Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Produksi Kelapa Sawit Di PT. Perkebunan Nusantara IV BP. Mandoge Tahun 2013

(1)

SKRIPSI

PENGARUH EFIKASI DIRI, FAKTOR KONTEKSTUAL, DAN SIKAP TERHADAP INTENSI KEWIRAUSAHAAN PADA MAHASISWA

DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Oleh : M.Pandu Lukito

090502138

PROGRAM STUDI STRATA-1 MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2014


(2)

ABSTRAK

PENGARUH EFIKASI DIRI, FAKTOR KONTEKSTUAL, DAN SIKAP TERHADAP INTENSI KEWIRAUSAHAAN PADA MAHASISWA

JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis, pengaruh efikasi diri, faktor kontekstual, dan sikap terhadap intensi kewirausahaan pada mahasiswa jurusan manajemen fakultas ekonomi universitas sumatera utara.Metode penelitian yang dilakukan adalah penelitian asosiatif, dimana variabel diukur dengan skala numeric. Metode pengumpulan data digunakan dengan wawancara, dengan daftar pertanyaan dan studi dokumentasi. Dengan sample berjumlah 280 mahasiswa jurusan manajemen. Pengolahan data menggunakan perangkat lunak SPPS v18, dengan analisis deskriptif dan pengujian hipotesis analisis regresi berganda.

Hasil penelitian menunjukkan, bahwa secara serempak efikasi diri, faktor kontekstual, dan sikap berpengaruh signifikan terhadap intensi kewirausahaan pada mahasiswa jurusan manajemen fakultas ekonomi universitas sumatera utara. secara parsial efikasi diri dan sikap berpengaruh positif dan signifikan terhadap intensi kewirausahaan pada mahasiswa jurusan manajemen fakultas ekonomi universitas sumatera utara, tetapi faktor kontekstual berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap intensi kewirausahaa, hal ini disebabkan oleh dimensi Environmental support yang dilihat dari distribusi jawaban responden penelitian ini. Penelitian memiliki nilai Adjusted R square 0,724 menunjukkan bahwa 72,4% intensi kewiraurasahaan pada mahasiswa jurusan mananjemen fakultas ekonomi universitas sumatera utara bisa dijelaskan oleh tiga variabel independen yang di gunakan dalam persamaan regresi. Sedangkan sisanya 27,6% dijelaskan oleh variabel lain diluar tiga variabel yang digunakan dalam penelitian ini.

Kata Kunci : Efikasi diri, Faktor Kontekstual, Sikap, Intensi, Kewirausahaan.


(3)

ABSTRACT

THE EFFECT OF SELF-EFFICACY, CONTEXTUAL FAKTOR, AND ATTITUDE IN STUDENT IN DEPARTEMENT

MANAGEMENT ECONOMIC FACULTIES OF UNIVERSITY OF SUMATRA UTARA

This research aims to identify and analyze, the influence of self-efficacy, contextual factor, and attitude toward entrepreneurial intentions of students in departement management economic faculties of university of sumatera utara. Research methodology is associative research, in which the variables are measured with a numeric scale. With amount of sample is 280 management student. Data collection methods used by the interview, with a list of questions and study documentation. Data processing using SPPS software V18, with descriptive analysis and multiple regression analysis of hypothesis testing.

The results showed that simultaneously self-efficacy, contextual factor, and attitude significantly influence entrepreneurial intentions management students faculty of economic and business university of north sumatera . partially self-efficacy and attitudes positive and significant effect on entrepreneurial intentions of management students faculty of economic and business university of north sumatera, but contextual factor not significant positive effect on entrepreneurial intentions. This is due to the dimensions of the environmental support is seen from the distribution of the answers of the respondents of this study. Research has adjusted R square value of 0.724 indicated that 72.4% entreprenuerial intention to students majoring in university economics faculties mananjemen North Sumatra can be explained by three independent variables used in the regression equation. While the remaining 27.6% is explained by other variables which not discussed in this study.

