22
BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PENERAPAN SANKSI PIDANA
TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PELACURAN
2.1 Tindak Pidana Pelacuran 2.1.1 Pengertian Tindak Pidana
Istilah yang dipakai dalam hukum pidana yaitu “Tindak Pidana”. Istilah ini, tumbuh dari pihak Kementrian Kehakiman, dan sering dipakai dalam Perundang-
Undangan.
19
Istilah “tindak pidana” dalam bahasa Belanda disebut “Strafbaar feit
”, yang sebenarnya merupakan istilah resmi dalam Strafwetboek atau Kitab Undang-Undang Hukum Pidana KUHP, yang sekarang berlaku di Indonesia.
Ada istilah dalam bahasa Asing yaitu “Delict”.
20
Kata “Delict” diartikan dalam bahasa Jerman, sedangkan kata “Delik” berasal dari bahasa Latin yakni “Delictum”, dalam bahasa Prancis disebut “Delit”, dan
dalam Bahasa Belanda disebut “Delict”. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, arti delik diberi batasan yakni “Perbuatan yang dapat dikenakan hukuman karena
merupakan pelanggaran terhadap Undang- Undang, Tindak Pidana”.
21
19
Moeljatno, Op.cit, hlm. 54.
20
Wirjono Prodjodikoro, Op.cit, hlm. 50.
21
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 2001, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka.
Tindak pidana berarti suatu perbuatan yang pelakunya dapat dikenakan hukuman pidana, dan pelaku ini dapat dikatakan merupakan “subject” tindak
pidana. Menurut Moeljatno, pengertian tindak pidana adalah perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum larangan mana disertai ancaman sanksi yang
berupa pidana tertentu, bagi barang siapa yang melanggar larangan tersebut.
22
Dalam pandangan KUHP yang dapat menjadi subject tindak pidana adalah seorang manusia sebagai oknum. Ini mudah terlihat pada perumusan-perumusan
dari tindak pidana dalam KUHP, yang menampakkan daya berpikir sebagai syarat bagi subuject tindak pidana itu, juga terlihat pada wujud hukuman pidana yang
termuat dalam pasal-pasal KUHP yaitu hukuman penjara, kurungan dan denda.
23
Berbicara mengenai subject tindak pdana, selanjutnya diarahkan pada wujud perbuatan sebagai unsur dari tindak pidana. Wujud perbuatan ini pertama-tama
harus dilihat pada perumusan tindak pidana dalam pasal-pasal tertentu dari peraturan pidana. Perumusan ini dalam bahasa Belanda disebut “delicts om
schrijving ”.
Menurut doktrin, unsur-unsur delik terdiri atas unsur subjektif dan unsur objektif, terhadap unsur-unsur tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Unsur Subjektif, adalah unsur yang berasal dari dalam diri pelaku. Asas
hukum pidana menyatakan “tidak ada hukuman kalau tidak ada kesalahan”
An act does not make a person guilty unless the mind is guilty or actus non facit reum nisi sit rea. Kesalahan yang dimaksud disini adalah kesalahan
yang diakibatkan oleh kesengajaan intention opzet dolus dan kealpaan
22
Moeljatno, Op.cit, hlm. 55.
23
Wirjono Prodjodikoro, Loc.cit.