Uji Hipotesis Hasil Penelitian

4.2.4 Uji Hipotesis

Analisis data untuk mengetahui apakah konseling rational emotive dapat meningkatkan motivasi belajar pada siswa yang terindikasi underachiever dapat dilakukan dengan analisis statistik non parametrik yaitu uji wilcoxon. Hasil perhitungan uji wilcoxon pada penelitian ini selengkapnya dapat dilihat dari tabel berikut. Tabel 4.18. Tabel Kerja Uji Wilcoxon Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel untuk uji wilcoxon, jumlah jenjang yang kecil atau T hitung nilainya adalah 21,0. Sedangkan T tabel untuk n = 6 dengan taraf kesalahan 5 nilainya adalah 0. Sehingga T hitung 21,0 T tabel 0 atau berarti Ha diterima dan Ho ditolak. Artinya layanan konseling dengan teknik REBT dapat mengatasi motivasi belajar rendah siswa yang terindikasi underachiever di SMA Semesta Gunung Pati Semarang. Siswa X A1 X B2 Beda Tanda Jenjang X B2 – X A1 Jenjang + - LV 60,00 74,09 14,09 3,0 3,0 0,0 SF 67,72 75,90 8,18 1,0 1,0 0,0 AG 51,81 79,09 27,28 6,0 6,0 0,0 VD 52,27 72,27 20 5,0 5,0 0,0 NF 68,63 80,45 11,82 2,0 2,0 0,0 ZD 65,45 80,45 15 4,0 4,0 0,0 Jumlah 21,0 0,0

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa keenam siswa yaitu LV VD, ZD, SF, AG, dan NF mengalami peningkatan motivasi belajar. Peningkatan motivasi belajar siswa tersebut ditunjukkan dari hasil prosentase pada masing-masing siswa setelah mendapatkan treatment melalui konseling rational emotive bahaviour theraphy. Keenam konseli mengalami peningkatan motivasi belajar secara bertahap sehingga masalah “underachiever” pada aspek motivasi belajar dapat ditingkatkan melalui layanan konseling rational emotive bahaviour theraphy. Dari data yang diperoleh praktikan berupa leger dan data IQ siswa diketahui bahwa ada 6 siswa yang termasuk kategori underachiever. Siswa yang terindikasi underachiever perlu ditangani terutama dalam penelitian ini yaitu dari segi motivasinya. Dari segi IQ mereka sebenarnya tergolong siswa yang cerdas, akan tetapi ternyata IQ ini tidak sebanding dengan pencapaian nilai atau SKM di sekolah. Keenam siswa tersebut kemudian diberikan pre tes untuk mengetahui kondisi awal motivasi belajar mereka. Dari hasil pres tes diketahui bahwa keenam siswa memiliki motivasi belajar yang beraneka ragam kategori motivasi sedang hingga rendah. Motivasi merupakan atribut psikologi, oleh karena itu untuk mengukur tingkat motivasi belajar konseli, praktikan menggunakan skala psikologi baik saat pre tes maupun pos tes. Sedangkan untuk memberikan penguatan motivasi, praktikan melakukan konseling yaitu dengan teknik rational emotive behavior