Tahapan Penelitian Prosedur Pengujian

1. Tahapan Penelitian

Penelitian ini terdiri dari 5 tahapan, yaitu karakterisasi olein sawit kasar dan adsorben, penentuan kondisi kesetimbangan proses adsorpsi, penentuan laju adsorpsi k, penentuan energi aktivasi Ea, dan penentuan kualitas adsorpsi. Selesai Penentuan konstanta laju adsorpsi k Karakterisasi Penentuan kondisi kesetimbangan adsorpsi Penentuan energi aktivasi Ea Mulai Penentuan kualitas adsorpsi Gambar 5. Diagram alir tahapan penelitian

2. Rancangan Percobaan

a. Karakterisasi Olein Sawit Kasar

Karakterisasi olein sawit kasar terdiri dari penentuan kadar asam lemak bebas dan bilangan asam AOAC, 1999 serta indeks bias Apriyantono, et al. 1989. Prosedur karakterisasi olein sawit kasar dapat dilihat pada Lampiran 1. Selain itu, dilakukan karakteriksasi terhadap adsorben yang digunakan meliputi warna visual adsorben, bentuk dan ukuran partikel.

b. Penentuan Kondisi Kesetimbangan Adsorpsi

Kondisi kesetimbangan diperoleh dari hubungan antara lamanya adsorpsi dengan konsentrasi -karoten dalam olein sawit kasar, yaitu ketika peningkatan lamanya adsorpsi tidak lagi menyebabkan penurunan kandungan -karoten dalam olein sawit kasar. Kondisi kesetimbangan ditentukan untuk masing-masing perlakuan jenis adsorben yang digunakan atapulgit dan arang aktif dan suhu 40, 50, dan 60ºC. Parameter kondisi kesetimbangan yang akan ditentukan diantaranya adalah lama dan nilai konsentrasi -karoten dalam olein sawit kasar tercapainya kondisi kesetimbangan. Selanjutnya dapat diketahui hubungan antara konsentrasi penjerapan dalam adsorben q dengan konsentrasi pada larutan C dengan menggunakan model isoterm adsorpsi yang sesuai pada data percobaan. Perhitungan nilai q = C -C t Vm, dimana C adalah konsentrasi olein sawit kasar, C t adalah konsentrasi olein pada waktu t, V adalah volume olein sawit kasar yang digunakan 900 ml dan m adalah massa adsorben yang digunakan 300 gram. Nilai C merupakan konsentrasi pada saat t tertentu. Kurva hubungan antara q dan C tersebut dapat menunjukkan jenis dari isoterm yang terbentuk pada atapulgit dan arang aktif. Diagram alir adsorpsi -karoten olein sawit kasar dapat dilihat pada Gambar 5.

c. Penentuan Konstanta Laju Adsorpsi k

Nilai konstanta laju adsorpsi k dapat ditentukan dengan cara memplotkan nilai konsentrasi -karoten dalam adsorben q dengan nilai konsentrasi -karoten dalam olein c pada persamaan Langmuir dan Freundlich. Plot dari 1q dan 1C menghasilkan bentuk linear dari model Langmuir. Persamaan linear tersebut dapat dilihat pada persamaan 1 : qmaks C qmaks k q 1 1 1 + = ....................................................................1 Kemiringan atau slope dari hasil regresi linear persamaan 1 menghasilkan nilai kq maks dimana k merupakan konstanta laju adsorpsi dan intersepnya menunjukkan nilai 1q maks . Sedangkan plot dari log q dan log C menghasilkan bentuk linear dari model Freundlich dapat dilihat pada persamaan 2 : C n Kf q log log log + = ......................................................................2 Kemiringan atau slope dari hasil regresi linear persamaan 2 merupakan nilai n dan intersepnya menunjukkan nilai konstanta laju adsorpsi kf. Parameter kinetika adsorpsi yang dihasilkan dari persamaan Langmuir dan Freundlich dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Penentuan parameter kinetika adsorpsi dari regresi linear hubungan antara q dan c pada model isoterm adsorpsi Langmuir dan Freundlich Model Isoterm Adsorpsi Perlakuan Langmuir Freundlich Jenis Adsorben Suhu [°C] q maks k r 2 n k f r 2 40 q maks1 k 1 r 2 n 1 k f1 r 2 50 q maks2 k 2 r 2 n 2 k f2 r 2 Atapulgit 60 q maks3 k 3 r 2 n 3 k f3 r 2 40 q maks4 k 4 r 2 n 4 k f4 r 2 50 q maks5 k 5 r 2 n 5 k f5 r 2 Arang Aktif 60 q maks5 k 6 r 2 n 6 k f6 r 2

d. Penentuan Energi Aktivasi Ea

Nilai energi aktivasi Ea ditentukan berdasarkan hasil regresi linear dari konstanta laju adsorpsi k dan suhu T. Penentuan energi aktivasi dengan menggunakan persamaan Arrhenius dapat dilihat pada persamaan 3 : Ao R Ea T k ln 1 ln + ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ − = ..................................................................3 Kondisi percobaan untuk kinetika reaksi adsorpsi -karoten olein sawit kasar dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Penentuan nilai energi aktivasi pada atapulgit dan arang aktif Jenis Adsorben Suhu Adsorpsi [ºC] Konstanta Laju Adsorpsi [b -1 menit -1 ] Energi Aktivasi [kcalmol] 40 k1 50 k2 Atapulgit 60 k3 Ea 40 k1 50 k2 Arang aktif 60 k3 Ea

e. Penentuan Kualitas Adsorpsi

Kualitas adsorpsi dapat diketahui berdasarkan selektivitas adsorben di dalam menyerap komponen -karoten, α-tokoferol dibandingkan dengan komponen pengotor lain yang terdapat dalam olein selama proses adsorpsi berlangsung. Parameter kualitas adsorpsi lain yang digunakan adalah kadar asam lemak bebas dan indeks bias. Selain itu, dilakukan analisis terhadap kualitas desorpsi dari masing- masing adsorben untuk mengetahui kemampuan adsorben untuk melepaskan -karoten. Penentuan nilai absorbansi -karoten dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer dan penentuan nilai konsentrasi α-tokoferol menggunakan High Performance Liquid Chromatrography HPLC. Prosedur penentuan kualitas adsorpsi dapat dilihat pada Lampiran 1.

3. Prosedur Pengujian

Diagram alir adsorpsi -karoten olein sawit kasar ditampilkan pada Gambar 6. Perbandingan antara adsorben dengan olein sawit kasar yang digunakan adalah 1:3. Campuran adsorben dengan olein tersebut disiapkan di dalam reaktor berpengaduk berkapasitas 2 liter. Proses adsorpsi dilakukan pada tiga kondisi suhu, yaitu 40°C, 50°C dan 60°C. Kecepatan pengadukan yang digunakan adalah 120 rpm. Contoh diambil melalui saluran pengambilan contoh pada lama adsorpsi tertentu secara kontinyu selama 171 menit. Selanjutnya contoh disaring dengan kertas saring dan menggunakan pompa vakum. Penyaringan dilakukan untuk memisahkan adsorben yang telah mengandung -karoten dengan olein. Pengukuran aktivitas ß-karoten dalam olein menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 446 nm untuk menentukan nilai absorbansi. Nilai absorbansi kemudian dikonversi menjadi konsentrasi dengan menggunakan kurva standard -karoten. Kurva standar ß-karoten dapat dilihat pada Lampiran 4. Konsentrasi -karoten dinyatakan dalam ppm μg -karotenml olein sawit kasar atau dalam International Unit IU sebagai suatu takaran vitamin A adalah 1 IU = 0,6 µg -karoten. Analisis selektivitas adsorben dilakukan dengan pengukuran α- tokoferol pada olein sawit kasar sesudah proses adsorpsi dengan High Performance Liquid Chromatrography HPLC kolom Zorbax Sil 0,46 x 25 cm dengan fase bergerak hexane:isopropanol 99.5:0.5 vv; laju alir 1 mlmenit dan nilai absorbansi tokoferol adalah 292 nm AOCS, 1997, kadar asam lemak bebas dan indeks bias. Pemisahan adsorben dengan olein sawit kasar Pencampuran adsorben 300 gram dengan olein 900 ml dalam reaktor berpengaduk kecepatan pengadukan =120 rpm; suhu = 40, 50, 60°C; lama adsorpsi = 171 menit Mulai Pengambilan contoh campuran adsorben dan olein pada lama adsorpsi tertentu Selesai Analisis olein konsentrasi -karoten, konsentrasi α-tokoferol, kadar asam lemak bebas, indeks bias dan kemampuan desorpsi Gambar 6. Diagram alir adsorpsi -karoten dari olein sawit kasar

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. KARAKTERISTIK OLEIN SAWIT KASAR

Karakterisasi terhadap fraksi olein dari minyak sawit kasar ini dilakukan untuk mengetahui sifat fisikokimianya. Tabel 7. Hasil karakterisasi sifat fisikokimia olein sawit kasar Karakteristik Nilai SNI Olein Tahun 1998 Kadar Asam Lemak Bebas 5.06 Maks 5 Bilangan Asam, mg KOHgr 11.09 - Indeks Bias 26.9ºC 1.46 - Kadar asam lemak bebas atau FFA menunjukkan banyaknya asam lemak bebas yang terkandung di dalam 1 mg olein. Tinggi rendahnya kandungan asam lemak bebas dalam suatu minyak atau lemak dapat dipengaruhi oleh adanya reaksi hidrolisis yang dapat menyebabkan terbentuknya asam lemak bebas. Berdasarkan Tabel 7 diketahui bahwa olein yang digunakan memiliki nilai kadar asam lemak bebas sebesar 5.06. Nilai ini lebih besar dibandingkan standar, yaitu sebesar 5. Hal ini disebabkan reaksi hidrolisis yang mungkin terjadi di dalam olein. Bilangan asam menunjukkan jumlah asam lemak bebas yang terdapat dalam olein. Hasil karakterisasi menunjukkan nilai bilangan asam olein yang digunakan dalam penelitian ini sebesar 11.09. Indeks bias digunakan untuk mengetahui kemurnian dari minyak dan derajat ketidakjenuhan dari minyak tersebut. Indeks bias dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti kadar asam lemak bebas, proses oksidasi dan suhu. Semakin besar nilai indeks bias menunjukkan semakin panjang rantai karbon dan semakin banyak ikatan rangkap di dalam minyak. Dari hasil karakterisasi juga diketahui bahwa nilai indeks bias dari olein sebesar 1.46.