PENGARUH DUKUNGAN SOSIALTEMAN SESAMA ANAK DIDIK LAPAS (ANDIKPAS) DAN SELF ESTEEM TERHADAP ORIENTASI MASA DEPAN DI BIDANG PEKERJAAN PADA ANDIKPAS DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN ANAK KELAS III BANDUNG.

(1)

DiajukanuntukMemenuhi Salah SatuSyaratMemperolehGelar SarjanaPsikologi

SKRIPSI

Disusun Oleh: Isti Fatimah NurAsyaBani

1002060

DEPARTMEN PSIKOLOGI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

Oleh

Isti Fatimah NurAsyaBani

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Psikologi pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Isti Fatimah Nur Asya Bani 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

April 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

(4)

(5)

Isti Fatimah Nur Asya Bani (1002060). Hubungan Dukungan Sosial dan Self

Esteem Terhadap Orientasi Masa Depan di Bidang Pekerjaan pada Andikpas di LPA Klas III Bandung. Skripsi. Departemen Psikologi Universitas Pendidikan

Indonesia. Bandung. 2015

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan dukungan sosial dan self

esteem terhadap orientasi masa depan di bidang pekerjaan pada Andikpas di LPA

Klas III Bandung. Desain penelitian ini adalah kuantitatif dengan metode korelasional. Penentuan subjek (N = 48) pada penelitian menggunakan teknik

purposive sampling. Data diperoleh dengan memodifikasi kuisioner Rosenberg Self Esteem Scale yang dibuat oleh Rosenberg, kuisioner dukungan sosial dan

kuisioner orientasi masa depan di bidang pekerjaan yang dibuat oleh peneliti sendiri dari karakteristik dukungan sosial Weiss dan karakteristik orientasi masa depan yang dibuat oleh Nurmi. Hasil penelitian ini adalah: 1) dukungan sosial sesama teman Andikpas, self esteem dan orientasi masa depan di bidang pekerjaan pada Andikpas ada dalam kategori sedang. 2) Hasil uji regresi dukungan sosial sesama teman Andikpas terhadap orientasi masa depan di bidang pekerjaan memiliki nilai signifikansi 0.042 yang membuktikan bahwa ada pengaruh signifikan dari variabel dukungan sosial sesama teman Andikpas terhadap orientasi masa depan di bidang pekerjaan pada Andikpas. 3) Hasil uji regresi self esteem terhadap orientasi masa depan di bidang pekerjaan memiliki nilai signifikansi 0.333 yang membuktikan bahwa ada tidak pengaruh signifikan dari variabel self esteem terhadap orientasi masa depan di bidang pekerjaan pada Andikpas.

Kata kunci: self esteem, dukungan sosial, orientasi masa depan, andikpas, masa binaan, Lapas Anak Bandung.


(6)

Isti Fatimah Nur Asya Bani (1002060). Correlation between Self Esteem and

Social Support on Working Class Future Orientation of Prisoner Adolescent in Lapas Anak Kelas III Bandung. Thesis. Departement of Psychologi Indonesia

University of Education. Bandung. 2015

This research aims to determine the relationship between self esteem and social support on work class future orientation. Design of this research is quantitative with correlational methode. Subject (N = 48) was selected by purposive sampling. Datum were collected by RSES questionaire from Rosenberg which modified, social support and work class future orientation questionaire which made by researcher from criteria of social support based on Weiss and work class future orientation based on Nurmi theory criteria. Result of ths research are: 1) social support, self esteem and future orientation level of prisoner adolecnent are on average level. 2) significant value of the correlation between social support and working class future orientastion of adolescent prisoners in LPA kelas III Bandung is 0,042, it shows there is correlation between social support and working class future orientation. 3) significant value of the correlation between self esteem and working class future orientation of adolescent prisoners in LPA kelas III Bandung is 0.333, it shows there is no correlation between self esteem and working class future orientation.

Keywords:self esteem, social support, future orientation, prisoner adolescent, adolescent prison.


(7)

LEMBAR PENGESAHAN

PERNYATAAN i

KATA PENGANTAR ii

UCAPAN TERIMA KASIH iii

ABSTRAK vi

ABSTRACT vii

DAFTAR ISI viii

DAFTAR TABEL xii

DAFTAR GAMBAR xiv

DAFTAR LAMPIRAN xv

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1Latar Belakang Penelitian 1

1.2Rumusan Masalah 7

1.3Tujuan Penelitian 7

1.4Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis 1.4.2 Manfaat Praktis

8 8 8

1.5Sistematika Penulisan 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA 11

2.1Tinjauan Tentang Masa Remaja 11

2.1.1 Definisi Remaja dan Batasan Usia Remaja 11

2.1.2 Ciri-Ciri dan Karakteristik Remaja 11

2.1.3 Tugas Perkembangan Remaja 14

2.2Tinjauan Tentang Dukungan Sosial 15

2.2.1 Definisi Dukungan Sosial 15

2.2.2 Aspek-Aspek dalam Dukungan Sosial 2.2.3 Dukungan Sosial Teman Sebaya 2.2.4 Pengukuran Dukungan Sosial

16 17 21


(8)

2.3.4 Proses Pembentukan Self Esteem

2.3.5 Proses yang Mendukung Terbentuknya Self Esteem 2.3.6 Karakteristik Individu dan Self Esteem

2.3.7 Aspek-Aspek yang Menghambat Perkembangan Self Esteem 2.3.8 Tingkatan Self Esteem

24 25 26 27 28 2.4Tinjauan Tentang Orientasi Masa Depan

2.4.1 Definisi Orientasi Masa Depan 2.4.2 Aspek-Aspek Orientasi Masa Depan 2.4.3 Proses Orientasi Masa Depan

2.4.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Orientasi Masa Depan 2.4.5 Pengukuran Orientasi Masa Depan

29 29 30 32 33 36 2.5Tinjaun Tentang Andikpas

2.6Penelitian yang Relevan 2.7Kerangka Pemikiran 2.8Hipotesis Penelitian

36 37 39 42

BAB III METODE PENELITIAN 44

3.1Lokasi dan Subjek Penelitian 3.1.1 Lokasi Penelitian

3.1.2 Populasi dan Sample Penelitian

44 44 44 3.2Desain Penelitian

3.3Variabel Penelitian 3.4Definisi Operasional

3.4.1 Definisi Operasional Dukungan Sosial 3.4.2 Definisi Operasional Self Esteem

3.4.3 Definisi Operasional Orientasi Masa Depan

44 45 45 45 47 47 3.5Teknik Pengumpulan Data

3.6Instrumen Pengumpulan Data 3.6.1 Alat Ukur

3.6.1.1Spesifikasi Alat Ukur Dukungan Sosial 3.6.1.2Spesifikasi Alat Ukur Self Esteem

48 48 49 49 50


(9)

3.7 Proses Pengembangan Instrumen 3.7.1 Uji Konten

3.7.2 Uji Keterbacaan Instrumen 3.7.3 Uji Validitas Instrumen 3.7.4 Uji Reliabilitas Instrumen 3.7.5 Kategorisasi Skala

3.8 Teknik Analisa Data 3.8.1 Uji Regresi Linier 3.8.2 Uji Korelasi

3.9 Prosedur Pelaksanaan Penelitian 3.9.1 Tahap Persiapan

3.9.2 Tahap Pengumpulan Data 3.9.3 Tahap Pengolahan Data

52 52 53 53 53 54 55 55 56 56 56 56 57

BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 58

4.1Hasil dan Pembahasan

4.1.1 Deskripsi Demografis Pendidikan Terakhir 4.1.2 Deskripsi Gambaran Tingkat Dukungan Sosial 4.1.3 Deskripsi Gambaran Tingkat Self Esteem

4.1.4 Dekskripsi Gambaran Tingkat Orientasi Masa Depan di Bidang Pekerjaan

4.1.5 Hasil Uji Hipotesis

4.1.5.1Pengaruh Dukungan Sosial Terhadap Orientasi Masa Depan di Bidang Pekerjaan pada Andikpas di LPA Klas III Bandung

4.1.5.2Pengaruh Self esteem Terhadap Orientasi Masa Depan di Bidang Pekeraan pada Andikpas di LPA Klas III Bandung

4.1.5.3Pengaruh Dukungan Sosial dan Self esteem Terhadap Orientasi Masa Depan di Bidang Pekerjaan

4.2Keterbatasan Penelitian

58 58 59 62 64 68 68 71 73 78


(10)

B. Saran 80

DAFTAR PUSTAKA 81

LAMPIRAN


(11)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Dewasa ini dalam kehidupan bermasyarakat yang diikat norma sosial kerap kali muncul permasalahan menyangkut anak yang diduga melakukan tindak pidana. Ketika menangani anak yang diduga melakukan tindak pidana, dibutuhkan penanganan khusus sesuai dengan apa yang tertera di UU No. 11 Tahun 2012 tentang sistem peradilan anak. UU No. 11 tahun 2012 ini dibuat berdasarkan UU No 23 tahun 2002 pasal 2 tentang perlindungan anak menjelaskan bahwa anak-anak adalah bagian dari generasi muda penerus bangsa yang memiliki peranan strategis sebagai salah satu sumber daya manusia yang merupakan potensi dan penerus cita-cita dan perjuangan bangsa di masa yang akan datang.

Sebagai awal, pada pasal 2 dari UU No. 11 Tahun 2012 menyebutkan bahwa anak memiliki ciri, hak dan sifat yang khusus. Didasari hal tersebut maka dijelaskan dalam pasal 21 mengenai proses penahanan anak harus selalu didampingi dan berasaskan pembinaan yang dijelaskan lebih lanjut dalam pasal 84 dan 85. Pasal tersebut menjelaskan bahwa anak membutuhkan pembinaan dan perlindungan dalam rangka menjamin pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental dan sosial secara seimbang (Irawan, 2011).

Berdasarkan data statistik staff administrasi dan orientasi di LPA Klas III Bandung, tercatat ada sebanyak 56 orang klien narapidana anak per Februari 2015. Ketika selesai menjalani proses hukum dan diputus harus menjalani masa pembinaan, anak akan dikirim ke lembaga pemasyarakatan guna menjalani masa binaan. Keberadaan Lembaga Pemasyarakatan Anak merupakan upaya dari apa yang dicanangkan dan diusahakan oleh pemerintah sebagai salah satu bentuk perlindungan khusus terhadap anak yang terlibat kasus hukum dan harus menjalani masa


(12)

binaan sesuai dengan UU NO 12 tahun 2012 yang menekankan bahwa proses pembinaan dan pendidikan anak harus diarahkan pada pengembangan diri, pengembangan potensi, minat dan bakat, serta rekreasi (Melani, 2004).

UU No. 23 tahun 2003 pasal 1 menjelaskan bahwa rentang usia anak tercatat sampai usia 18 tahun. Di rentang usia tersebut klien anak yang terlibat kasus hukum dan harus menjalani masa binaan di Lapas Anak dan disebut Andikpas (anak didik lembaga pemasyarakatan). Andikpas yang menjalani masa binaan di Lembaga Pemasyarakatan Anak rata-rata berusia antara 14-20 tahun (Irawan, 2011).

Di usia tersebut Andikpas termasuk ke dalam kategori fase remaja yang menurut Hurlock (2009) ada dalam fase storm and stress. Fase storm

and stress adalah fase di mana ketegangan emosi meningkat sebagai akibat

dari perubahan fisik dan kelenjar. Adapun meningkatnya emosi terutama karena remaja berada di bawah tekanan sosial dan menghadapi kondisi dan harapan baru sehingga harus diperhatikan kepentingan yang menyangkut pertumbuhan dan pemenuhan tugas perkembangannya baik secara fisik, psikologis, maupun sosial (Santrock, 2007).

Menjalani kehidupan di Lapas merupakan bentuk pertangungjawaban yang harus dipenuhi oleh remaja yang terlibat kasus hukum. Selama menjalani masa binaan di Lapas, berbagai permasalahan dialami Andikpas. Di antaranya adalah perubahan hidup, hilangnya kebebasan, hak-hak yang semakin terbatas, dan perolehan label penjahat (Mandiana, 2005). Mereka yang masih tergolong remaja membutuhkan arahan, bimbingan, serta pendampingan agar mereka dapat berkembang ke arah pendewasaan yang lebih positif (Handayani, 2010).

Terlibat kasus hukum dan harus menjalani masa binaan bagi remaja disebabkan oleh beberapa faktor yang mempengaruhi, salah satunya adalah harga diri yang rendah. Harga diri yang rendah juga dapat menyebabkan individu gagal berprestasi, kurang mandiri, menunjukan


(13)

perilaku bermasalah (Robin & Hendine, 2001). Hal ini berawal dari perasaan tidak mampu dan tidak berharga. Individu yang memiliki harga diri rendah cenderung memunculkan perilaku rendah yang disebabkan perasaan tidak mampu dan tidak berharga, kemudian mereka mencoba untuk mengompensasikannya dengan tindakan lain yang seolah-olah membuatnya merasa berharga (Rice & Dolgim 2008).

Sebagai remaja secara psikologis, Andikpas yang masih remaja dituntut untuk memenuhi kebutuhannya agar diterima, disetujui, merasa mandiri, diakui, dan dipuji oleh lingkungan sekitarnya (Feist, 2007). Untuk itu, menurut Havirgurst (dalam Rice dan Dolgin, 2008) remaja perlu memenuhi tugas perkembangan remaja, yaitu: menyusun dan mempersiapkan masa depan dalam bidang pendidikan dan karir. Menurut teori Nurmi (1989) untuk memenuhi tugas perkembangan remaja menyusun dan mempersiapkan masa depan dalam bidang perkerjaan dan pendidikan ditunjang berbagai aspek di antaranya adalah konsep diri, intelegensi, usia, gender, self esteem, dukungan sosial, dan status sosio ekonomi.

Penelitian yang dilakukan oleh Kartono (1992) menyebutkan bahwa 50% remaja yang terlibat kasus hukum beresiko menjadi residivis. Menurut penjelasan secara singkat dalam KUHP, residivis adalah orang yang mengulangi pelanggaran sebelum lewat lima tahun dengan kasus serupa sejak menjalani putusan bebas (Muljono, 1998). Resiko residivis ini muncul karena Andikpas memiliki kesulitan untuk mempersiapkan diri secara ekonomis dengan cara memilih pekerjaan di bidang yang ingin ditekuni karena pendidikan yang kurang memadai. Hal tersebut menyebabkan terbatasnya akses pada pekerjaan yang diinginkan dan diminati oleh Andikpas (Aviandari, 2008). Selain terbatasnya akses pada pekerjaan yang diminati, faktor psikososial seperti teman sebaya dan pengaruh keluarga juga mmpunyai andil yang besar saat berusaha untuk menata hidup selepas menjalani masa binaan. Di sisi lain kecurigaan,


(14)

ketakutan, ketidakpercayaan, dan kebencian dari masyarakat juga menjadi pemicu meningkatnya faktor residivis (Sitohang, 2012).

Selain resiko residivis, kondisi di Lapas yang serba terbatas memungkinkan munculnya emosi negatif karena kecenderungan masalah yang akan dihadapi oleh Andikpas selepas menjalani masa pembinaan, di antaranya: takut tak diterima lingkungan, malu bergaul, harga diri rendah, dan masyarakat cenderung menjauhi mereka (Nies, 2001).

Stigma negatif dari masyarakat pada Andikpas akan berpengaruh pada perkembangan psikologis dan mempengaruhi bagaimana mereka memandang dan menghargai dirinya sendiri. Pada akhirnya hal tersebut membuat remaja secara sadar menganggap diri mereka nakal, tidak berharga, jahat, dan lain sebagainya (Rice & Dolgin, 2008). Padahal menurut fase perkembangannya remaja masih sangat terikat dengan kebutuhan untuk melakukan interaksi sosial, mendapatkan feedback untuk mempertegas identitas diri, mengembangkan potensi dan memaknai pengalamannya (McCabe & Bernett, 2000).

Faktor yang mempengaruhi kondisi dan situasi remaja untuk mengembangkan berbagai potensi yang menunjangnya untuk sanggup atau tidak memenuhi tugas perkembangan, di antararanya faktor sosial, budaya, ekonomi dan pendidikan. Hal-hal tersebut pada akhirnya mempengaruhi pola perkembangan anak dan pembentukan pola interaksi sosial, kesempatan, pengalaman, dan ruang eksplorasi untuk belajar yang didapatkan oleh remaja. (Rice & Dolgin, 2008)

Sama seperti remaja lain, remaja yang menjalani masa binaan di Lapas dan menyandang status sebagai Andikpas pun memiliki tugas perkembangan yaitu menyusun orientasi masa depan di bidang karir. Penelitian yang dilakukan di Rumah Tahanan Bandung menyebutkan bahwa untuk menyusun orientasi masa depan Andikpas memerlukan masukan tentang bagaimana cara memaknai peristiwa dan pengalaman yang telah dilalui untuk meningkatkan kompetensi. Namun konsep


(15)

pemenjaraan terhadap Andikpas menyebabkan mereka jauh dari orangtua, teman sebaya, dan lingkunganya sehingga mereka merasa kesulitan mencari masukan (Yulianti, Srianti, & Widiasih, 2009).