Key Word : Self-efficacy, Contextual Factor, Attitude, Intention, Entrepreneurial,


(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Serta Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan di Fakultas Ekonomi Univesitas Sumatera Utara guna memperoleh galar Sarjana Ekonomi. Dalam penelitian ini peneliti mengangkat judul “Pengaruh Efikasi Diri, Faktor Kontekstual dan Sikap Terhadap Intensi Kewirausahaan pada Mahasiswa Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara ”.

Penulis telah banyak menerima bimbingan, saran, dan motivasi dan doa dari berbagai pihak selama penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan, yaitu kepada:

1. Bapak Dr. Azhar Maksum, M.Ec, Ac, Ak, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. Isfenti Sadalia, SE., ME., selaku Ketua Departemen S1 Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Marhayanie, MSi., selaku Sekretaris Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dr. Endang Sulistya Rini, SE., MSi selaku Ketua Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

5 Ibu Yasmin Chairunisa Muchtar, SP, MBA selaku Dosen Pembimbing yang

telah banyak meluangkan waktu, dan memberikan masukan kepada penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini

6. Ibu Frida Ramadhini, SE., MM., selaku Dosen Pembaca yang telah meluangkan waktu untuk membimbing serta memberikan arahan dalam menyusun skripsi ini.


(5)

7. Seluruh Dosen dan Civitas Akademik di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan bekal pengetahuan sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan dan penulisan skripsi ini dengan baik.

9. Seluruh Staf dan Pegawai di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang telah membantu peneliti dalam penyelesaian administrasi selama masa pendidikan dan penyelesaian skripsi ini.

10. Keluargaku tercinta; Ayahandaku H.Ir.Sigit Sadmono, Ibuku Hj.Tuti Sufianti, Adikku M.Ghofur Dwiyanto dan M.Ghofar Triyono, serta seluruh keluarga. Terima kasih atas motivasi, semangat dan dukungan serta kasih sayang dan do’a sehingga penulis terpacu untuk menyelesaikan skripsi ini.

11. Semua pihak, rekan, sahabat, yang namanya tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu, terima kasih atas dukungannya selama ini.

Akhir kata, penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan penulis lainnya, khususnya Mahasiswa Fakultas Ekonomi Departemen Manajemen Universitas Sumatera Utara. Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua serta memberikan balasan kepada pihak-pihak yang telah bersedia membantu penulis menyelesaikan skripsi ini. Amin.

Medan, May 2014 Penulis


(6)

DAFTAR ISI

Halaman DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

1.4.1 Manfaat Bagi Universitas ... 7

1.4.2 Manfaat Bagi Peneliti ... 7

1.4.3 Manfaat Bagi Masyarakat ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Efikasi Diri ... 8

2.1.1.1 Sumber Efikasi Diri ... 9


(7)

2.1.2 Faktor Kontekstual ... 13

2.1.3 Faktor Sikap ... 15

2.1.4 Intensi ... 18

2.5 Kewirausahaan ... 21

2.5.1 Karakteristik Kewirausahaan ... 23

2.5.2 Fungsi Wirausaha ... 24

2.5.3 Keuntungan dan Kelemahan Menjadi Wirausaha ... 24

2.6 Intensi Kewirausahaan ... 25

2.7 Penelitian Terdahulu ... 28

2.8 Kerangka Konseptual ... 29

2.9 Hipotesis ... 32

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 33

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 34

3.3 Batasan Oprasional Variabel ... 38

3.4 Definisi Operasionalisasi Variabel ... 35

3.4.1 Efikasi Diri (X1) ... 35

3.4.2 Faktor Kontekstual (X2) ... 36

3.4.3 Faktor Sikap (X3) ... 37

3.4.5 Intensi Kewirausahaan (Y) ... 37

3.5 Skala Pengukuran Variabel ... 41

3.5.1 Skala Numeric (Numerical Scale) ... 41

3.6 Populasi dan Sample ... 42


(8)

3.6.2 Sampel ... 43

3.6.2.1 Teknik Pengambilan Sampel ... 46

3.7 Jenis Data ... 46

3.7.1 Sumber Data ... 46

3.7.1.1 Data Primer ... 46

3.7.1.2 Data Sekunder ... 46

3.7.2 Sifat Data ... 47

3.7.2.1 Data Kualitatif ... 47

3.7.2.1 Data Kuantitatif ... 47

3.8 Teknik Pengumpulan Data ... 48

3.9 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 49

3.9.1 Uji Validitas ... 50

3.9.2 Uji Reliabilitas ... 52

3.10 Teknik Analisis Data ... 53

3.10.1 Uji Asumsi Klasik ... 54

3.10.1.1 Uji Normalitas ... 54

3.10.1.2 Uji Murtikolinearitas ... 54

3.10.1.3 Uji Autokorelasi ... 55

3.10.1.4 Uji heterokedastitas ... 56

3.10.2 Uji Regresi Berganda ... 56

3.10.3 Uji Goodnessof Fit ... 58

3.10.3.1 Uji Simultan (Uji F) ... 58

3.10.3.2 Uji Parsial (Uji t) ... 59


(9)

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera

Utara ... 61

4.2 Hasil Penelitian ... 64

4.2.1 Analisis Deskriptif Responden Penelitian ... 65

4.2.1.1 Karakteristik Respondens Berdasarkan Usia ... 65

4.2.1.2 Karakteristik Respondens Berdasarkan Jenis Kelamin ... 65

4.2.1.3 Karakteristik Respondens Berdasarkan Angkatan ... 66

4.2.2 Analisis Deskriptif Variabel Penelitian ... 66

4.2.2.1 Efikasi diri (X1) ... 67

4.2.2.2 Faktor Kontekstual (X2) ... 70

4.2.2.3 Sikap (X3) ... 72

4.2.2.4 Intensi Kewirausahaan (Y1) ... 75

4.2.3 Uji Asumsi Klasik ... 76

4.2.3.1 Uji Normalitas ... 76

4.2.3.2 Uji Heterokedastitas ... 79

4.2.3.3 Uji Multikolinieritas ... 80

4.2.3.4 Uji Autokorelasi ... 81

4.2.4 Analisis Regresi Linier Berganda ... 81

4.2.4.1 Uji Simultan (Uji-F) ... 81

4.2.4.2 Uji Parsial (Uji-t) ... 82

4.2.4.3 Koefisien Determinan (R²) ... 84


(10)

4.3.1 Analisis Regresi Berganda ... 90

4.3.2 Analisis Pengaruh Variabel Efikasi Diri Terhadap intensi kewirausahaan ... 90

4.3.2 Analisis Regresi Variabel Faktor Kontekstual Terhadap intensi kewirausahaan ... 91

4.3.2 Analisis Regresi Variabel Sikap ... Terhadap intensi kewirausahaan ... 92

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 94

5.2 Saran... ... 95

DAFTAR PUSTAKA ... 96


(11)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul

Halaman

2.1 PenelitianTerdahulu ... ... 32

3.1 Oprasional Variabel ... 45 3.2 Skala Numeric ... 43

3.3 Populasi Mahasiswa Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatra Utara ... 47

3.4 Distribusi Sampel Mahasiswa ... 49

3.5 Uji Validitas ... 55

3.6 Uji Reliabilitas ... 57

4.1 Karakteristik Respondens Berdasarkan Usia ... 69

4.2 Karakteristik Respondens Berdasarkan Jenis Kelamin 69 4.3 Karakteristik Respondens Berdasarkan Angkatan ... 70

4.4 Distribusi Jawaban Respondens Berdasarkan Variabel Efikasi Diri (X1) ... 71

4.5 Distribusi Jawaban Respondens Berdasarkan Variabel Faktor Kontekstual (X2) ... 74

4.6 Distribusi Jawaban Respondens Berdasarkan Variabel Sikap (X3) ... 76

4.7 Distribusi Jawaban Respondens Berdasarkan Variabel Intensi Kewirausahaan (Y1) ... 79

4.8 Uji Kolmogorov-Smirnov ... 82


(12)

4.10 Uji Multikolinieritas ... 84

4.11 Uji Autokolerasi ... 85

4.12 Uji Koefisien Determasi ... 85

4.14 Uji F ... 87


(13)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul

Halaman

2.1 Kerangka Konseptual ... 35 4.1 Uji Normalitas... 81 4.2 Uji Heteroskesdatisitas... 83


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuisioner ... 101

Lampiran 2 Hasil Pengolahan Dengan SPSS v18 ...


(15)

ABSTRAK

PENGARUH EFIKASI DIRI, FAKTOR KONTEKSTUAL, DAN SIKAP TERHADAP INTENSI KEWIRAUSAHAAN PADA MAHASISWA

JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis, pengaruh efikasi diri, faktor kontekstual, dan sikap terhadap intensi kewirausahaan pada mahasiswa jurusan manajemen fakultas ekonomi universitas sumatera utara.Metode penelitian yang dilakukan adalah penelitian asosiatif, dimana variabel diukur dengan skala numeric. Metode pengumpulan data digunakan dengan wawancara, dengan daftar pertanyaan dan studi dokumentasi. Dengan sample berjumlah 280 mahasiswa jurusan manajemen. Pengolahan data menggunakan perangkat lunak SPPS v18, dengan analisis deskriptif dan pengujian hipotesis analisis regresi berganda.

Hasil penelitian menunjukkan, bahwa secara serempak efikasi diri, faktor kontekstual, dan sikap berpengaruh signifikan terhadap intensi kewirausahaan pada mahasiswa jurusan manajemen fakultas ekonomi universitas sumatera utara. secara parsial efikasi diri dan sikap berpengaruh positif dan signifikan terhadap intensi kewirausahaan pada mahasiswa jurusan manajemen fakultas ekonomi universitas sumatera utara, tetapi faktor kontekstual berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap intensi kewirausahaa, hal ini disebabkan oleh dimensi Environmental support yang dilihat dari distribusi jawaban responden penelitian ini. Penelitian memiliki nilai Adjusted R square 0,724 menunjukkan bahwa 72,4% intensi kewiraurasahaan pada mahasiswa jurusan mananjemen fakultas ekonomi universitas sumatera utara bisa dijelaskan oleh tiga variabel independen yang di gunakan dalam persamaan regresi. Sedangkan sisanya 27,6% dijelaskan oleh variabel lain diluar tiga variabel yang digunakan dalam penelitian ini.

Kata Kunci : Efikasi diri, Faktor Kontekstual, Sikap, Intensi, Kewirausahaan.


(16)

ABSTRACT

THE EFFECT OF SELF-EFFICACY, CONTEXTUAL FAKTOR, AND ATTITUDE IN STUDENT IN DEPARTEMENT

MANAGEMENT ECONOMIC FACULTIES OF UNIVERSITY OF SUMATRA UTARA

This research aims to identify and analyze, the influence of self-efficacy, contextual factor, and attitude toward entrepreneurial intentions of students in departement management economic faculties of university of sumatera utara. Research methodology is associative research, in which the variables are measured with a numeric scale. With amount of sample is 280 management student. Data collection methods used by the interview, with a list of questions and study documentation. Data processing using SPPS software V18, with descriptive analysis and multiple regression analysis of hypothesis testing.

The results showed that simultaneously self-efficacy, contextual factor, and attitude significantly influence entrepreneurial intentions management students faculty of economic and business university of north sumatera . partially self-efficacy and attitudes positive and significant effect on entrepreneurial intentions of management students faculty of economic and business university of north sumatera, but contextual factor not significant positive effect on entrepreneurial intentions. This is due to the dimensions of the environmental support is seen from the distribution of the answers of the respondents of this study. Research has adjusted R square value of 0.724 indicated that 72.4% entreprenuerial intention to students majoring in university economics faculties mananjemen North Sumatra can be explained by three independent variables used in the regression equation. While the remaining 27.6% is explained by other variables which not discussed in this study.

