Equivalent Depreciation Kelemahan Financial Value Added FVA

c. Jika FVA = 0, hal ini menunjukkan posisi impas. Perusahaan tentunya akan berusaha untuk memiliki nilai tambah financial bagi perusahaan dimana FVA 0, hal ini terjadi manakala keuntungan bersih perusahaan dan penyusutan dapat mengcover equivalent depreciation atau NOPAT+D lebih besar dari ED. Jika ini tercapai maka perusahaan dapat meningkatkan kekayaan pemegang saham karena NPV akan bernilai positif.

a. Equivalent Depreciation

Equivalent depreciation adalah biaya - biaya yang sederajat dengan biaya penyusutan yang sebenarnya dimana diberikan kepada perusahaan berdasarkan penerimaan output untuk investasi aset. Rumus untuk menghitung equivalent asset adalah sebagai berikut : ED = Q – VC1 –T – FC 1 – T + D x T Keterangan : ED : Equivalent Depreciation Q : Penjualan Rupiah VC : Variabel Cost T : Tarif Pajak FC : Fixed Cost D : Depreciation

b. Penyusutan Depreciation

Penyusutan atau depresiasi adalah pengalokasian harga perolehan aktiva secara sistematik dan rasional selama masa manfaat dari aktiva yang bersangkutan Astuti,2004:21. Akan tetapi ada kecenderungan di kalangan pembaca laporan keuangan untuk menafsirkan penyusutan akuntansi sebagai pengumpulan dana untuk mengganti aktiva tersebut kelak. Akan tetapi ini tidak berarti dana kas yang besarnya sama dengan penyusutan yang tercatat akan disisihkan untuk Universitas Sumatera Utara penggantian aktiva tetap. Pendapat tersebut mungkin saja digunakan untuk berbagai keperluan seperti peningkatan persediaan, peningkatan piutang, dan pos- pos modal kerja lainnya, untuk perolehan aktiva tetap atau pos-pos tidak lancer lainnya yang baru, untuk melunasi hutang atau menembus saham atau untuk membayar dividen. Bila suatu dana disisihkan khusus untuk penggantian aktiva tetap, maka diperlukan persetujuan manajemen, walau begitu dana tersebut jarang untuk ditemukan. Beban penyusutan merupakan pengakuan atas penurunan nilai pelayanan aktiva.

C. Keunggulan dan Kelemahan Financial Value Added a. Keunggulan Konsep Financial Value Added

Kelebihan FVA dibanding EVA adalah Iramani : 2005 : a. Jika ditilik ulang konsep NOPATD, FVA melalui definisi Equivalent Depreciation mengintegrasikan seluruh kontribusi aset bagi kinerja perusahaan, demikian juga opportunity cost dari pembiayaan perusahaan. Kontribusi ini konstan sepanjang umur proyek investasi b. FVA secara jelas mengakomodasi kontribusi konsep value growth duration durasi proses penciptaan nilai sebagai unsur penambah nilai. Unsur ini merupakan hasil pengurangan nilai Equivalent Depreciation akibat bertambah panjangnya umur aset dimana aset bisa terus berkontribusi bagi kinerja perusahaan. Dalam konsep EVA, proses ini tidak secara jelas dijabarkan c. FVA mengedepankan konsep Equivalent Depreciation dan Accumulated Equivalent tampaknya lebih akurat menggambarkan financing costs. Lebih lanjut, FVA mampu mengharmonisasikan hasilnya dengan konsep NPV tahun Universitas Sumatera Utara per tahun, dimana NPV setidaknya saat ini dianggap sukses mengukur proses penciptaan nilai d. Dengan berbasis pada definisi EVA yang sudah dikenal luas, FVA memberi solusi terhadap mekanisme kontrol dalam periode tahunan, yang selama ini merupakan kendala bagi konsep NPV. EVA dan FVA sama-sama mampu menyelaraskan output-nya dengan hasil NPV, dalam bentuk periode yang terdiskonto, namun FVA memberi output yang lebih maju dengan berhasil melakukan harmonisasi hasil dengan NPV dalam ukuran tahunan. Oleh karena itu, FVA menjadi lebih bermanfaat sebagai alat kontrol.

b. Kelemahan Financial Value Added FVA

Menurut Shrieves dan Wachowicz, dibanding EVA, FVA kurang praktis dalam mengantisipasi fenomena bila perusahaan proyek menjalankan investasi baru di tengah-tengah masa investasi yang diperhitungkan. EVA akan merefleksikan situasi ini melalui peningkatan aset dan sumber daya yang terlibat dalam perusahaan atau proyek. Fenomena ini tidak bisa diakomodasi dalam penentuan titik impas pada konsep NPV dan FVA.

2.1.3. Perbandingan EVA dengan FVA

Selain rasio-rasio keuangan, Economic Value Added EVA dan Financial Value Added FVA juga dapat digunakan dalam pengukuran kinerja keuangan akibat aktivitas dan strategi perusahaan. Keduanya sama-sama berorientasi pada value added ataupun nilai tambah perusahaan. Dengan penggunaan kedua metode ini, perusahaan bertujuan untuk meningkatkan nilai atau value added dari modal Universitas Sumatera Utara yang telah ditanamkan pemegang saham dalam operasi perusahaan, dan akan sangat membantu para pemegang saham untuk berinvestasi pada proyek yang lebih menguntungkan. EVA dan FVA juga tidak memerlukan ukuran lain berupa perbandingan dengan perusahaan sejenis dalam penerapannya. Adapun perbedaan-perbedan antara Economic Value Added EVA dengan Financial Value Added FVA adalah sebagai berikut : Tabel 2.1 Perbedaan Economic Value Added EVA dengan Financial Value Added FVA No Economic Value Added EVA Financial Value Added FVA 1 Menyatakan kesejahteraan tercipta jika perusahaan mampu memenuhi semua biaya operasi operating cost dan biaya modal Keuntungan dapat juga diciptakan dari fixed asset 2 Memfokuskan penilaian pada nilai tambah dengan memperhitungkan beban sebagai konsekuensi investasi Memfokuskan penilaian pada nilai tambah dengan mengintegrasikan seluruh kontribusi asset bagi perusahaan. 3 Mengakomodasi kontribusi biaya modal WACC yang berperan penting dalam pemilihan investasi Secara jelas mengakomodasi kontribusi konsep value growth duration durasi proses penciptaan nilai sebagai unsur penambah nilai yaitu dengan pengurangan equivalent depreciation 4 Berhubungan langsung dengan nilai pasar berdasarkan kreditur terutama pemegang saham Berhubungan dengan nilai buku dari asset Sumber :Tunggal 2001, Iramani2005 Tabel 2.2 Perbandingan Alat Ukur Perhitungan Economic Value Added EVA dengan Financial Value Added FVA Alat Ukur EVA Alat Ukur FVA Net Operating Profit After Tax NOPAT Net Operating Profit After Tax NOPAT Weighted Average Cost Of Capital WACC Equivalent Depreciation Modal yang Diinvestasikan Penyusutan Sumber : Young, O’Byrne 2001, Sandias 2002 Universitas Sumatera Utara

2.2. Penelitian Terdahulu