16
Perbedaan antara distilasi uap langsung dengan hidrodistilasi adalah pada distilasi uap langsung tidak terjadi kontak langsung antara sampel dengan air,
sedangkan hidrodistilasi sampelnya dicelupkan ke dalam air mendidih Guenther, 1987
Dalam setiap metode penyulingan bahan tumbuhan, baik dengan penyulingan air, penyulingan air dan uap atau penyulingan uap minyak atsiri hanya dapat
diuapkan jika kontak langsung dengan uap panas. Minyak dalam jaringan tumbuhan mula-mula terekstraksi dari kelenjar tanaman dan selanjutnya terserap pada
permukaan bahan melalui peristiwa osmosis Guenther, 1987. Lamanya penyulingan yang dilakukan pada setiap tumbuhan tidak sama satu dengan yang lain
tergantung pada mudah atau tidaknya minyak atsiri tersebut menguap, dua sampai delapan jam tersebut secara maksimal.
b. Maserasi dengan LemakMinyak
Kebanyakan bahan flavon bersifat larut dalam lemak atau minyak, tetapi mempunyai range polaritas yang lebar. Minyak dapat bertindak sebagai pelarut dan
merupakan medium yang dapat melindungi bahan yang mudah menguap Pino, dkk, 1997. Lemakminyak mempunyai daya absorbsi yang tinggi dan jika dicampur dan
kontak dengan bunga yang beraroma wangi, maka lemak akan mengabsorbsi minyak yang dikeluarkan oleh bunga tersebut. Pada akhir proses, minyak dari bunga tersebut
diekstraksi dari lemak dengan menggunakan alkohol dan selanjutnya alkohol dipisahkan Guenther, 1987.
c. Ekstraksi dengan Pelarut Menguap
Metode lain yang dapat digunakan untuk mengisolasi minyak atsiri adalah dengan menggunakan metode ekstraksi pelarut menguap Mondello, dkk, 1997.
Contoh pelarut yang digunakan adalah dietil eter untuk mengekstraksi daun Citrus aurantium. Juchelka, dkk, 1996.
Universitas Sumatera Utara
17
Jika dibandingkan dengan mutu minyak bunga hasil penyulingan, maka minyak hasil ekstraksi dengan menggunakan pelarut lebih mendekati aroma bunga alamiah,
namun demikian metode ini juga mempunyai kelemahan yaitu kesulitan penghilang residu pelarut dari ekstrak Pino, dkk, 1997.
d. Ekstraksi dengan Karbon Dioksida CO
2
Superkritis
Ekstraksi dengan karbon dioksida superkritis pada prinsipnya didasarkan pada kelarutan senyawa-senyawa aromatik dari bahan nabati dalam CO
2
. Bahan nabati dan CO
2
dimasukkan kedalam ekstraktor berupa labu yang diberi tekanan dan temperatur yang telah diatur, kemudian CO
2
dipompa kedalam separator pada tekanan dan temperatur yang rendah, yang kemudian masuk kedalam tangki
ekstraksi. Kelebihan CO
2
dimurnikan kembali didalam bejana terisi arang charcoal trap.
Keuntungan dari metode ini adalah tidak menggunakan pelarut yang beracun, biaya murah, mampu mengisolasi senyawa termolabil tanpa diikuti denaturasi karena
dilakukan pada temperatur rendah, juga kemungkinan untuk memperoleh produk baru dengan komposisi yang biasanya diperoleh dengan teknik distilasi Pino, dkk,
1997. Namun demikian metode ini juga mempunyai kekurangan yaitu dalam hal penentuan kondisi untuk ekstraksi dari minyak atsiri dari tumbuhan tertentu Boelens
dan Boelens, 1997.
2..4. Analisis Minyak Atsiri
Analisis sampel minyak atsiri biasanya digunakan dengan menggunakan GC-MS. Analisis sampel dapat menunjukkan perbedaan kualitatif dan kuantitatif dari
komponen minyak atsiri. Untuk menentukan komposisi minyak atsiri yang diperoleh dari suatu
sampel, maka waktu retensi dan hasil spektrum massa dari masing-masing puncak
Universitas Sumatera Utara
18 senyawa unknow dibandingkan dengan referensi standar dari senyawa autentik,
misalnya identifikasi komponen minyak yang terdapat dalam peppermint dilakukan dengan analisis GC-MS. Senyawa diidentifikasi menggunakan registri dari data
spektrum massa, kepustakaan terpen oleh Robert P. Adams yang dibuat oleh Finningan dan dengan waktu retensi dan massa spektra dari senyawa autentik
referensi standar yang disuplay oleh SCM Gligdco dan Aldrich. Analisis terhadap minyak atsiri menggunakan GC-MS paling sering
dilakukan dan biasa digunakan oleh para peneliti sebelumnya. Antara lain adalah minyak atsiri yang diperoleh dari tiga spesies Angelica, L. yang tumbuh di Prancis,
sehingga dapat diketahui komponen masing-masing spesies tersebut yaitu Angelica archangelica Sub.Sp.Archangelica minyak atsiriar.elation wahlemb dan A
heterocarpa Lioyd masing-masing 18,7 dan 5,2 .
2.4.1. Analisis Kromatografi Gas – Spektrometri Massa GC-MS
Tujuan dari analisa ini adalah mengetahui jumlah komponen sekaligus menentukan struktur dari komponen-komponen yang terdapat dalam minyak hasil
isolasi. Prinsip dari GC-MS adalah pemisahan komponen-komponen dalam campurannya dengan kromatografi gas dan tiap komponen dapat dibuat spektrum
massa dengan ketelitian yang lebih tinggi. Hasil pemisahan dengan kromatografi gas dihasilkan kromatogram sedangkan hasil pemeriksaan spektrometri massa masing-
masing senyawa disebut spektrum.
2.4.2. Kromatografi Gas
Kromatografi gas dapat dipakai untuk setiap campuran yang sebagian komponennya atau akan lebih baik lagi jika semua komponennya mempunyai
tekanan uap yang berarti pada suhu yang dipakai untuk pemisahan. Tekanan uap atau keatsirian memungkinkan komponen menguap dan bergerak bersama-sama dengan
Universitas Sumatera Utara
19 fase gerak yang berupa gas. Waktu yang diperlukan untuk memisahkan campuran
sangat beragam, tergantung banyaknya komponen dalam suatu campuran, semakin banyak komponen yang terdapat dalam suatu campuran maka waktu yang diperlukan
semakin lama. Komponen campuran dapat diidentifikasi berdasarkan waktu tambat waktu retensi yang khas pada kondisi yang tepat. Waktu tambat adalah waktu yang
menunjukkan berapa lama suatu senyawa tertahan dalam kolom pada peralatan dari kromatografi gas Granados, J, 1997. Dalam melakukan analisa ini sangat
diperlukan kondisi yang tepat sehingga beberapa parametrik berikut perlu dipedomani.
a. Memilih Sistem