Key Word : Self-efficacy, Contextual Factor, Attitude, Intention, Entrepreneurial,


(17)

BAB 1 PENDAHULUAN

Keterbatasan lapangan kerja pada saat ini telah yang di akibatkan oleh tingginya persaingan diantara para pencari kerja, terutama persaingan pada lulusan universitas. Data Biro Pusat Statistik (BPS) pada Februari 2013 mencatat pengangguran penduduk yang berpendidikan universitas sebanyak 7,9 juta orang (6,96 persen) dan tingkat penggangguran tertinggi masih di dominasi oleh jenjang pendidikan sekolah dasar (SD) yaitu sebanyak 54,6 juta orang (47,90 persen). Tidak dapat Dipungkiri bahwa Indonesia menghadapi masalah keterbatasan kesempatan kerja bagi para lulusan lulusan perguruan tinggi dengan semakin meningkatnya jumlah pengganguran intelektual belakangan ini (bps.go.id).

Menurut Suharti dan Hani (2011) kondisi yang dihadapi akan semakin diperburuk dengan situasi persaingan global (misal pemberlakuan Masyarakat Ekonomi ASEAN/MEA) yang akan memperhadapkan lulusan perguruan tinggi indonesia bersaing secara bebas dengan lulusan dari perguruan tinggi asing. Oleh karena itu, para sarjana lulusan perguruan tinggi perlu diarahkan dan didukung untuk tidak hanya beroreintasi sebagai pencari kerja (job seeker) namun dapat dan siap menjadi pekerja (job creator)

Zimmerer (2002) menyatakan bahwa salah satu faktor pendorong pertumbuhan kewirausahaan disuatu negara terletak pada peranan universitas melalui penyelenggaraan pendidikan kewirausahaan. Universitas bertanggung jawab dalam mendidik dan memberikan kemampuan wirausaha kepada para


(18)

lulusannya dan memberikan motivasi untuk berani memilih berwirausaha sebagai karir mereka. Persoalannya bagaimana menumbuhkan motivasi berwirausaha di kalangan mahasiswa dan faktor-faktor apa yang berpengaruh terhadap intensi atau niat mahasiswa untuk memilih karir berwirausaha setelah mereka lulus sarjana, masih menjadi pertanyaan dan memerlukan penelaahan lebih jauh.

Menurut Indiarti dan Sirine (2011), menumbuhkan intensi kewirausahaan pada mahasiswa universitas merupakan salah satu jalan alternatif untuk mengurangi pengangguran. Mahasiswa diharapankan menjadi wirausahawan muda yang terdidik, yang memiliki kemampuan untuk memulai usahanya sendiri. Menurut berbagai literatur idealnya suatu negara memiliki wirausahawan muda sebesar 5% dari jumlah penduduk negaranya, wirausahawan muda di indonesia menurut data Kementrian Koprasi dan Usaha Kecil dan Menengah (kemenkop) pada tahun 2012 hanya sebesar 1,53% dari total jumlah penduduk indonesia. Jumlah ini jauh tertinggal dari Singapura yang memiliki 7,20% wirausahawaan muda maupun Malaysia sebesar 5,00% dari total jumlah penduduknya.

Untuk menyikapi persaingan dunia bisnis masa kini dan masa depan yang lebih mengandalkan pada pengetahuan (knowledge) dan kekayaan intelektual (intelectual capita)l , maka agar dapat menjadi daya saing bangsa dan menciptakan iklim ekonomi ideal yaitu mempunyai 5% wirausahawan muda, pengembangan wirausahawan muda perlu diarahkan pada kelompok orang muda terdidik (intelektual). Mahasiswa yang adalah calon lulusan perguruan tinggi perlu didorong dan ditumbuhkan niat mereka untuk berwirausaha.


