BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Berbagai penelitian telah dilakukan untuk mengembangkan pengobatan secara tradisional yang bersumber dari tumbuh-tumbuhan yang ada di sekitar kita baik
menggunakan daun, batang, kulit, akar, biji maupun buah dari tumbuhan tersebut Heyne, 1987. Berbagai tanaman dapat menghasilkan minyak atsiri yang merupakan
minyak yang dapat menguap dan mengandung aroma atau wangi yang khas baik bersumber dari daun, batang, bunga maupun akar tumbuhan Guenther, 1987.
Di Indonesia, bahan – bahan tanaman yang mengandung minyak atsiri sejak dulu telah digunakan secara turun temurun dalam ramuan obat – obatan tradisional.
Sumber bahan – bahan tanaman tersebut dewasa ini digunakan untuk keperluan bahan pangan, bahan obat–obatan, cita rasa penyedap, kosmetika dan wangi –
wangian parfum Guenther, 1987.
Tumbuhan Binara Artemisia vulgaris L. atau di masyarakat Karo dikenal
dengan tumbuhan Binara merupakan tanaman liar yang dianggap sebagai tanaman gulma pesaing yang tumbuh subur dan dapat menghambat pertumbuhan dari
tanaman penghasil pada ladang–ladang pertanian. Tumbuhan ini adalah tumbuhan berwarna daun hijau dengan ketinggian berukuran 50–150 cm, berbunga dan tumbuh
subur di lapangan terbuka. Menurut masyarakat Karo, tumbuhan tersebut bermanfaat untuk mengobati nyeri haid, obat kuat, obat batuk, obat kejang, obat mulas dan
menambah nafsu makan.
Tanaman Binara Artemisia vulgaris L. tersebar luas di seluruh dunia yang terdiri dari lebih 800 spesis. Daun tumbuhan Binara Artemisia vulgaris L.
berdasarkan laporan penelitian sebelumnya mengandung minyak atsiri, saponin, flavonoid dan polifenol Bunrathep dkk, 2005, demikian juga telah diteliti bahwa
1
Universitas Sumatera Utara
2
komponen minyak atsiri daun Artemisia vulgaris var. indica yang diperoleh melalui
hidrodestilasi dan diikuti analisis secara Gas Kromatografi Mass Spektroskopi GC– MS ternyata dijumpai berbagai jenis komponen minyak atsiri yang terdiri dari
golongan monoterpen dan monoterpen teroksigenasi Judzentiene dan Buzelyte, 2006 .
Pada umumnya komponen kimia minyak atsiri yang terdapat dalam suatu tanaman disamping dipengaruhi oleh jenis spesies tanaman, juga oleh lingkungan
tempat tumbuh, maupun metode isolasi yang digunakan Guenther, 1987. Isolasi minyak atsiri dari bahan alam seperti nilam, kenanga, akar wangi, cengkeh, kencur
dan sejenisnya dilakukan melalui penyulingan bersama air hidrodistilasi menggunakan alat Stahl, destilasi uap steam distilasi, meserasi, menggunakan
pelarut menguap dan dengan CO
2
superkritis Sudjadi, 1988 dan Boelens, 1997 . Selanjutnya analisis komponen minyak atsiri melalui analisis GC–MS yang didukung
analisis spektofotometri IR telah lama dilakukan oleh peneliti sebelumnya seperti halnya yang dilakukan dalam penentuan komposisi minyak daun Eucalyptus
Efidhon dkk, 2007, minyak atsiri dari daun lengkuas Purwanta dan Dewi, 2008 demikian juga minyak atsiri dari daun tumbuhan Menta Peperita Darwich, dkk,
2010. Atas dasar uraian yang telah dikemukakan diatas, dalam penelitian ini dilakukan isolasi dan analisis komponen kimia minyak atsiri dari tumbuhan Binara
Artemisia vulgaris L. dengan GC – MS dan Spektroskopi IR dimana cara isolasi minyak atsiri dari daun tanaman Binara Artemisia vulgaris L. dibandingkan antara
metode isolasi yang dilakukan dengan menggunakan cara penyulingan bersama air
hidrodistilasi dan dengan uap air steam destilasi. Diharapkan dari hasil penelitian
ini disamping didapatkan informasi bahwa bahan daun dari tumbuhan binara mengandung minyak atsiri yang kemungkinan dapat digunakan sebagai bahan obat-
obatan dan juga memberikan informasi tentang kemungkinan sejauh mana
didapatkan minyak atsiri dari daun tumbuhan Binara Artemisia vulgaris L, dengan
Universitas Sumatera Utara
3 membandingkan cara isolasi menggunakan penyulingan bersama air dengan
penyulingan menggunakan uap air.
1.2. Perumusan Masalah