Persepsi Siswi Sma Mulia Medan Tentang Persahabatan Dalam Film 5Cm

(1)

Persepsi Siswi Sma Mulia Medan Tentang Persahabatan Dalam Film

5cm

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana

Program Strata 1 (S1) pada Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

MELATI INDAH MENTARI 090904020

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2014


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh:

Nama : Melati Indah Mentari

NIM : 090904020

Judul Skripsi :Persepsi Siswi SMA Swasta Mulia Medan Tentang Persahabatan

Dalam Film 5Cm

Pembimbing Ketua Departemen

Haris Wijaya, S. Sos., M.Comm

NIP.197711062005011001 NIP. 196208281987012001

Dra. Fatma Wardy Lubis, M.A

Dekan FISIP USU

NIP. 196805251992031002 Prof. Dr. Badaruddin, M.Si


(3)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul ini mengambil tema dari sebuah film berjudul Persepsi Siswi SMA Mulia Medan tentang Persahabatan dalam film film 5 Cm. Penelitian ini bertujuan untuk melihat perspektif interaksionisme simbolik dan utnuk mengetahui dalam persepsi tentang persahabatan dalam film 5 Cm. subjek penelitian ini dipilih sebanyak tiga orang dengan menggunakan teknik sampling snow ball. Sedangkan objek penelitian adalah persepsi siswi terhadapa film 5 Cm dengan pendekatan teori persepsi. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif melalui paradigma interpretif dengan perspektif fenomenologi eksistensial. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi nonpartisipan, wawancara mendalam dan studi kepustakaan. Teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan metode reduksi data, penyajian data dan kesimpulan atau verifikasi. Hasil penelitian ini menunjukkan dapat diinterpretasikan berdasarkan pandangan, pemahaman dan pemaknaan dari pengalaman personal secara sadar dan langsung dari ketiga informan Pengalaman personal yang berbeda dan hambatan yang dihadapi namun tetap bisa menjalin keefektifan komunikasi dalam mengajar anak berkebutuhan khusus. Keefektifan komunikasi ini didukung oleh pandangan dan pemahaman tentang karakter dan kemampuan anak berkebutuhan khusus dengan komunikasi antar pribadi yang baik, penerapan komunikasi verbal, komunikasi nonverbal serta paralinguistik dalam aktivitas mengajar anak berkebutuhan khusus.

Kata Kunci:


(4)

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur peneliti ucapkan kepada Allah SWT karena atas berkat, rahmat dan karunia-Nya sehingga penelitian dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul Persepsi Siswi SMA Swasta Mulia Medan Tentang Persahabatan Dalam Film 5CM, guna memenuhi syarata untuk memperoleh gelar Sarjana dari Departemen Ilmu Komunikasi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Selama proses penelitian, peneliti merasa sangat terbantu dengan saran dan bantuan dari banyak pihak. Peneliti mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang membantu dalam penyelesaian penelitian ini.

Secara khusus penelitian mengucapkan terima kasih kepada orang tua peneliti Ayahanda Erwin sahrial dan Ibunda Faunita Alana yang telah memberikan semangat motivasi dan dukungan baik moril maupun material serta seluruh doa yang tiada putus-putusnya kepada peneliti. Peneliti juga mengucapkan terima kasih kepada kakak dan abang peneliti, Putri Ayu Erwita S.E, Arian Citra Janisa, M. Guntur Fachriansah yang selalu memberi dukungan dan semangat kepada peneliti dalam menyelesaikan penelitian skripsi ini.

Pada kesempatan ini, peneliti mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku dekan FISIP USU.

2. Ibu Dra. Fatma Wardy Lubis, M.A selaku Ketua Departemen Ilmu

Komunikasi FISIP USU.

3. Ibu Dra. Dayana Manurung, M.Si selaku Sekretaris Departemen Ilmu

Komunikasi FISIP USU.

4. Bapak Haris Wijaya, S.Sos., M.Comm selaku dosen pembimbing penelitian

yang senantiasa meluangkan waktu serta membimbing penelitian dalam mengajarkan penelitian ini. Terima kasih untuk semua saran atau nasehat, ilmu yang sangat berharga serta memotivasi peneliti.

5. Ibu Dewi Kurniawati, M.Si selaku dosen wali peneliti yang senantiasa


(5)

6. Seluruh dosen dan staf pengajar Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU yang sudah banyak membantu penelitian sehingga memperoleh banyak pengetahuan yang bermanfaat.

7. Dra. Roslili Suriani, M.Pd selaku Kepala Sekolah, Sekolah SMA Swasta

Mulai Medan yang telah memberikan kesempatan untuk melakukan penelitian.

8. Mega, Nilam, Tantry selaku informan yang bersedia meluangkan waktu dan

memberikan pengetahuan dan informasi yang dibutuhkan peneliti.

9. Seluruh staff administrasi Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU, kak

Maya, kak Cut,pak Tangkas yang telah membantu setiap urusan administrasi yang diperlukan peneliti.

10.Kepada temana-teman Ilmu Komunikasi khusunya teman seperjuangan

stambuk 2009 dan teman-teman satu bimbingan yang banyak membantu dan selalu mendukung peneliti.

11.Kepada sahabat dan teman dekat, Era Nadira, Evalyn Monatia, Sri Fadila,

Dimas Syaputra Nst yang memberikan motivasi dan saran yang senantiasa selalu mendukung, menyemangatin dan sangat membantu penelitian.

12.Semua pihak yang telah berjasa yang membantu dalam pembuatan hingga

penyelesaian penelitian ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penelitian mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun bagi skripsi ini. Akhrinya kata, terima kasih yang tak terhingga penelitian ucapkan kepada semua pihak yang membantu peneliti dalam menjalani hingga menyelesaikan penelitian ini. Besar harapan penelitian semoga penelitian yang diselesaikan ini dapat bermanfaat dalam menambah pengetahuan kita semua.

Medan,

Peneliti, 15 january 2014


(6)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……… ..i

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS………. ..ii

LEMBAR PENGESAHAN……… ..iii

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH………... .vii

ABSTRAK……… viii

DAFTAR ISI ………..x

DAFTAR TABEL………..xii

DAFTAR LAMPIRAN………xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah………...1

1.2 Fokus Masalah………...5

1.3 Pembatasan Masalah………...6

1.4 Tujuan Penelitian……….6

1.5 Manfaat Penelitian………...7

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Perspektif/Paradigma Kajian………8

2.2 Uraian Teoritis………..11

2.2.1 Interaksionisme Simbolik………..11

2.2.2 Komunikasi Kelompok Kecil………16

2.2.2.1 Persahabatan………...18

2.2.3KomunikasiMassa………...21

2.2.3.1 Film……….22

2.2.4Persepsi……….. 27

2.2.4.1 Proses Persepsi………....30

2.3ModelTeoretik………32

BAB III METODE PENELITIAN 3.1MetodePenelitian………..33 3.2 ObjekPenelitian………33 3.3SubjekPenelitian………33 3.4TeknikPengumpulan Data………34 3.4.1Penentuan Informan………..35 3.4.2Keabsahan Data………..36

3.5Teknik Analisis Data……….37

3.6 Proses Pengumpulan Data………38

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil……….41

4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian………. 41

4.1.2 Sinopsis Film 5 Cm……….. 43

4.1.3 Karakteristik Informan……….. 46

4.2 Penyajian Data Para Informan………. 47

4.2.1 Informan Pertama……….48

4.2.2 Informan Kedua……… 52


(7)

4.3 Pembahasan……… 61 BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan……… 68 5.2 Saran……… 69 DAFTAR PUSTAKA


(8)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.2.4.1 Variable Psikologi di Antaranya Rangsangan dan Tanggapan 30


(9)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul ini mengambil tema dari sebuah film berjudul Persepsi Siswi SMA Mulia Medan tentang Persahabatan dalam film film 5 Cm. Penelitian ini bertujuan untuk melihat perspektif interaksionisme simbolik dan utnuk mengetahui dalam persepsi tentang persahabatan dalam film 5 Cm. subjek penelitian ini dipilih sebanyak tiga orang dengan menggunakan teknik sampling snow ball. Sedangkan objek penelitian adalah persepsi siswi terhadapa film 5 Cm dengan pendekatan teori persepsi. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif melalui paradigma interpretif dengan perspektif fenomenologi eksistensial. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi nonpartisipan, wawancara mendalam dan studi kepustakaan. Teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan metode reduksi data, penyajian data dan kesimpulan atau verifikasi. Hasil penelitian ini menunjukkan dapat diinterpretasikan berdasarkan pandangan, pemahaman dan pemaknaan dari pengalaman personal secara sadar dan langsung dari ketiga informan Pengalaman personal yang berbeda dan hambatan yang dihadapi namun tetap bisa menjalin keefektifan komunikasi dalam mengajar anak berkebutuhan khusus. Keefektifan komunikasi ini didukung oleh pandangan dan pemahaman tentang karakter dan kemampuan anak berkebutuhan khusus dengan komunikasi antar pribadi yang baik, penerapan komunikasi verbal, komunikasi nonverbal serta paralinguistik dalam aktivitas mengajar anak berkebutuhan khusus.

Kata Kunci:


(10)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Konteks Masalah

Perkembangan teknologi informasi kini berjalan begitu pesat dengan ditemukannya berbagai macam sarana informasi seperti alat cetak, radio, televisi hingga internet. Semua itu bertujuan untuk menunjang keinginan manusia untuk mendapatkan suatu informasi yang dapat mereka gunakan untuk berbagai kepentingan yang sifatnya mendasar. Semakin pesatnya kemajuan teknologi informasi menimbulkan perkembangan untuk membangun dunia secara universal. Hal ini menyebabkan terbentuknya komunikasi massa yang merupakan suatu tipe komunikasi yang mampu melipatgandakan pesan-pesan komunikasi. Komunikasi massa dapat dipahami sebagai komunikasi yang menggunakan media massa untuk menyampaikan pesan.

Dari komunikasi massa terdapat istilah media massa. Media massa merupakan saran komunikasi massa di mana terjadinya proses penyampaian pesan, gagasan atau informasi kepada orang banyak (publik) secara serentak dengan menggunakan alat-alat komunikasi seperti surat kabar, film, radio dan televisi. Media massa dapat mempengaruhi pikiran, perasaan dan perilaku seseorang serta secara perlahan dapat membentuk pandangan seseorang terhadapa suatu hal. Setia jenis media massa memiliki pengaruh yang berbeda. Salah satu jenis media massa yang cukup efektif adalah film.

Film juga merupakan bentuk pesan yang terdiri dari berbagai tanda dan simbol yang membentuk sebuah sistem makna sehingga bisa diinterpretasikan oleh orang secara berbeda-beda, tergantung kepada referensi dan kemampuan berpikir orang tersebut. Sebagai media massa, film digunakan sebagai media yang merefleksikan realitas atau bahkan membentuk realitas. Film mengkomunikasikan pesan dari pembuat film (film maker) kepada penonton (audience). Yang mengandung aspek hiburan serta memuat pesan edukatif. Film merupakan gambaran


(11)

perkembangan perfilman juga terjadi di Indonesia dengan munculnya berbagai genre yang meramaikan variasi perfilman. Akhir tahun 2012 lalu perfilman Indonesia diramaikan oleh film-film tentang drama baik tentang persahabatan ataupun tentang

percintaan. Seperti f serta film terbaru Rizal Mantovani yang

berjudul 5CM. Film berjudul sama 5CM ini menceritakan persahabatan antara lima pemuda yang bernama Genta (yang diperankan Fedi Nuril), Arial (diperankan Denny Sumargo), Zafran (Herjunot Ali), Riani (Raline Shah) dan Ian diperankan oleh (Igor Saykoji). Film ini bisa dibilang menuai hasil yang luar biasa, penonton yang selalu

membludak di setiap penayangannya di berbagai kota dengan 1.401.064 penonton

Film ini berhasil menembus rekor layar terbanyak di Indonesia selama kurun waktu sejarah perfilman. Sebanyak 220 layar untuk penayangan film ini yang tersebar di berbagai kota dan bioskop. Informasi ini diperoleh dari akun twitter resmi film ini di @5cmthemovie

Secara keseluruhan film 5CM ini merupakan film yang sangat menarik karena selain sarat akan pesan moral dan nilai-nilai sosial juga memiliki kekuatan untuk memotivasi penonton agar percaya pada kekuatan mimpi. Persahabatan yang begitu berharga bagi diri mereka. Sahabat merupakan salah satu anugerah terindah yang pernah ada di dalam dunia kita seseorang, pasti akan membutuhkan teman yang bisa berbagi di saat susah maupun senang. Sahabat memiliki peran yang bisa membuat hidup menjadi lebih berwarna dan membantu memecahkan permasalahan yang dihadapi atau hanya sekedar membicarakan masalah pekerjaan atau kehidupan yang ada di sekitar kita. Sahabat akan berbagi cerita yang lucu dan bisa membuat kedekatan dengan sahabat.

