Terminologi Politik Dasar-Dasar Teori. 1. Terminologi Budaya

5.2. Terminologi Politik

Secara sederhana politik yaitu suatu usaha untuk mencapai atau mewujudkan tujuan, cita-cita atau ideologi politik. Politik ialah hal yang ada hubungannya dengan kekuasaan. Sedangkan kekuasaan dapat diartikan sebagai authority, control, capacity, dan hubunganrelationship. Suatu hubungan kekuasaan dapat terjadi bilamana sekelompok orang atau sekelompok golongan tunduk kepada orang atau golongan lain dalam suatu bentuk kegiatan tertentu. Seseorang dapat menikmati kekuasaan, bila orang itu dapat mempengaruhi perilaku dan pikiran orang lain. H.J. Morgenthau dalam Politics Among Nations menulis “power means man’s control over the minds and actions of other men”. Demikian juga Soeleman Soemardi merumuskan bahwa kekuasaan adalah pengaruh atau pengawasan atau pengambilan keputusan yang berwenang. Sedangkan Robert M. Mac Iver memberikan batasan bahwa: “ kekuasaan sosial adalah kemampuan untuk mengendalikan kelakuan orang lain, baik secara langsung dengan jalan memberikan perintah maupun secara tidak langsung dengan jalan mempergunakan segala alat dan cara yang ada” 42 . Dalam batasan diatas maka kekuasaan diartikan sebagai capacity. Sehubungan dengan ini dapat dikemukakan pula pendapat Talcot Parsons yang mengemukakan bahwa: “ hasil daripada politik sebagai suatu sistem adalah kekuasaan, yang diberi batasan sebagai kemampuan yang digeneralisir dari suatu sistem sosial untuk menyelasaikan sesuatu berdasarkan kepentingan bersama”. 43 42 Mac Iver, Robert M. 1947. The Web of Government. New York: The Mac Milan Company. Hal. 87 43 Parsons, Talcot. 1960. Structure and Process in Modern Societies. Hal.131 Menurut Ossip K Flechteim, kekuasaan sosial adalah keseluruhan daripada kemampuan, hubungan dan proses-proses yang menghasilkan ketaatan dari pihak lain … untuk tujuan-tujuan yang Universitas Sumatera Utara ditetapkan oleh pemegang kekuasaan. 44 Disamping itu kekuasaan dapat diartikan sebagai authority, control. Dalam bukunya Contemporary Political Science mengatakan bahwa: “ kekuasaan, misalnya dapat diberi batasan sebagai authority dan control; tingkat tertinggi dari authority adalah kedaulatan sedangkan tingkat tertinggi daripada control adalah supremasi”. 45 Kekuasaan politik merupakan bagian dari kekuasaan sosial, yaitu kekuasaan yang mempunyai fokus ditujukan kepada negara yang merupakan satu-satunya pihak yang berwenang yang mempunyai hak untuk mengendalikan tingkah laku sosial dengan paksaan. Kekuasaan politik disamping mencakup kekuasaan untuk memperoleh ketaatan dari warga masyarakat, juga menyangkut pengendalian orang lain dengan tujuan untuk mempengaruhi tindakan dan aktifitas negara dalam bidang administratif, legislatif dan yudikatif. Kekuasaan politik oleh Ossip K Flechtheim dibedakan menjadi dua macam 46 1. bagian dari kekuasaan sosial yang terwujud dalam negarakekuasaan negara atau state power seperti lembaga legislatif dan presiden : 2. bagian dari kekuasaan sosial yang ditujukan pada negara Asal Kata Politik Asal kata politik berasal dari kata polis bahasa Yunani, dapat berarti kota atau negara kota. Dari kata polis ini kemudian diturunkan menjadi kata-kata polities yang berarti warga negara. Politicos yang berarti kewarganegaraan, politike te ckne yang berarti kemahiran politik; politike episteme yang berarti ilmu politik. Selanjutnya orang Romawi mengambil alih perkataan Yunani itu lalu menamakan 44 Fleichteim, Ossip K. 1952 Fundamentals of Political Science. New York: Ronald Press Co. Hal. 16 45 Lasswel, Harold D. 1950. Contemporary Politican Science. Hal.533 46 Flechtheim, Ossip K. 1952. Op. cit. hal. 16 Universitas Sumatera Utara pengetahuan tentang negarapemerintah dengan istilah ars politica artinya kemahiran tentang masalah-masalah kenegaraan. Kalau kita lihat dalam sejarah masyarakat Yunani pada waktu sekitar empat abad sebelum masehi sudah mengenal suatu kebiasaan untuk berkelompok yaitu hidup berkumpul dan membentuk suatu alat untuk mengatur ketentraman, ketertiban dan keamanan dalam kehidupan bersama. Alat ini diberi wewenang untuk mewujudkan dengan cara-caranya tersendiri, suatu ketentraman, dan ketertiban dalam masyarakat. Organisasi ini yang diberi segala wewenang untuk mengatur kehidupan bersama yang disebut polis 47 Masyarakat Yunani pada waktu itu terdiri atas beberapa kelompok-kelompok kecil atau masyarakat kecil yang mendiami suatu daerah tertentu. Keanggotaan masyarakat ini sangat sedikit jumlahnya karenanya masing-masing sangat mengenal dengan baik dan mengenal luas daerahnya yang hanya relatif kecilsempit saja. Masyarakat yang demikian disebut city state negara kota. Dapat dikatakan bahwa polis yang satu memandang dirinya sebagai keutuhan yang terlepas dari polis yang lain. Bahkan kadang-kadang polis yang satu memandang polis yang lain sebagai lawannya. Dari kata polis inilah lahir kata politik yang pengertiannya berubah-ubah sepanjang sejarah. Selanjutnya kehidupan negara kota city state tersebut makin meluas dan berkembang sesuai dengan zamannya mendekati bentuk-bentuk dan sifat- sifat negara dalam pengertian modern . 48 Politik adalah masalah setiap warga negara dan karenanya masalah bersama dan apa yang menjadi masalah bersama sudah seyogiyanya diputuskan bersama pula. Azas inilah sesungguhnya yang merupakan dasar utama dari apa yang sejak zaman Yunani kuno disebut negara yang demokratis. Aristoteles , filosof zaman Yunani yang lazim dianggap sebagai bapak ilmu politik, dua puluh empat abad yang lalu telah . 47 Gani, Soeliswati Ismail. 1984. Pengantar Ilmu Politik. Jakarta: Ghalia Indonesi. Hal.14 -15 48 Gani, Soeliswati Ismail. 1984. ibid. hal 15 Universitas Sumatera Utara membahas secara sistematais peran warga negara dalam negaranya. Yang dianggap warga negara oleh aristoteles hanyalah mereka yang turut mengambil bagian dalam tata pemerintahan 49 Bagi Plato dan Aristoteles, organisasi politik dari warga negara Yunani purba yang disebut polis adalah organisasi yang bertujuan memberikan kepada warga negaranya kehidupan yang baik. Jadi polis bertujuan menjamin kehidupan yang baik bagi warga negaranya dan polis itu dipertahankan demi kehidupan yang baik itu pula. Oleh karena itu masalah-masalah yang dihadapi polis itu adalah masalah-masalah bersama, yang juga adalah masalah dari setiap individu dan individu wajib untuk turut serta memikirkan dan menyelesaikan masalah-masalah polis. Tidak mengherankan jikalau ilmu politik sejak zaman Yunani purba itu dipandang sebagai “the master science”, induk dari segala ilmu, justru karena fungsinya sebagai ilmu tentang kebahagaiaan umat manusia. Sifat polis pada waktu itu mutlak dimana tidak dikenal pemisahan antara negara dan masyarakat sehingga merupakan negara-masyarakat. Negara dan masyarakat adalah satu dan tidak dapat dipisahkan . 50 Ada berbagai pendefenisian ilmu politik yang beraneka ragam oleh para sarjana. Bahkan Ny. Mirriam Budiardjo menulis mengenai hal berikut. “Setiap kali para ahli berkumpul, maka sukar bagi mereka untuk mencapai persetujuan mengenai pendefenisian ilmu politik” . Keadaan seperti itu telah berubah sama sekali pada abad-abad berikutnya. 51 Namun kesukaran dalam pendefenisian ilmu politik itu tidak menyebabkan usaha-usaha mencari defenisi umum yang dapat diterima itu menjadi dihentikan, melainkan justru menimbulkan berbagai macam defenisi. Sehingga dapatlah . 49 Isjwara. F. 1982. Pengantar Ilmu Politik. Bandung: Penerbit Bina Cipta. Hal .1 50 Barker, Ernest. 1952. Pricipes of Social and Political Theory. London: Oxford University Press. Hal 5-7 51 Budiardjo, Mirram. Ilmu Politik dan Artinya bagi Indonesia. Hal. 50 Universitas Sumatera Utara dikatakan kesukaran mendefenisikan ilmu politik itu disebabkan terutama karena banyaknya defenisi-defenisi yang berlainan. Yang satu berbeda dengan yang lain secara prinsipil. Hal ini disebabkan para sarjana ilmu politik itu sudah punya konsepsi sendiri tentang hakekat ilmu politik yang pada umumnya berbeda dari konsepsi sarjana-sarjana lainnya 52 52 Isjwara. F. 1982. Pengantar Ilmu Politik. Bandung: Penerbit Bina Cipta. Hal 26 . Jika dianggap bahwa ilmu politik mempelajari politik, maka perlu kiranya dibahas istilah politik itu. Dalam kepustakaan ilmu politik ternyata ada bermacam- macam defenisi mengenai politik. Pada umumnya dapat dikatakan bahwa politik politics adalah bermacam- macam kegiatan dalam suatu sistem politik atau negara yang menyangkut proses menentukan tujuan dari sistem itu dan melaksanakan tujuan-tujuan itu. Pengambilan keputusan decision making mengenai apakah yang menjadi tujuan dari sistem politik itu menyangkut seleksi antara beberapa alternatif dan penyusunan skala prioritas dari tujuan-tujuan yang telah dipilih itu. Untuk melaksanakan tujuan-tujuan itu perlu ditentukan kebijaksanaan- kebijaksanaan umum public Policies yang menyangkut pengaturan dan pembagian distribution atau alokasi allocation dari sumber-sumber dan resources yang ada. Untuk melaksanakan kebijaksanaan-kebijaksanaan itu, perlu dimiliki kekuasaan power dan kewenangan authority, yang akan dipakai untuk membina kerja sama maupun untuk menyelesaikan konflik yang mungkin timbul dalam proses ini. Cara-cara yang dipakai bersifat persuasi meyakinkan dan jika perlu bersifat paksaan coercion. Tanpa unsur paksaan kebijaksanaan ini hanya merupakan perumusan keinginan statement of intent belaka. Universitas Sumatera Utara Politik selalu menyangkut tujuan-tujuan dari dari seluruh masyarakat public goals, dan bukan tujuan pribadi seseorang private goals. Lagipula politik menyangkut kegiatan berbagai-bagai kelompok termasuk partai politik dan kegiatan orang-seorang individu. Perbedaan-perbedaan dalam definisi yang kita jumpai, disebabkan kareana setiap sarjana meneropong hanya satu aspek atau unsur saja. Unsur itu diperlakukan nya sebagai konsep pokok, yang dipakai untuk meneropong unsur-unsur lainnya. Dari uraian diatas jelaslah bahwa konsep-konsep pokok itu adalah negara, kekuasaan, pengambilan keputusan, kebijaksanaan, pembagian atau alokasi. Berikut defenisi- defenisi yang diberikan para sarjana: 1. negara state Roger F. Soltau dalam Introduction to Politics bahwa ilmu politik mempelajari negara, tujuan-tujuan negara dan lembaga-lembaga yang akan melaksanakan tujuan-tujuan itu; hubungan negara dengan warga negaranya serta dengan negara-negara lain 53 . J. Barents, dalam Ilmu Politika menyatakan bahwa “ilmu politik adalah ilmu yang mempelajari kehidupan negara … yang merupakan bagian dari kehidupan masyarakat; ilmu politik mempelajari negara-negara itu melakukan tugas-tugasnya” 54 2. kekuasaan power . Harold D. Laswell dan A. Kaplan dalam Power and Society: ilmu politik mempelajari pembentukan dan pembagian kekuasaan. W.A. Robson dalam The University Teaching of Social Sciences: Ilmu politik mempelajari kekuasaan dalam masyarakat…yaitu sifat hakiki, dasar, proses-proses, 53 Soltau , Roger F. 1961. An Introduction to Politics. London: Longmans. Hal. 4 54 Barents, J. 1965. Ilmu Politika: Suatu Perkenalan Lapangan. Jakarta: PT. Pembangunan. Hal. 23 Universitas Sumatera Utara ruang lingkup, dan hasil-hasil. Fokus perhatian sarjana ilmu politik tertuju pada perjuangan untuk mencapai atau mempertahankan kekuasaan, melaksanakan kekuasaan atau pengaruh atas orang lain, atau menentang pelaksanaan kekuasaan itu 55 3. pengambilan keputusan decision making . Joy Mitchell dalam bukunya Political Analysis and Public Policy bahwa Politik adalah pengambilan keputusan kolektif atau pembuatan kebijaksanaan umum untuk masyarakat seluruhnya 56 . Karl W. Deutsch menyatakan politik adalah pengambilan keputusan melalui sarana umum 57 4. kebijaksanaan policy, beleid . Keputusan yang merupakan sektor publik dari suatu negara. Hoogerwerf menyatakan bahwa Objek dari ilmu politik adalah kebijaksanaan pemerintah, proses terbentuknya, serta akibat-akibatnya. David Easton menyatakan ilmu politik adalah studi mengenai terbentuknya kebijaksanaan umum 58 5. pembagian distribution atau alokasi allocation . Harold Laswell dalam buku Who gets What, When and How: Politik adalah masalah siapa mendapat apa, kapan dan bagaimana 59 . David Easton mengatakan sistem politik adalah keseluruhan dari interaksi yang mengatur pembagian nilai-nilai secara autoritatif berdasarkan wewenang untuk dan atas nama masyarakat 60 55 Robson. W. A. 1994. The University Teaching of Social Sciences. Paris: Unesco. Hal. 24 56 Mitchell, Joyce M. 1969. Political Analysis and Public Policy. Chicago: Rand Mc Nally. Hal. 4 57 Deutsch, Karl W. 1970. Politics and Government. Boston: Houghton miffinh co. hal 5 58 Easton, David. 1971. The Political System. NewYork: Alfred A. Knopf, inc. hal 128 59 Laswell, Harold D. 1972. Politics, Who gets What, When, How. New york: World Publishing Co. 60 Easton,David. 1965. A System Analysis of Political Life. New York. . Universitas Sumatera Utara

5.3. Terminologi Masyarakat

Dokumen yang terkait

Tinjauan Hukum Terhadap Pelaksanaan Jaminan Sosial Tenaga Kerja Atas Kecelakaan Kerja di PTPN-IV (Studi Kasus di PTPN – IV Unit Kebun Bah Jambi, Pematang Siantar)

8 99 104

Pengendalian Persediaan Produksi Minyak Sawit Dan Inti Sawit Pada Ptpn IV (Persero) Bah Jambi

12 130 52

Tinjauan Hukum Terhadap Pelaksanaan Jaminan Sosial Tenaga Kerja Atas Kecelakaan Kerja Di PTPN – IV (Studi Kasus Di PTPN – IV Unit Kebun Bah Jambi, Pematang Siantar)

1 57 104

Manifestasi Ketidakadilan Gender Pada Masyarakat Perkebunan (Studi deskriptif pada buruh perempuan pembibitan kelapa sawit PTPN IV unit usaha Bah Jambi)

2 34 102

Tinjauan Hukum Terhadap Pelaksanaan Jaminan Sosial Tenaga Kerja Atas Kecelakaan Kerja di PTPN-IV (Studi Kasus di PTPN – IV Unit Kebun Bah Jambi, Pematang Siantar)

0 0 10

Tinjauan Hukum Terhadap Pelaksanaan Jaminan Sosial Tenaga Kerja Atas Kecelakaan Kerja di PTPN-IV (Studi Kasus di PTPN – IV Unit Kebun Bah Jambi, Pematang Siantar)

0 0 1

Tinjauan Hukum Terhadap Pelaksanaan Jaminan Sosial Tenaga Kerja Atas Kecelakaan Kerja di PTPN-IV (Studi Kasus di PTPN – IV Unit Kebun Bah Jambi, Pematang Siantar)

0 0 24

Tinjauan Hukum Terhadap Pelaksanaan Jaminan Sosial Tenaga Kerja Atas Kecelakaan Kerja di PTPN-IV (Studi Kasus di PTPN – IV Unit Kebun Bah Jambi, Pematang Siantar)

0 0 26

Tinjauan Hukum Terhadap Pelaksanaan Jaminan Sosial Tenaga Kerja Atas Kecelakaan Kerja di PTPN-IV (Studi Kasus di PTPN – IV Unit Kebun Bah Jambi, Pematang Siantar)

0 0 2

Manifestasi Ketidakadilan Gender Pada Masyarakat Perkebunan (Studi deskriptif pada buruh perempuan pembibitan kelapa sawit PTPN IV unit usaha Bah Jambi)

0 0 12