70 mencari pasangan yang tidak ada hubungannya dengan keluarga responden dan
responden juga tidak ingin dijodohkan oleh keluarganya. Bila memungkinkan responden lebih memilih pasangan yang benar-benar tidak dikenal keluarganya.
“Yang kupentingkan adalah kami itu saling mengerti gitu. Dia butuh aku dan aku merasa dibutuhkan olehnya, gitu. Jadi kupikir sebelum aku
memulai suatu hubungan itu harus kuselidiki dululah dia kan. Cocok enggak dia, kalau dari awal pun sudah enggak cocok, ngapain. Aku juga
ngusahakan cari pasangan yang enggak ada hubungannya sama keluarga gitu. Jadikan benar-benar enggak ada sangkut pautnya sama keluarga lagi,
gitu.” RII. W2. 84-87hal.2-3; 48-61hal.2
IV. C. Responden III IV. C. 1. Analisa Data
IV. C. 1. a. Deskripsi Identitas Diri Responden II Tabel 5
Gambaran Umum Responden II Dimensi Responden
I
Usia 19 tahun
Agama Kristen Protestan
Suku bangsa Tiong Hoa
Pendidikan terakhir SMA
Pekerjaan Mahasiswi Urutan kelahiran
Satu Jumlah saudara kandung
Satu Tinggal dengan
Dulu nenek dari pihak ibu Usia saat orangtua bercerai
5 tahun Lama perceraian
14 tahun Status ibu
Tidak menikah Pekerjaan ibu
Programmer Status ayah
Tidak diketahui
Latar Belakang Responden III
Responden adalah anak tunggal. Saat ini berusia 19 tahun dan menjadi mahasiswi di salah satu perguruan tinggi negeri di kota Medan. Ayahnya
Universitas Sumatera Utara
71 berkewarganegaraan Vietnam, sedangkan ibunya warga negara Indonesia
keturunan Tiong Hoa. Ayah dan ibunya bertemu di Jerman saat keduanya menjalankan perkuliahan masing-masing. Kemudian mereka menikah dan tetap
tinggal di Jerman. Selama pernikahan berlangsung, ibu responden yang bekerja sedangkan
ayah responden berada di rumah untuk mengurus responden. Ayah responden sering mabuk-mabukan dan memunguti barang-barang bekas yang sudah dibuang
oleh orang lain. Barang-barang bekas itu kemudian akan diperbaiki oleh ayah responden. Setelah diperbaiki, responden disuruh oleh ayahnya untuk mencoba
barang tersebut. Responden sering kali merasa takut untuk mencoba barang- barang tersebut, tetapi tetap dipaksa oleh ayahnya. Saat ayahnya tidak mabuk,
responden merasa ayahnya adalah orang yang menyenangkan. Tetapi saat ayahnya mabuk, responden takut terhadap ayahnya.
Responden sering kali menyaksikan pertengkaran antara ayah dan ibunya. Setiap pulang bekerja, sering kali terjadi pertengkaran antara kedua orangtuanya.
Akhirnya karena perbedaan gaya hidup, kedua orangtuanya memutuskan untuk bercerai. Pada saat itu responden tidak tahu apa yang telah terjadi antara ayah dan
ibunya. Ibunya hanya mengatakan pada responden bahwa mereka akan menjenguk neneknya di Indonesia dan ayahnya berjanji akan datang ketika ia
punya uang yang cukup untuk ongkos ke Indonesia. Setelah agak dewasa, responden membaca tentang perceraian dan
menyakan pada neneknya tentang hal tersebut, barulah pada akhirnya responden mengerti bahwa ayah dan ibunya sudah bercerai. Tetapi responden merasa
Universitas Sumatera Utara
72 perceraian orangtuanya tidak menjadi masalah karena ia sudah terbiasa hidup
tanpa sosok ayah.
IV.C. 1. b. Hasil Observasi Tabel 6
Waktu Wawancara Responden III HariTanggal
wawancara Waktu wawancara
Tempat wawancara
Sabtu22 April 2008 14.00-14.45 WIB
Ruangan kuliah responden Rabu30 April 2008
16.00-16.45 WIB Ruangan kuliah responden
Secara fisik responden memiliki tinggi sekitar 158 cm dan berat kira-kira 55 kg. Responden memiliki mata yang sipit, bibir tebal berwarna merah, rambut
panjang melewati bahu, wajah bulat dan berkulit putih. Responden mengenakan contact lens bening. Responden juga agak cadel.
Peneliti mengenal responden melalui teman peneliti. Peneliti dikenalkan oleh temannya dengan responden saat peneliti tengah mencari responden untuk
penelitian. Pada pertemuan pertama, peneliti membangun rapport dengan responden. Saat peneliti memberitahukan tujuan dari peneliti, responden
menyambut baik dan bersedia membantu penelitian. Setiap wawancara responden menunjukkan sikap yang sangat baik dan
ramah. Setiap pertanyaan yang diberikan peneliti ditanggapi dengan baik. Responden juga mempertahankan kontak mata dengan peneliti.
Keseluruhan wawancara berlangsung di kampus responden. Kampus responden terdiri dari dua bangunan utama, yaitu bagunan bagian dan bagian
Universitas Sumatera Utara
73 belakang. Bangunan depan dan belakang disatukan oleh koridor yang memanjang
di antara kedua bangunan tersebut. Bangunan depan terdiri dari satu lantai yang digunakan sebagai ruang dosen, ruang rapat, ruang administrasi, dan lobi.
Bangunan belakang terdiri dari tiga lantai. Di tiap lantai terdapat empat kamar mandi, dua kamar mandi wanita dan dua kamar mandi pria, masing-masing dua di
sisi kanan dan dua di sisi kiri. Lantai satu berfungsi sebagai ruang dosen, ruang kuliah, dan perpustakan. Lantai dua dan tiga berfungi sebagai ruang kuliah dan
ruang dosen. Wawancara berlangsung di ruang kuliah yang ada di kampus tersebut.
Ruang kuliah tersebut berada di lantai dua bagian kiri bangunan. Ruangan tersebut berukuran 8x10 meter, di cat berwarna kuning gading. Terdapat lebih dari seratus
bangku di dalamnya. Di bagian depan kelas terdapat dua buah white Board yang digantungkan bersandingan. Di depan white board terdapat meja dan kursi untuk
pengajar. Di langit-langit di atas meja tergantung in focus. Pintu masuk berada di bagian depan dan belakang ruangan. Di sisi kanan dan kiri ruangan terdapat
jendela-jendela besar yang bergorden kuning pastel. Pada wawancara pertama responden menggunakan baju berwarna oranye
dengan celana jeans berwarna biru dan sepatu kets putih. Sikap yang ditunjukkan responden selama wawancara sangat ramah dan bersahabat. Responden
menanggapi semua pertanyaan dari peneliti dengan baik. Sebelum wawancara berlangsung, terlebih dahulu responden dengan peneliti bercakap-cakap dan saling
menanyakan kabar masing-masing. Beberapa saat kemudian, peneliti memulai
Universitas Sumatera Utara
74 wawancara dan tak lupa meminta izin untuk menggunakan tape recorder alat
perekam selama wawancara berlangsung. Responden dan peneliti duduk dengan jarak yang cukup dekat, yaitu 0,75-
1 meter, hal ini dilakukan untuk mempermudah perekaman. Responden dan peneliti duduk saling berhadap-hadapan. Selama wawancara berlangsung,
responden selalu memegang-megang pensilnya. Responden menjawab pertanyaan peneliti dengan lancar. Sesekali
responden terdiam untuk mengingat kembali masa lalunya. Responden juga tertawa ketika memberikan jawaban yang dianggapnya lucu. Saat wawancara
berlangsung, petugas kebersihan masuk dan membersihkan ruangan, sehingga membuat wawancara berhenti sejenak.
Pada wawancara kedua, responden menggunakan baju berwarna oranye, celana jeans abu-abu dan sepatu kets putih. Jarak duduk antara responden dan
peneliti 0,75-1 meter. Sesekali responden tertawa dengan jawaban yang dilontarkan. Intonasi suara responden berubah menjadi menekankan kalimat
ketika responden bercerita tentang anak. Selama wawancara responden terus- menerus memainkan gelang tangannya. Tidak ada hal yang mengganggu pada
wawancara kedua ini sehingga wawancara dapat berlangsung dengan lancar.
Universitas Sumatera Utara
75
IV. C. 1. c. Data Hasil Wawancara 1.