2.1.5 Sabun Cuci Tangan 2.1.5.1 Definisi
Sabun adalah produk-produk pembersih batang, cair, lembar atau bubuk yang menurunkan tegangan permukaan sehingga membantu
melepaskan kotoran, debris, dan mikroorganisme yang menempel sementara pada tangan Depkes RI, 2008. Sabun antiseptik adalah
sabun dengan tambahan kandungan senyawa kimia yang digunakan untuk membunuh atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme
pada jaringan yang hidup seperti pada permukaan kulit dan membran mukosa Kementerian Kesehatan RI, 2014. Sabun biasa
memerlukan gosokan untuk melepas mikroorganisme secara mekanik, sementara sabun antiseptik antimikroba selain melepas
juga membunuh atau menghambat pertumbuhan dari hampir sebagian besar mikroorganisme Depkes RI, 2008.
2.1.5.2 Kandungan
Sabun cuci tangan cair antiseptik lebih sering digunakan sebagai bahan pencuci dan pembersih cair untuk mencuci tangan. Perbedaan
antara sabun antiseptik dan sabun biasa adalah dari bahan kandungannya, sabun antiseptik mengandung zat antibakteri umum
seperti triklosan yang memiliki daftar panjang akan resistensinya terhadap organisme tertentu Kementerian Kesehatan RI, 2014.
Kandungan sabun cair antiseptik dapat dilihat di tabel 2 berikut.
Tabel 2
. Kandungan Sabun Cair Antiseptik
Bahan Komposisi
Surfaktan 35-70
Polisorbat 20 10-30
Triklosan 0.2-2
Pewangi 1-3
Air 40-80
Sumber: Paul et al., 2003
2.1.5.3 Manfaat
Mencuci tangan dengan sabun adalah salah satu cara paling efektif untuk mencegah penyakit diare dan ISPA, yang keduanya menjadi
penyebab utama kematian anak-anak. Setiap tahun, sebanyak 3,5 juta anak-anak diseluruh dunia meninggal sebelum mencapai umur lima
tahun karena penyakit diare dan ISPA. Mencuci tangan dengan sabun juga dapat mencegah infeksi kulit, mata, cacing yang tinggal
dalam usus, SARS, dan flu burung Kementerian Kesehatan RI, 2014.
2.1.5.4 Mekanisme Kerja
Triklosan adalah salah satu jenis bisfenol yang biasa digunakan secara luas sebagai bahan aktif di sabun antiseptik atau beberapa
produk antiseptik lainnya, bahan ini dipakai karena memiliki sifat bakteriostatik, sporostatik, dan bakterisidal. Menurut WHO,
triklosan efektif dipakai dengan kadar 0,2-2 karena kadar itu triklosan
memiliki efek
antimikroba dengan
mekanisme menghambat enoyl ACP-reductase essential enzymes yang berguna
sebagai sintesis asam lemak bakteri. Triklosan lebih efektif terhadap bakteri gram positif dibandingkan gram negatif, hampir tidak
memiliki efek bakteri gram negatif seperti Pseudomonas aeruginosa Kim et al., 2015; World Health Organization, 2009; Grubbss,
2008.
Pada pencapaian kondisi yang efektif, penggunaan triklosan pada sabun cair antiseptik diimbangi dengan polisorbat 20. Penggunaan
polisorbat 20 bertujuan untuk membantu melarutkan triklosan, karena triklosan merupakan bahan yang tidak larut air Paul et al.,
2003.
2.1.5.5 Cara Pemakaian