Keuntungan dan Kelemahan Menjadi Wirausaha Intensi Kewirausahaan

obyektif, juga merupakan umpan balik bagi kelancaran usahanya. Dengan semangat yang tinggi karena usahanya berhasil, sehingga keuntungan uang yang diperoleh harus dikelola secara aktif dan dianggap sebagai sumber daya yang penting.

2.1.5.2 Fungsi Wirausaha

Menurut Suryana 2000 dilihat dari ruang lingkupnya wirausaha memiliki dua fungsi, yaitu fungsi makro dan fungsi mikro. Secara makro, wirausaha berperan sebagai penggerak pengendali dan pemacu perekonomian suatu bangsa. Sedangkan secara mikro, peran wirausaha adalah penanggung resiko dan ketidakpastian, mengombinasikan sumber-sumber ke dalam cara yang baru dan berbeda untuk menciptakan nilai tambah dan usaha-usaha baru.

2.5.3 Keuntungan dan Kelemahan Menjadi Wirausaha

Menurut Alma 2006 menyatakan bahwa keuntungan menjadi wirausaha adalah, Terbuka peluang untuk mencapai tujuan yang dikehendaki sendiri, terbuka peluang untuk mendemonstrasikan kemampuan serta potensi seseorang secara penuh, terbuka peluang untuk memperoleh manfaat dan keuntungan secara maksimal, terbuka peluang untuk membantu masyarakat dengan usaha-usaha konkrit da terbukanya kesempatan untuk menjadi bos. Kelemahannya menjadi wirausaha adalah, memperoleh pendapatan yang tidak pasti, dan memikul berbagai resiko. Jika resiko ini telah diantisipasi secara baik, maka berarti wirausaha telah menggeser resiko tersebut, bekerja keras dan waktu jam kerjannya panjang, kualitas kehidupannya masih rendah sampai Universitas Sumatera Utara usahanya berhasil, sebab dia harus berhemat, tanggung jawabnya sangat besar, dan banyaknya keputusan yang harus dia buat walaupun dia kurang menguasai permasalahan yang dihadapinya.

2.1.6 Intensi Kewirausahaan

Menurut Kyrö dan Carrier 2005 Intensi Kewirausahaan merupakan sebuah proses yang berlangsung dalam jangka panjang. menurut Lee dan Wong, 2004. Dalam kondisi ini, intensi berwirausaha merupakan langkah pertama yang perlu dipahami dari sebuah proses pembentukan usaha yang seringkali memerlukan waktu dalam jangka panjang. Lebih lanjut Lee dan Wong menyatakan bahwa intensi berwirausaha dapat diartikan sebagai langkah awal dari suatu proses pendirian sebuah usaha yang umumnya bersifat jangka panjang. Menurut Krueger 1993, intensi berwirausaha mencerminkan komitmen seseorang untuk memulai usaha baru dan merupakan isu sentral yang perlu diperhatikan dalam memahami proses kewirausahaan pendirian usaha baru. Intensi berwirausaha dapat diartikan sebagai proses pencarian informasi yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan pembentukan suatu usaha Katz dan Gartner 1988. Lebih lanjut, Katz dan Gartner membuktikan bahwa seseorang dengan intensi untuk memulai usaha akan memiliki kesiapan dan kemajuan yang lebih baik dalam usaha yang dijalankan dibandingkan seseorang tanpa intensi untuk memulai usaha. Intensi berwirausaha merupakan prediksi yang reliabel untuk mengukur perilaku kewirausahaan dan aktivitas kewirausahaan Krueger et al. 2000. Universitas Sumatera Utara Umumnya, intensi berwirausaha adalah keadaan berfikir yang secara langsung dan mengarahkan perilaku individu ke arah pengembangan dan implementasi konsep bisnis yang baru Krueger et al. 2009. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa intensi berwirausaha adalah niat seseorang untuk medirikian suatu bisnis atau menerapkan konsep bisnis. Dalam literatur kewirausahaan, faktor terpenting yang membentuk intensi berwirausaha adalah faktor psikologis. Faktor-faktor psikologis menjelaskan pola bertindak melalui intensi seseorang dalam memilih berwirausaha sebagai karir Sagiri dan Appolloni, 2009. Faktor- faktor psikologis ini terdiri atas Penentuan Nasib Sendiri self-determination, Kemampuan Menghadapi Resiko risk-bearing ability, serta Kepercayaan dan Sikap belief and attitude.

1. Penentuan Nasib Sendiri Self-determination

Menurut Spreitzer 1997 penentuan nasib sendiri self-determination merupakan keyakinan seseorang bahwa orang tersebut mempunyai kebebasan atau otonomi dan kendali tentang bagaimana mengerjakan pekerjaannya. Self determination merupakan anggapan bahwa suatu pekerjaan tidak membutuhkan satu perasaan seseorang yang memiliki peluang untuk menggunakan inisiatif dan mengatur tingkah laku dalam mengerjakan pekerjaan mereka Dalam pandangan humanistik, self-determination penentuan diri merupakan sesuatu yang aktif yang mana terdapat self aware ego dan memiliki kesadaran diri self consciousness . Universitas Sumatera Utara

2. Kemampuan Menghadapi Resiko Risk bearing ability

Risiko adalah sesuatu yang selalu dikaitkan dengan kemungkinan terjadinya keadaan yang merugikan dan tidak diduga sebelumnya bahkan bagi kebanyakan orang tidak menginginkannya. Risk bearing ability atau dikenal juga sebagai risk taking propensity merupaan salah satu faktor penting dalam menciptakan usaha baru. Risiko yang dihadapi oleh wirausaha dapat berbentuk risiko psikologis, finansial, maupun sosial. Seorang wirausaha harus mampu mengatasi berbagai risiko yang dihadapi agar dapat memperoleh imbalan atas usaha-usaha yang telah dilakukannya, terutama imbalan finansial yang sering di identifikasikan sebagai wujud kesuksesan seorang wirausaha. Dengan kata lain, risk bearing ability merupakan kemampuan seorang wirausaha untuk mengatasi berbagai risiko yang dihadapi dalam upaya mencapai kesuksesan usahanya.

3. Kepercayaan dan Sikap Belief and attitude

Perilaku seseorang sangat dipengaruhi oleh belief and attitude yang dimilikinya. Belief and attitude memegang peran penting dalam menentukan tindakan seseorang. Terkait dengan intensi berwirausaha, belief and attitude berperan penting dalam diri seseorang saat mengambil pilihan berwirausaha sebagai karir yang akan ditekuni. Faktor ini juga dapat diterjemahkan sebagai persepsi individu atas keinginan pribadi untuk melakukan tindakan-tindakan berwirausaha seperti menciptakan usaha baru Krueger et al., 2000. Universitas Sumatera Utara

2.1.7 Penelitian terdahulu