III. PEMBAHASAN
3.1 Model Makroskopis dari Arbitrase Triangular
Model makroskopis menggunakan data aktual kurs yang diambil dari www.oanda.com
untuk tiga mata uang, yaitu IDR, JPY dan USD, dalam kurun waktu dari Januari sampai
Maret 2007 kecuali hari libur. Data-data tersebut akan dianalisis untuk mengetahui
apakah dari tiga mata uang tersebut memungkinkan terjadinya kesempatan
arbitrase triangular atau arbitrase 3-poin. Lampiran 1 menunjukkan fluktuasi dari
masing-masing kurs. 3.1.1
Keberadaan Kesempatan Arbitrase Triangular
Arbitrase triangular adalah kegiatan finansial yang ingin mengambil keuntungan
dari tiga kurs di pasar dunia. Prosedur transaksinya adalah sebagai berikut: pedagang
menukar 1 unit mata uang pertama misalkan
x untuk sejumlah mata uang kedua misalkan y , menukar sejumlah mata uang
kedua y untuk sejumlah mata uang ketiga
misalkan z , dan menukarkan kembali sejumlah mata uang ketiga
z dengan mata uang pertama
x pada saat t , dengan z merupakan ‘base currency’ atau mata uang
dasar yang menjadi patokan dalam pertukaran. Umumnya USD merupakan ‘base currency’
dalam pertukaran mata uang. Jika pedagang dapat memperoleh keuntungan melalui
transaksi tiga kurs maka dalam pasar tersebut terjadi kesempatan arbitrase triangular.
Kesempatan arbitrase triangular terjadi dalam waktu yang singkat dan akan segera hilang
dikarenakan banyak pedagang lain yang ingin membuat transaksi yang sama. Untuk
memenuhi syarat kesempatan arbitrase triangular didefinisikan syarat berikut:
3 1
1
i i
t r t
=
=
∏
μ 10
dengan
i
r t menyatakan kurs transaksi ke- i
pada saat t . Syarat di atas dinamakan sebagai hasil
kurs. Jika hasil kurs μ lebih besar dari unit
awal mata uang pertama yang digunakan maka pedagang memperoleh keuntungan dan
hal ini menandakan terjadinya kesempatan arbitrase triangular di pasar valuta asing.
Arbitrase
triangular melibatkan tiga kurs mata uang dengan salah satu dari mata
uang tersebut merupakan ‘base currency’ maka pertukarannya memiliki dua
kemungkinan aliran kurs, yang salah satunya akan lebih menguntungkan akibat adanya
kesempatan arbitrase. Arah aliran kurs yang pertama berdasarkan transaksi dengan arah
x y
z x
→ → → dan yang kedua berdasarkan
transaksi yang mempunyai arah x
z y
x → → → .
Untuk transaksi dengan arah x
y z
x
→ → → , maka tiap kurs dapat
didefinisikan sebagai berikut:
1 2
3
| 1
| 1
. 11 |
a b
a
r t S
y x r t
S y z r t
S z x =
= =
Sedangkan untuk transaksi dengan arah x
z y
x → → → , maka tiap kurs didefinisikan
sebagai berikut:
1 2
3
1 |
1 |
| . 12
a a
b
r t S x z
r t S z y
r t S x y
= =
= Diasumsikan bahwa seorang arbitran dapat
bertransaksi dengan segera pada harga bid dan ask. Oleh karenanya digunakan harga pada
waktu yang sama untuk menghitung hasil kurs.
Berdasarkan hubungan antara nilai bid dan ask pada Persamaan 1 dan 2 maka hasil
kurs μ dapat memiliki dua bentuk lain,
didefinisikan sebagai berikut:
3 1
.
i i
t r t
μ
=
=
∏
13 Transaksi dengan arah x
y z
x → → →
memiliki nilai
i
r t sebagai berikut:
1 2
3
1 |
| | , 14
b a
b
r t S x y
r t S z y
r t S x z
= =
= dan transaksi dengan arah x
z y
x → → →
memiliki nilai
i
r t sebagai berikut:
1 2
3
| |
1 . 15
|
b b
a
r t S z x
r t S y z
r t S
y x =
= =
Transaksi arbitrase μ memiliki transaksi
pertukaran yang berlawanan dengan transaksi arbitrase
μ . Maksud berlawanan di sini adalah berbeda dalam pemakaian kurs bid
atau ask. Bentuk keduanya adalah:
3 1
i i
t r
t μ
=
=
∏
. 16 Untuk bentuk kedua, transaksi dengan arah
x y
z x
→ → → memiliki nilai
i
r t sebagai
berikut:
1 2
3
1 |
1 |
| , 17
b b
b
r t
S x y r
t S y z
r t
S x z =
= =
dan transaksi dengan arah x z
y x
→ → → memiliki nilai
i
r t sebagai berikut:
1 2
3
| |
1 . 18
|
b b
b
r t
S z x r
t S y z
r t
S y x =
= =
Transaksi arbitrase μ yang didefinisikan
di atas mengambil asumsi bahwa akan lebih menguntungkan jika menggunakan nilai bid
untuk transaksi terakhir karena di awal telah dinyatakan bahwa nilai bid selalu lebih kecil
dari pada nilai ask.
Sama halnya dengan transaksi μ dan
μ , 1
μ unit mata uang pertama yang dipertukarkan menunjukkan adanya
kesempatan arbitrase. Kesempatan itu akan segera hilang karena banyak transaksi lain
yang sama sehingga membuat μ konvergen
ke nilai rata-rata atau keseimbangannya. Hasil kurs
μ diasumsikan menyebar normal sehingga diperoleh fungsi kepekatan
peluang dari hasil kurs. Hubungan antara hasil kurs dan fungsi kepekatan peluangnya dapat
dilihat dalam Gambar 1, dengan daerah di bawah kurva yang lebih besar dari 1
menyatakan terjadinya kesempatan arbitrase.
HASILKURS PD
F H
A S
IL K
U R
S
1.0012 1.0010
1.0008 1.0006
1.0004 1.0002
1.0000 0.9998
1000 800
600 400
200
Gambar 1.a Hasil Kurs
t μ
arah transaksi IDR
JPY USD
IDR →
→ →
dengan mean 1.000313 dan standar deviasi 0.000382.
HASILKURS PD
F H
A S
IL K
U R
S
1. 000004 1. 000003
1. 000002 1. 000001
1. 000000 0. 999999
0. 999998 0. 999997
0. 999996 175000
150000 125000
100000 75000
50000
Gambar 1.b Hasil Kurs
t μ
arah transaksi IDR
USD JPY
IDR →
→ →
dengan mean 0.9999999 dan standar deviasi 0.0000023.
Didefinisikan logaritma hasil kurs v t
sebagai berikut:
3 3
1 1
ln ln
i i
i i
v t r
t r
t
= =
= =
∑ ∏
19 dengan
i
r t menyatakan bentuk kedua dari
kurs transaksi ke- i pada saat t .Keberadaan dari kesempatan arbitrase triangular dipenuhi
apabila logaritma hasil kurs yang didefinisikan di atas memiliki nilai yang tak
negatif.
Logaritma hasil kurs v t
diasumsikan menyebar normal sehingga diperoleh fungsi
kepekatan peluang dari logaritma hasil kurs. Hubungan antara logaritma hasil kurs dengan
fungsi kepekatan peluangnya dapat dilihat dalam Gambar 2, dengan daerah di bawah
kurva yang tak negatif menyatakan terjadinya kesempatan arbitrase.
LOG HASIL KURS PD
F L
OG H
A S
IL K
U R
S
0.0012 0.0009
0.0006 0.0003
0.0000 1000
800 600
400 200
Gambar 2.a Logaritma Hasil Kurs arah
transaksi IDR
JPY USD
IDR →
→ →
dengan mean 0.000313 dan standar deviasi 0.000382.
LOG HASIL KURS P
D F
LO G
H A
S IL K
U R
S
0. 00
00 04
0. 00
00 03
0. 00
00 02
0. 00
00 01
0. 00
00 00
-0 .0
00 00
1 -0
.0 00
00 2
-0 .0
00 00
3 -0
.0 00
00 4
175000 150000
125000 100000
75000 50000
Gambar 2.b Logaritma Hasil Kurs arah
transaksi IDR
USD JPY
IDR →
→ →
dengan mean -0.0000001 dan standar deviasi 0.0000023.
Dalam karya ilmiah ini perhitungan untuk hasil kurs dan logaritma hasil kurs yang
dipakai adalah bentuk kedua karena dalam tulisan ini lebih memfokuskan pada harga
pembelian dealer
dari tiap transaksi. Lampiran 2 dan Lampiran 3 menyajikan
perhitungan hasil kurs dan logaritma hasil kurs.
3.1.2 Model Makroskopis
Adanya kesempatan arbitrase triangular dalam pasar mempengaruhi fluktuasi harga.
Fluktuasi yang terjadi dapat dikonstruksi dengan suatu model waktu perubahan kurs
asing. Model ini menggunakan data untuk menjelaskan fluktuasi yang terjadi secara
kuantitatif, bukan sekedar kualitatif. Model ini disebut dengan model makroskopis.
3.1.2.1 Persamaan Dasar Waktu Perubahan Logaritma Hasil Kurs
Didefinisikan persamaan dasar waktu perubahan logaritma dari tiap kurs sebagai
berikut:
ln ln
i i
i
r t
t r
t f t
g v t + Δ =
+ +
20 dengan
t Δ : perubahan waktu yang mengontrol
skala waktu dari model; 1
t Δ = karena
data yang dipakai adalah data harian,
i
f : kebebasan fluktuasi dari transaksi ke- i
yang memenuhi sebaran levy terpotong truncated levy distribution,
g : fungsi interaksi dari logaritma hasil kurs.
Transaksi arbitrase triangular membuat logaritma hasil kurs v menuju ke rata-rata
ε sehingga dapat didefinisikan fungsi interaksi
sebagai aproksimasi linear sebagai berikut: g v
k v ε
= − −
21 sehingga
0 jika 0 jika
v g v
v ε
ε ⎧
⎨ ⎩
dengan k : konstanta positif yang menentukan
kekuatan interaksi dari logaritma hasil kurs per satuan waktu,
ε
: rata-rata dari v . Persamaan waktu perubahan logaritma
dari tiap kurs yang diberikan oleh Persamaan 20 dapat digunakan untuk membentuk
persamaan waktu perubahan logaritma hasil kurs, yaitu dengan menjumlahkan Persamaan
20 dan menyubstitusi Persamaan 21 sehingga didapat rumusan sebagai berikut:
1 3 v t
t k v t
F t ε
ε + Δ − = −
− +
22 dengan
3 1
i i
F t f t
=
=
∑
. Bukti:
Untuk mendapatkan persamaan dasar waktu perubahan logaritma hasil kurs, dapat
diperoleh dengan menjumlahkan persamaan waktu perubahan logaritma dari tiap kurs saat
transaksi ke- i sebagai berikut:
3 1
ln
i i
v t t
r t
t
=
+ Δ = + Δ
∑
1 2
3
ln ln
ln r
t t
r t
t r
t t
= + Δ +
+ Δ + + Δ
1 1
= ln r
t f t
g v t ⎡
⎤ +
+ ⎣
⎦
2 2
+ ln r
t f t
g v t ⎡
⎤ +
+ ⎣
⎦
3 3
+ ln r
t f t
g v t ⎡
⎤ +
+ ⎣
⎦
3 3
1 1
= ln
3
i i
i i
r t
f t g v t
= =
+ +
∑ ∑
= 3
v t F t
k v t +
+ − −
ε = 3 3
v t kv t
k F t
− +
+ ε
= 1 3 k
v t F t
− −
+ + ε
ε
sehingga terbukti bahwa: 1 3
v t t
k v t
F t + Δ − = −
− +
ε ε
3.1.2.2 Penduga Parameter Persamaan 20 bergantung pada
parameter
i
f dan k . Dalam bagian ini akan diduga besarnya masing-masing parameter
tersebut. Penduga parameter untuk kekuatan interaksi k berhubungan dengan v , yang
dinyatakan sebagai berikut:
2 2
2
1 3 : .
k c
t v t
t v t v
t −
= Δ + Δ
− =
− ε
ε 23
Dengan menggunakan persamaan di atas, dapat diduga
k t
Δ dari data berkala sebagai fungsi dari perubahan waktu t
Δ , yaitu sebagai berikut:
2
2 2
1 1
3 v t
t v t k
t v
t ⎛
⎞ + Δ
− ⎜
⎟ Δ =
− ⎜
⎟ ⎜
⎟ −
⎝ ⎠
ε ε
24 dengan
v t t
+ Δ diperoleh dari data real berkala dengan
t Δ adalah 1 hari karena data yang
digunakan dalam karya ilmiah ini adalah data harian dari kurs.
Dari perhitungan dengan menggunakan Persamaan 24 maka nilai
k t
Δ diperoleh yaitu sebesar 0.29 untuk transaksi pertukaran
dengan arah IDR JPY
USD IDR
→ →
→ dan
sebesar 0.41 untuk transaksi pertukaran dengan arah IDR
USD JPY
IDR →
→ →
. Apabila nilai dari selisih logaritma hasil kurs
dengan rata-rata logaritma hasil kurs adalah positif maka fungsi interaksi dari logaritma
hasil kurs untuk 1 0.29
k =
akan lebih kuat dibandingkan dengan 1
0.41 k
= . Sebaliknya,
jika nilai dari selisih logaritma hasil kurs dengan rata-rata logaritma hasil kurs adalah
negatif maka fungsi interaksi dari logaritma hasil kurs untuk 1
0.29 k
= akan lebih lemah
dibandingkan dengan 1 0.41
k =
. Kebebasan fluktuasi dari transaksi ke- i
i
f memenuhi sebaran levy terpotong
truncated levy distribution. Sebaran levy terpotong diperoleh dari suatu sebaran levy
yang menggambarkan distribusi data keuangan yang selalu memiliki variansi yang
berhingga Situngkir Surya, 2003d. Adapun fungsi karakteristik dari sebaran levy
stabil adalah sebagai berikut:
exp | |
1 tan
; 0, 2] {1} 2
; ,
, , [
] 2
exp | | 1
ln | | ;
1 25
itX L
L
t i sign t
i t t
P t E e
t i sign t
t i t
⎧ ⎧
⎫ ⎛
⎞ ⎛
⎞ −
− +
∈ ⎪
⎨ ⎬
⎜ ⎟
⎜ ⎟
⎝ ⎠
⎪ ⎝
⎠ ⎩
⎭ =
= = ⎨
⎧ ⎫
⎛ ⎞
⎪ −
− +
= ⎨
⎬ ⎜
⎟ ⎪
⎝ ⎠
⎩ ⎭
⎩
α α
πα γ
β δ
α ϕ
α β γ δ γ
β δ
α π
dengan
i
β : parameter skewness yang menggambarkan
keasimetrikan suatu
sebaran dari transaksi ke- i ;
[ ]
1,1 β ∈ −
dan β = menyatakan sebaran
simetrik,
α
: indeks kestabilanindeks ekortail eksponen karakteristik eksponen yang
menyatakan nilai di saat ekor dari sebaran meruncing;
]
0, 2 α ∈
, asumsikan 0.5
α = untuk suatu fungsi
karakteristik levy Nolan, 2005,
γ : parameter skala yang menyatakan panjang atau lebar suatu sebaran;
γ dan
asumsikan 1
γ = , δ : parameter lokasi yang menyatakan
perubahan posisi dari suatu sebaran; asumsikan 0
δ = , t
: parameter yang menyatakan nilai kurs saat
transaksi ke- i ,
sign t : menyatakan nilai signifikan, dinyatakan sebagai:
1 jika t 0 jika t
1 jika t 0.
sign t ⎧
⎪ =
= ⎨
⎪− ⎩
Suatu sebaran levy stabil dari data pengamatan akan konvergen ke suatu sebaran
normal Mandelbrot, 1963. Hal tersebut sesuai dengan data hasil kurs yang telah
dibahas sebelumnya yang menyatakan bahwa hasil kurs konvergen ke nilai
keseimbangannya sehingga dari suatu sebaran levy stabil dihasilkan suatu sebaran levy
terpotong truncated levy distribution. Didefinisikan fungsi karakteristik dari sebaran
levy terpotong dengan l menyatakan koefisien
truncation atau koefisien
pemotongan, besarnya mendekati nol karena diharapkan pemotongan dari suatu sebaran
levy sekecil mungkin mendekati sebaran levy stabil sebagai berikut:
2 2
2
; , , , exp
cos arctan
26 cos
2
T T
t P t
l t
t l
l l
⎧ ⎫
⎪ ⎪
⎛ ⎞
⎛ ⎞
⎛ ⎞ ⎪
⎪ =
= −
⎜ +
− ⎟ ⎜
⎟ ⎜ ⎟
⎨ ⎬
⎜ ⎟
⎜ ⎟
⎛ ⎞
⎝ ⎠ ⎪
⎪ ⎝
⎠ ⎝
⎠ ⎜
⎟ ⎪
⎪ ⎝
⎠ ⎩
⎭
α α
α
γ α γ δ
ϕ α
πα
Lampiran 4 menyajikan perhitungan k dan
i
f yang didekati oleh
T
t ϕ
. Gambar berikut menyatakan persamaan waktu perubahan
logaritma hasil kurs v t
dari model makroskopis dengan menggunakan data
aktual kurs.
vt+1 p
d f v
t+ 1
0.11010 0.11005
0.11000 0.10995
0.10990 9000
8000 7000
6000 5000
4000 3000
2000 1000
Gambar 3.a Persamaan Waktu Perubahan
dari Logaritma Hasil kurs untuk transaksi IDR
JPY USD
IDR →
→ →
dengan mean
0.10996
dan standar deviasi
0.0000496
.
vt+1 P
D F
v t+
1
1.000060 1.000055
1.000050 1.000045
1.000040 0.50
0.25 0.00
-0.25 -0.50
Gambar 3.b Persamaan Waktu Perubahan
dari Logaritma Hasil kurs untuk transaksi IDR
USD JPY
IDR →
→ →
dengan mean
1.0001
dan standar deviasi
0.00000521.
3.2 Model Mikroskopis dari Arbitrase Triangular