kompetensi politik dari para responden. Masyarakat yang memiliki
kompetensi politik akan mampu melakukan sesuatu terhadap ketidakadilan yang dilakukan oleh pemerintah. Mereka dapat melancarkan pengaruh politiknya untuk
memaksa para elit untuk merumuskan kebijakan khusus yang menguntungkan individu atau kelompok tertentu. Mereka juga dapat meminta pertimbangan serius dan
berharap pertimbangan yang sungguh-sungguh dari aparatur pemerintahan. Kompetensi akan mempengaruhi pola tertentu orientasi terhadap sistem politik.
Sekarang mari kita melihat jumlah responden di Bah Jambi yang menganggap dirinya memiliki kompetensi politik.
Tabel 26 Persentase Kompetensi Untuk Berpartisipasi Dalam Politik
No Jawaban Responden Laki-laki
Perempuan Jumlah Persentase
1 Mampu
20 17
37 38,14
2 Tidak Mampu
30 30
60 61,86
Jumlah 50
47 97
100 Teks pertanyaan 12: Apakah anda memiliki kompetensi kemampuan untuk
berpartisipasi dalam politik? Dari jawaban responden kita dapat melihat bahwa mayoritas 61,86
menyatakan tidak mampu untuk berpartisipasi dalam politik. Namun begitu kita masih mendapatkan sejumlah 38,14 responden menganggap dirinya mampu untuk
berpartisipasi dalam politik. Kita melihat responden yang memiliki kompetensi politik lebih sedikit dibanding yang tidak memiliki kompetensi politik. Sebagai pembanding
Universitas Sumatera Utara
kita simak kembali jawaban responden pada teks pertanyaan 16 tabel 23 bahwasanya hanya 5,16 yang mengakui pernah mempengaruhi pemerintah lokal
dalam kegiatan maupun kebijakannya. Tampaknya kompetensi politik yang dimiliki belum bersifat sejajar dengan prilaku aktual responden.
Masyarakat yang memiliki kompetensi memiliki orientasi terhadap obyek- obyek input maupun obyek-obyek output dari sistem politik. Jika frekuensi orientasi
sistem dan pribadi sebagai partisipan aktif mendekati mutlak maka kita dapat mengkategorikannya kedalam budaya politik partisipan. Berikut kita akan melihat
bagaimana sikap terhadap peranannya dalam sistem politiknya. Berikut kita akan melihat kecenderungan keyakinan dalam masyarakat Bah Jambi dalam orientasinya
terhadap input dari sistem politik. Pertanyaan ini ditujukan untuk menggambarkan sejauh mana keyakinan responden bahwa mereka dapat mempengaruhi kebijakan
publik.
Tabel 27 Persentase Keyakinan Untuk Mempengaruhi Pengambilan Kebijakan
Publik No Jawaban Responden
Laki-laki Perempuan Jumlah Persentase
1 Yakin
23 14
37 38,14
2 Tidak yakin
27 33
60 61,86
Jumlah 50
47 97
100 Teks pertanyaan 17 : Apakah anda memiliki keyakinan bahwa anda dapat
mempengaruhi kebijakan publik? Gambaran yang didapat dari pertanyaan yang diajaukan bahwa mayoritas
61,86 responden mengakui bahwa mereka tidak yakin dapat mempengaruhi kebijakan publik. Kompetensi politik sebagai warga negara belum terlihat khususnya
Universitas Sumatera Utara
dalam untuk menggunakan pengaruhnya terhadap input sistem politik yaitu dalam pembentukkan kebijakan publik. Sedangkan responden yang memiliki keyakinan
dapat mempengaruhi kebijakan publik sejumlah 38,14. Jumlah ini jelas belum mutlak untuk mendekatkan pada karakteristik partisipan.
Sikap Mental Absolut dan Akomodatif
Struktur mental yang bersifat akomodatif biasanya terbuka dan sedia menerima apa saja yang dianggap berharga. Ia dapat melepaskan ikatan tradisi, kritis terhadap diri
sendiri, dan bersedia menilai kembali tradisi berdasarkan perkembangan masa kini. Tipe absolut dari budaya politik sering menganggap perubahan sebagai suatu yang
membahayakan. Tiap perkembangan baru dianggap sebagai suatu tantangan yang berbahaya yang harus dikendalikan. Perubahan dianggap sebagai penyimpangan.
Tipe akomodatif dari budaya politik melihat perubahan hanya sebagai salah satu masalah untuk dipikirkan. Perubahan mendorong usaha perbaikan dan
pemecahan yang lebih sempurna. Sikap mental yang absolut memiliki nilai-nilai dan kepercayaan yang.
dianggap selalu sempurna dan tak dapat diubah lagi. Usaha yang diperlukan adalah intensifikasi dari kepercayaan, bukan kebaikan. Pola pikir demikian hanya memberikan
perhatian pada apa yang selaras dengan mentalnya dan menolak atau menyerang hal- hal yang baru atau yang berlainan bertentangan. Budaya politik yang bernada absolut
bisa tumbuh dari tradisi, jarang bersifat kritis terhadap tradisi, malah hanya berusaha memelihara kemurnian tradisi. Maka, tradisi selalu dipertahankan dengan segala
kebaikan dan keburukan. Kesetiaan yang absolut terhadap tradisi tidak memungkinkan pertumbuhan unsur baru
Universitas Sumatera Utara
Tabel 28 Sikap Terhadap Tradisi dan Perubahan
No Jawaban Responden Laki-laki
Perempuan Jumlah Persentase
1 Menolak hal yang
betentangan dengan tradisi untuk memelihara
kemurnian tradisi 17
14 31
31,96
2 Menerima apa saja yang
berharga berdasarkan perkembangan masa kini
33 33
66 68,04
Jumlah 50
47 97
100 Teks Pertanyaan 14: Bagaimana sikap anda terhadap tradisi dan perubahan?
Berdasarkan jawaban dari responden mayoritas responden sejumlah 68,04 menjawab menerima apa saja yang berharga berdasarkan perkembangan masa kini.
Sikap terbuka dan sedia menerima hal baru yang berharga merupakan tipe dari sikap mental yang akomodatif. Mereka dapat beradaptasi dengan perkembangan masa kini.
Masyarakat dapat menerima perubahan sebagai usaha untuk mendorong perbaikan dan pemecahan yang lebih sempurna. Mereka terbuka akan perubahan. Sedangkan
rsponden yang cenderung memiliki sikap mental absolut sejumlah 31,96 mereka cenderung memelihara kemurnian tradisi dan menganggap perubahan sebagai hal
yang membahayakan.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN