7
BAB I
Perjalanan Menuju Kegemilangan
“Kalau kau ingin menungguku untuk menyerah, maka kau akan menungguku selamanya”. Itulah kata motivasi dari seorang tokoh komik yang
saya gemari sejak di bangku SMP yang dikarang oleh Masashi Kishimoto, Naruto. Selalu menjadi penyemangat untuk senantiasa berjuang dan berusaha
demi meraih kegemilangan. Bahwa perjuangan dalam hidup ini adalah sampai akhir hayat, dan tak berbatas waktu. Tak ada jatuh tempo. Suatu kegemilangan,
kesuksesan dan kejayaan yang diperoleh adalah hasil dari jalan perjuangan yang terus menerus, tiada henti apalagi mundur di awal peperangan.
1.1. Takkan Mundur Dari Langkah Awal
Seperti halnya perjuangan kali ini yang sedang saya hadapi, perjuangan untuk sebuah kegemilangan, mendapatkan gelar sarjana teknik. Walaupun ini
merupakan awal dari perjuangan skripsi, namun ini adalah akhir dari serangkaian tugas akhir jalur profesi arsitek yang saya jalani di kampus arsitektur USU ini.
Untuk memenuhi standar kelengkapan menuju sarjana, kami diwajibkan untuk mengambil mata kuliah Studio Perancangan Arsitektur 6 ini dan mata kuliah
skripsi yang secara langsung berkaitan. Mata kuliah Studio Perancangan 6 dengan bobot 8 sks ini, selain syarat wajib untuk kelulusan wisuda sarjana strata 1, juga
merupakan studio perancangan yang sudah merupakan bagian dari 13 kompetensi arsitek pada pendidikan profesi arsitek.
Sudah dua 2 tahun kurikulum baru ini dikenalkan pada kami, jalur profesi arsitek dan non profesi arsitek, dan baru terealisasi sejak setahun yang lalu ketika
kami menginjak semester 7. Ya, kami adalah angkatan pertama yang mendapat pembaharuan kurikulum ini. Masih banyak terjadi kerancuan dalam penyusunan
kurikulum ini, dan seiring dengan berjalannya waktu tentu akan terus terjadi penyempurnaan-penyempurnaan.
Dan seperti halnya kali ini, jika dilihat dari apa yang sudah terjadi, semestinya mata kuliah Studio Perancangan Arsitektur 6 SPA 6 dan skripsi
harus diambil secara bersamaan, karena dua mata kuliah ini adalah matakuliah
Universitas Sumatera Utara
8
yang saling berkaitan. Dimana skripsi ini merupakan hasil pendeskripsian proses SPA 6 dalam bentuk cerita, “true story telling”, menggambarkan dan
menjelaskan semua kegiatan yang dilakukan mahasiswa di dalam Studio PA 6 baik berupa kegiatan studio, survei lapangan, studi banding, pencarian literatur
dan data, konsep hingga hasil dari rancangan dijelaskan dalam cerita di skripsi ini. Namun yang saya alami pada saat ini adalah saya mengambil skripsi setelah usai
menjalankan proses Studio PA 6. Saya mengambil skripsi di semester selanjutnyasekarang karena masih ada matakuliah yang ingin saya perbaiki dan
hal ini sudah saya konsultasikan kepada dosen pembimbing akademik dan dosen koordinator SPA 6, mereka dahulu membolehkan, dan sekarang saya dengar dari
Pak Bauni untuk mahasiswa angkatan selanjutnya harus mengambil SPA 6 sekaligus dengan matakuliah skripsi. Memang dalam menyusun skripsi ini akan
agak membuat saya kesulitan karena dibutuhkan memori yang kuat atas apa yang telah saya jalani pada studio semester lalu, dan ini merupakan salah satu
kelemahan saya yang mempunyai golongan darah O, yang notabenenya cenderung memiliki daya ingat yang lemah. Namun hal ini tidak akan membuat
semangat juang saya luntur. Berbekal jurnal studio mingguan studio PA 6 saya akan terus berjuang hingga akhir dan tidak akan menyerah.
1.2. Persiapan ‘Perbekalan’