(19)

Dari sejumlah penelitian yang dilakukan terhadap intensi kewirausahaan

(Johnson 1990; Stewart et al., 1998) pengaruh intensi kewirausahaan dapat

disimpulkan terbagi menjadi menjadi dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri mahasiswa tersebut seperti watak, sifat, umur, latar belakang pendidikan, dll. Sedangkan faktor eksternal adalah berasal dari luar diri mahasiswa tersebut seperti kondisi lingkungan sekitar dan kondisi kontekstual

Efikasi diri dan sikap termasuk dalam faktor internal mahasiswa yang dapat mempengarahui intensi kewirausahaan mahasiswa, berdasarkan hasil dari penelitian (Indarti dan Rostiani, 2008), efikasi diri mempengaruhi intensi berwirausaha mahasiswa Indonesia dan Norwegia. (Bandura, 1977) mendefinisikan efikasi diri sebagai kepercayaan seseorang atas kemampuan dirinya untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Atau dengan kata lain, kondisi motivasi seseorang yang lebih didasarkan pada apa yang mereka percaya dari pada apa yang secara objektif benar. Persepsi pribadi seperti ini memegang peranan penting dalam pengembangan intensi seseorang. Efikasi diri yaitu kepercayaan (persepsi) individu mengenai kemampuan untuk membentuk suatu perilaku berwirausaha.

Menurut Assael (2001) sikap didefinisikan kecenderungan yang dipelajari untuk memberikan respon kepada obyek atau kelas obyek secara konsisten baik dalam rasa suka maupun tidak suka, studi yang menyoroti pengaruh sikap individual terhadap niat kewirausahaan. Gurbuz dan Aykol


(20)

planned behavior (TPB) dari Fishbein dan Ajzen berpengaruh terhadap niat kewirausahaan mahasiswa. Unsur-Unsur sikap yang terdapat dalam TPB mencakup autonomy/ authority, economic challenge, self realization, security dan workload, avoid responsibility, social career dan perceived confidence (Gurbuz dan Aykol, 2008)

Faktor-faktor konstekstual dapat membentuk intensi berwirausaha seseorang. Dalam dunia mahasiswa dan universitas sebagai penyelenggara pendidikan kewirausahaan, Faktor kontekstual ini diterjemahkan sebagai faktor lingkungan di perguruan tinggi yang dapat mempengaruhi intensi berwirausaha pada mahasiswa, meliputi situasi ekonomi, politik, dan budaya di sebuah negara, kompleksitas administrative, akses terhadap sumber daya, serta infrastruktur fisik dan institusional (Kristiansen dan Indarti, 2004).

Intensi kewirausahaan dapat diartikan sebagai proses pencarian informasi yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan pembentukan suatu usaha (Katz dan Gartnet, 1988). Seseorang dengan intensi untuk memulai usaha akan memiliki kesiapan dan kemajuan yang lebih baik dalam usaha yang dijalankan dibandingkan seseorang tanpa intensi untuk memulai usaha (Krueger dan Carsrud, 1993), intensi telah terbukti menjadi prediktor yang baik bagi perilaku kewirausahaan

Menurut Johnson (1990) berbagai faktor yang dapat membentuk prilaku kewirausahaan seseorang semakin jelas memperhatikan bahwa kewirausahaan seseorang dapat dipelajari dan dibentuk.


(21)

Berdasarkan pra survei yang dilakukan dapat terlihat banyaknya

mahasiswa yang mempunyai intensi berwirausaha, hal ini didukung oleh para

mahasiswa Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara secara formal telah mendapatkan pengetahuan mata kuliah kewirausahaan, kepemimpinan, manajemen pemasaran, manajemen keuangan, manajemen oprasional, dan pengetahuan lainnya adalah pengetahuan yang mendukung mahasiswa dalam terciptanya intensi kewirausahaannya, sehingga peneliti tertarik untuk meneliti apakah dengan dukungan dukungan yang diberikan universitas tersebut berpengaruh terhadap intensi kewirausahaan mahasiswa Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

Bedasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, maka penelitian ini difokuskan untuk melihat pengaruh intensi kewirausahaan pada mahasiswa dari berbagai faktor, baik faktor internal yaitu efikasi diri dan sikap, maupun faktor eksternal yaitu kondisi kontekstual mahasiswa. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Efikasi Diri, Faktor Kontekstual dan Sikap Terhadap Intensi Kewirausahaan Pada Mahasiswa Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.


(22)

1.2 Perumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini antara lain :

1. Apakah Efikasi diri berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap intensi kewirausahaan Pada mahasiswa Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara?

2. Apakah Faktor kontekstual berpengaruh secara positif dan signifikan

terhadap intensi kewirausahaan terhadap intensi Kewirausahaan pada mahasiswa Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara?

3. Apakah Sikap berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap intensi

kewirausahaan terhadap intensi kewirausahaan pada Mahasiswa Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Mengetahui dan menganalisis pengaruh efikasi diri terhadap intensi

kewirusahaan pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

2. Mengetahui dan menganalisis pengaruh faktor kontekstual terhadap intensi

kewirausahaan pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.


(23)

3. Mengetahui dan menganalisis pengaruh sikap berpengaruh secara terhadap intensi kewirausahaan pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat bagi Universitas

Penelitian ini diharapkan menjadi salah satu referensi hubungan efikasi diri, faktor kontekstual, dan sikap terhadap intensi kewirausahaan pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

1.4.3 Manfaat Bagi Peneliti

Sebagai sarana informasi apakah efikasi diri, faktor kontekstual dan sikap terbukti berpengaruh signifikan terhadap kewirausahaan pada mahasiswa Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

1.4.3 Manfaat Bagi Pihak Lain

Sebagai referensi masyarakat untuk melihat intensi kewirausahaan pada mahasiswa Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara dari sudut pandang efikasi diri, faktor kontekstual dan sikap mahasiswa


(24)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis

2.1.1 Efikasi Diri (Self-Efficacy)

Menurut Bandura (1997), dari semua pemikiran yang mempengaruhi fungsi manusia, dan merupakan bagian penting dari teori kognitif sosial adalah efikasi diri. Efikasi diri adalah “penilaian diri terhadap kemampuan diri untuk mengatur dan melaksanakan tindakan yang diperlukan untuk mencapai kinerja yang ditetapkan”. Efikasi diri memberikan dasar bagi motivasi manusia, kesejahteraan, dan prestasi pribadi (Hidayat, 2011)

Efikasi diri (self-efficacy)merupakan salah satu faktor personal yang menjadi perantara atau mediator dalam interaksi antara faktor perilaku dan faktor lingkungan. self-efficacy dapat menjadi penentu keberhasilan performansi dan pelaksanaan pekerjaan. efikasi dirijuga sangat mempengaruhi pola pikir, reaksi emosional, dalam membuat keputusan (Mujiadi, 2003).

Efikasi diri tidak boleh dikacaukan dengan penilaian tentang konsekuensi yang akan dihasilkan dari sebuah perilaku, tetapi akan membantu menentukan hasil yang diharapkan. Kepercayaan diri pada individu akan membantu mencapai keberhasilan (Hidayat, 2011).

Reivich dan Shatte dalam Jackson (2004) efikasi diriadalah hasil dari


(25)

keyakinan bahwa kita mampu memecahkan masalah yang kita alami dan mencapai kesuksesan.

Efikasi diri adalah perasaan kita bahwa kita efektif dalam dunia. Telah

dihabiskan banyak waktu untuk mendiskusikan tentang efikasi diri, karena melihat betapa pentingnya hal tersebut dalam dunia nyata. Dalam pekerjaan, orang yang memiliki keyakinan terhadap kemampuan mereka untuk memecahkan masalah, muncul sebagai pemimpin, sementara yang tidak percaya terhadap kemampuan diri mereka menemukan diri mereka “hilang dalam orang banyak”. Mereka secara tidak sengaja memperlihatkan keraguan mereka, dan teman mereka mendengar, dan belajar untuk mencari nasehat dari yang lainnya (Reivich dan Shatte, 2002).

Pengertian-pengertian tersebut memberikan pemahaman kepada peneliti bahwa efikasi diriadalah sebuah keyakinan subjektif individu untuk mampu mengatasi permasalahan-permasalan atau tugas, serta melalukan tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

2.1.1.1 Sumber Efikasi Diri (Source of Self-Efficacy)

Bandura (1997) menyatakan bahwa efikasi diri (self-efficacy) dapat diperoleh, dipelajari dan dikembangkan dari empat sumber informasi. Di mana pada dasarnya keempat hal tersebut adalah stimulasi atau kejadian yang dapat memberikan inspirasi atau pembangkit positif (Positive Arousal) untuk berusaha menyelesaikan tugas atau masalah yang dihadapi. Hal ini mengacu pada kosep pemahaman bahwa pembangkitan positif dapat meningkatkan perasaan


