Latar Belakang Penelitian PENDAHULUAN
Isti Fatimah Nur Asya Bani, 2015 Hubungan Dukungan Sosial dan Self Esteem Terhadap Orientasi Masa Depan di Bidang
Pekerjaan pada Andikpas di LPA Klas III Bandung Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
perilaku bermasalah Robin Hendine, 2001. Hal ini berawal dari perasaan tidak mampu dan tidak berharga. Individu yang memiliki harga
diri rendah cenderung memunculkan perilaku rendah yang disebabkan perasaan tidak mampu dan tidak berharga, kemudian mereka mencoba
untuk mengompensasikannya dengan tindakan lain yang seolah-olah membuatnya merasa berharga Rice Dolgim 2008.
Sebagai remaja secara psikologis, Andikpas yang masih remaja dituntut untuk memenuhi kebutuhannya agar diterima, disetujui, merasa
mandiri, diakui, dan dipuji oleh lingkungan sekitarnya Feist, 2007. Untuk itu, menurut Havirgurst dalam Rice dan Dolgin, 2008 remaja
perlu memenuhi tugas perkembangan remaja, yaitu: menyusun dan mempersiapkan masa depan dalam bidang pendidikan dan karir. Menurut
teori Nurmi 1989 untuk memenuhi tugas perkembangan remaja menyusun dan mempersiapkan masa depan dalam bidang perkerjaan dan
pendidikan ditunjang berbagai aspek di antaranya adalah konsep diri, intelegensi, usia, gender, self esteem, dukungan sosial, dan status sosio
ekonomi. Penelitian yang dilakukan oleh Kartono 1992 menyebutkan
bahwa 50 remaja yang terlibat kasus hukum beresiko menjadi residivis. Menurut penjelasan secara singkat dalam KUHP, residivis adalah orang
yang mengulangi pelanggaran sebelum lewat lima tahun dengan kasus serupa sejak menjalani putusan bebas Muljono, 1998. Resiko residivis
ini muncul karena Andikpas memiliki kesulitan untuk mempersiapkan diri secara ekonomis dengan cara memilih pekerjaan di bidang yang ingin
ditekuni karena pendidikan yang kurang memadai. Hal tersebut menyebabkan terbatasnya akses pada pekerjaan yang diinginkan dan
diminati oleh Andikpas Aviandari, 2008. Selain terbatasnya akses pada pekerjaan yang diminati, faktor psikososial seperti teman sebaya dan
pengaruh keluarga juga mmpunyai andil yang besar saat berusaha untuk menata hidup selepas menjalani masa binaan. Di sisi lain kecurigaan,
Isti Fatimah Nur Asya Bani, 2015 Hubungan Dukungan Sosial dan Self Esteem Terhadap Orientasi Masa Depan di Bidang
Pekerjaan pada Andikpas di LPA Klas III Bandung Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
ketakutan, ketidakpercayaan, dan kebencian dari masyarakat juga menjadi pemicu meningkatnya faktor residivis Sitohang, 2012.
Selain resiko residivis, kondisi di Lapas yang serba terbatas memungkinkan munculnya emosi negatif karena kecenderungan masalah
yang akan dihadapi oleh Andikpas selepas menjalani masa pembinaan, di antaranya: takut tak diterima lingkungan, malu bergaul, harga diri rendah,
dan masyarakat cenderung menjauhi mereka Nies, 2001. Stigma negatif dari masyarakat pada Andikpas akan berpengaruh
pada perkembangan psikologis dan mempengaruhi bagaimana mereka memandang dan menghargai dirinya sendiri. Pada akhirnya hal tersebut
membuat remaja secara sadar menganggap diri mereka nakal, tidak berharga, jahat, dan lain sebagainya Rice Dolgin, 2008. Padahal
menurut fase perkembangannya remaja masih sangat terikat dengan kebutuhan untuk melakukan interaksi sosial, mendapatkan feedback untuk
mempertegas identitas diri, mengembangkan potensi dan memaknai pengalamannya McCabe Bernett, 2000.
Faktor yang mempengaruhi kondisi dan situasi remaja untuk mengembangkan berbagai potensi yang menunjangnya untuk sanggup atau
tidak memenuhi tugas perkembangan, di antararanya faktor sosial, budaya, ekonomi dan pendidikan. Hal-hal tersebut pada akhirnya mempengaruhi
pola perkembangan anak dan pembentukan pola interaksi sosial, kesempatan, pengalaman, dan ruang eksplorasi untuk belajar yang
didapatkan oleh remaja. Rice Dolgin, 2008 Sama seperti remaja lain, remaja yang menjalani masa binaan di
Lapas dan menyandang status sebagai Andikpas pun memiliki tugas perkembangan yaitu menyusun orientasi masa depan di bidang karir.
Penelitian yang dilakukan di Rumah Tahanan Bandung menyebutkan bahwa untuk menyusun orientasi masa depan Andikpas memerlukan
masukan tentang bagaimana cara memaknai peristiwa dan pengalaman yang telah dilalui untuk meningkatkan kompetensi. Namun konsep
Isti Fatimah Nur Asya Bani, 2015 Hubungan Dukungan Sosial dan Self Esteem Terhadap Orientasi Masa Depan di Bidang
Pekerjaan pada Andikpas di LPA Klas III Bandung Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
pemenjaraan terhadap Andikpas menyebabkan mereka jauh dari orangtua, teman sebaya, dan lingkunganya sehingga mereka merasa kesulitan
mencari masukan Yulianti, Srianti, Widiasih, 2009. Konsep pemenjaraan yang serba dibatasi ini mengakibatkan adanya
kondisi sosioekonomi, kesempatan belajar, dan interaksi anak dengan orang tua dan teman sebaya yang kurang sehinga Andikpas yang
mengalami pemenjaran memilki orientasi masa depan pendidikan yang kurang terarah. Selain itu, konsep pemisahan akan menyebabkan remaja
merasa mempersalahkan diri dan inferioritas, tak layak kembali ke masyarakat, dan menciptakan lingkaran residivis Hidayat, 2006.
Namun karena konsep pemenjaraan ini jugalah Andikpas memiliki motivasi yang tinggi mengenai masa depan di bidang karir. Hal ini
dikarenakan Andikpas memiliki motivasi ingin cepat bebas dan menata masa depannya menjadi lebih baik. Akan tetapi ketika melakukan
perencanaan-perencanaan mengenai karir, kerap kali perencanaan tersebut kurang terarah sehingga Andikpas kebingungan mesti melakukan apa
selepas menjalani masa binaan Yulianti, Srianti, Widiasih,2009. Oleh karena itu, Andikpas membutuhkan evaluasi yang tinggi. Evaluasi bisa
dilakukan dengan cara berdiskusi dengan sesama Andikpas atau staf pembinaan di Lapas.
Evaluasi juga berguna untuk mengembangkan kemampuan interaksi sosial Andikpas Bukhori, 2012. Interaksi sosial di dalam Lapas
dengan sesama Andikpas merupakan kunci dari tingkat dukungan sosial yang Andikpas dapatkan Nelfice, Elita, Dewi, 2014. Hal ini sejalan
dengan yang disebutkan oleh Nurmi 1989, bahwa individu membutuhkan motivasi, perencanaan, dan evaluasi dari orang lain untuk
mengembangkan orientasi masa depannya. Berbicara mengenai evaluasi, selain ada di dalam fase storm and
stress yang identik dari Andikpas yang masih ada dalam kategori remaja adalah keterikatannya dengan peer group di mana remaja banyak terikat
Isti Fatimah Nur Asya Bani, 2015 Hubungan Dukungan Sosial dan Self Esteem Terhadap Orientasi Masa Depan di Bidang
Pekerjaan pada Andikpas di LPA Klas III Bandung Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
dan dipengaruhi aturan yang ada dalam peer group. Peer group memegang peranan penting dalam membangun identitas diri remaja yang didapatkan
dari interkasi sosial, value dan evaluasi dari peer groupnya Feist, 2007. Remaja yang menjalani masa pembinaan di Lapas memiliki
kesempatan untuk melakukan interaksi sosial yang terbatas. Hal ini menyebabkan setiap kesempatan untuk melakukan interaksi sosial bagi
Andikpas menjadi sesuatu yang berarti Sulastri, 2013. Interaksi sosial yang terjadi di dalam peer group bagi Andikpas mempengaruhi bagaimana
mereka membentuk bagaimana keyakinan mengenai dirinya sendiri dan membangun dukungan sosial dari dan bagi sesama Andikpas Bukhori,
2012. Interaksi sosial yang terjadi pada remaja merupakan implementasi
dari yang dijelaskan oleh Weiss dalam Cutrona, 1987 bahwa dukungan sosial membantu individu untuk menangani masalah mengenai
perkembangan diri, konsep diri yang lebih baik, dan bagaimana cara mereka membangun hubungan dan kemampuan interaksi sosial yang lebih
baik. Selain itu, dukungan sosial dalam bentuk emosional dapat membantu Andikpas untuk menangani stressor yang umum terjadi di Lapas
Solichatun, 2011 seperti jauh dari teman, jauh dari keluarga, perselisihan sesama penghuni, hilangnya kebebasan, kurangnya kepemilikan personal
dan suasana yang mengganggu di Lapas Maitland Shudder, 1996. Keberadan teman sebaya dapat mempengaruhi harga diri remaja
Santrock, 2010. Penelitian yang dilakukan di Lapas anak Tangerang menyebutkan bahwa pengaruh dukungan sosial keluarga tidak terlalu
berdampak besar pada harga diri remaja Nelfice, Evita Dewi, 2013. Remaja di Lapas lebih banyak menghabiskan waktu dengan teman sebaya
daripada dengan angota keluarga. Motzoi Meyer dalam Santrock, 2001 menyebutkan bahwa teman sebaya memainkan peranan kuat dalam
kehidupan remaja. Remaja lebih bergantung pada teman-teman daripada orangtua untuk memenuhi kebutuhan mereka akan pertemanan, dukungan
Isti Fatimah Nur Asya Bani, 2015 Hubungan Dukungan Sosial dan Self Esteem Terhadap Orientasi Masa Depan di Bidang
Pekerjaan pada Andikpas di LPA Klas III Bandung Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
yang berharga, dan keintiman Santrock, 2001. Bretch dalam Puspita, 2008 menyatakan bahwa harga diri dapat ditingkatkan melalui teman
sebaya yang menerima apa adanya. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan di Lapas Anak Tangerang yang menyebutkan bahwa dukungan
sosial keluarga tidak menunjang harga diri remaja yang sedang menjalani masa binaan Nelfice, Elita, Dewi, 2014.
Oleh karena itu peneliti ingin melakukan penelitian mengenai pengaruh dukungan sosial yang didapatkan Andikpas dari rekan sesama
Andikpas dan self esteem terhadap orientasi masa depan di bidang pekerjaan pada Andikpas selama masa pembinaan di LPA Klas III
Bandung. Bagaimana Andikpas memperoleh dukungan sosial sesama Andikpas dan mengembangkan harga diri, kemudian membentuk aspirasi,
konsep dan tujuan di masa depan adalah hal yang mendasari peneliti untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Dukungan Sosial Teman
Sesama Anak Didik Lapas dan Self esteem terhadap Orientasi Masa Depan di Bidang Pekerjaan pada Andikpas di Lembaga Pemasyarakatan Anak
Ke las III Bandung.”