Konsep pemenjaraan yang serba dibatasi ini mengakibatkan adanya kondisi sosioekonomi, kesempatan belajar, dan interaksi anak dengan orang tua dan teman sebaya yang kurang sehinga Andikpas yang mengalami pemenjaran memilki orientasi masa depan pendidikan yang kurang terarah. Selain itu, konsep pemisahan akan menyebabkan remaja merasa mempersalahkan diri dan inferioritas, tak layak kembali ke masyarakat, dan menciptakan lingkaran residivis (Hidayat, 2006).

Namun karena konsep pemenjaraan ini jugalah Andikpas memiliki motivasi yang tinggi mengenai masa depan di bidang karir. Hal ini dikarenakan Andikpas memiliki motivasi ingin cepat bebas dan menata masa depannya menjadi lebih baik. Akan tetapi ketika melakukan perencanaan-perencanaan mengenai karir, kerap kali perencanaan tersebut kurang terarah sehingga Andikpas kebingungan mesti melakukan apa selepas menjalani masa binaan (Yulianti, Srianti, & Widiasih,2009). Oleh karena itu, Andikpas membutuhkan evaluasi yang tinggi. Evaluasi bisa dilakukan dengan cara berdiskusi dengan sesama Andikpas atau staf pembinaan di Lapas.

Evaluasi juga berguna untuk mengembangkan kemampuan interaksi sosial Andikpas (Bukhori, 2012). Interaksi sosial di dalam Lapas dengan sesama Andikpas merupakan kunci dari tingkat dukungan sosial yang Andikpas dapatkan (Nelfice, Elita, Dewi, 2014). Hal ini sejalan dengan yang disebutkan oleh Nurmi (1989), bahwa individu membutuhkan motivasi, perencanaan, dan evaluasi dari orang lain untuk mengembangkan orientasi masa depannya.

Berbicara mengenai evaluasi, selain ada di dalam fase storm and

stress yang identik dari Andikpas yang masih ada dalam kategori remaja


(16)

dan dipengaruhi aturan yang ada dalam peer group. Peer group memegang peranan penting dalam membangun identitas diri remaja yang didapatkan dari interkasi sosial, value dan evaluasi dari peer groupnya (Feist, 2007).

Remaja yang menjalani masa pembinaan di Lapas memiliki kesempatan untuk melakukan interaksi sosial yang terbatas. Hal ini menyebabkan setiap kesempatan untuk melakukan interaksi sosial bagi Andikpas menjadi sesuatu yang berarti (Sulastri, 2013). Interaksi sosial yang terjadi di dalam peer group bagi Andikpas mempengaruhi bagaimana mereka membentuk bagaimana keyakinan mengenai dirinya sendiri dan membangun dukungan sosial dari dan bagi sesama Andikpas (Bukhori, 2012).

Interaksi sosial yang terjadi pada remaja merupakan implementasi dari yang dijelaskan oleh Weiss (dalam Cutrona, 1987) bahwa dukungan sosial membantu individu untuk menangani masalah mengenai perkembangan diri, konsep diri yang lebih baik, dan bagaimana cara mereka membangun hubungan dan kemampuan interaksi sosial yang lebih baik. Selain itu, dukungan sosial dalam bentuk emosional dapat membantu Andikpas untuk menangani stressor yang umum terjadi di Lapas (Solichatun, 2011) seperti jauh dari teman, jauh dari keluarga, perselisihan sesama penghuni, hilangnya kebebasan, kurangnya kepemilikan personal dan suasana yang mengganggu di Lapas (Maitland & Shudder, 1996).

Keberadan teman sebaya dapat mempengaruhi harga diri remaja (Santrock, 2010). Penelitian yang dilakukan di Lapas anak Tangerang menyebutkan bahwa pengaruh dukungan sosial keluarga tidak terlalu berdampak besar pada harga diri remaja (Nelfice, Evita & Dewi, 2013). Remaja di Lapas lebih banyak menghabiskan waktu dengan teman sebaya daripada dengan angota keluarga. Motzoi & Meyer (dalam Santrock, 2001) menyebutkan bahwa teman sebaya memainkan peranan kuat dalam kehidupan remaja. Remaja lebih bergantung pada teman-teman daripada orangtua untuk memenuhi kebutuhan mereka akan pertemanan, dukungan


(17)

yang berharga, dan keintiman (Santrock, 2001). Bretch (dalam Puspita, 2008) menyatakan bahwa harga diri dapat ditingkatkan melalui teman sebaya yang menerima apa adanya. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan di Lapas Anak Tangerang yang menyebutkan bahwa dukungan sosial keluarga tidak menunjang harga diri remaja yang sedang menjalani masa binaan (Nelfice, Elita, & Dewi, 2014).

Oleh karena itu peneliti ingin melakukan penelitian mengenai pengaruh dukungan sosial yang didapatkan Andikpas dari rekan sesama Andikpas dan self esteem terhadap orientasi masa depan di bidang pekerjaan pada Andikpas selama masa pembinaan di LPA Klas III Bandung. Bagaimana Andikpas memperoleh dukungan sosial sesama Andikpas dan mengembangkan harga diri, kemudian membentuk aspirasi, konsep dan tujuan di masa depan adalah hal yang mendasari peneliti untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Dukungan Sosial Teman Sesama Anak Didik Lapas dan Self esteem terhadap Orientasi Masa Depan di Bidang Pekerjaan pada Andikpas di Lembaga Pemasyarakatan Anak Kelas III Bandung.”

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah terdapat pengaruh dukungan sosial sesama Andikpas terhadap orientasi masa depan di bidang pekerjaan pada Andikpas di LPA Klas III Bandung?

2. Apakah terdapat pengaruh self esteem terhadap orientasi masa depan di bidang pekerjaan pada Andikpas di LPA Klas III Bandung?

3. Apakah terdapat pengaruh dukungan sosial dan self esteem terhadap orientasi masa depan di bidang pekerjaan pada Andikpas di LPA Klas III Bandung?


(18)

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan data empiris mengenai pengaruh dukungan sosial dan self esteem terhadap orientasi masa depan pada Andikpas di LPA Klas III Bandung.

1.4 Manfaat Penelitian

Dari tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti, tentunya diharapkan penelitian ini mampu memberi manfaat. Hasil penelitian diharapkan bermanfaat untuk mengembangkan konsep mengenai dukungan sosial teman sebaya, harga diri, dan orientasi masa depan di bidang pekerjaan pada remaja yang harus menjalani masa binaan di Lapas.

Secara khusus, penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk kajian psikologi khususnya psikologi perkembangan karena subjek pada penelitian ini adalah remaja yang sedang ada di tahap perkembangan di mana individu memiliki tugas perkembangan tertentu, harus merencanakan dan mencapai kepastian secara ekonomi yang merupakan bagian penting dari hidupnya, bukan hanya rencana yang sekedar ikut-ikutan. Penelitian ini juga diharapkan bermanfaat untuk perkembangan kajian studi psikologi forensik karena subjek yang terkait dalam penelitian ini adalah remaja yang terlibat kasus hukum dan harus menjalani masa binaan. Penelitian ini pun diharapkan berguna dalam bidang psikologi sosial, terutama mengenai patologi sosial yang menyangkut remaja dan perilakunya yang bertentangan dengan norma yang berlaku.

Peneliti pun berharap hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk staf pembinaan di LPA Bandung untuk menngembangkan program pembinaan yang lebih baik lagi sehingga dapat memiliki manfaat yang baik untuk Andikpas. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk para pembaca, terutama orang tua agar lebih dapat memfasilitasi dan memantau perkembangan remaja demi


(19)

terpenuhinya tugas perkembangan serta untuk mengetahui kebutuhan-kebutuhan psikologis beserta karakteristiknya yang dibahas dalam penelitian ini.

1.5 Sistematika Penulisan

Struktur penulisan dalam skripsi adalah sebagai berikut

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini akan diuraikan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta struktur organisasi.

BAB II DUKUNGAN SOSIAL, SELF ESTEEM, DAN ORIENTASI MASA DEPAN

Pada bab ini, akan dibahas mengenai teori dukungan sosial yang terdiri dari definisi dukungan sosial, aspek dalam dukungan sosial, faktor-faktor yang memengaruhi tinggi rendahnya dukungan sosial dan ciri-ciri dukungan sosial berdasarkan faktor yang memengaruhinya. Kemudian akan membahas mengenai teori self-esteem yang terdiri dari definisi self-esteem faktor-faktor yang memengaruhi esteem dan aspek dalam

self-esteem. Selanjutnya, akan dibahas mengenai orientasi masa

depan yang terdiri dari definisi orientasi masa depan, aspek-aspek orientasi masa depan, dan faktor-faktor yang memengaruhi orientasi masa depan. Kemudian, peneliti juga akan membahas perkembangan remaja dan faktor-faktor yang memengaruhi perkembangan tersebut. Selain itu, akan dibahas mengenai kerangka pemikiran serta hipotesis penelitian. Kerangka pemikiran membahas mengenai tahapan yang akan ditempuh untuk merumuskan hipotesis dan mengkaji hubungan teoritis antara variabeldukungan sosial, self-esteem, dan


(20)

orientasi masa depan. Hipotesis penelitian membahas mengenai jawaban sementara yang harus diuji kebenarannya mengenai hubungan antara 3 variabel yaitu dukungan sosial, self-esteem, dan orientasi masa depan.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini berisi pembahasan mengenai metode penelitian yang digunakan, lokasi, populasi, sampel dan teknik sampling penelitian. Kemudian membahas mengenai variabel dan definisi operasional dukungan sosial, self-esteem, dan orientasi masa depan, teknik pengumpulan data, dan instrumen penelitian. Selain itu juga dibahas mengenai proses pengembangan instrumen dan teknik analisis data yang terdiri dari uji normalitas dan uji regresi.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini, akan dibahas mengenai penelitian dan pembahasan hasil analisis mengenai pengaruh dukungan sosial terhadap orientasi masa depan di bidang pekerjaan melalui self-esteem pada Andipas di LPA Klas III Bandung.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam bab ini akan dibahas mengenai kesimpulan dan saran yang didasarkan pada hasil penelitian ini.


(21)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Subjek Penelitian

3.1.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di LPA Klas III Bandung.

3.1.2 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini merupakan Andikpas di LPA Klas III Bandung yang berusia antara 13-20 tahun. Berdasarkan data yang didapatkan dari staff Administrasi dan Orientasi di LPA Klas III Bandung jumlah Andikpas yang sedang menjalani masa binaan per Februari 2015 ada 46 orang, sedangkan jumlah Anak Tahanan ada 8 orang, jadi jumlah populasi dalam penelitian ini ada 54 orang.

Penentuan subjek pada penelitian menggunakan teknik probability sampling. Teknik ini merupakan teknik yang jumlah data populasinya sudah diketahui oleh peneliti untuk diambil dalam penelitiannya (Arikunto, 2010). Untuk pengambilan data, peneliti menggunakan menggunakan simple random sampling dimana semua narapidana di LAPAS tersebut memiliki kemungkinan untuk menjadi partisipan penelitian (Cozby & Bates, 2011).

Sample yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah 48 orang. Hal ini disebabkan karena dari 6 orang dari 54 orang Andikpas tidak mendapatkan perijinan dari pihak lapas karena masih berstatus tahanan, atau sedang melakukan tugas harian di dapur, sehingga peneliti hanya bisa mengambil sampel 48 orang.

3.2 Desain Penelitian

Pada penelitian ini pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif dengan dengan model seperti gambar 3.1 dibawah ini. Jenis penelitian ini


(22)

memfokuskan pada pengungkapan hubungan kausal antara variabel dukungan sosial dan self esteem sebagai variabel bebas terhadap orientasi masa depan di bidang pekerjaan sebagai variabel terikat (Schumacker & Lomax, 2010). Desain penelitian dapat digambarkan melalui bagan sebagai berikut ini:

gambar 3.1

Bagan Desain Penelitian

3.3 Variabel Penelitian

Variabel penelitian variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah dukungan sosial sebagai variabel X1, self esteem sebagai variabel X2, dan

orientasi masa depan sebagai variabel Y. Variabel X berperan sebagai variabel independen dan variabel eksogen (variabel penyebab), sedangkan Y berperan sebagai variabel dependen dan variabel endogen (variabel akibat).

3.4 Definisi Operasional

Definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

3.4.1 Definisi Operasional Dukungan Sosial

Secara operasional dalam konteksi ini dukungan sosial didefinisikan sebagai kemampuan Andikpas dalam melakukan interaksi dan memenuhi kebutuhan sosial yang dihadapinya di Lapas. Skor yang tinggi pada alat ukur ini menunjukan bahwa Andikpas tersebut mendapatkan kualitas dukungan sosial yang positif sehingga mampu berinteraksi, beradaptasi dengan kehidupan di Lapas dan memenuhi

Dukungan sosial (X1)

Orientasi Masa Depan (Y)


(23)

kebutuhannya di dalam Lapas. Sementara skor rendah menunjukan bahwa kualitas dukungan sosial yang Andikpas dapatkan tergolong negatif sehingga memiliki kecenderungan kurang mampunya Andikpas dalam melakukan interaksi, beradaptasi dengan kehidupan di Lapas dan tidak mampu memenuhi kebutuhannya.

Skor dukungan sosial dari subjek didapatkan berdasarkan hasil perhitungan instrumen dukungan sosial anak didik pemasyarakatan yang peneliti kembangkan berdasarkan aspek-aspek yang diturunkan dari dua dimensi dukungan sosial dari Weiss (1974), sebagai berikut:

1). Emotional Support

a) Kelekatan emosi,

Perasaan aman dan tentram yang dirasakan oleh Andikpas karena memiliki hubungan pertemanan dengan sesama Andikpas.

b)Integrasi sosial,

Menunjukan kapasitas Andikpas dalam berinteraksi sehingga merasa tergabung dan diterima dalam suatu kelompok yang memiliki minat yang sama.

c) Adanya pengakuan,

Menggambarkan bagaimana Andikpas merasa mendapatkan pengakuan atas kelebihan yang dimilikinya. Hal ini berdampak pada keyakinan yang dimiliki oleh Andikpas bahwa dia dihargai oleh rekan sesama Andikpas.

d)Kesempatan untuk mengasuh,

Andikpas merasa perlu untuk membantu rekan sesama Andikpas yang membutuhkan bantuan atau perhatiannya.

2). Instrumental Support

a) Ketergantungan yang dapat diandalkan.

Menunjukan perasaan dan keyakinan Andikpas bahwa ketika sedang menghadapi kesulitan, dia bisa meminta bantuan pada rekannya.


(24)

b)Bimbingan

Menggambarkan bagaimana Andikpas mendapatkan informasi, saran, atau nasehat yang diperlukan dalam memenuhi kebutuhan dan mengatasi permasalahan yang dihadapi.

3.4.2 Definisi Operasional Self esteem

Secara operasional konteks self esteem dalam penelitian ini adalah penilaian Andikpas pada dirinya sendiri, kemudian diaplikasikan dengan bersikap positif atau negatif terhadap dirinya. Dalam penelitian ini kualitas self esteem diketahui melalui hasil penjumlahan keseluruhan skor dari perhitungan instrument Rosenberg Self

esteem Scale yang sudah dimodifikasi untuk setting Lapas. Semakin tinggi skor self esteem Andikpas, maka semakin tinggi pula self esteem Andikpas.

3.4.2 Definisi Operasional Orientasi Masa Depan

Secara operasional, orientasi masa depan dalam penelitian ini diartikan sebagai suatu set kognitif yang didasarkan pada motivasi, perencanaan dan motivasi yang dimiliki oleh Andikpas di Lapas. Skor motivasi, perencanaan dan evaluasi sebagai dimensi utama orientasi masa depan didapat dari perhitungan instrumen orientasi masa depan Andikpas di bidang pekerjaan yang dikembangkan oleh peneliti. Semakin tinggi skornya maka menunjukan bahwa Andikpas di Lapas memiliki orientasi masa depan yang tinggi. Sebaliknya, skor rendah menunjukan bahwa Andikpas tersebut memiliki orientasi masa depan yang rendah pula. Instrumen orientasi masa depan di bidang pekerjaan dibangun berdasarkan tiga dimensi, yaitu:


(25)

Dalam hal ini menunjukan dorongan dari dalam Andikpas untuk mencapai tujuannya. Hal ini juga termasuk dalam kemampuan Andikpas untuk berusaha mencari berbagai alternatif solusi agar mampu untuk mencapai tujuannya.

b) Perencanaan

Pada konteks ini menunjukan kemampuan Andikpas untuk menyusun strategi dalam mencapai tujuannya. Artinya, Andikpas berani untuk menyusun langkah awal yang akan diambil untuk mendekatkan diri pada tujuannya.

c) Evaluasi

Hal ini menunjukan penilaian Andikpas tentang sejauh mana tujuan yang ditetapkan dapat direalisasikan. Evaluasi dapat tergambar melalui kontrol yang dimiliki Andikpas, evaluasi emosi dan kemungkinan pencapaian tujuan karir yang sudah ditetapkan.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data berupa pemberian kuesioner. Kuesioner yang digunakan merupakan suatu set pertanyaan mengenai dukungan sosial, orientasi masa depan dan self esteem melalui penurunan konsep teori menjadi indikator (Cozby & Bates, 2011). Bentuk kuesioner yang diberikan adalah pertanyaan tertutup. Pemberian kuesioner dilakukan secara langsung kepada subjek penelitian yaitu Andikpas (Anak Didik LAPAS Bandung). Kuesioner berisi sejumlah pertanyaan yang harus dijawab oleh subjek di mana subjek dibeberapa pilihan. Subjek diharuskan untuk memilih salah satu jawaban yang paling sesuai dengan dirinya. Sebelum mengumpulkan data, peneliti akan menjelaskan tentang kerahasiaan data subjek dan instruksi atau tata cara pengisian kuesioner


(26)

3.6 Instrumen Pengumpulan Data

Peneliti akan menggunakan 3 alat ukur dalam penelitian ini. Masing-masing alat ukur akan digunakan untuk variabel dukungan sosial, self esteem, dan orientasi masa depan di bidang pekerjaan. Pengembangan instrument dilakukan pertama kali dengan cara menyusun indikator variabel, menyusun kisi-kisi instrument, melakukan pilot project atau uji coba, dan melakukan pengujian validitas dan reliabilitas instrument.

3.6.1 Alat Ukur

3.6.1.1 Spesifikasi Alat Ukur Dukungan Sosial

Dalam mengukur dukungan sosial, peneliti mengembangkan alat ukur sendiri yang diturunkan langsung dari 6 aspek dukungan sosial berdasarkan teori Social Support oleh Weiss (1989). Instrumen ini terdiri dari 12 item, dan memiliki reliabilitas instrument 0,769 yang berada pada kategori cukup reliable. Instrumen ini menggunakan

semantic differential rating.

Tabel 3.1 Kisi-Kisi instrumen Dukungan Sosial Teman Sesama Andikpas

No Dimensi Sub Dimensi No Item Favorable

No Item Unfavorable

Jumlah

1 Instrumental Support

Reliable Alliance 6 8 2

Guidance 9, 12 - 2

2 Emotional Support

Reassurance of Worth

5,7 - 2

Attachment 1 4 2

Social Integration 3 2 2

Opportunity to provide


(27)

nurturance

Jumlah 8 4 12

3.6.1.2 Spesifikasi Alat Ukur Self esteem

Dalam mengukur self esteem, peneliti memodifikasi instrument yang sudah ada agar sesuai dengan konteks Lapas. Instrumen yang dimodifikasi adalah The Rosenberg Self esteem Scale (1969). Instrumen ini terdiri dari 10 item dan memiliki reliabilitas sebesar 0.752 yang ada di kategori reliable.

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen Self esteem No Dimensi Indikator No Item

Favorable

No Item Unfavorable

Jumlah 1. Global self

esteem

Keseluruhan perasaan seseorang mengenai

penerimaan dan keberhargaan dirinya sebagai seorang individu

1, 3, 4, 7, 8, 10.

2, 5, 6, 9. 10

3.6.1.3 Spesifikasi Alat Ukur Orientasi Masa Depan

Dalam mengukur orientasi masa depan di bidang pekerjaan, peneliti mengembangkan alat ukur sendiri yang diturunkan langsung dari 3 aspek orientasi masa depan berdasarkan teori Future Orientation


(28)

yang dijelaskan oleh Nurmi (1991). Alat ukur ini terdiri dari 9 item .dan memiliki reliabilitas sebesar 0.848 yang ada dalam kategori reliable.

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Instrumen Orientasi Masa Depan di Bidang Pekerjaan

No Dimensi Indikator No Item Favorable

No Item Unfavorable 1. Motivasi Memiliki minat, motif

dan dan tekad yang spesifik pada pekerjaan yang ingin ditekuni.

1, 2, 6. -

2. Perencanaan Memiliki rencana pengembangan kemampuan untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai.

5,9 3

3. Evaluasi Mengetahui aspek yang akan menghambat dan mendukung kelancaran proses mencapai tujuan yang telah ditentukan.

4 7,8

Jumlah 6 3

3.6.2 Pengisian Kuisioner

Responden mengisi dengan cara memilih salah satu dari 5 pilihan angka yang disediakan. Penentuan jawaban dilakukan dengan cara memberi


(29)

tanda (X) pada angka yang dipilih. Rentang angka tersebut menjadi jangkar skala yang diurutkan secara kategoris, yaitu Tidak Setuju dan Sangat Setuju.

3.6.3 Penyekoran

Penyekoran jawaban responden pada instrument dukungan sosial dilakukan dengan cara berikut:

1. Setiap pernyataan dalam kuisioner disertai alternative jawaban dengan rentang angka yang menjadi jangkar skala, dan terdiri dari 5 kategori yang harus dipilih responden. Jawaban dari setiap pernyataan dinilai dengan angka sebagai berikut:

Tabel 3.4

Penyekoran Kuisioner Pilihan Jawaban Favorable Unfavorable

1 1 5

2 2 4

3 3 3

4 4 2

5 5 1

2. Menjumlahkan seluruh skor pada masing-masing instrument dukungan sosial yang diperoleh responden.

3. Menentukan P25, P50 dan P75 untuk mengetahui presentase kumulatifnya lalu membagi menjadi tiga kategori, yaitu rendah, sedang dan tinggi.

3.7 Proses Pengembangan Instrumen

Uji instrument dilakukan untuk mendapatkan instrument yang layak digunakan dalam penelitian. Instrument yang dikembangkan secara langsung


(30)

oleh peneliti adalah instrument dukungan sosial dan orientasi masa depan. Selain itu peneliti melakukan modifikasi untuk instrument self esteem agar lebih sesuai untuk konteks lapas. Beberapa tahap yang dilakukan dalam pengembangan instrument yang peneliti lakukan adalah sebagai berikut.

3.7.1 Uji Konten

Uji konten dilakukan melalui expert judgement merupakan penilaian item yang dilakukan oleh ahli. Uji konten dilakukan terhadap tiga instrument yang digunakan peneliti dalam penelitian ini. Expert judgement dilakukan oleh Drs. Mif , M, Si dan M. Zein Permana, M. Si.

3.7.2 Uji Keterbacaan Instrumen

Uji keterbacaaan dilakukan sebelum uji validitas dan reliabilitas. Uji keterbacaan dilakukan untuk melihat efektivitas dari pernyataan dalam item yang digunakan. Hal ini perlu dilakukan agar tidak terjadi kesalahan pengisian karena perbedaan persepsi antara apa yang ingin peneliti ketahui dengan persepsi responden. Pada penelitian ini, peneliti melakukan uji keterbacaan pada staff pembinaan yang ada di LPA Klas III Bandung, juga siswa SMP dan SMA yang seusia dengan Andikpas.

3.7.3 Uji Validitas Instrumen

Uji validitas dilakukan untuk mengetahui sejauh mana alat ukur dapat melakukan fungsi ukurnya (Azwar 2010). Suatu instrument dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat ukur tersebut dapat menjalankan fungsi ukurnya sesuai dengan maksud dilaksanakannya pengukuran. Peneliti


(31)

melakukan uji coba instrument pada 100 orang Andikpas di LPA Pria Klas II B Tangerang pada tanggal 31 Januari 2015

3.7.4 Uji Reliabilitas Instrumen

Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui konsistensi hasil pengukuran (Azwar, 2010). Uji reliabilitas instrumen dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan bantuan dari program SPSS melalui teknik alpha cronbach yang dihitung menggunakan software SPSS versi 16.0, untuk mengetahui seberapa konsisten tiap item dalam instrument. Berikut adalah hasil uji reliabilitas dari ketiga instrument yang digunakan dalam penelitian.

Tabel 3.5 Hasil Uji Realiabilitas Instrumen Dukungan Sosial

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based on Standardized Items

N of Items

.769 .771 12

Tabel 3.6 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Self esteem

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based on Standardized Items

N of Items

.752 .754 10

Tabel 3.7 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Orientasi Masa Depan


(32)

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based on Standardized Items

N of Items

.848 .852 9

3.7.5 Kategorisasi Skala

Kategorisasi skala dilakukan untuk menempatkan individu ke dalam kelompok-kelompok terpisah secara berjenjang berdasarkan atribut penelitian (Azwar, 2010). Nilai yang menjadi pembanding dalam kategorisasi skala ini ialah berdasarkan nilai persentil (P25, P50, dan P75). Setelah itu, semua kategori skala dibagi menjadi tiga, yaitu: rendah, sedang, tinggi.

Tabel 3.8

Skor Maksimal dalam Item Instrumen Instrumen Jumlah Item Skor Maksimal Item

Dukungan Sosial 12 5

Self esteem 10 5

Orientasi Masa Depan 9 5

3.8 Teknik Analisis Data 3.8.1 Uji Regresi Linier

Penelitian ini merupakan penelitian dengan desain analitik kausalitas (sebab-akibat). Oleh karena itu, pertama peneliti akan melakukan uji linearitas untuk mengetahui apakah variabel X1 (dukungan sosial) dan X2

(self esteem) pada Y (orientasi masa depan) membentuk garis linear atau tidak. Hubungan linear antar variable bisa bersifat positif maupun negative. Untuk melakukan analisis data peneliti menggunakan bantuan


(33)

aplikasi SPSS ver 16.0 untuk melakukan regresi linier. Regresi linier dilakukan untuk mencari pengaruh antar variabel dukungan sosial, self

esteem dan orientasi masa depan maka perlu dilakukan uji regresi. Dalam

uji ini digunakan regresi linier sebagai berikut:

̂

Dimana:

̂ = Variabel terikat yang diproyeksikan (orientasi masa depan)

X = Variabel bebas yang mempunyai nilai tertentu untuk diprediksikan ( adalah dukungan sosial dan adalah self esteem)

a = Nilai konstanta harga Y jika X = 0

b = Nilai arah sebagai penentu ramalan (prediksi) yang menunjukkan nilai peningkantan (+) atau nilai penurunan (-) variabel Y (orientasi masa depan).

3.8.2 Uji Korelasi

Lalu untuk mengetahui koefisien determinasi maka digunakan rumus sebagai berikut:

KD = r2 x 100% Keterangan :

KD = Koefisien determinasi R = Koefsien korelasi atau r square

3.9 Prosedur Pelaksanaan Penelitian 3.9.1 Tahap Persiapan

a. Merumuskan masalah penelitian. b. Menentukan variabel penelitian.

c. Melakukan studi literatur yang berkaitan dengan variabel-variabel penelitian.


(34)

d. Menyusun alat ukur yang akan dipakai. e. Menetapkan populasi dan sampel penelitian.

f. Membuat surat perizinan penelitian dengan instasi yang terkait.

g. Melakukan perizinan dengan pihak Kemenkumham dan Lapas untuk melakukan penelitian. 3.9.2 Tahap pengumpulan data

a. Melakukan uji coba alat ukur untuk menguji validitas dan reliabilitas alat ukur yang telah disusun.

b. Membuat consent

c. Memberikan informasi tentang kerahasiaan data partisipan. d. Menyebarkan kuesioner penelitian dengan memberi

instruksi mengenai pengisian kuesioner kepada partisipan sebelum pengisiannya.

e. Melaksanakan pengambilan data.

f. Memberikan reward kepada partisipan yang telah bersedia mengikuti rangkaian penelitian.

3.9.3 Tahap pengolahan data

a. Melakukan skoring terhadap data yang telah diperoleh. b. Melakukan analisis data.

3.9.4 Tahap pembahasan

a. Mendeskripsikan hasil penelitian yang telah diolah.

b. Menjelaskan penemuan utama dari penelitian.

c. Menjelaskan apakah penemuan dari penelitian yang diperoleh mendukung atau menolak teori yang telah dijelaskan pada BAB II.


(35)

(36)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian peneliti maka diketahui bahwa dukungan sosial teman sesama Andikpas, self esteem dan orientasi masa depan di bidang pekerjaan pada Andikpas di LPA Klas III Bandung ada dalam kategori sedang. Perhitungan statistika menggunakan spss ver 18.00 menunjukkan bahwa terdapat pengaruh dukungan sosial terhadap orientasi masa depan di bidang pekerjaan pada Andikpas di LPA Klas III Bandung, tapi pengaruhnya rendah. Selain itu, perhitungan statistika juga menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh self

esteem terhadap orientasi masa depan di Bidang pekerjaan pada Andikpas di LPA

Klas III Bandung. Dalam uji regresi pun menunjukkan hasil tidak terdapat pengaruh dukungan sosial dan self esteem terhadap orientasi masa depan di bidang pekerjaan pada Andikpas di LPA Klas III Bandung.

Selain penemuan dari uji hipotesis, ditemukan pula informasi bahwa tidak terdapat perbedaan pengaruh dari variabel demografis usia dan latar belakang pendidikan terakhir dalam variabel orientasi masa depan karena ternyata sebaran presentasi frekuensi Andik paling besar ada di aspek motivasi dan lebih rendah di aspek perencanaan dan evaluasi.

5.2 Saran

Berikut merupakan saran yang dirumuskan oleh peneliti setelah melakukan pembahasan dari hasil penelitian :

1. Bagi orang tua dan keluarga.

Salah satu alasan anak terlibat dalam kasus kriminalitas adalah karena latar belakang pendidikan dan kondisi sosio-ekonomi di mana anak dibesarkan. Oleh karena itu, peneliti member saran kepada orang tua untuk terus memantau perkembangan anak dan kondisi lingkungan sosial di mana anak banyak menghabiskan waktu untuk berinteraksi. Sehingga resiko anak terlibat kasus


(37)

hukum dan menunjukkan perilaku yang melanggar norma sosial dapat diminimalisir.

Untuk orang tua atau wali dari Andikpas yang telah selesai menjalani masa binaan untuk terus memantau perkembangan Andikpas dan lingkungan sosialnya. Selain itu, diharapkan juga terus mendampingi Andikpas agar motivasinya tetap terjaga dan bisa melakukan perencanaan serta evaluasi yang lebih baik terhadap orientasi masa depan yang telah dibuat sebelumnya, sehingga tidak resiko residivis tidak tinggi.

2. Bagi pihak Lapas

Pihak Lapas sebaiknya mengadakan pelatihan mengenai orientasi masa depan untuk membantu Andikpas menyusun dan merencanakan masa depannya. Setelah Andikpas selesai membuat orientasi masa depan ada baiknya terus dipantau perkembangan rencananya melalui konseling. Dengan begitu, Andikpas bisa mendapatkan evaluasi dan pembelajaran yang simultan dari sesi konseling tersebut. Jika ternyata perencanaan yang dibuat Andikpas membutuhkan pelatihan untuk memantapkan kemampuan yang menunjang Andikpas untuk mendapatkan pekerjaan yang diminati.

3. Untuk peneliti berikutnya:

Penelitian di Lapas hanya dapat dilakukan di dalam Lapas. Kondisi infrastruktir Lapas kurang mendukung untuk pelaksanaan pengambilan data jika pengambilan data tersebut dilakukan secara klasikal. Oleh karena itu sebaiknya peneliti memilih prosedur pengambilan data secara individual atau dalam kelompok kecil, sehingga bisa melakukan observasi dengan lebih cermat.

Peneliti selanjutnya juga dapat mengembangkan hasil penelitian ini dengan melakukan uji spurious untuk mengetahui hubungan variabel dukungan sosial teman sesama Andikpas dan self esteem untuk melihat apakah variabel self


(38)

esteem dapat dijadikan variabel mediator yang menjembatani bariabel dukungan


(39)

Rineka Cipta.

Atwater (1983). Psychology of Adjustment: Personal Growth in A Changing World. New Jersey: Prentice Hall.

Aviandari, Distia (2008). Peradilan Ramah Anak. Jurnal Restorasi Hukum. Edisi 9, Volume 4 (8), 42-43.

Azwar, Saifudin. (2010). ReliabilitasdanValiditas. Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar.

Bass, Judith K (2013). Adolescent Resilience in Northern Uganda: The Role of

Prosocial Behavior in Reducing Mental Health Problem. Journal of Research

Adolesence Volume 23 (1), 138-148.

Beal (2011). The Development of Future Orientation: Underpinning and Related

Construct. Lincoln: University Of Nebraska. Thesis.

Bukhori, Baidi (2012). Hubungan Kebermaknaan Hidup dan Dukungan Sosial

Keluarga dengan Kesehatan Mental Narapidana (Studi Kasus Narapidana Kota Semarang). Jurnal Addin. Volume 4:1.

Coopersmith, S. (1967). The Antecedents of Self-Esteem. San Francisco: W. H. Freeman & Co.


(40)

adaptation to stress. In W. H. Jones & D. Perlman (Eds.) Advances in

personal relationships (Vol. 1, pp. 37-67).