Film 5CM mengangkat tema tentang persahabatan karya Donny Dhirgantoro ini merupakan salah satu film best seller yang banyak menginspirasi para pembaca dan penonton. Film yang sadar akan nilai-nilai kehidupan adapun nilai-nilai yang terkandung dalam persahabatan diantaranya adalah nilai nasionalisme dan nilai kemanusiaan. Selain memaparkan nilai-nilai kehidupan dapat diraih meskipun dengan perjuangan yang berat. Film juga memaparkan bagaimana kekuatan mimpi itu


(12)

mampu mengubah diri seseorang menjadi manusia yang lebih memaknai hidup dan masih tetap berjuang meskipun dihadapkan pada kesulitan-kesulitan di dalam kehidupan. Judul film ini sangat unik dan pendek tapi memiliki cerita yang sangat menyentuh ketimbang media pembujuk. Namun yang jelas, film sebenarnya punya kekuatan bujukan atau persuasi yang besar.

Kritik publik dan adanya lembaga sensor juga menujukkan bahwa sebenarnya

film sangat berpengaruh. Sebagai contoh pada film 5CM, film ini mendorong

meningkatnya aktivitas pendakian gunung. Bagus untuk mengundang khalayak menikmati keindahan negeri ini untuk mendorong orang agar lebih mencintai negeri ini dengan menyesap keindahan sudut-sudutnya, menikmati langit biru, hamparan hijau hutan bak permadani dan penduduknya yang murah senyum. Kemudian menyuguhkan pesan-pesan bijak nasionalisme yang bertebaran sepanjang film. Walaupun kadang pesan-pesan nasionalisme itu membuat terasa sedikit berlebihan.

Manusia sebagai makhluk individu memiliki keunikan masing-masing sebagai makhluk sosial manusia memiliki naluri dalam bergaul dengan sesamanya. Pada hakikatnya manusia makhluk individu sekaligus makhluk sosial. Salah satunya perilaku komunikasi di mana manusia selalu memiliki keinginan untuk bergabung dengan manusia untuk bicara, tukar-menukar gagasan mengirim dan menerima informasi berbagai pengalaman. Komunikasi merupakan kebutuhan sosial yang mendorong manusia untuk menjalin hubungan yang bermakna dengan orang lain yang dinamakan hubungan interpersonal. Kebutuhan akan hadir orang lain mendorong manusia untuk hidup dalam kelompok untuk melakukan interaksi yang tidak sekedar pertukaran informasi namu menjalin hubungan dekat. Interaksi sosial seseorang dengan yang lainnya kemudian menghasilkan sebuah hubungan. Menurut Littlejohn menyebutkan bahwa hubungan merupakan sejumlah harapan yang dua orang miliki bagi perilaku mereka didasari pada pola interaksi di antara mereka. Verderberg (2007) menggolongkan dengan siapa kita berhubungan sebagai kenalan, teman dan sahabat atau teman akrab (Budyatna & Ganiem, 2011: 36-37)


(13)

Hubungan berawal dari sebuah perkenalan, kemudian karena perjalanan waktu kenalan bisa menjadi teman kita. Namun seseorang bisa mempunyai kenalan yang tidak terbatas jumlahnya dan banyak teman, tetapi ia hanya mempunyai sejumlah kecil teman yang benar akrab. Sejumlah kecil teman akrab kemudian terbentuk menjadi sebuah kelompok kecil yang diikat dengan janji persahabatan. Kehidupan kelompok sosial bersama teman akrab akan terjadi satu ikatan persahabatan yang bersifat timbal balik dalam suatu pola hubungan yang dinamakan hubungan interpersonal. Hubungan interpersonal merupakan arti luas dan interaksi dilakukan oleh seseorang dalam segala situasi dalam bidang kehidupan dan menimbulkan bahagian dan kepuasan hati pada kedua belah pihak. Manusia pada awalnya lahir dalam kelompok yaitu keluarga, di mana kelompok ini disebutkan sebagai salah satu dari jenis kelompok kecil yang paling berkesan bagi setiap individu.

Persahabatan ini menyediakan suatu system kompleks tempat yang merasa aman dan mendapat dukungan atau di dukung. Tambahn pula, dengan teman dapat menyatakan bagian lain dari diri kita dan memperoleh variasi rangsangan berfikir yang lebih luas, lebih dari pada hanya berhubungan dengan pasangan kita atau dalam keluarga, persahabatan juga menupuk hubungan dengan orang lain menjadi lebih akrab (Prihatono, 1992: 5). Persahabatan yang positif , indah dan bermanfaat bagi semua pihak yang terlibat memang sudah pada tempatnya berlangsung dalam seumur hidup.

Film memerlukan khalayak yang besar karena dapat menjadi sumber pendapatan utama dan karena kontrol pemerintahan selalu mengancam, para produser berusaha tidak menyinggung perasaan siapa pun. Mereka memang membuat aneka film tentang kenakalan remaja, skandal asmara, pemisahan rasial, kejahatan dan kesehatan mental namun mereka berusaha tidak menyinggung kepentingan siapa pun. Committee on Un-American Activities Congres di tahun 1947 melakukan serangkaian dengar pendapat untuk memastikan benar-tidaknya film digunakan sebagai media penyebaran paham komunisme (Rivers, 2008: 252).


(14)

Orang terpesona oleh film, sejak awal penciptaan teknologi film itu meski gambar saat itu tak lebih dari gambar putus-putus dan goyang-goyang di tembok putih. Nonton film ini masih merupakan pengalaman yang mengasyikkan pengalaman yang tidak diperboleh melalui media lain. Bicara mengenai film tidak terlepas dari penonton, film selalu saja ingin sesuatu yang baru karena itu para pemilik gedung bioskop harus berusaha sedemikian rupa untuk menarik orang masuk ke dalam gedung bioskopnya kemudian membuat mereka betah di dalamnya. Para penonton seakan-akan mengalami secara benar-benar apa yang terjadi di atas layar, mereka seakan-akan berada di tengah-tengah peristiwa yang sedang terjadi. Ilusi ini ditambah lagi dengan suatu sistem suara stereofoni sehingga suara-suara yang dikeluarkan di atas film keluarnya pada tempat sumber-sumber suara itu sedang berada.

Film sebagai salah satu unsur komunikasi massa rupanya telah dimanfaatkan oleh salah seorang tokoh pergerakan bernama Dokter Adnan Kapau Gani (A.K. Gani) hal ini ditandai tokoh yang amat popular ini terjun langsung dalam dunia perfilman di tahun 1940. Pada saat itu Republik ini masih dijajah oleh Belanda, tapi masa itu tokoh-tokoh pergerakan yang ingin mencapai Indonesia Merdeka makin meningkatkan kegiatannya(Twh, 1992: 147). Hal ini disebabkan oleh betapa tidak teraturnya sesuatu jika masing-masing personal tim bekerja sesuai persepsinya sendiri. Film ini banyak menginspirasikan kalangan muda di zaman sekarang Berdasarkan uraian diatas, penelitin tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai Persepsi Siswi SMA Swasta Mulia Medan Tentang Persahabatan dalam Film 5 CM. 1.1Fokus Masalah

Untuk mempermudah dalam penyusunan skripsi ini peneliti membatasi masalah hanya kepada siswi SMA Swasta Mulai Medan. Alasan peneliti memilih siswi karena perempuan lebih memotivasi ingin atau menjadi idoal mereka seolah-olah ingin menjadi sempurna dalam kehidupanya. Perempuan kebanyakan memiliki hubungan dekat dengan temannya dan melakukan aktivitas yang memotivasi dan meniru dalam penokohan karatkter seseorang.


(15)

Sedangkan yang dimaksud dengan persepsi pada penelitian ini diambil dari sudut padangan komunikasi yaitu persepsi merupakan pengalaman tentang objek peristiwa atau hubungan yang di peroleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan(Rakhmat, 2005: 51).

1.2Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah ditujukan agar ruang lingkup dapat lebih jelas, terarah serta tidak mengaburkan penelitian. Adapun pembatasan masalah yang akan diteliti adalah:

1. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, bertujuan memberikan

gambaran atau menggunakan studi analisis persepsi siswi SMA Swasta Mulia Medan tentang persahabatan dalam film 5CM

2. Penelitian ini terbatas hanya pada orang-orang yang pernah menonton film

5CM.

3. Penelitian ini akan mulai dilakukan pada bulan Oktober 2013 hingga selesai.

1.3Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat di rumuskan permasalahan sebagai berikut: Bagaimana Persepsi Siswi SMA Swasta Mulia Medan tentang persahabatan dalam film 5CM, Jalan Kenangan Sari No.33 Tanjung Sari medan.

1. Penelitian ini bertujuan untuk mengambarkan pendapat siswi SMA Swasta

Mulia Medan tentang persahabatan dalam film 5CM.

2. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsis siswi SMA Swasta Mulia

Medan tentang persahabatan dalam film 5CM. 1.4 Manfaat Penelitian

1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan

memperkaya bahan penelitian dan sumber bacaan bagi mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU.


(16)

2. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah literatur penelitian Persepsi Siswi Mulia Medan tentang persahabatan dalam Film 5CM sebagai salah satu perspektif dalam paradigma interpretif penelitian ilmu komunikasi.

3. Secara praktis, melalui penelitian ini diharapkan dapat menambah

pengetahuan bagi pihak–pihak yang membutuhkan pengetahuan yang berkenaan dengan penelitian ini.


(17)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA 2.1 Perspektif/Paradigma Kajian

Interaksionisme simbolik merupakan salah satu varian dari paradigma interpretif. Pendekatan interpretif berangkat dari upaya untuk mencari penjelasan tentang peristiwa-peristiwa sosial atau budaya yang didasarkan pada perspektif dan pengalaman orang yang diteliti. Pendekatan interpretif diadopsi dari orientasi praktis. Secara umum pendekatan interpretatif merupakan sebuah sistem sosial yang memaknai perilaku secara detail langsung mengobservasi. Interpretif melihat fakta sebagai sesuatu yang unik dan memiliki konteks dan makna yang khusus sebagai esensi dalam memahami makna sosial. Interpretif melihat fakta sebagai hal yang cair (tidak kaku) yang melekat pada sistem makna dalam pendekatan interpretif. Fakta-fakta tidaklah imparsial, objektif dan netral. Fakta merupakan tindakan yang spesifik dan kontekstual yang bergantung pada pemaknaan sebagian orang dalam situasi sosial. Interpretif menyatakan situasi sosial mengandung ambiguisitas yang besar. Perilaku dan pernyataan dapat memiliki makna yang banyak dan dapat dinterpretasikan dengan berbagai cara

Perspektif adalah cara pandang kita terhadap sudut pandangan kita. Cara kita memandang atau pendekatan yang kita gunakan dalam mengamati kenyataan dan menentukan pengetahuan yang kita gunakan. Perpektif yang kita gunakan menghasilkan perbedaan yang besar dalam komunikasi. Kita bisa mengamati menghadapin maupun menyelesaikan suatu permasalah dengan pikiran kita yang terbuka dan netral.

Nilai perspektif kita tidak terletak dalam nilai kebenarannya atau seberapa baik ia mencerminkan realitas yang ada. Semua perspektif yang dapat diperoleh adalah benar dan mencermi realitas walapun setiap perspektif pada tahap tertentu kurang lengkap dan didistorsi. Jadi intinya adalah upaya mencari perspektif yang dapat memberikan kepada kita konseptualisasi realitas yang paling bermanfaat bagi pencapaian tujuan kita (Ardianto, 2007: 76).


(18)

Salah satu dari banyak hal yang sangat memengaruhi dan membentuk ilmu dan teori adalah paradigma (paradigma). Thomas Khun dikenal sebagai orang pertama yang mempopulerkan istilah paradigma ini. Paradigma atau dalam bidang keilmuan sering disebut sebagai perspektif (perspective), terkadang disebut mazhab pemikiran (school of thought) atau teori. Paradigma secara sederhana dapat diartikan sebagai kaca mata atau cara pandang untuk memahami dunia nyata. Dalam hal ini, Patton Mulyana, 2002: 9 berpendapat bahwa:

“A paradigm is a world view, a general perspective, a way of breaking down the complexity of the real world. As such, paradigms are deeply embedded in the socialization of adherents and practitioners: paradigms tell them what is important, legitimate, and reasonable. Paradigms are also normative, telling the practitioner what to do without the necessity of long existential or epistemological consideration. But it is this aspect of paradigms that constitutes both their strength in that it makes action possible, their weakness in that the very reason for action is hidden in the unquestioned assumptions of the paradigm”.(“Paradigma adalah suatu pandangan dunia,

suatu perspektif yang umum, suatu cara mematahkan kompleksitas dalam

dunia nyata. Dengan demikian, paradigma sangat tertanam dalam sosialisasi pengikut dan praktisi: paradigma memberitahu mereka apa yang penting, sah, dan masuk akal. Paradigma juga normatif, memberitahu praktisi apa yang harus dilakukan tanpa perlu pertimbangan eksistensial atau epistemologis yang panjang. Tapi itu adalah aspek paradigma yang merupakan kedua kekuatan dalam membuat tindakan yang mungkin, kelemahan mereka bahwa alasan untuk tindakan tersembunyi dalam asumsi diragukan paradigma")

Paradigma penelitian kualitatif adalah model penelitian ilmiah yang meneliti kualitas-kualitas objek penelitian seperti misalnya; nilai, makna, emosi manusia, penghayatan religius, keindahan suatu karya seni, peristiwa sejarah, simbol-simbol atau artefak tertentu. Paradigma sangat penting perannya dalam memengaruhi teori, analisis maupun tindak perilaku seseorang. Secara tegas boleh dikatakan bahwa pada dasarnya tidak ada suatu pandangan atau teori pun yang bersifat netral dan objektif, melainkan salah satu di antaranya sangat tergantung pada paradigma yang digunakan. Karena menurut Thomas Khun (dalam Mulyana, 2002: 10) paradigma menentukan apa yang tidak kita pilih, tidak ingin kita lihat, dan tidak ingin kita ketahui. Paradigma pula yang memengaruhi pandangan seseorang apa yang baik dan buruk, adil dan yang tidak adil. Oleh karena itu, jika ada dua orang yang melihat


(19)

sesuatu realitas sosial yang sama, atau membaca ayat dari suatu kitab suci yang sama, akan menghasilkan pandangan, penilaian, sikap dan perilaku yang berbeda pula. Perbedaan ini semuanya dikarenakan perbedaan paradigma yang dimiliki, yang secara otomatis memengaruhi persepsi dan tindak komunikasi seseorang(Ulfa, 2013: 11).

Suatu pemahaman dapat dibangun oleh manusia, diantaranya adalah yang diamati menjadi konsep pengamatan dan mengetahui kebenaran yang mutlak karena pembahasan kita adalah manusia dalam batasan permasalahan. Komunikasi mengalami perkembangan yang luar biasa dalam perubahan hidup manusia. Munculnya televisi dan internet merubah pola perilaku manusia, perubahan sosial yang member pengaruh pada pesan komunikasi yang disampaikan. Masyarakat aktif mengubah makna dan dampak informasi yang mereka terima lewat media. Perspektif ini yang mengarahkan penelitian dalam cara melihat dan mengunakan, mengamati kenyataan akan menentukan pengetahuan yang kita peroleh. Penelitian mengkaji mengenai permasalahan Persepsi Siswi SMA Swasta Mulia Medan tentang persahabatan dalam film 5CM.

Paradigma harus disampaikan dengan pesan dengan sengaja dan pesan harus diterima. Jika pesan tidak diterima tidak ada komunikasi dan proses komunikasi maka yang akan terjadi kajian paradigma. Misalnya seseorang teman melambai pada anda tapi anda tidak melihat, bukan komunikasi yang menjadi kajiannya, karena anda selaku komunikan tidak menerima pesan itu. Tidak ada komunikan karena tidak ada komunikasi proses komunikasi antara anda dan teman anda. Komunikasi harus mencakup semua perilaku yang bermakna bagi penerima, mau disengaja ataupun tidak. Paradigma ini menyatakan bahwa pesan tidak harus disampaikan dengan sengaja tapi harus diterima. Paradigma ini relatif tidak mengenal istilah komunikasi penerima, biasanya dalam penggambaran model pada dua titik pelaku komunikasi dimana sebagai komunikator mengingat bahwa keduanya punya peluang untuk menyampaikan pesan disengaja atau tidak yang dimaknai oleh pihak lainnya (Vardiansyah, 2008: 28).


(20)

2.2 Uraian Teoritis

2.2.1 Interaksionisme Simbolik

Pendekatan ini berasumsi bahwa pengalaman manusia ditengahi oleh penafsiran, situasi, peristiwa dan tidak memiliki pengertian sendiri. Interaksi simbolik menjadi paradigma konseptual melebihi, dorongan dari dalam, sifat-sifat pribadi, motivasi yang tidak disadari, kebetulan, situasi sosial ekonomi, kewajiban peran, resep budaya, mekanisme pengawasan masyarakat atau lingkungan fisik lainnya. Faktor tersebut sebagai konstrak yang digunakan para ilmuwan sosial dalam usahanya untuk memahami dan menjelaskan perilaku (Moleong; 2002: 11). Manusia dapat mengetahui keadaan yang melatarbelakangi tindakan sosial, menujuk kepada sifat khas dari diri manusia, manusia saling mengerti satu sama lain atau mendefinisikan tindakannya.

Interaksionisme simbolik adalah salah satu model penelitian budaya yang berusaha mengungkap realitas perilaku manusia. Falsafah dasar interaksionisme simbolik adalah fenomenologi. Model penelitian ini pun mulai bergeser dari awalnya, jika semula lebih mendasarkan pada interaksi kultural antar personal, sekarang telah berhubungan dengan aspek masyarakat dan atau kelompok. Perspektif interaksi simbolik berusaha memahami budaya lewat perilaku manusia yang terpantul dalam komunikasi. Interaksi simbolik lebih menekankan pada makna interaksi budaya

sebuah komunitas (http://viviomochi.blogspot.com).

Interaksi antar individu, diantaranya oleh penggunaan simbol-simbol, interpretasi atau dengan saling berusaha untuk saling memahami maksud dari tindakan masing-masing. Interaksionisme simbolik berorientasi pada prinsip bahwa orang–orang merespon makna yang mereka bangun sejauh mana mereka berinteraksi satu sama lain. Setiap individu merupakan agen aktif dalam dunia sosial, yang tentu saja dipengaruhi oleh budaya dan organisasi sosial bahkan ia juga menjadi instrumen penting dalam produksi budaya, masyarakat dan hubungan yang bermakna yang mempengaruhi mereka(http://blog.unila.ac.id).


(21)

Penganjur teori ini tidak boleh menolak adanya kenyataan bahwa terdapat dorongan untuk makan dan bahwa ada definisi kultural tentang bagaimana, apa dan bila mana seseorang harus makan. Kita contoh kan sebagai film 5CM, siswi SMA Swasta Mulia Medan menonton film 5CM dan mengambil makna dari sisi film, ada yang menolak dan ada yang menerima dari sisi film tersebut. Setiap individu pasti memiliki arti yang berbeda atau tanggapan dalam film 5CM. Penafsiran bukan tindakan bebas dan bukan pula ditentukan oleh kekuatan manusia.

Orang menafsirkan sesuatu dengan bantuan orang lain seperti masa lalu, keluarga, pemeran di televisi dan pribadi-pribadi yang ditemukan dalam latar tempat meraka bekerja atau bermain, namun orang lain tidak melakukan untuk diri mereka. Setiap individu merupakan agen aktif dalam dunia sosial yang tentu saja dipengaruhi oleh budaya dan organisasi sosial, bahkan ia juga menjadi instrumen penting dalam produksi budaya, masyarakat dan hubungan yang bermakna yang memengaruhi mereka (http://www.makalahkuliah.com)

Penggunaan simbol- simbol interaksi manusai dijembatani dan kepastian makna dari tindakan orang lain. Bukan hanya sekedar sebagai model stimulus-respons, interaksi simbolik mengacu pada dampak simbolik interaksi manusia, perilaku tersebut tertutup dalam proses berfikir dan melibatkan makna dan simbolik sehingga perilaku terbuka, perilaku yang aktual dilakukan oleh aktor. Di lain sisi, seorang aktor juga akan memikirkan bagaimana dampak yang akan terjadi sesuai dengan tindakan.

Tindakan yang dihasilkan dari pemaknaan simbol dan makna yang merupakan karakteristik khusus dalam tindakan sosial itu sendiri dan proses sosialisasi untuk dapat melihat adanya interaksi sosial yaitu dengan melihat individu berkomunikasi dengan komunitasnya dan akan mengeluarkan bahasa-bahasa kebiasaan atau simbol-simbol baru yang menjadi objek penelitian para peneliti budaya. Interaksi tersebut dapat terlihat dari bagaimana komunitasnya, karena dalam suatu komunitas terdapat suatu pembaharuan sikap yang menjadi suatu trend yang akan dipertahankan, dihilangkan atau diperbarui maknanya terus melekat pada suatu komunitas, interaksi


(22)

simbolik juga dapat menjadi suatu alat penafsiran untuk menginterpretaskan suatu masalah atau kejadian.

Blumer mengemukakan tiga prinsip dasar interaksionisme simbolik yang berhubungan dengan meaning, language dan thought. Premis ini kemudian mengarah pada kesimpulan tentang pembentukan diri seseorang (person’s self) dan sosialisasinya dalam komunitas yang lebih besar

1. Meaning (makna) Mengawali teorinya dengan premis bahwa perilaku

seseorang terhadap sebuah objek atau orang lain ditentukan oleh makna yang dia pahami tentang objek atau orang tersebut.

2. Language (bahasa) Seseorang memperoleh makna atas sesuatu hal melalui

interaksi Sehingga dapat dikatakan bahwa makna adalah hasil interaksi sosial. Makna tidak melekat pada objek melainkan dinegosiasikan melalui penggunaan bahasa. Bahasa adalah bentuk dari simbol. Oleh karena itu, teori ini kemudian disebut sebagai interaksionisme simbolik.

3. Thought (pemikiran) Proses interaksionisme simbolik menjelaskan proses

berpikir sebagai inner conversation, Mead menyebut aktivitas ini sebagai minding. Secara sederhana proses ini menjelaskan bahwa seseorang melakukan dialog dengan dirinya sendiri ketika berhadapan dengan sebuah situasi tersebut. Untuk bisa berpikir maka seseorang memerlukan bahasa dan harus mampu untuk berinteraksi secara simbolik. Bahasa adalah software untuk bisa mengaktifkan mind. Yang terpenting dari teori interaksi simbolik, orang yang berpengaruh dalam kehidupan kita, lalu orang lain yang merasa anda lain dalam cara penampilan dan tata cara berpakaian dari segi sikap dan di generalisasikan dalam bentuk perilaku setelah perilaku orang lain.

Para pemikir dalam tradisi teori interaksionisme simbolik dibagi menjadi dua yaitu aliran Iowa dan aliran Chicago. Namun kali ini, akan dibahas mengenai aliran Chicago yang banyak melakukan pendekatan interpretif berdasarkan rintisan pemikiran Mead terutama Herbert Blummer.


(23)

Dalam karyanya Mind, Self and Society, Mead menggarisbawahi tiga konsep kritis yang dibutuhkan dalam menyusun sebuah diskusi tentang teori interaksionisme simbolik yang saling mempengaruhi satu sama lain, dimana pikiran manusia (mind) dan interaksi sosial (self) digunakan untuk menginterpretasikan dan memediasi masyarakat (society). Ketika kita berinteraksi dengan yang lainnya, kita secara konstan mencari “petunjuk” mengenai tipe perilaku apakah yang cocok dalam konteks itu dan mengenai bagaimana menginterpretasikan apa yang dimaksudkan oleh orang lain. Interaksionisme simbolik mengarahkan perhatian kita pada interaksi antar individu dan bagaimana hal ini bisa dipergunakan untuk mengerti apa yang orang lain katakan dan lakukan kepada kita sebagai individu.

Menurut KJ Veeger yang mengutip pendapat Herbert Blumer, teori interaksionisme simbolik memiliki beberapa gagasan. Di antaranya adalah mengenai Konsep Diri. Menurut Rogers bahwa konsep diri merupakan pandangan seseorang tentang dirinya sendiri. Akan tetapi pandangan tersebut tumbuh dari pengalaman bersama dengan orang lain dari hari ke hari. Jika seorang anak diberitahu bahwa ia cantik, pintar dan rajin, maka mereka akan mengembangkan konsep diri yang positif. Kondisi yang berbeda akan dijumpai pada anak yang diberitahu bahwa mereka jelek, bodoh dan pemalas. Pada kondisi demikian, perasaan negatif pada diri anak akan muncul dan ke depan ia akan tumbuh dengan konsep diri yang buruk

Teori interaksi simbolik didasarkan pad ide-ide mengenai diri dan hubungannya dengan masyarakat. Bukan hanya hubungan dengan masyarakat lebih luas lagi teori ini mengenai hubungan diri dan keluarga. Ralph Larossa dan Donald C.Reitzes (dalam West dan Turner, 2008: 98) mengasumsikannya dalam tiga tema besar:

1. Pentingnya makna bagi perilaku manusia

Sebagai makhluk sosial manusia pasti memerlukan bantuan orang lain dalam kehidupannya di samping itu yang dilakukan manusia adalah untuk memperoleh pemaknaan yang sama dari adanya interaksi tersebut. Karena tanpa adanya interaksi


(24)

tidak akan mungkin timbul makna yang sama. Perilaku manusia dalam asumsi ini ditandai oleh tiga hal, yaitu:

“manusia bertindak terhadap manusia lainnya berdasarkan makna yang diberikan orang lain kepadanya, makna diciptakan dalam interaksi antara manusia dan makna dimodifikasi proses interpretif (Herbert Blummer dalam West dan Turner; 2008: 99).”

2. Pentingnya konsep mengenai diri

Ciri-ciri fisik seseorang, talenta, keadaan emosi, nilai, keterampilan, intelektualitas dan keterbatasan sosial membentuk konsep diri dari seseorang. Setiap orang harus mengenal jelas konsep dirinya, karena jika seorang individu tidak mengetahui konsep dirinya maka dia akan mudah terpengaruh dengan keadaan sekitarnya. LaRossa dan Reitzes memiliki dua asumsi tambahan, diantaranya:

“ Individu-individu mengembangkan konsep diri melalui interaksi dengan orang lain dan konsep diri memberikan motif yang penting untuk berlaku(LaRossa dan Reitzes dalam West dan Turner; 2008: 101)”.

3. Hubungan antara individu dengan masyarakat

Merupakan bagian terakhir dari teori interaksionisme simbolik dan merupakan hubungan antara kebebasan individu dan batasan sosial. Di mana dalam bagian ini kerja sama, komunitas dihargai sangat tinggi dan kolektivitas lebih penting dari individu. Selain itu hal lain yang penting dalam hal ini manusia adalah pembuatan pilihan dan struktur sosial dihasilkan oleh interaksi sosial. Dua asumsi yang berkaitan dengan tema ini, diantaranya:

Orang dan kelompok dipengaruhi oleh proses budaya dan sosial dan struktur sosial dihasilkan melalui interaksi sosial (West dan Turner; 2008: 103).

Setiap manusia pasti memerlukan bantuan orang lain dan setiap manusia memiliki cara masing-masing untuk dapat berinteraksi dengan manusia lainnya. Interaksi inilah yang kemudian akan menjawab apakah sama pemaknaan yang diterima antara satu orang dengan orang lain. Dengan adanya interaksi manusia


(25)

kemudian akan mengembangkan konsep dirinya di dalam kelompok-kelompok yang dimasukinya. Kemudian interaksi yang dilakukan manusia di dalam kelompoknya dipengaruhi oleh proses budaya dan sosial yang kemudian melalui interaksi sosial akan menghasilkan struktur sosial.

2.2.2 Komunikasi Kelompok Kecil

Pemikiran dari sekelompok orang akan lebih besar kualitasnya dari pada sendiri. Kita sering kali menjumpai kelompok studi di kampus. Hal itu membuat salah satu bentuk tipe komunikasi kelompok kecil. Kelompok kecil bisa disebut sebagai kumpulan individu dengan jumlah anggota yang kecil memungkinkan semua orang bisa berkomunikasi secara mudah baik secara sumber penerima informasi. Komunikasi kelompok kecil terdiri atas beberapa orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama. Penelitian mengenai kelompok kecil berfokus pada kelompok kerja, berlawanan dengan pertemanan dan kelompok keluarga dalam konteks interpersonal. Ada perdebatan mengenai jumlah orang yang membentuk kelompok kecil. Beberapa penelitian berpendapat bahwa jumlah maksimal dalam kelompok kecil adalah lima sampai tujuh orang, sementara yang lain tidak memberikan batasan jumlah. Tetapi hampir semuanya setuju bahwa paling tidak harus ada tiga orang dalam sebuah kelompok kecil (Schultz; 1996: 19). Konteks kelompok kecil memberikan kesempatan pada individu untuk mendapatkan berbagai perspektif terhadap satu persoalan. Maksudnya dalam konteks intrapersonal hanya terdapat sudut pandang individu sedangkan dalam konteks interpersonal terdapat banyak sudut pandang. Konteks kelompok kecil terdiri atas individi–individu yang memiliki peran (role) berbeda.

Komunikasi kelompok kecil (small group communication) merupakan proses komunikasi antara tiga orang atau lebih yang berlangsung secara tatap muka. Dalam kelompok anggota berinteraksi satu sama lain. Komunikasi ini banyak di kalangan sebagai pengembangan dari komunikasi antarpribadi. Peran posisi masing-masing anggota kelompok dan relasi mereka dengan kelompok. Peranan ini sangat beragam, mulai dari pemimpin tugas, pengamatan pasif, pendengaran aktif, perekam dan


(26)

sebagainya. Bekerja dalam kelompok kecil telah menjadi fakta dalam kehidupan masyarakat. Sering kali tampaknya kita tidak dapat pergi ke mana pun tanpa adanya kecenderungan akan terbentuknya kelompok kecil. Mulai dari kelompok belajar hingga kelompok kerja dan kelompok dukungan, pengalaman dalam kelompok kecil adalah pengamalan yang ada di mana-mana. Setiap orang pasti pernah menjadi anggota dari suatu kelompok. Sehingga kelompok terdiri dari beberapa orang dengan gagasan, keahlian dan minat yang berbeda-beda. Masalah yang dihadapi kelompok tersebut juga berlainan. Setiap kelompok mempunyai masalah yang harus di selesaikan dan harus menentukan cara pemecahkan terbaik idealnya dengan memanfaatkan sumber daya yang berasal dari semua anggotanya.

Kelompok kecil didefinisikan sebagai kumpulan individu yang saling mempengaruhi, berinteraksi untuk tujuan tertentu, memperoleh kepuasan dari mempertahankan keanggotaan kelompok, melakukan peranan khusus, saling bergantung satu sama lainnya dan melakukan komunikasi berhadapan. Komunikasi merupakan suatu proses tatap muka yang diantaranya anggota kelompok yang jumlah anggotanya sendiri tidak dapat dipastikan jumlahnya bahkan lebih dari 50 orang masih dapat disebut sebagai komunikasi kelompok kecil. Komunikasi kelompok kecil dianggap sebagai komunikasi secara tatap muka atau secara langsung antara tiga orang, di mana anggota berinteraksi satu sama lain, tidak ada batas yang menentukan secara tegas berapa orang. Komunikasi kelompok kecil mengarah pada kesan yang didapatkan oleh masing-masing anggota kelompok baik yang timbul dari pertanyaan atapun tanggapan selama pertemuan berlangsung.

Dari definisi di atas, dapat dilihat bahwa tujuan kelompok kecil, bagaimanapun juga tidak terbatas pada memecahkan masalah. Setiap orang merupakan anggota beberapa kelompok kecil secara bersamaan. Kelompok pertaman dan yang paling nonformal adalah kelompok primer, unit sosial mendasar tempat kita yang pertama. Teman–teman masa kecil kita merupakan kelompok kecil lainnya. Anggota kelompok primer kemudian diperluaskan menjadi kelompok biasa atau kelompok sosial. Meskipun hubungan tersebut berumur pendek, pengaruhnya


(27)

terhadap cara berfikir dan berperilaku di kemudian hari seringkali cukup berarti. Kadang anggota kelompok primer dan kelompok sosial memecahkan masalah bersama-sama tetapi kebanyakan komunikasi mereka berlangsung secara spontan dan nonformal. Cepat atau lambat, kebanyakan orang akan menjadi anggota kelompok kerja. Mereka mempunyai tujuan spesifik yang harus dicapai, yang seringkali berkaitan dengan konteks suatu pekerjaan. Keanggotannya mungkin diperlukan berdasarkan pekerjaanya dalam suatu organisasi berdasarkan minat perseorangan dalam kelompok tersebut. Bila anggota kelompok kerja dapat mengalami resiko lebih banyak teguran atau bahkan kehilangan pekerjaan bila mereka tidak berperan serta. 2.2.2.1 Persahabatan

Persahabatan merupakan hubungan pertemanan yang lebih akrab. Sahabat adalah sesuatu yang paling berharga dalam hidup ini. “We never can forgotten our friends” (Kita tidak pernah dapat melupakan sahabat-sahabat kita), Buku Who Friendship Hurts meneliti dan menulis mengenai persahabatan dan menyaksikan minat untuk belajar mengenai persahabatan meningkatkan. Dari topik yang jarang dibahas oleh para psikologi, psikiatris dan sosiologi yang lebih sering berfokus pada hubungan antar anak-orang tua dan antara suami-istri, artikel mengenai persahabatan sekarang ini merupakan sajian pokok banyak majalah dan surat kabar harian di berbagai situs internet juga terdapat banyak sekali buku mengenai hubungan indah antar teman yang kita kenal sebagai persahabatan.

Persahabatan memang telah ditemukan kembali. Manfaatnya tentu saja didukung oleh banyak peneliti melalui anekdot dan contoh-contoh dan juga melalui berbagai studi kualitatif dan kuantitatif oleh berbagai psikolog yang menemukan korelasi antara memiliki sahabat walaupun hanya seorang dengan meningkatnya harapan hidup, kesehatan mental yang lebih baik serta kesempatan yang lebih besar untuk bisa sembuh dari penyakit apapun (Yager, 2006: 2). Ada yang bilang sahabat itu adalah teman yang benar-benar dekat sampai tahu hal-hal kecil tentang kita. Ada juga yang bilang sahabat itu kalau ke mana-mana selalu bareng. Tetapi salah satu sahabat bilang, sahabat itu adalah teman dalam suka dan duka, tapi tahu batas di


(28)

mana suatu saat ketika teman dapat masalah, mengatasi masalahnya sendiri agar teman tersebut tumbuh lebih matang dan mandiri.

