xvii
ABSTRACT
In Bali, prostitution problems is arrange by arrangement of Denpasar No. 2 in 2000 about eradication of prostitution in denpasar city. The regulation itself
becomes the foundation by giving a criminal sanction to the perpetrator of the crime of prostitution, however the lacking of criminal sanctions makes the
perpetrator do not having a wary effect so, they could be repeating his action again recidive.
Based on this categorization made paper entitled “The Application Of Criminal Sanctions To Perpetrators Of Prostitution Crawl Act
According To Arrangement Of Denpasar No. 2 In 2000 In Denpasar Court”. As
for the issues raised is How to application of criminal sanction to the perpetrators of the criminal of prostitution to arrangement of denpasar no. 2 in 2000 in the
practice appear in denpasar court, and How to barriers in the application of sanction for the offender of the criminal of prostitution and also how to solve it.
Legal method used is the method of empirical laws, using primary data and secondary data were analyzed descriptively qualitative. The type of approach
used is a statutory approach the statue approach, the fact approach, and anatical and conseptual approach.
The results obtained in this research is For the perpetrators of crime of prostitution were exposed to raids threatened with provisions by arrangement of
denpasar no. 2 in 2000 namely to imprisonment for a maximum three months or a maximum fine Rp. 5000.000, -, it can be seen that on some cases that was
disconnected, the application of criminal sanctions could be fine only Rp. 200.000
– 250.000 so the offender repeats their bad acts and do not have a wary effect. On the other hand, the obstacle when do the application of criminal sanction for
perpetrators of the crime of prostitution there are two factors that barriers such as internal factors law enforcement officers and external factors less effective
of the Arrangement Of Denpasar No. 2 In 2000 , and then the effort to overcome both of preventive measures and repressive measures.
Keywords: Application, Criminal Sanction, The Crime Of Prostitution
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Hukum adalah keseluruhan peraturan tingkah laku yang berlaku dalam suatu kehidupan bersama yang dapat dipaksakan dengan suatu sanksi dan merupakan
suatu bagian dari perangkat kerja sistem sosial. Fungsi sistem sosial inilah untuk mengintergrasikan kepentingan anggota masyarakat, sehingga tercipta suatu
keadaan yang tertib, agar fungsi hukum ini dapat terlaksana dengan baik maka bagi para penegak hukum dituntut kemampuannya untuk melaksanakan dan
menerapkan hukum dengan baik.
1
Tujuan dari hukum pidana itu sendiri adalah untuk memenuhi rasa keadilan.
2
Hal inilah mengakibatkan bahwa tugas hukum yakni mencapai keserasian antara nilai kepentingan hukum dengan masyarakat.
3
Pelaksanaan hukum dapat berlangsung secara normal dan damai, tetapi karena pelanggaran maka hukum harus ditegakkan.
4
Pelanggaran hukum inilah akan menimbulkan lahirnya sanksi pidana yang merupakan suatu akibat hukum dari
perbuatan yang dilakukan yakni perbuatan melawan hukum.
5
1
R. Soeroso, 2011, Pengantar Ilmu Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, hlm. 55.
2
Wirjono Prodjodikoro, 1991, Asas-Asas Hukum Pidana Di Indonesia, PT Eresco, Jakarta- Bandung, hlm. 16.
3
Ishaq, 2009, Dasar-Dasar Ilmu Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, hlm. 6.
4
Sudikno Mertokusumo, 1986, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Liberty, Yogyakarta, hlm. 37.
5
Ibid, hlm. 16.
Berbicara mengenai pelanggaran hukum, di Indonesia sampai saat ini masih belum terlepas dengan segala permasalahan pelanggaran hukum salah satunya
dalam hal pelacuran. Masyarakat dunia dan tidak terkecuali masyarakat di Indonesia pada dewasa ini sedang dihadapkan pada keadaan yang sangat
mengkhawatirkan akibat semakin maraknya praktek pelacuran. Pada dasarnya masalah sosial dan moral adalah masalah terbesar dari tatanan adat serta perilaku
masyarakat yang masih sangat kental dengan kebudayaan timur. Di kalangan masyarakat Indonesia, pelacuran dipandang negatif, dan mereka yang
menyewakan atau menjual tubuhnya sering dianggap sebagai penyakit masyarakat. Dengan kata lain penyakit masyarakat yang demikian merupakan
produk sampingan, atau merupakan konsekuensi yang tidak diharapkan dari sistem sosio kultural zaman sekarang, dan berfungsi sebagai gejala tersendiri.
Kongkritnya banyak anggota masyarakat yang apatis terhadap norma-norma yang ada dan berlaku dalam kehidupan sosial, salah satunya dengan munculnya
fenomena pelacuran yang semakin lama semakin menjamur. Berdasarkan pernyataan tersebut, tindak pidana pelacuran dapat mengganggu, merugikan
keselamatan, ketenteraman dan kemakmuran baik jasmani dan rohani maupun sosial dari kehidupan masyarakat secara umum.
Faktanya pelacuran banyak merugikan menyangkut banyak kehidupan manusia dan merupakan suatu permasalahan hukum, yang dinilai sebagai suatu
patologi sosial karena dalam pelacuran ini tindakan yang dilakukan seseorang atau kelompok bersifat melawan kaidah-kaidah kehidupan yang berlaku didalam
masyarakat dan bersifat melawan norma-norma hukum serta melawan hukum.
Dunia pelacuran merupakan suatu pelanggaran atau kejahatan yang semakin hari semakin menunjukan kenaikan jumlah dalam kualitas kejahatan dan gejala ini
akan terus berkembang sejalan dengan perkembangan teknologi, industrialisasi dan urbanisasi. Pelacuran termasuk dalam salah satu penyakit masyarakat, karena
akibat dari pelacuran banyak terjadinya kemorosotan di bidang pendidikan dan agama yang mengakibatkan kemerosotan moral, kenakalan anak-anak, dsb,
sehingga norma-norma sosial yang ada dalam masyarakat mengharamkan adanya tindak pidana pelacuran dalam segala bentuknya. Yang mana Tujuan
pembangunan nasional Indonesia adalah membangun manusia Indonesia seutuhnya. Pembangunan nasional berdasaskan Pancasila, yakni sila pertama
adalah Ketuhanan Yang Maha Esa, oleh karena itu sudah selayaknya kalau perilaku pelacuran itu tidak dapat ditoleransi oleh masyarakat Indonesia. Untuk
mendukung tercapainya tujuan pembangunan nasional tersebut, maka perlu memperhatikan pembangunan di bidang hukum, yang salah satunya adalah
tentang pelaksanaan hukum pidana. Hukum pidana bagi suatu bangsa merupakan indikasi yang penting tentang tingkat peradaban bangsa itu, karena di dalamnya
tersirat bagaimana pandangan bangsa tersebut tentang etika tata susila, moralitas, sistem masyarakat, dan norma-norma sosial.
Perbuatan pelacuran merupakan suatu perzinahan, Perzinahan adalah setiap hubungan kelamin antara wanita dan pria di luar perkawinan yang sah. Ketentuan
Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan menyebutkan bahwa
“Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga