Morfologi Endotel Kornea Kornea

semakin lama operasi yang dilakukan semakin meningkatkan resiko kehilangan sel endotel Nayak Jain, 2009; American Academy of Ophthalmology Staff, 2011-2012c. Densitas endotel yang kurang dari 1000 selmm 2 dapat menyebabkan fungsi endotel terganggu, sedangkan jika densitas endotel kurang dari 500 selmm 2 bisa dipastikan akan terjadi dekompensasi endotel dan edema kornea permanen atau keratopati bulosa Soekardi Hutauruk, 2004. Penurunan densitas sel endotel biasanya disertai juga dengan peningkatan koefisien variasi dan penurunan jumlah sel heksagonal. Dari berbagai penelitian mengenai endotel kornea normal dapat disimpulkan bahwa koefisien variasi memiliki rentang 0.22- 0.31 dan persentase sel heksagonal lebih dari 60 Thomas, 2009.

2.1.4. Perubahan Endotel Kornea pada Fakoemulsifikasi

Kerusakan sel endotel kornea pada proses fakoemulsifikasi ini dapat terjadi melalui beberapa cara. Beberapa peneliti menduga adanya beberarpa mekanisme antara lain efek mekanik ultrasonik, trauma fisik akibat fragmen- fragmen lensa, gelembung-gelembung udara yang keluar dari phaco-tip, energi panas, iregularitas osmotik akibat cairan irigasi, dan kerusakan oksidasi oleh radikal-radikal bebas. Efek gelombang ini pada humor akuos menginduksi timbulnya kavitasi yang secara langsung menyebabkan disintegrasi molekul air sonolisis air sehingga menghasilkan pembentukan radikal-radikal hidroksi dan atom hidrogen. Radikal hidroksi ini merupakan molekul oksigen reaktif yang paling poten Takahashi, 2005; Murano et al., 2008; Ganekal Nagarajappa, 2014. Energi US menghasilkan pembentukan atom hidrogen dan radikal-radikal hidroksil melalui sonolisis H 2 O. Reaksi ini terjadi akibat suhu tinggi yang terlokalisir dan tekanan-tekanan yang dilepas gelembung udara kecil yang kolap dalam media cair. Reaksi sekunder yang melibatkan atom hidrogen, radikal hidroksil dan molekul O 2 dalam medium, menyebabkan pembentukan radikal- radikal superoksida dan hidrogen peroksida Takahashi, 2005 yang merupakan suatu bentuk radikal bebas. Energi US memberi 2 macam pengaruh pada jaringan, yaitu efek termal dan efek non terma. Efek termal disebabkan oleh konversi energi ultrasonik menjadi energi panas. Dalam fakoemulsifikasi, efek ini menyebabkan efek terbakar pada kornea Takahashi, 2005; Munoz et al., 2010. Radikal bebas memiliki dampak oksidatif merusak yang merugikan tubuh. Sehingga untuk meredam efek negatif radikal bebas tersebut dibutuhkan senyawa anti oksidan. Radikal bebas dapat mengubah permeabilitas membran sel, sehingga terjadi kebocoran dan akhirnya kematian sel Murano et al., 2008. Radikal bebas dapat diredam oleh senyawa antioksidan. Antioksidan terdiri dari antioksidan internal dan antioksidan eksternal. Antioksidan internal disebut juga antioksidan primer, yaitu antioksidan yang diproduksi oleh tubuh sendiri. Secara alami tubuh mampu menghasilkan antioksidan sendiri,tetapi kemampuan inipun ada batasnya. Sejalan bertambahnya usia, kemampuan tubuh untuk memproduksi antioksidan alami akan semakin berkurang. Hal inilah yang menyebabkan stres oksidatif, yaitu suatu keadaan dimana jumlah radikal bebas melebihi kapasitas kemampuan netralisasi antioksidan. Antioksidan internal bekerja dengan cara menangkal terbentuknya radikal bebas. Yang termasuk