Tapi ketika ditanya tentang sahabat yang berhubungan dengan keluarga, pendidikan dan lain-lain bingung jawabnya. Dari situ berpikir, apakah ini sahabat yang baik?. Walaupun sangat banyak definisi tentang persahabatan, pada hakekatnya persahabatan memiliki empat elemen dasar (Yager, 2006: 17).

a. Persahabatan adalah hubungan antara paling sedikit dua orang yang tidak

terikat hubungan darah.

b. Persahabatan bersifat sukarela

c. Persahabatan tidak memiliki dasar kontrak hukum/legal

d. Persahabatan bersifat timbal balik.

Teman bukanlah orang yang dekat dengan kita secara seksual atau bukan juga kekasih karena hubungan yang ada akan menjadi lebih baik dari sekedar persahabatan. Karena orang menganggap sahabat adalah orang yang bisa melihat kita dari hati ke hati, bukan karena tampang, materi, latar belakang, pendidikan dan lain-lain. Sahabat lebih sebagai pemberi masukan dan penerima keluh kesah bukannya orang yang nggak peduli dan nggak mau tahu, tapi persahabatan bukan dinilai dari sedalam apa kita tahu tetek bengek orang tersebut, melainkan sedalam apa kita memahami orang tersebut. Kehidupan saling bergantungan, membutuhkan dan janganlah meremehkan atau mencemooh siapa pun sekalipun terhadap orang yang tidak suka atau tidak peduli kepada kita.

Berikut adalah harapan yang biasanya timbul mengenai teman dekat (Yager, 2006: 19).

a. Seorang teman dekat adalah seseorang yang membuat anda bisa menjadi

diri sendiri ketika berada di dekatnya (ungkapan pria usia 45 tahun, staf penulis).


(29)

b. Seorang teman dekat adalah seseorang yang anda bisa andalkan pada saat anda membutuhkan sesuatu (ungkapan pria usia 36 tahun, professor sebuah lembaga pendidikan)

c. Seorang teman dekat adalah seseorang yang mampu mendengar anda

tanpa menghakimi, yang tidak pernah menyela atau menceritakan masalah yang dia hadapi ketika anda sedang bercerita tentang masalah anda, dia tidak bergosip (wanita usia 44 tahun, pengusaha).

Dari ungkapan di atas sahabat karib idealnya adalah memiliki kriteria yang dibutuhkan untuk menjadi teman dekat tetapi dengan perbedaan, paling utama teman sejati. Ada banyak pendapat mengenai persahabatan termasuk rasa saling percaya diri, empati, kejujuran, kerahasiaan, kebersamaan dan lain-lain. Melakukan aktivitas dan tempat curahkan isi hati sahabat yang selalu saja bisa diandalkan dan ada di samping kita saat membutuhkannya walau hanya sekedar mendengarkan dengan baik. Seorang teman adalah seseorang yang anda sukai dan menyukai anda, dan orang yang memiliki kehangatan hubungan dengan anda. Penting untuk diingatkan bahwa istilah umum ”teman” dibagi dalam tiga kategori berdasarkan pada tingkat keakraban: biasa, dekat dan akrab (Yager, 2006: 18). Jumlah anggota kelompok yang sedikit membuat hubungan antara pribadi individu menjadi kuat dan erat. Hal ini disebabkan karena komunikasi antar pribadi yang sering dilakukan dan juga intesitas pertemuan yang rutin. Oleh karena itu, kohesivitas kelompok menjadi tinggi. Kedekatan hubungan dalam kelompok persahabatan yang kompak tampak dalam pesan-pesan atau respon non-verbal mereka.

2.2.3 Komunikasi Massa

Istilah komunikasi atau bahasa inggris communication berasal dari kata Latin communicatio dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama di sini maksudnya adalah sama makna. Jadi, kalau dua orang terlibat dalam komunikasi, misalnya dalam bentuk percakapan maka komunikasi akan terjadi atau berlangsung selama ada kesamaan makna mengenai apa yang dipercakapkan. Kesamaan bahasa yang dipergunakan dalam percakapan itu belum tentu menimbulkan kesamaan


(30)

makna. Dengan lain perkataan, mengerti bahasanya saja belum tentu mengerti makna yang dibawakan oleh bahasa itu (Effendy, 2005: 9).

Komunikasi merupakan aktivitas yang amat penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan makhluk di dunia, terutama manusia. Komunikasi begitu pentingnya bagi manusia sehingga ada yang menyatakan bahwa tanpa komunikasi kehidupan manusia tidak mempunyai arti hidup dan tidak dapat bertahan dengan lama. Manusia mengekspresikan dirinya, membentuk jaringan interaksi sosial dan mengembangkan kepribadiannya.

Definisi komunikasi massa yang lebih rinci dikemukakan oleh ahli komunikasi yang lain yaitu Gerbner. Gerbner dalam Ardianto dan Komala mengatakan bahwa:“Mass Communication is the technologically based production and distribution of the most Broadly shared continuous flow of messages in industrial societies”(Komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang berkelanjutan serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industr

Dari definisi Gerbner tergambar bahwa komunikasi massa menghasilkan suatu produk yang disebarkan. Di distribusikan kepada khalayak luas secara terus menerus dalam jarak waktu yang tepat. Pada dasarnya komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa (media cetak dan elektronik). Sebab, awal perkembangannya saja, komunikasi massa berasal dari pengembangan kata (media komunikasi massa). Hal ini perlu ditekankan sebab ada media yang bukan media massa yakni media tradisional seperti media teknologi (televisi, radio), media cetak (surat kabar, majalah, tabloid), buku dan film. Dalam perkembangan komunikasi massa yang sudah sangat modern dewasa ini ada satu perkembangan tentang media massa yakni ditemukannya internet. Belum ada, untuk tidak mengatakan tak ada, bentuk media dari definisi komunikasi massa yang memasukkan internet dalam media massa (Nurudin, 2003: 2).

Keberadaan media masa tergantungan pada media masa yang besar, semakin besar media suatu masa semakin tinggi kebutuhan masyarakat akan informasi.


(31)

Penggunaan seperangkat alat teknologi dengan sendirinya menyebabkan komunikasi massa itu membutuhkan biaya relatif besar. Media komunikasi yang termasuk media massa adalah radio siaran dan televisi keduanya dikenal sebagai media elektronik surat kabar dan majalah yang disebut sebagai media cetak serta media film. Film sebagai media komunikasi massa adalah film bioskop. Komunikasi massa yang lebih rinci dikemukakan oleh ahli komunikasi yaitu Gerbner (1967), komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontinyu serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri (Ardianto, 2004: 4).

Organisasi yang kompleks itu menyangkut berbagai pihak yang terlibat dalam proses komunikasi massa, mulai dari menyusun pesan sampai pesan diterima oleh komunikan. Misalnya bila pesan disampaikan melalui media cetak (majalah dan surat kabar) maka pihak yang terlibat diantaranya adalah pemimpin redaksi, layout man, editor, korektor. Sedangkan bila pesan disampaikan melalui media elektronik radio siaran, maka pihak yang teribat diantaranya adalah penyiar dan operator.

2.2.3.1 Film

Menurut sejarah perfilman di Indonesia, film pertama di negeri ini berjudul “Lely van Java” yang diproduksi di Bandung pada tahun 1926 oleh seorang yang bernama David. Sampai dengan tahun 1930 masyarakat pada waktu itu telah dihidangi film-film berikutnya yaitu “Lutung Kasarung” dan film yang disajikan masih merupakan film bisu dan yang mengusahakannya adalah orang-orang Belanda dan Cina. Pada tanggal 17 Agustus 1945 bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya. Maka dunia perfilman pun ikut berubah. Nippon Eiga Sha diserahkan secara resmi pada tanggal 6 Oktober 1945 kepada Pemerintah Republik Indonesia yang dalam serah terimanya dilakukan oleh Ishimoto dari pihak Pemerintah Militer Jepang kepada R.M.Soetarto yang mewakili Pemerintahan Republik Indonesia. Sejak 6 Oktober 1945 itu lahirlah Berita Film Indonesia atau B.F.I. Menginjak dekade lima puluh itu, film di Indonesia memasuki alam yang


(32)

cerah. Tampaklah kegiatan yang dilakukan para sineas film naisona dalam bentuk perusahaan film (Effendy,2003: 218).

Film dianggap lebih sebagai media hiburan ketimbang media pembujuk. Namun yang jelas, film sebenarnya punya kekuatan bujukan atau persuasi yang besar. Kritik publik dan adanya lembaga sensor juga menunjukkan bahwa sebenarnya film sangat berpengaruh. Film memerlukan khalayak yang besar karena pasar luar negeri merupakan sumber pendapatan utama dan karena kontrol pemerintahan selalu mengancam, para produser berusaha tidak menyinggung perasaan siapa pun. Mereka memang membuat aneka film tentang kenakalan remaja, skandal asmara, pemisahan rasial, kejahatan dan kesehatan mental namun mereka berusaha tidak menyinggung kepentingan siapa pun.

Dibanding bentuk seni yang lain, seperti sastra atau rupa, keberadaan film relatif masih muda. Lebih dari 100 tahun sejak pertama kali dipertunjukkan di akhir 1800-an, namun film telah menunjukkan perkembangan popularitas yang luar biasa. Di satu sisi ia adalah karya seni mutakhir, di sisi lain ia juga adalah mesin penggerak ekonomi. Di beberapa negara seperti India, Amerika Serikat, Cina dan kemudian Korea, film telah menjadi Industri. Film dari negara-negara tersebut bahkan telah masuk dalam pasar global dan telah menjadi bentuk nyata dari apa yang kemudian banyak disebut sebagai the creative industry (http://montase.blogspot.com).

Di Indonesia, film pertama kali diperkenalkan pada 5 Desember 1900 di Batavia (Jakarta). Pada masa itu film disebut “Gambar Idoep". Pertunjukkan film pertama digelar di Tanah Abang. Film yang ditayangkan saat itu adalah sebuah film dokumenter yang menggambarkan perjalanan Ratu dan Raja Belanda di Den Haag. Pertunjukan pertama ini kurang sukses karena harga karcisnya dianggap terlalu mahal. Sehingga pada 1 Januari 1901, harga karcis dikurangi hingga 75% untuk merangsang minat penonton (Mambor, 2000: 45).

Dalam hal ini orang-orang film pandai sekali menimbulkan emosi penonton. Teknik perfilman, peralatannya maupun pengaturannya telah berhasil menampilkan gambar yang semakin mendekati kenyataan. Dalam suasana gelap dalam gedung


(33)

bioskop penonton menyaksikan suatu cerita yang seolah-olah benar-benar terjadi di hadapannya (Effendy, 2003: 207). Misalnya film yang saat ini peneliti angkat film yaitu 5CM, film ini menceritakan tentang persahabatan yang begitu kuat dalam menghadapi kehidupan yang begitu keras dan menghadapi cita-cita yang mereka capai.Film ini dapat memotifasikan seseorang dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kepercayaan diri yang kuat mimpi yang mungkin sulit di wujudkan atau kekuatan mimpi itu mengubah diri seseoorang, menjadi manusia yang lebih memaknai hidup dan masih tetap berjuang meskipun dihadapkan pada kesulitan-kesulitan di dunia.

Biarkan keyakinan kamu, 5 centimeter menggantung mengambang didepan kening kamu. Dan sehabis itu yang kamu perlu Cuma kaki yang akan berjalan lebih jauh dari biasanya, tangan yang berbuat lebih banyak dari biasanya, mata yang akan menatap lebih lama dari biasanya, leher yang akan lebih sering melihat ke atas, Dan kamu akan dikenang sebagai seseorang yang masih punya mimpi dan keyakinan, bukan Cuma seonggok daging yang hanya punya nama. Kamu akan dikenang sebagai seseorang yang percaya pada kekuatan mimpi dan mengerjarnya. Dan kamu nggak perlu bukti apakah mimpi itu akan terwujud nantinya karena kamu hanya harus mempercayainya.” (Dhirgantoro 2005: 362).

