Dampak Perceraian Orangtua Faktor yang mendorong untuk Menikah Persepsi terhadap Pernikahan

82 anak kecil kalau bandel tak bisa dibilangin gitu. Jadi aku enggak mau membayangkan jadi ibu-ibu dulu.”RIII. W2. 354-360hal.8.

IV. D. Analisis Interpersonal antar Responden

Di bagian ini akan dibandingkan aspek-aspek pada masing-masing responden yang diungkap dalam penelitian. Perbandingan ini dianalisa berdasarkan teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini.

1. Dampak Perceraian Orangtua

No. Bahasan Responden I Responden II Responden III 1. Dampak positif Lebih mandiri, lebih dewasa, dan lebih paham menyelesaikan masalah. Tidak memiliki dampak apa-apa. Lebih matang, lebih mengetahui keadaan di luar, lebih bebas menjalankan apa yang menurutnya baik. 2. Dampak negatif Kurang kasih sayang dan kurang perhatian. Tidak memiliki dampak apa-apa. Memiliki temper tantrum, tidak bisa bersosialisasi dengan orang lain, dan hilang kepercayaan dengan orang lain. Membenci pria dan merasa tidak membutuhkan pria.

2. Faktor yang mendorong untuk Menikah

No. Aspek Responden I Responden II Responden III 1. Push factor Bagi responden, menjadi perawan tua merupakan hal yang kurang bagus dipandang orang lain. Menikah untuk Tidak ada motivasi push factor Berharap dapat memuliakan nama Tuhan dan dapat melengkapi firman Tuhan. Menyalurkan nafsu seks. Universitas Sumatera Utara 83 mendapatkan keturunan. Memiliki anak. 2. Pull factor Melengkapi kehidupannya, Memiliki teman berbagi dalam suka dan duka. Mendapatkan rasa kebersamaan, pengertian, saling membantu, saling menghargai, saling percaya, dan membangun suatu hubungan menjadi lebih kuat. Memiliki tempat untuk berbagi suka dan duka. Melengkapi karakteristik antara pasangan pria dan wanita. Mendapatkan kebahagiaan karena memiliki teman.

3. Persepsi terhadap Pernikahan

Reponden Aspek Pengetahuan Harapan Responden I Ayah lebih peduli terhadap orangtuanya dari pada anak dan istrinya. Usia 11 tahun orangtua bercerai karena kedua belah pihak keluarga tidak mendukung pernikahan orangtua. Responden sedih dan kecewa. Setelah perceraian responden sedih karena iri melihat keluarga utuh. Responden kecewa dengan pernikahan kedua ibunya, tidak bisa menerima kehadiran ayah tiri. Ayah tiri memperlakukan responden layaknya anak sendiri. Tidak pernah berhubungan dengan ayah, tetapi tetap sayang pada ayah. Tidak bisa terbuka dengan ibu, tetapi tetap sayang dan bangga pada ibu. Mengharapakan pernikahan yang lebih baik dari orangtuanya. Tidak ingin menikah dua kali. Responden berharap dapat menyekolahkan anak-anaknya, membangun rumah tangganya dengan baik, dan bisa memenuhi seluruh kebutuhan rumah tangganya Responden berharap bisa menjadi ibu yang bisa mendidik anak-anaknya, menyayangi anak-anaknya dan menyekolahkan anak-anaknya. Responden mengharapkan bisa mendapatkan suami yang pengertian dan bertanggung- jawab, tidak matrealistis, lebih mementingkan anak dan istri. Mampu memberikan kasih sayang kepada anak dan istri. Untuk dapat membangun rumah tangga yang sesuai Universitas Sumatera Utara 84 Pernikahan harus mendapatkan restu dari orangtua. Pernikahan adalah suatu jalinan keluarga. Pernikahan penting. Responden akan menikah bila hatinya telah mantap dan mendapat restu dari orangtuanya. dengan harapan respoden, responden berusaha untuk saling mengerti dan saling memahami dengan pasangannya kelak. Responden II Ayah dan ibu sering berpisah karena bertengkar dan akhirnya rujuk kembali. Responden tidak merasakan kasih sayang dan perhatian dari orangtua. Pada usia 9 tahun, orangtua bercerai karena keluarga ibu tidak setuju ibu menikah dengan ayah. Tidak ada perasaan apapun saat perceraian orangtua. Setelah orangtua bercerai, ingin punya orangtua yang dapat membawanya jalan-jalan. Ibu menikah kembali di usia 11 tahun. Ayah tiri pernah hampir memperkosa dirinya. Hubungan dengan ibu negatif. Pada awalnya merasa ayah jahat, setelah mengenal ayah, merasa ayah baik. Pernikahan adalah suatu catatan yang mensyahkan hubungan antara dua orang. Pernikahan tidak ada artinya. Responden akan menikah jika telah menemukan orang yang sesuai dengan dirinya. Responden ingin menjalani pernikahan yang sederhana tanpa ada campur tangan dari orang lain, dimana baik buruknya pernikahan hanya diketahui oleh pasangan. Responden mengharapkan dari pernikahannya, ia bisa mendapatkan rasa kebersamaan, pengertian, saling membantu, saling menghargai, saling percaya, dan membangun hubungan yang lebih kuat dengan pasangannya. Responden tidak terlalu mengharapkan kehadiran anak karena perasaannya terhadap anak- anak tidak stabil. Ia tidak ingin membuat anaknya tidak stabil seperti dirinya. Responden berharap mendapatkan pasangan yang jauh lebih pintar dari dia, peduli, percaya, menghargai, dan menganggap responden penting, dapat mendamaikan hatinya dan memberikan solusi yang tepat untuk permasalahannya. Untuk mendapatkan pernikahan seperti yang didambakan oleh responden, responden akan mengenali siapa pasangannya dan mencari pasangan yang tidak ada hubungannya dengan keluarga responden. Responden III Kehidupan pernikahan Responden ingin pernikahan Universitas Sumatera Utara 85 orangtua buruk. Setiap hari ayah dan ibu bertengkar. Responden tidak mendapatkan perhatian dari orangtuanya. Usia 5 tahun ayah dan ibu bercerai karena ketidakcocokan diantara keduanya. Tidak dekat dengan ayah, terakhir kali berhubungan saat usia 7 tahun. Ibu mulai memperhatikan responden sejak usia 17 tahun. Pernikahan merupakan hal yang penting. Melalui pernikahan banyak hal yang bisa didapatkan. Responden akan menikah jika telah menemukan orang yang sesuai dengan dirinya. yang bahagia dan tidak bercerai. Melalui pernikahannya kelak, responden berharap dapat memuliakan nama Tuhan, bisa menjadi contoh bagi pasangan lain, memiliki anak dan membesarkannya sesuai dengan yang seharusnya, dan mendapatkan kebahagiaan karena memiliki teman. Untuk dapat mendapatkan pernikahan yang sesuai dengan harapan responden, responden ingin mencari pasangan yang sesuai dengan dirinya, mandiri terlebih dahulu dan menikah di usia 26 atau 27 tahun, dan menjaga komunikasi dengan pasangannya Responden mengharapkan mendapat pasangan yang bisa saling melengkapi dengan dirinya, jujur, memiliki masa depan, memiliki tujuan hidup, memiliki agama yang sama dengan dirinya, penyabar, tidak terlalu menjaga sikap, terbuka, tidak menggunakan kekerasan, humoris, mampu memperhatikan anak dan istri serta bisa mendidik anaknya Saat ini responden belum terlalu memikirkan mengenai kehadiran anak. Hal tersebut dikarenakan responden merasa dirinya masih terganggu dengan kehadiran anak dengan tempramennya yang tidak stabil. Universitas Sumatera Utara 86

1. Dampak Perceraian Orangtua a. Dampak positif