Dayakisni (2009). Psikologi Sosial. Malang: UMM Press

Evy (2013). Perbedaan Self Esteem Narapidana Baru dan Residivis di LP Kelas I

Malang. Universitas Brawijaya Malang. Skripsi

Feist J. & Feist G (2007). Teori Kepribadian. Jogjakarta: Salemba Humanika

Goldsmith (2004). Communicating Social Support. Cambridge: Cambridge University Press.

Handayani, T. P. (2010). Kesejahteraan psikologis narapidana remaja di Lembaga

Pemasyarakatan Anak Kutoarjo. Semarang: Fakultas Psikologi Universitas

Diponegoro. Skripsi.

Haber & Runyon (1984). Psychology of Adjustment. Illinois: The Dorsey. Press Hidayat (2006). Model Alternatif Penanganan Anak Konflik Hukum. Jakarta: CV Buana Raya

Hurlock, E. (1991). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang

Kehidupan (Istiwidayanti & Soedjarwo, Penerjemah). (Ed. 5). Jakarta:

Erlangga.

Hurlock, E. (2009). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga

Irawan, A. (2011). Resosialisasi Narapidana Anak Berkaitan dengan Efektifitas Pola

Pembinaan Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Anak: Studi kasus Lembaga Pemasyarakatan Anak Kelas II-B Tanjung Pati Sumatera Barat).


(41)

Empirical Analysis. Sage: The Prison Journal Vol 78 (no 1, 55-73)

Mandiana (2005). Pola Pembinaan Anak Didik Pemasyarakatan Di Lembaga

Pemasyarakatan Anak Tangerang Menuju Pada Innovation Treatment System Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pembinaan Dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan. Surabaya: Laporan

Hasil Penelitian. Fakultas Hukum Ubaya.

Mann, et al (2004). Self-esteem in a Broad-Spectrum Approach for Mental Health

Promotion. Journal of Healt and Education Reseacrh Vol 19, No 4.

Melani, Pembaharuan Undang-undang nomor 3 tahun 1997, Tentang pengadilan

Anak dikaitkan dengan konsep Restorative Justice. Bandung: Universitas

Padjadjaran. Tesis.

McCabe, Kristin & Barnett (2000). The Relation between Familial Factors and

Future Orientation of Urban African American Sixth Grader. Journal

Children and Family Studies Vol. 9, No. 4.

Muljono, Eugenia Liliawati. (1998). Peraturan Perundang-undangan Tentang

Perlindungan Anak. Jakarta: Harvarindo.

Mruk, C.J. (2006). Self-Esteem Research, Theroy, and Practice. Toward a Positive

Psychology of Self-Esteem. (3th ed.). New York: Springer Publishing

Company


(42)

Remaja di Lembaga Pemasyarakatan. Jurnal JOM Psi. Vol 1, No. 3.

Nies, M.A. (2001). Community Health Nursing. Lipincolt: Saunders Company.

Nuraeni. (2014). Pegaruh Pola Asuh Orang Tua Dimoderasi Regulasi Diri Terhadap

Hubungan Interpersonal Pada Anak Didik Pemasyarakatan (ANDIKPAS) Di Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS) Anak Kelas III Bandung. Universitas

Pendidikan Indonesia. Skripsi.

Nurmi, J.E. (1989). Adolescent’s Orientation To The Future: Development Of

Interest and Plans, and Related Atributions and Effects in the Life Span Context. Helsinski: Finnish Society of Science.

Nurmi, J.E. (1991). The Development of Future Orientation In Life Span Contect. Helsink: Finnish Society of Science.

Orford, J (1992). Community Psychology : theory & practice. London: John Wiley and Sons.

Papalia, D. E., Olds, S. W., Feldman, R. D. (2009). Human Development: Psikologi

Perkembangan (Edisi Kesembilan). Alih bahasa oleh A.K. Anwar. Jakarta:

Kencana.

Petersilia, J. (2003). When Prisoners Come Home: Parole and Prisoner Reentry. New York: Oxford University Press.


(43)

Rarasati, Hakim & Yuniarti (2012). Orientasi Masa Depan Remaja Jawa. International Science Index Vol. 6, No. 6.

Rice & Dolgin (2008). The Adolescent: Development, Relationship and Culture. Boston: Allyn & Bacon.

Robins, R.W., Hendin, H. & Trzesniewski, K.H (2001). Measuring Global Self

esteem: Construct validation of a single item measure and the Rosenberg self esteem scale. Personality and Social Psychology Bulletin, 27, 151-161.

Rosenberg, M. (1965). Society and The Adolescent Self-Image. Princeton, NJ: Princeton University Press.

Sarafino (2002). Health Psychology: Biopsychosocial Interactions, Fourth Edition. New Jersey: The College of New Jersey Press

Santrock, Jhon (2007). Life Span Development : Perkembangan Masa Hidup. Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga

Santrock, Jhon (2009). Psikologi Pendidikan. Edisi Ke empat. Jakarta: Salemba Humanika

Schumaker, R. E., & Lomax, R. G. (2010). A Beginer’s Guide to Structural Equation Modeling Third Edition. New York: Routledge Taylor & Francis Group.

Seginer, R. (2003). Adolescent Future Orientation: An Integrated Cultural and

Ecological Perspective. Online Reading on Psychology and Culture:


(44)

Solichatun (2011). Stress dan Strategi Coping pada Anak Didik di Lembaga

Pemasyarakatan Anak. Jurnal Psikologi Islam, Vol. 8, No.1.

Steinberg (2008). A Social Neuroscience Perspective on Adolescent Risk-Taking. US Library of Medicine

Sulastri (2013). Hubungan DUkungan Sosial dengan Tingkat Stress Anak Pidana di Lapas Anak Tangerang. Depok: Universitas Indonesia. Skripsi

Taylor, S.E., Peplau, L.A., Sears, D.O., (2009) . Psikologi Sosial (edisi ke dua belas). Jakarta : Kencana Prenada Media Group

Warsito H, & Wida S. (2010). Penerapan Konseling Realita Untuk Meningkatkan

Harga Diri Siswa. Jurnal Universitas Negeri Surabaya Volume 11 No.1

Hal.61-75.

Weiss, R.S. (1974). The Provisions of Social Relationship. Englewood Cliff: Prentice Hall

Yulianti, Sriati & Widiasih (2008). Gambaran Orientasi Masa Depan Narapidana

Sebelum dan Setelah Pelatihan di Rumah Tahanan Negara Kelas I Bandung.


(1)

Daftar Pustaka

Arikunto, Suharsimi (2010). Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Atwater (1983). Psychology of Adjustment: Personal Growth in A Changing World. New Jersey: Prentice Hall.

Aviandari, Distia (2008). Peradilan Ramah Anak. Jurnal Restorasi Hukum. Edisi 9, Volume 4 (8), 42-43.

Azwar, Saifudin. (2010). ReliabilitasdanValiditas. Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar.

Bass, Judith K (2013). Adolescent Resilience in Northern Uganda: The Role of

Prosocial Behavior in Reducing Mental Health Problem. Journal of Research

Adolesence Volume 23 (1), 138-148.

Beal (2011). The Development of Future Orientation: Underpinning and Related

Construct. Lincoln: University Of Nebraska. Thesis.

Bukhori, Baidi (2012). Hubungan Kebermaknaan Hidup dan Dukungan Sosial

Keluarga dengan Kesehatan Mental Narapidana (Studi Kasus Narapidana Kota Semarang). Jurnal Addin. Volume 4:1.

Coopersmith, S. (1967). The Antecedents of Self-Esteem. San Francisco: W. H. Freeman & Co.


(2)

Cozby, Paul & Bates, Scott. (2012).Methods in Behavioral Research (Eleventh

Edition). New York: McGraw-Hill.

Cutrona, C. E. & Russell, D. (1987). The provisions of social relationships and

adaptation to stress. In W. H. Jones & D. Perlman (Eds.) Advances in

personal relationships (Vol. 1, pp. 37-67).

Dayakisni (2009). Psikologi Sosial. Malang: UMM Press

Evy (2013). Perbedaan Self Esteem Narapidana Baru dan Residivis di LP Kelas I

Malang. Universitas Brawijaya Malang. Skripsi

Feist J. & Feist G (2007). Teori Kepribadian. Jogjakarta: Salemba Humanika

Goldsmith (2004). Communicating Social Support. Cambridge: Cambridge University Press.

Handayani, T. P. (2010). Kesejahteraan psikologis narapidana remaja di Lembaga

Pemasyarakatan Anak Kutoarjo. Semarang: Fakultas Psikologi Universitas

Diponegoro. Skripsi.

Haber & Runyon (1984). Psychology of Adjustment. Illinois: The Dorsey. Press Hidayat (2006). Model Alternatif Penanganan Anak Konflik Hukum. Jakarta: CV Buana Raya

Hurlock, E. (1991). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang

Kehidupan (Istiwidayanti & Soedjarwo, Penerjemah). (Ed. 5). Jakarta:

Erlangga.