Menikmati cerita dari film berlainan dengan dari buku. Cerita dari buku disajikan dengan perantaraan huruf yang berderetan secara mati. Huruf-huruf itu merupakan tanda dan tanda-tanda ini akan mempunyai arti hanya di dalam alam sadar. Sebaliknya film memberikan tanggapan terhadap yang menjadi pelaku dalam cerita yang dipertunjukkan itu dengan jelas tingkah lakunya dan dapat mendengarkan suara para pelakunya itu beserta suara-suara lainnya yang bersangkutan dengan cerita yang dihidangkan. Apa yang dilihatnya di layar bioskop seolah-olah kejadian yang nyata, yang terjadi di hadapan matanya. Berbeda dengan membaca buku yang memerlukan daya pikir yang aktif.

Munculnya film sebagai media komunikasi massa yang kedua setelah surat kabar, telah menarik perhatian publik. Kelebihan film memang terletak pada gambar yang hidup dan bergerak seperti nyata, serta tidak terikat pada ruang dan waktu, atau


(34)

dengan kata lain film dapat diputar dan dinikmati di mana dan kapan saja sesuai keinginan. Hal itulah yang membuat film menjadi media yang populer. Dengan bantuan teknologi yang semakin lama semakin canggih, hingga kini perkembangan gambar yang bergerak tersebut terus disempurnakan melalui penambahan efek gambar dan suara. Sejak pertama kali film dihasilkan sebagai karya teknik manusia, film digunakan sebagai alat komunikasi massa yang fungsinya bercerita. Pada titik ini film telah menjadi media bertutur manusia, sebuah alat komunikasi. Jika sebelumnya bercerita dilakukan dengan lisan, lalu tulisan, kini muncul satu medium lagi, yakni dengan gambar bergerak.

Film berkemampuan untuk menghidupkan imajinasi khalayak akan sesuatu yang mungkin terjadi pada masa lalu, masa sekarang, masa yang akan datang, bahkan yang sangat mustahil terjadi sekalipun. Sedangkan dalam praktik sosial, film tidak sekedar dilihat sebagai ekspresi seni pembuatnya. Tetapi juga merupakan interaksi antar elemen-elemen pendukung, proses produksi, distribusi maupun eksibisinya. Bahkan lebih jauh dari itu, perspektif ini mengasumsikan terjadi interaksi antara film dengan idelogi serta kebudayaan dimana film diproduksi dan dikonsumsi ( Ulfa, 2013: 30).

Pengaruh film besar sekali terhadap jiwa manusia. Penonton tidak hanya terpengaruh atau selama duduk di dalam bioskop tetapi terus sampai waktu yang cukup lama. Kita sering kali melihat atau menyaksikan mereka yang tingkah lakunya dalam cara berpakaiannya meniru-niru bintang-bintang film. Cara ketawa, bersiul, merokok, duduk, berjalan, menegur dan lain-lain. Pengaruh film ini juga berakibat jauh pada masyarakat Indonesia.

Ilmu jiwa sosial terdapat gejala apa yang disebut Identifikasi Psikologi. Dalam hal ini melihat atau lebih tegas lagi dalam mengkhayati sebuah film kerap kali penonton menyamakan atau mengidentifikasikan seluruh pribadinya dengan salah seorang pemegang peranan dalam film. Ia bukan saja dapat memahami atau merasakan apa yang dipikirkan atau dialami pemain itu dalam menjalankan peranannya tetapi lebih lagi dari pada itu. Antara pemain dan penonton hampir tak


(35)

ada lagi perbedaan. Penonton asik sekali mengikuti peristiwa dalam film sehingga ia merasa bersangkutan dengan film itu dengan perkataan lain ia mengira bahwa ia sendiri yang menjadi pemain, bukan lagi pemain yang memegang peranan dalam berbagai peristiwa (Effendy, 2003: 208).

Isi media massa termasuk film, pada hakikatnya adalah hasil konstruksi realitas dengan bahasa sebagai perangkat dasarnya. Bahasa bukan saja sebagai alat dalam mempresentasikan realitas, namun juga bisa menentukan bentuk seperti apa yang ingin diciptakan oleh produsen media tentang realitas tersebut. Akibatnya media massa mempunyai peluang yang sangat besar untuk mempengaruhi makna dan gambaran yang dihasilkan dari realitas yang dikonstruksikannya. Media massa sesungguhnya memainkan peran khusus dalam mempengaruhi budaya tertentu melalui penyebaran informasi media. Peran media sangat penting karena menampilkan sebuah cara dalam memandang realitas. Para produsen mengendalikan isi medianya melalui cara-cara tertentu untuk menyandikan pesan-pesan. Film adalah medium komunikasi massa yang sekali, bukan saja untuk hiburan, tetapi juga untuk penerangan dan pendidikan. Bahkan filmnya sendiri banyak yang berfungsi sebagai medium penerangan dan pendidikan secara penuh, artinya bukan sebagai alat pembantu dan juga tidak perlu dibantu dengan penjelasan, melainkan medium penerangan dan pendidikan yang komplit (Effendy, 2003: 209). Film adalah dokumen yang terdiri dari cerita dan gambar diiringi denga kata-kata musik dengan demikian film adalah produksi yang multidimensional dan sangat kompleks. Melalui perkembangannya, Menurut Ardianto (2004:138) film dapat dikelompokkan pada jenis:

a. Film Cerita

Film cerita (story film) adalah jenis film yang mengandung suatu cerita. Cerita yang diangkat menjadi topik film bisa berupa cerita fiktif atau berdasarkan kisah nyata yang dimodifikasi sehingga ada unsur menarik baik dari jalan ceritanya maupun dari segi gambar yang artistik.


(36)

Film berita (newsreel) adalah film mengenai fakta, peristiwa yang benar-benar terjadi.

c. Film Dokumenter (documentary) didefinisikan oleh Robet Flaherty sebagai

“karya ciptaan mengenai kenyataan (creative treatment of actuality)”. Berbeda dengan film berita yang merupakan rekaman kenyataan maka film documenter merupakan hasil interpretasi pribadi (pembuatnya) mengenai kenyataan tersebut.

Film membuat orang tertahan setidaknya saat mereka menontonnya, secara lebih intens ketimbang medium lainnya. Pengaruh ini hanya terjadi saat film ditayangkan di bioskop. Penonton duduk di auditorium gelap di depan layar lebar dan tak ada yang mengganggu jalannya pemutaran film, dunia luar disisihkan sementara. Film tentu saja dapat dipertontonkan di luar ruang seperti di teater drive-in dan televise namun pengalaman yang terkuat adalah ketika menontonnya di ruang gelap gedung bioskop (Vivian: 2008,159).

2.2.4 Persepsi

Manusia tidak terlepas dalam komunikasi secara verbal dan non verbal. Persepsi dilakukan dengan stimulus yang diterima oleh individu melalui alat indera manusia. Proses persepsi memasukan pesan ke dalam otak manusia atau informasi nyata dan non nyata. Apa yang ada di dalam diri manusia seperti, pikiran, perasaan, pengalaman akan ikut dalam proses persepsi yang kita jalanin dalam kehidupan sehari-hari. Menurut (Mulyana, 2002: 167).

Persepsi itu muncul karena setiap penilaian dan pemilihan seseorang terhadap orang lain diukur berdasarkan penyertaan budaya sendiri. Dengan persepsi, peserta komunikasi akan memilih apa yang diterima atau menolaknya. Persepsi yang sama akan memudahkan peserta komunikasi mencapai kualitas hasil komunikasi yang diharapkan. Dalam pengertian yang sederhana, persepsi adalah saat dimana setiap individu memilih, mengevaluasi dan mengorganisasikan rangsangan (stimuli) yang berasal dari dunia luar.


(37)

Proses di mana kita mempertahankan hubungan dengan dunia di lingkungan kita, karena kita biasanya mampu mendengarkan, melihat, mencium, menyentuh dan merasakan. Kita dapat merasakan lingkungan kita, kita dapat menyadari apa yang terjadi di luar kita. Sebenarnya apa yang kita lakukan adalah menciptakan citra dari segi fisik dan objek sosial serta peristiwa yang kita temukan dalam lingkungan. Dengan kata lain, persepsi adalah sebuah proses internal dikarenakan pergantian energi-energi yang berasal dari alam sekitar kita menjadi pengalaman yang penuh arti (Lubis, 2012: 62).

Seseorang berinteraksi dengan orang lain didahului oleh persepsi sosial, yaitu persepsi mengenai orang lain. Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan. Oleh karena itu, proses persepsi tidak dapat lepas dari proses penginderaan dan proses penginderaan merupakan proses yang mendahului proses persepsi. Proses penginderaan terjadi setiap saat yaitu saat individu menerima stimulus yang mengenai dirinya melalui alat indera (Walgito, 2007: 25-26).

Persepsi akan selalu hadir dalam setiap gerak hidup kita karena memang berhubungan langsung dengan fungsi akal pada ruang kesimpulan. Bersama persepsi, kita bisa secara perlahan ataupun frontal dalam memutuskan suatu perbandingan masalah. Dengan persepsi, kita bisa memulai langkah demi langkah menuju pembenahan diri lewat persepsi, kita dapat mencintai dan membenci sesuatu. Semua hal yang kita pelajari dalam hidup merupakan cara untuk memupuk kemampuan dalam berpersepsi.

Jika kita membandingkan saat individu mempersepsi benda-benda mati dengan saat mempersepsi manusia, maka ada segi-segi persamaan selain segi-segi perbedaan. Segi persamaannya adalah bila manusia dipandang sebagai benda fisik seperti benda-benda fisik lainnya yang terikat pada waktu dan tempat, pada dasarnya tidak berbeda. Namun karena manusia semata-mata bukan hanya benda fisik melulu tetapi mempunyai kemampuan-kemampuan yang tidak dimiliki oleh benda-benda fisik lainnya maka ada perbedaan antara mempersepsi benda-benda mati dengan manusia (Walgito, 2007: 27).


(38)

Oleh karena itu, kita biasanya mempunyai kesan berlainan mengenai lingkungan kita, benda, situasi, orang atau pun peristiwa di sekitar kita meskipun kita memiliki informasi yang sama. Jika persepsi kita tidak akurat, tidak mungkin kita berkomunikasi dengan efektif. Persepsilah yang menentukan kita memilih suatu pesan dan mengabaikan pesan yang lain. Semakin tinggi derajat kesamaan persepsi antar individu, semakin mudah dan semakin sering mereka berkomunikasi. Sebagai konsekuensinya, semakin cenderung membentuk kelompok budaya atau kelompok identitas. Persepsi terhadap lingkungan fisik berbeda dengan persepsi terhadap lingkungan sosial. Perbedaan tersebut mencakup hal-hal berikut (Mulyana, 2010: 184).

1. Persepsi terhadap objek melalui lambang-lambang fisik sedangkan persepsi

terhadap orang melalui lambang-lambang verbal dan non verbal. Manusia lebih aktif dari pada kebanyakan objek dan lebih sulit diramalkan.

2. Persepsi terhadap objek menanggapi sifat-sifat luar sedangkan persepsi

terhadap manusia menanggapi sifat-sifat luar dan dalam (perasaan, motif, harapan dan sebagainya). Kebanyakan objek tidak mempersepsi anda ketika anda mempersepsi atau dengan kata lain persepsi terhadap manusia bersifat interaktif.

3. Persepsi terhadap manusia dapat berubah dari waktu ke waktu, lebih cepat

dari pada persepsi terhadap objek. Oleh karena itu, persepsi terhadap manusia lebih berisiko dari pada persepsi terhadap objek.

