162
Kepemilikan modal fisik seperti kondisi rumah dapat mempengaruhi coping ability rumahtangga terhadap perubahan pengeluaran atau pendapatan.
Coping ability yang rendah dapat mengakibatkan rumahtangga rentan jatuh ke bawah garis kemiskinan. Selain itu, modal fisik rumahtangga dapat memperluas
peluang-peluang kerja dan usaha keluarga, antara lain sebagai agunan pinjaman modal. Selanjutnya, baik dari sisi pengeluaran maupun pendapatan, kemiskinan
di lahan campuran juga ditentukan oleh kondisi infrastruktur fisik dan sosial seperti dijelaskan oleh variabel lalu lintas darat sebagian keluarga sumber air
mandicuci PAM, tempat membuang air besar di desa jamban bersama.
6.5. Dataran Tinggi
Hasil identifikasi faktor penciri kemiskinan yang dilakukan dengan menggunakan metode stepwise regresi logistik terhadap variabel penciri
rumahtangga dan infrastruktur sosial, diperoleh hasil bahwa variabel jenis bahan bakar minyak tanah, luas lantai per kapita lebih besar dari 10 m
2
, persentase pengeluaran untuk makanan 25.1-50 persen, persentase pengeluaran untuk
makanan 50.1-100 persen, dan sumber air mandi PAM, merupakan variabel penciri yang ada di agroekosistem dataran tinggi.
Data pada Tabel 42 menjelaskan ada dua variabel penciri yang paling besar pengaruhnya terhadap kemiskinan di agroekosistem dataran tinggi yaitu
persentase pengeluaran untuk makanan 50.1-75 persen, diikuti oleh persentase pengeluaran untuk makanan 25.1-50 persen. Data ini menyiratkan bahwa jika
ada kenaikan harga makanan, seperti kenaikan harga beras, maka akan memberi dampak yang besar terhadap kemiskinan di dataran tinggi. Variabel
lainnya yang berpengaruh adalah luas lantai per kapita dan jenis bahan bakar memasak minyak tanah. Hal ini memberi makna bahwa kemiskinan di dataran
163
tinggi sensitif terhadap gejolak harga bahan bakar minyak dimana saat ada kenaikan harga maka jumlah rumahtangga miskin akan bertambah.
Tabel 42. Pengaruh Beta Untuk Variabel Dengan Beta Lebih Dari 0.10 di Dataran Tinggi
Variabel GK
GK110 GK120 Jenis Bahan Bakar Memasak : Minyak tanah
12.1 10.7
10.7 Luas lantai perkapita : 10 m
2
17.9 18.8
18.7 Persen pengeluaran untuk makanan : 25.1 - 50
23.4 24.7
24.8 Persen pengeluaran untuk makanan : 50.1 - 75
93.9 97.2
97.4 Sumber air mandicuci : PAM
13.0 Sumber : Hasil Perhitungan
Keterangan: GK=garis kemiskinan dan sel yang kosong menunjukkan Beta 0.10
Pada skenario dimana GK dinaikkan 10 dan GK dinaikkan 20, maka
yang menjadi penciri utama adalah jenis bahan bakar minyak tanah, luas lantai per kapita leih besar dari 10 m
2
, persentase pengeluaran rumahtangga untuk makanan 25.1-50 persen, dan persentase pengeluaran untuk makanan 50.1-100
persen. Jadi, ada satu penciri utama yang berkurang, yaitu sumber air mandi PAM. Pada skenario ini pengeluaran untuk makanan tetap menjadi penciri
utama. Berdasarkan hasil analisis regresi logistik tersebut diketahui bahwa kemiskinan dicirikan oleh variabel tersebut di atas. Jika dikelompokkan lagi,
maka penciri kemiskinan sangat terkait dengan kondisi fisik rumah tangga, kondisi ekonomi keluarga, dan infrastruktur fisik dan sosial.
Tabel 43. Variabel Penciri Kemiskinan di Dataran Tinggi Variabel Penciri
Kelompok Jenis Bahan Bakar Memasak : Minyak tanah
Infrastruktur fisik Luas lantai per kapita: 10 m
2
Kondisi fisik rumah tangga Pengeluaran untuk makanan: 25.1 -50
Kondisi ekonomi keluarga Pengeluaran untuk makanan: 50.1 -75
Kondisi ekonomi keluarga Sumber air mandicuci: PAM
Infrastruktur fisik
Sumber :Hasil Perhitungan
164
Sebagai implikasinya, maka kebijakan penanggulangan kemiskinan di agroekosistem dataran tinggi hendaknya meliputi perbaikan komponen kondisi
fisik rumahtangga, kondisi ekonomi keluarga, dan infrastruktur fisik.
6.6. Hutan