Hurlock, E. (2009). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga

Irawan, A. (2011). Resosialisasi Narapidana Anak Berkaitan dengan Efektifitas Pola

Pembinaan Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Anak: Studi kasus Lembaga Pemasyarakatan Anak Kelas II-B Tanjung Pati Sumatera Barat).


(3)

Kartono (1992). Patologi Sosial 2: Kenakalan Remaja. Jakarta: Penerbit CV Rajawali Krisnawati, Emeliana. (2005). Aspek Hukum Perlindungan Anak, CV Utomo,

Bandung

Maitland & Shudder (1996). Victimization and Youthful Prison Inmates: An

Empirical Analysis. Sage: The Prison Journal Vol 78 (no 1, 55-73)

Mandiana (2005). Pola Pembinaan Anak Didik Pemasyarakatan Di Lembaga

Pemasyarakatan Anak Tangerang Menuju Pada Innovation Treatment System Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pembinaan Dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan. Surabaya: Laporan

Hasil Penelitian. Fakultas Hukum Ubaya.

Mann, et al (2004). Self-esteem in a Broad-Spectrum Approach for Mental Health

Promotion. Journal of Healt and Education Reseacrh Vol 19, No 4.

Melani, Pembaharuan Undang-undang nomor 3 tahun 1997, Tentang pengadilan

Anak dikaitkan dengan konsep Restorative Justice. Bandung: Universitas

Padjadjaran. Tesis.

McCabe, Kristin & Barnett (2000). The Relation between Familial Factors and

Future Orientation of Urban African American Sixth Grader. Journal

Children and Family Studies Vol. 9, No. 4.

Muljono, Eugenia Liliawati. (1998). Peraturan Perundang-undangan Tentang

Perlindungan Anak. Jakarta: Harvarindo.

Mruk, C.J. (2006). Self-Esteem Research, Theroy, and Practice. Toward a Positive

Psychology of Self-Esteem. (3th ed.). New York: Springer Publishing

Company


(4)

Naomi (1999). Social Identity: Centext, Comitment, Content. New York: Willey-Blackwell

Nelfice, Elita & Dewi (2014). Hubungan Dukungan Keluarga dengan Harga Diri

Remaja di Lembaga Pemasyarakatan. Jurnal JOM Psi. Vol 1, No. 3.

Nies, M.A. (2001). Community Health Nursing. Lipincolt: Saunders Company. Nuraeni. (2014). Pegaruh Pola Asuh Orang Tua Dimoderasi Regulasi Diri Terhadap

Hubungan Interpersonal Pada Anak Didik Pemasyarakatan (ANDIKPAS) Di Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS) Anak Kelas III Bandung. Universitas

Pendidikan Indonesia. Skripsi.

Nurmi, J.E. (1989). Adolescent’s Orientation To The Future: Development Of

Interest and Plans, and Related Atributions and Effects in the Life Span Context. Helsinski: Finnish Society of Science.

Nurmi, J.E. (1991). The Development of Future Orientation In Life Span Contect. Helsink: Finnish Society of Science.

Orford, J (1992). Community Psychology : theory & practice. London: John Wiley and Sons.

Papalia, D. E., Olds, S. W., Feldman, R. D. (2009). Human Development: Psikologi

Perkembangan (Edisi Kesembilan). Alih bahasa oleh A.K. Anwar. Jakarta:

Kencana.

Petersilia, J. (2003). When Prisoners Come Home: Parole and Prisoner Reentry. New York: Oxford University Press.


(5)

Puspita, R. D. (2008). Harga diri remaja di Panti Asuhan SOS Desa Taruna

Semarang. Semarang: Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata.

Skripsi.

Rarasati, Hakim & Yuniarti (2012). Orientasi Masa Depan Remaja Jawa. International Science Index Vol. 6, No. 6.

Rice & Dolgin (2008). The Adolescent: Development, Relationship and Culture. Boston: Allyn & Bacon.

Robins, R.W., Hendin, H. & Trzesniewski, K.H (2001). Measuring Global Self

esteem: Construct validation of a single item measure and the Rosenberg self esteem scale. Personality and Social Psychology Bulletin, 27, 151-161.

Rosenberg, M. (1965). Society and The Adolescent Self-Image. Princeton, NJ: Princeton University Press.

Sarafino (2002). Health Psychology: Biopsychosocial Interactions, Fourth Edition. New Jersey: The College of New Jersey Press

Santrock, Jhon (2007). Life Span Development : Perkembangan Masa Hidup. Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga

Santrock, Jhon (2009). Psikologi Pendidikan. Edisi Ke empat. Jakarta: Salemba Humanika

Schumaker, R. E., & Lomax, R. G. (2010). A Beginer’s Guide to Structural Equation Modeling Third Edition. New York: Routledge Taylor & Francis Group.

Seginer, R. (2003). Adolescent Future Orientation: An Integrated Cultural and

Ecological Perspective. Online Reading on Psychology and Culture:


(6)

Sitohang (2012). Stigma / Cap Napi Terhadap Timbulnya Residivis Pencurian Di

Wilayah Pontianak. Jurnal Universitas Tanjungpura Vol.1 No.2, 26-47.

Slavin, 2006. Educational Psychology. Boston: Pearson/ Allyn & Bacon

Solichatun (2011). Stress dan Strategi Coping pada Anak Didik di Lembaga

Pemasyarakatan Anak. Jurnal Psikologi Islam, Vol. 8, No.1.

Steinberg (2008). A Social Neuroscience Perspective on Adolescent Risk-Taking. US Library of Medicine

Sulastri (2013). Hubungan DUkungan Sosial dengan Tingkat Stress Anak Pidana di Lapas Anak Tangerang. Depok: Universitas Indonesia. Skripsi

Taylor, S.E., Peplau, L.A., Sears, D.O., (2009) . Psikologi Sosial (edisi ke dua belas). Jakarta : Kencana Prenada Media Group

Warsito H, & Wida S. (2010). Penerapan Konseling Realita Untuk Meningkatkan

Harga Diri Siswa. Jurnal Universitas Negeri Surabaya Volume 11 No.1

Hal.61-75.

Weiss, R.S. (1974). The Provisions of Social Relationship. Englewood Cliff: Prentice Hall

Yulianti, Sriati & Widiasih (2008). Gambaran Orientasi Masa Depan Narapidana

Sebelum dan Setelah Pelatihan di Rumah Tahanan Negara Kelas I Bandung.


Dokumen yang terkait

Pemenuhan Hak Pendidikan Anak Didik Pemasyarakatan Dilembaga Pemasyarakatan Klas II A Anak Medan

0 35 154

PENGARUH TIPE KEPRIBADIAN DAN HARAPAN TERHADAP PENYESUAIAN DIRI ANAK DIDIK PEMASYARAKATAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN(LAPAS) ANAK KELAS IIA TANGERANG.

2 10 45

PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA DIMODERASI REGULASI DIRI TERHADAP HUBUNGAN INTERPERSONAL PADA ANAK DIDIK PEMASYARAKATAN (ANDIKPAS) DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN (LAPAS) ANAK KELAS III BANDUNG.

3 9 56

Kontribusi Self-Esteem Terhadap Tahap-tahap Orientasi Masa Depan Bidang Pendidikan pada Siswa Kelas XII di SMA "X" Bandung.

0 0 37

Hubungan Antara Self-Efficacy dan Orientasi Masa Depan Bidang Pekerjaan pada Narapidana Kasus Narkotik di Lapas "X" Bandung.

0 0 38

Studi Deskriptif Mengenai Orientasi Masa Depan Bidang Pekerjaan pada Narapidana yang Telah Menjalani 2/3 dari Masa Hukuman di Lembaga Pemasyarakatan "X" Kota Bandung.

0 0 40

Studi Deskriptif Mengenai Orientasi Masa Depan Bidang Pernikahan pada Warga Binaan Lembaga Pemasyarakatan "X" di Bandung.

0 0 52

Gambaran Mengenai Orientasi Masa Depan dalam Bidang Pekerjaan pada Narapidana Laki-laki di Lembaga Pemasyarakatan "X" Bandung.

0 0 45

Studi Mengenai Penerapan Cognitive Behavioral Therapy (CBT) Terhadap Pengelolaan Rasa Marah Pada Anak Didik Lapas (ANDIKPAS).

0 1 11

Strategi Pembinaan Anak Didik Pemasyarakatan (Andikpas) di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Kutoarjo (Studi Kasus Pembinaan di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kutoarjo, Purworejo, Jawa Tengah) - UNS Institutional Repository

0 0 20