Persepsi tidak lebih dari pengetahuan mengenai apa yang tampak sebagai realitas bagi diri kita. Jadi, sebaliknya kita tidak lewatkan yakin dengan pengetahuan yang kita peroleh melalui persepsi. Ironisnya pengetahuan yang biasanya paling kita yakin adalah pengetahuan yang diperoleh melalui persepsi kita. Kita seringkali melakukan persepsi yang paling jelas, pribadi, penting dan terpercaya bagi kita. Ini merupakan suatu alasan mengapa komunikasi antar pribadi dan hubungan antara manusia sangat sulit dipahami meskipun sangat mudah diketahui. Untuk memahami apa yang terjadi ketika orang lain saling berkomunikasi, kita harus memahami


(39)

bagaimana orang mengenal diri mereka sendiri dan orang lain. Karena pemahaman tersebut diperoleh melalui proses persepsi, kita harus mengetahui bagaimana orang mempersepsikan diri mereka sendiri atau orang lain.

Adakalanya, kita merasa kesal kepada orang lain tidak dapat memahami apa yang kita maksud sehingga kita akan berfikir bahwa orang tersebut tidak paham ungkapan yang begitu sederhana dan gamblang. Hal ini dapat terjadi karena mungkin orang tadi mempersiapkan sesuatu yang kita sendiri susah untuk menjelaskan atau tidak merasa menyadarinya. Persepsi terjadi di dalam benak individu yang mempersepsi bukan di dalam objek dan selalu merupakan pengetahuan tentang penampakan. Maka apa yang mudah bagi kita, boleh jadi tidak mudah bagi orang lain, atau apa yang jelas bagi orang lain mungkin terasa membingungkan bagi kita. 2.2.4.1 Proses Persepsi

Persepsi merupakan bagian dari keseluruhan proses yang menghasilkan tanggapan setelah rangsangan diterapkan kepada manusia. Subproses psikologi lainnya adalah pengenalan, penalaran, perasaan dan tanggapan. Seperti dinyatakan dalam bagan berikut ini:

Gambar 2.2.4.1

Variable psikologi di antara rangsangan dan tanggapan Penalaran

Rangsangan Persepsi Pengenala Tanggapan

Perasaan Sumber: Sobur, 2003: 447

Dari bagan di atas, digambarkan bahwa persepsi dan kognisi diperlukan dalam semua kegiatan psikologis. Bahkan, diperlukan bagi orang yang paling sedikit terpengaruh atau sadar akan adanya rangsangan menerima dan dengan suatu cara menaham dampak dari rangsangan. Rasa dan nalar bukan merupakan bagian yang perlu dari setiap situasi rangsangan dan tanggapan. Sekalipun kebanyakan tanggapan


(40)

individu yang sadar dan bebas terhadap satu rangsangan atau satu bidang rangsangan sampai tingkat tertentu dianggap dipengaruhi oleh akal atau emosi, atau kedua-duanya.

Menurut Pareek (Sobur, 2003: 451), Persepsi adalah proses menerima, menyeleksi, mengorganisasikan, mengartikan, menguji dan memberikan reaksi kepada rangsangan panca indra atau data. Dari definisi tersebut dikemukakan bahwa persepsi meliputi proses sebagai berikut:

1. Proses menerima rangsangan

Proses pertama dalam persepsi ialah menerima rangsangan atau data dari berbagai sumber. Kebanyakan data diterima melalui panca indra. Kita melihat sesuatu, mendengar, mencium, merasakan, atau menyentuhnya, sehingga kita mempelajari segi-segi lain dari sesuatu.

2. Proses menyeleksi rangsangan

Setelah diterima, rangsangan atau data diseleksi. Tidaklah mungkin memperhatikan semua rangsangan yang diterima. Demi menghemat perhatian yang digunakan, rangsangan itu disaring atau diseleksi untuk diproses lebih lanjut.

3. Proses pengorganisasian

Rangsangan yang diterima selanjutnya diorganisasikan dalam suatu bentuk. Ada tiga dimensi utama dalam pengorganisasian rangsangan yakni: pengelompokan (berbagai rangsangan yang diterima dikelompokkan dalam suatu bentuk), bentuk timbul dan latar (dalam melihat rangsangan atau gejala, ada kecendrungan untuk memusatkan perhatian pada gejala-gejala yang timbul menonjol, sedangkan rangsangan atau gejala lainnya berada di latar belakang), kemantapan persepsi (adanya suatu kecendrungan untuk menstabilkan persepsi, dan perubahan konteks tidak mempengaruhinya).

4. Proses penafsiran

Setelah rangsangan atau data diterima dan diatur, si penerima lalu menafsirkan data itu dengan berbagai cara. Dikatakan bahwa telah terjadi


(41)

persepsi setelah data itu ditafsirkan. Persepsi pada dasarnya memberikan arti pada data dan informasi yang diterima.

5. Proses pengecekan

Setelah data ditafsirkan, si penerima mengambil tindakan untuk mengecek penafsirannya benar atau salah.

6. Proses reaksi

Tahap terakhir dari proses perceptual adalah tindakan sehubungan dengan apa yang telah diserap. Hal ini biasanya dilakukan jika seseorang bertindak sehubungan dengan persepsinya.

2.3 Model Teoretik

Gambar 2.3 Model Teoritiks

Persepsi Siswi SMA

Swasta Mulia Medan

PERSAHABATAN

Dalam Film 5 CM

(Sentimeter)


(42)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN 3.1Metode Penelitian

Metode penelitian bertujuan untuk menggambarkan bagaimana peneliti akan mengumpulkan dan menganalisis data dari informan. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif dengan menggunakan metode studi deskriptif kualitatif. Penelitian kualitatif bertujuan untuk menjelaskan fenomena atau gejala dari suatu objek yang sifatnya tunggal dan parsial. Dalam penelitian kualitatif, fenomena atau gejala itu bersifat holistik (menyeluruh, tidak dapat dipisahkan) dan meliputi aspek tempat (place), pelaku (actor) dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis (Sugiyono, 2009: 285).

Metode penelitian deskriptif kualitatif ini dipilih agar dapat menggambarkan sedalam-dalamnya tentang fenomena yang akan diteliti. Penelitian deskriptif dimaksudkan untuk mendeskripsikan suatu situasi atau area populasi tertentu yang bersifat faktual secara sistematis dan akurat. Peneliti perlu mengadopsi paradigma teoritis yang telah mengembangkan metodologi kualitatif untuk mengungkapkan suatu realitas sosial. Realitas sosial yang ditunjukkan oleh interaksi sosial yang secara esensial adalah dasar dari komunikasi, tidak hanya menampakkan fenomena lambang atau bahasa yang digunakan tetapi juga menampakkan komunikasi antar pribadi. Hal

inilah yang menyebabkan komunikasi kelompok kecil merupakan bagian penting

dalam membentuk suatu realitas sosial. 3.2 Objek Penelitian

Objek adalah keseluruhan gejala yang ada di sekitar kehidupan manusia. Objek dalam penelitian ini adalah persepsi para siswi SMA Swasta Mulia Medan dengan pendekatan interaksionisme simbolik.


(43)

Di dalam penelitian kualitatif tidak dikenal istilah sampel, karena penelitian kualitatif ini bukanlah bertujuan untuk menggeneralisasi hasil penelitian. Hasil riset lebih bersifat kontekstual dan kasuistik, yang berlaku pada waktu dan tempat tertentu sewaktu riset dilakukan. Karena itu, pada penelitian kualitatif sampelnya disebut informan atau subjek riset, yaitu orang-orang yang dipilih, diwawancarai atau diobservasi sesuai tujuan riset. Disebut subjek riset bukan objek, karena informan dianggap aktif mengkonstruksi realitas, bukan sekedar objek yang hanya mengisi kuesioner (Kriyantono, 2006:161-163).

Penelitian ini dilakukan pada sebuah Sekolah SMA Swasta Mulia Medan di Jl. Kenanga sari No. 33 Tajung Sari Medan. Penelitian ini mengambil subjek penelitian siswi sebanyak 3 orang. Peneliti memilih siswi sebagai subjek penelitian karena pada umumnya siswi adalah individu yang sangat kritis dalam memandang suatu persahabatan, selain itu peneliti menganggap bahwa siswi yang rata-rata sudah berusia 17 tahun sudah cukup dewasa atau mapan dalam perhubungan persahabatan para informan dipastikan telah mampu menganalisis pesan dan film ini menurut cara padangan mereka yang lebih luas. Selain faktor latar belakang pendidikan yang menjadi faktor penting lainnya untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang nantinya akan disampaikan oleh peneliti adalah persahabatan dalam film. Ke tiga orang siswi ini dipilih berdasarkan kelompok yang berbeda satu sama lain dari masing-masing kelompok atau persahabatan yang berbeda dengan informan. Hal ini dilakukan agar menyeimbangkan subjektif para informan terkaitan dengan penelitian.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

1. Metode Observasi Nonpartisipan (Nonparticipant Observer)

Observasi atau pengamatan adalah kegiatan keseharian manusia dengan menggunakan panca indra mata sebagai alat bantu utamanya selain panca indra lainnya seperti telinga, penciuman, mulut dan kulit (Bungin,

2007: 115). Melakukan observasi terhadap siswi SMA Swasta Mulia Medan

mengenai persepsi mereka terhadap isi pesan film 5 Cm (Sentimeter) dalam persahabatan.


(44)

2. Wawancara Mendalam

Wawancara dilakukan dengan mengajukan beberapa pertanyaan kepada siswi SMA Swasta Mulia Medan untuk memperoleh informasi dan dapat membantu menilai persepsi siswi terhadap isi pesan tentang persahabatan dalam film 5Cm.

Wawancara merupakan percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong, 2006: 186). Dalam penelitian tentang Persepsi Siswi SMA Swasta Mulia Medan tentang Persahabatan dalam film 5Cm peneliti menggunakan metode wawancara mendalam.

3. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan dalam penelitian ini dilakukan dengan mempelajari buku-buku, jurnal dan internet yang berkaitan dengan topik penelitian.

3.4.1 Penentuan Informan

Sebuah studi fenomenologis menggolongkan kriteria informan yang baik adalah setiap individu yang dipelajari atau diteliti adalah orang yang telah mengalami fenomena tersebut. Informan harus dipilih secara tepat dan benar-benar mengalami fenomena yang diteliti sehingga dari pengalamannya tersebut akan mampu mengartikulasikan pengalaman dan pandangannya sebagai sudut pandang pertama tentang sesuatu yang diteliti. Penentuan informan dalam penelitian ini didasarkan pada teknik sampling purposif. Teknik ini mencakup orang-orang yang diseleksi atas dasar kriteria-kriteria tertentu yang dibuat periset berdasarkan tujuan riset (Kriyantono, 2006: 158). Kriterianya dalam proses pengambilan informan yaitu:

1. Sudah pernah menonton film 5 Cm.

2. Siswi SMA Swasta mulia Medan.

3. Memahami isi film 5 Cm dan memiliki hubungan yang baik kepada teman

dan sejawatnya. 3.4.2 Keabsahan Data


(45)

Pada dasarnya membangun kebenaran dari fenomena yang diteliti dalam penelitian fenomenologi dimulai dari persepsi peneliti sendiri. Bagaimana peneliti mempengaruhi isi deskripsinya dalam cara tertentu, keakuratan data, validitas (pertanyaan yang diajukan kepada narasumber), reliabilitas dan analisis transkrip wawancara. Teknik keabsahan data merupakan faktor yang menentukan dalam penelitian kualitatif untuk mendapatkan kemantapan validitas data yang didasarkan pada kriteria dasar kepercayaan.

a. Ketekunan Pengamatan

Teknik ini dimaksudkan untuk menemukan ciri-ciri dan unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan personal yang sedang dicari kemudinan memusatkan diri pada hal-hal tersbut secara rinci sampai pada suatu titik sehingga pada pemeriksaan tahap awal tampak salah satu atau seluruh fakta (http//www.digilib.sunan-ampel.ac.id). Perlu adanya ketekunan pengamatan sehingga akan diperoleh kedalaman data sesuai dengan fenomena yang diteliti.

b. Teknik Triangulasi

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu atau data yang lain di luar data yang didapatkan oleh penelitian untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut (http//www.digilib.sunan-ampel.ac.id).

Teknik triangulasi yang paling sering dipakai adalah pemerikasaan melalui sumber data lainnya yaitu penelitian berusaha membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif, diantaranya penelitian lakukan dengan cara sebagai berikut:

a) Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.


(46)

c) Membandingkan data hasil pengamatan atau observasi dengan data lain yang berkaitan.

3.5 Teknik Analisis Data

Menurut Bogdan dan Biklen, analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilih-milihnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mengeksistensinya, mencari dan menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang diceritakan orang lain (Singarimbun,1995: 263).

Data dikelompokkan dalam kelas-kelas, tidak menurut angka-angka (Mikkelsen, 1993: 318). Dalam penelitian kualitatif ini peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif dengan perspektif interaksionisme simbolik. Peneliti menganalisis data dengan menggunakan model dari Miles dan Huberman (1984). Teknik ini mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus-menerus hingga mendapatkan data yang relevan. Ukuran kejenuhan data dapat dilihat dengan tidak adanya data baru atau informasi baru, aktivitas menganalisis tersebut adalah sebagai berikut (Sugiyono, 2005: 99):

1. Reduksi data

Reduksi data merupakan bentuk analisis yang merangkum, menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasikan data. Dengan demikian data yang telah direduksi memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan.

2. Penyajian data

Penyajian data dapat dipahami sebagai kegiatan ketika sekumpulan informasi disusun sehingga memberi kemungkinan akan adanya penarikan kesimpulan


(47)

dan pengambilan tindakan. Dalam penyajian data, selain dengan teks yang naratif, juga berupa grafik, matriks, network dan chart.

3. Kesimpulan atau verifikasi

Kesimpulan-kesimpulan itu juga dilakukan verifikasi dengan cara memikir ulang selama penulisan dan tinjauan ulang catatan lapangan. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan adalah yang kredibel.

3.6Proses Pengumpulan Data

Pengumpulan data tidak lain dari suatu proses pengadaan data primer untuk keperluan penelitian. Pengumpulan data merupakan langkah yang amat penting dalam metode ilmiah, karena pada umumnya, data yang dikumpulkan digunakan. Data yang dikumpulkan harus cukup valid untuk digunakan pengumpulan data selalu ada hubungannya antara metode mengumpulkan data dengan masalah penelitian yang ingin dipecahkan.

Secara umum metode pengumpulan data dapat dibagi atas beberapa kelompok yaitu (Nazir, 1988: 212)

a. Metode pengamatan langsung

b. Metode dengan menggunakan pertanyaan

c. Metode khusus.

Dalam pembagian di atas, dasar pembagian adalah sampai berapa jauh si pengambil data langsung atau tidak langsung bergaul dengan subjek penelitian. Penelitian ini ingin mengetahui menggambarkan pendapat dan mengetahui persepsi siswi SMA Swasta Mulia Medan terhadap film 5 Cm. Cara mencatat pengamatan tidak mempunyai standar tertentu yang penting adalah fenomena dapat dicatat dan perilaku dapat diketahui lebih jelas. Pengamatan menggunakan kertas untuk mencatat perkataan informan dan


(48)

menggunakan pensil atau pulpen untuk menulis, alat bantu perekam dan memberikan pertanyaan satu demi satu. Hal yang penting dalam pengamat harus sedemikian rupa agar dia diterima dalam kelompok yang akan diamati dan kelompok yang akan diamati menyetujui penelitian dilakukan bahwa kehadiran pengamat tidak merugikan kelompok yang sedang diamati.

Observasi atau pengamatan adalah kegiatan keseharian manusia dengan menggunakan panca indra mata sebagai alat bantu utamanya selain panca indra lainnya seperti telinga, penciuman, mulut dan kulit (Bungin,

2007: 115). Observasi nonpartisipan merupakan metode observasi di mana

peneliti hanya bertindak mengamati tanpa ikut terjun melakukan aktivitas seperti yang dilakukan individu atau kelompok yang diteliti, baik kehadirannya diketahui atau tidak (Kriyantono, 2010: 112).

Pada dasarnya yang dimaksud dengan tahap-tahap penelitian adalah rangkaian kejadian kegiatan dari awal penelitian dan berakhir dengan sebuah laporan. Dalam penelitian yang bersifat deskritif kualitatif ini bukan hanya laporan yang baik saja yang diperlukan, akan tetapi proses pembuatan laporan itulah yang penting sehingga diperoleh hasil yang baik.

1. Tahap Pra Lapangan

Ada lima kegiatan yang dilakukan oleh penelitian dan ditambah satu persoalan etika, dalam tahap penelitian kegiatan tersebut diuraikan sebagai berikut:

a. Menyusun rancangan penelitian yang dimaksud adalah proposal

penelitian. Dalam penelitian ini ditempatkan pada bab I yang berisi tentang, konteks masalah, fokus masalah, tujuan, manfaat, definisi teori konsep dan telaah kepustakaan.

b. Memilih Lapangan Penelitian

Penelitian memilih penelitian persepsi siswi SMA Swasta Mulia Medan tentang persahabatan dalam film 5 Cm (Sentimeter).


(49)

Tahap ini belum sampai pada titik yang menyingkap bagaimana peneliti masuk lapangan namun telah menilai keadaan lapangan dalam hal-hal tertentu.

2. Tahap Pekerjaan Lapangan

Pada tahap ini penelitian sudah memasuki pekerjaan lapangan yang mana pada tahap ini dibagi menjadi tiga bagian;

a. Memasuki Latar Penelitian dan Persiapan Diri

Untuk memahami pekerjaan, peneliti perlu memahami latar penelitian persepsi siswi SMA Swasta Mulia Medan tentang persahabatan dalam film 5 Cm (Sentimeter). Di samping itu penelitian juga mempersiapkan diri baik secara fisik maupun mental agar kegiatan penelitian dapat berjalan dengan lancar.

b. Memasuki Lapangan

Setelah memasuki lapangan, peneliti diharapkan berhasil membina keakraban dengan orang-orang yang berhubungan dengan kegiatan penelitian tanpa harus mengganggu mereka dalam melaksanakan kegiatan. Usaha ini dilakukan dengan menggunakan surat keterangan dari FISIP USU.

c. Berperan serta sambil mengumpulkan data

Peranan peneliti pada lokasi penelitian memang harus dibatasi, namun tidak menutup kemungkinan apa bila ada waktu luang maka peneliti yang memang diperlukan untuk selanjutnya dianalisis secara akurat.

3. Tahap Analisis Data.

Pada tahap analisis data ini, peneliti menelaah data yang telah terkumpul misalnya data yang diperoleh dari hasil wawancara ataupun hasil dari catatan lapangan yang kemudian diolah dan diklasifikasi sesuai kategori data yang dihasilkan yang bertujuan untuk menemukan tema dan sesuai dengan pokok permasalahan.


(1)

Transkrip Wawancara

Informan 3

Nama : Tantri Laras Syati

Tempat, Tanggal Lahir : Medan, 13 September 1996

Alamat : Jl. Tanjung Anom Gg. Sosial Medan Hobi : Nonton, outbond dan travelling Tanggal Wawancara : 5 Desember 2013

Bahwa transkrip ini telah disetujui oleh yang bersangkutan


(2)

Tanya (T): Nama lengkapnya siapa ya dek? Jawab (J): Tantri Laras Syati kak

T: Panggilan akrabnya siapa? J: Tantri

T: Tempat tanggal lahir Tantri dimana? J: Medan, 13 September 1996

T: Alamatnya dimana Tantri?

J:. Jl. Tanjung Anom Gg. Sosial Medan

T: Tantri suka nonton kan, gimana pandangannya tentang Film?

J: Film merupakan sebuah karya yang menggambarkan cerita hidup sesuatu atau seseorang yang menarik dan punya nilai-nilai.

T: Apa pandangan Tantri tentang Film 5 Cm?

J: Film 5 Cm menciptakan nuansa baru dalam perfilman tentang kisah persahabatan. Film tentang persahabatan yang menggambarkan kekompakkan dan usaha untuk mencapai cita-cita yang diinginkan.

T: Dimana Tantri nonton Film 5 Cmnya? J: Di Bioskop, kak

T: Nonton bareng siapa Tantri? J: Sama sahabat Tantri.

T: Kenapa Tantri sama sahabat tertarik menonton Film 5 Cm?

J: Karena Film 5 Cm ini persis sama cerita dalam persahabatan Tantri. Dimana adegan-adegannya ‘kena; dihati kami, menyentuh.


(3)

T: Seberapa dekat hubungan Tantri dengan sahabat?

J: Deket kali pun, kak. Udah bertahun-tahun kami masih bersahabat dan persahabatan itu membuat kami jadi punya satu tujuan untuk meraih apa yang kami inginkan. T:Apa arti persahabatan menurut Tantri?

J: Persahabatan itu kayak aliran darah dihidup kita. Alasan Tantri bilang gitu karena sahabat selalu ada dihidup kita di saat kita susah, senang. Sahabat selalu ada disamping kita, dimanapun dan dihati.

T: Sejak kapan persahabatan Mega terbentuk?

J: Semenjak enam tahun lebih sampai sekarang, kak. Dari SMP kelas satu.

T: Dalam kisah di Film 5 Cm ada yang Tantri terapkan dalam hubungan persahabatan Tantri?

J: Ada yang diterapkan kak. Contohnya tentang hubungan erat yang terjalin karena komunikasi yang baik jadi semakin saling ngerti. Trus bulan duabelas ini kami ada rencana mau naik gunung atau camping. Kan bagus untuk mempererat persahabatannya biar makin solid.

T: Gimana tanggapan Tantri tentang persahabatan dalam Film 5 Cm?

J: Bagus cerita persahabatan dalam Filmnya. Apalagi dalam persahabatan itu jadi tumbuh benih cinta, hehe. Cinta dapat diciptakan oleh siapa saja, bahkan dalam persahabatan sekalipun.

T: Lalu gimana komunikasi yang terjadi pada persahabatan di Film 5 Cm itu Tantri? J: Komunikasinya baik, sangat dekat. Tapi ada cerita pas komunikasi ‘mereka’ merenggang, jadi situ persahabatannya Tantri liat ‘mereka’ ingin terjadi suasana baru dalam persahabatan mereka. Tapi ternyata setelah dijalani mereka tidak bisa terpisah dan saling membutuhkan satu dengan yang lain. Jadi komunikasi itu sebenarnya penting dalam hubungan persahabatan, bisa mempengaruhi kak.


(4)

T: Pesan apa yang bisa Tantri ambil dalam Film 5 Cm?

J: Apapun yang kita inginkan, apapun yang kita cita-citakan. Gantunglah didepan keningmu sejarak 5 Cm dan itu semua bakal terjadi kalau kita menggapainya dengan sungguh-sungguh dan selalu berdoa.

T: Menurut Tantri, Film 5 Cm itu bisa memotivasi?

J: Sangat memotivasi, kak. Jadi buat semangat, jadi pengen selalu kompak sama sahabat. Susah dijelasin satu persatu kak karena itu kayak perasaan yang ada di diri kita setelah nonton Film itu. Intinya Tantri jadi pengen punya persahabatan kayak ;mereka’, pengen semangat untuk ngeraih cita-cita Tantri sama sahabat, kak.

T: Adakah nilai positif dan nilai negatif dalam Film 5 Cm ?

J: Ada nilai positifnya seperti kekompakkan persahabatan, kompak satu sama lain. Adanya hubungan persahabatan yang berakhir dengan cinta dalam pernikahan, menimbulkan rasa kasih saying, menimbulkan rasa kekeluargaan, solidaritas dalam persahabatan itu dan lain-lain lah. Kalau negatifnya, Tantri rasa ga ada. Perfect lah Filmnya.

T: Menurut Tantri gimana ending Film 5 Cm?

J: Puas kak nontonnya. Bagus endingnya, berakhir dengan indah kak. Ada yang udah punya keluarga, tercapai cita-cita nya, persahabatannya pun awet. Tetap sering gabung walaupun udah punya kehidupan masing. Mereka udah sibuk masing-masing kan tapi tetap aja ga memutuskan tali persahabatannya.


(5)

(6)

Saat melakukan wawancara dengan anak-anak Sma Swasta Mulia Medan di kantin sekolah saat pulang jam sekolah.