16
2.2. Konektivitas dan Aksesibilitas
Dalam sub bab ini akan dibahas mengenai konektivitas dan aksesibilitas suatu wilayah dilihat dari sudut pandang geografi.
2.2.1. Konektivitas Penguatan konektivitas nasional merupakan salah satu strategi yang
ditempuh dalam rangka percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi nasional. Oleh karena itu, terdapat tiga prinsip konsep konektivitas. Pertama,
memaksimalkan pertumbuhan melalui kesatuan kawasan, bukan keseragaman inclusive development dengan menghubungkan pusat-pusat pertumbuhan.
Kedua, memperluas pertumbuhan melalui konektivitas wilayah-wilayah melalui inter-moda supply chain system yang menghubungkan hinterland dan yang
tertinggal dengan pusat-pusat pertumbuhan. Ketiga, mencapai pertumbuhan inklusif dengan menghubungkan daerah terpencil dengan infrastruktur dan
pelayanan dasar dalam mendapatkan manfaat pembangunan. 2.2.2. Aksesibilitas
Aksesibilitas adalah konsep yang menghubungkan system pengaturan tata guna lahan secara geografis dengan sistem jaringan transportasi yang
menghubungkannya. Salah satu dimensi aksesibilitas perkotaan yang penting adalah hubungan yang terbentuk antara perumahan dan lokasi tempat kerja
melalui penyediaan jaringan jalan yang ada. Perkembangan jaringan jalan serta peningkatan kondisi ekonomi masyarakat dan tingginya persaingan untuk
menguasai lahan di pusat kota mengakibatkan perpindahan penduduk ke kawasan
17
pinggiran kota. Hal ini juga terjadi di kota Semarang, perkembangan wilayah perkotaannya cenderung mengarah ke wilayah pinggiran. Hal ini menunjukan
bahwa perkembangan wilayah perkotaan tidak bisa terlepas dar kemudahan untuk mencapai suatu tempat aksesibilitas. Aksesibilitas tersebut terdiri dari prasarana
sistem jaringan jalan yang ada beserta ketersediaan sarana untuk melakukan pergerakannya angkutan pribadi maupun angkutan umum. Salah satu variabel
yang dapat dinyatakan apakah tingkat aksesibilitas itu tinggi atau rendah dapat dilihat dari banyaknya sistem jaringan yang tersedia pada daerah tersebut.
Semakin banyak sistem jaringan yang tersedia pada daerah tersebut maka semakin mudah aksesbilitas yang didapat begitu pula sebaliknya semakin rendah tingkat
aksesbilitas yang didapat maka semakin sulit daerah itu dijangkau dari daerah lainnya Bintarto, 1982:91.
Selain itu yang menentukan tinggi rendahnya tingkat akses adalah pola pengaturan tata guna lahan. Keberagaman pola pengaturan fasilitas umum antara
satu wilayah dengan wilayah lainnya. Seperti keberagaman pola pengaturan fasilitas umum terjadi akibat berpencarnya lokasi fasilitas umum secara geografis
dan berbeda jenis dan intensitas kegiatannya. Kondisi ini membuat penyebaran lahan dalam suatu wilayah menjadi tidak merata heterogen dan faktor jarak
bukan satu-satunya elemen yang menentukan tinggi rendahnya tingkat aksesibilitas Miro, 2004:19.
Aksesbilitas diharapkan dapat mengatasi beberapa hambatan mobilitas, baik berhubungan dengan mobilitas fisik, misalnya mengakses jalan raya,
18
pertokoan, gedung perkantoran, sekolah, pusat kebudayaan, lokasi industri dan rekreasi baik aktivitas non fisik seperti kesempatan untuk bekerja, memperoleh
pendidikan, mengakses informasi, mendapat perlindungan dan jaminan hukum Kartono, 2001:2. Berbagai unsur yang mempengaruhi tingkat aksesbilitas,
misalnya kondisi jalan, jenis alat angkutan yang tersedia, frekuensi keberangkatan dan jarak Robinson Tarigan, 2003:140. Faktor lain yang juga mempengaruhi
fungsi rendahnya aksesibilitas adalah topografi, sebab dapat menjadi penghalang bagi kelancaran untuk mengadakan interaksi di suatu daerah. Keadaan hidrologi
seperti sungai, danau, rawa, dan laut juga sangat berpengaruh terhadap perkembangan
dan pembangunan
pertanian, perikanan,
perhubungan, perindustrian, kepariwisataan. Jadi tinggi rendahnya wilayah sangat tergantung
pada morfologi, topografi, dan laut juga sistem jaringan serta tersedia, sarana dan prasarana pendukung untuk memperlancar berbagai hubungan antara daerah
sekitarnya Sumaatmadja, 1988:44-45. Jaringan jalan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap
kelancaran pelayanan umum yang sangat penting, tersedianya prasarana jalan baik kualitas maupun kuantitas sangat menentukan mudah dan tidaknya suatu daerah di
jangkau tingkat aksesibilitas. Apabila aksesbilitas di suatu daerah tinggi maka perkembangan wilayah akan mengalami kelancaran. Sehingga semakin baiknya
sistem jaringan jalan dalam suatu wilayah, semakin lancar pula distribusi baik barang, jasa maupun informaasi lainnya yang dapat memacu perkembangan
wilayah tersebut.
19
Sarana dan prasarana yang disuatu wilayah berupa jalan, jembatan, jaringan telekomunikasi, kendaraan darat, udara, dan laut, terminal, pelabuhan,
dan lain-lain memberikan landasan terhadap kelancaran perencanaan dan pelaksanaan pembangunan wilayah. Sarana dan prasarana transpotasi akan
menunjang dan mendukung pembangunan secara fisik Sumaatmadja, 1988:44. Dalam hal ini, untuk memudahkan pelayanan dan menghindarkan kemacetan
perlu mengembangkan jaringan jalan dan jasa pelayanan dalam dengan melibatkan peran pemerintah setempat dan masyarakat serta dunia usaha. Faktor
aksesbilitas memegang penting dalam upaya perkembangan wilayah sebab tanpa di dukung oleh sistem transportasi, sarana dan prasarana transportasi yang
memadai, maka perkembangan suatu daerah akan sulit berkembang. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi besar atau kecilnya suatu indeks
aksesibilitas adalah sebagai berikut: 1. Konektivitas antara daerah yang satu dengan daerah lain adalah adanya
berbagai jaringan antara daerah yang memungkinkan bagi pemindahan barang dan jasa atau orang dari satu tempat ke tempat lainnya.
2. Topografi, kondisi alam yang memiliki karakteristik wilayah yang berbeda dengan daerah lainnya.
3. Tersedianya jaringan jalan antar daerah baik kondisi maupun jenis jalan yang mendukung dalam mengakses wilayah Marbun, 1985:86.
4. Kuantitas dan kualitas jalan untuk mencapai ke kawasan Mokogunto, 1997:54.
20
5. Keefektifan sistem jaringan yang dapat di akses oleh penduduk setempat Mokogunto, 1997:54.
2.3. Angkutan Umum