(26)

atas self-efficacy Bandura dalam Lazarus (1980). Adapun sumber sumber self-efficacy tersebut:

Pertama, pengalaman keberhasilan dan pencapaian prestasi (Enactive attainment and performance accomplishment), yaitu sumber ekspektasi efikasi diri yang penting, karena berdasar pengalaman individu secara langsung. Individu yang pernah memperoleh suatu prestasi, akan terdorong meningkatkan keyakinan dan penilaian terhadap efikasi diri. Pengalaman keberhasilan individu ini meningkatkan ketekunan dan kegigihan dalam berusaha mengatasi kesulitan, sehingga dapat mengurangi kegagalan.

Kedua, pengalaman orang lain (Vicarious experience), yaitu mengamati perilaku dan pengalaman orang lain sebagai proses belajar individu. Melalui model ini efikasi diri individu dapat meningkat, terutama jika ia merasa memiliki kemampuan yang setara atau bahkan merasa lebih baik dari pada orang yang menjadi subyek belajarnya. Ia akan mempunyai kecenderungan merasa mampu melakukan hal yang sama. Meningkatnya efikasi diri individu ini dapat meningkatkan motivasi untuk mencapai suatu prestasi. Peningkatan efikasi diri ini akan menjadi efektif jika subyek yang menjadi model tersebut mempunyai banyak kesamaan karakteristik antara individu dengan model, kesamaan tingkat kesulitan tugas, kesamaan situasi dan kondisi, serta keanekaragaman yang dicapai oleh model.

Ketiga, persuasi verbal (Verbal persuasion), yaitu individu mendapat bujukan atau sugesti untuk percaya bahwa ia dapat mengatasi masalah-masalah


(27)

yang akan dihadapinya. Persuasi verbal ini dapat mengarahkan individu untuk berusaha lebih gigih untuk mencapai tujuan dan kesuksesan. Akan tetapi efikasi diri yang tumbuh dengan metode ini biasanya tidak bertahan lama, apalagi kemudian individu mengalami peristiwa traumatis yang tidak menyenangkan.

Keempat, keadaan fisiologis dan psikologis (Physiological state and

emotional arousal). Situasi yang menekan kondisi emosional dapat mempengaruhi efikasi diri. Gejolak emosi, goncangan, kegelisahan yang mendalam dan keadaan fisiologis yang lemah yang dialami individu akan dirasakan sebagai suatu isyarat akan terjadi peristiwa yang tidak diinginkan, maka situasi yang menekan dan mengancam akan cenderung dihindari.Empat hal tersebut dapat menjadi sarana bagi tumbuh dan berkembangnya efikasi diri satu individu. Dengan kata lain efikasi diri dapat diupayakan untuk meningkat dengan membuat manipulasi melalui empat hal tersebut.

2.1.1.3 Komponen Efikasi Diri

Menurut Bandura (1997) mengungkapkan bahwa perbedaan efikasi diri pada setiap individu terletak pada tiga komponen, yaitu magnitude, strength dan generality. Masing-masing mempunyai implikasi penting di dalam performansi, yang secara lebih jelas dapat diuraikan sebagai berikut:

Pertama, tingkat kesulitan tugas (magnitude), yaitu masalah yang

berkaitan dengan derajat kesulitan tugas individu. Komponen ini berimplikasi pada pemilihan perilaku yang akan dicoba individu berdasar ekspektasi efikasi pada tingkat kesulitan tugas. Individu akan berupaya melakukan tugas tertentu


(28)

yang ia persepsikan dapat dilaksanakannya dan ia akan menghindari situasi dan perilaku yang ia persepsikan di luar batas kemampuannya.

Kedua, kekuatan keyakinan (strength), yaitu berkaitan dengan kekuatan pada keyakinan individu atas kemampuannya. Pengharapan yang kuat dan mantap pada individu akan mendorong untuk gigih dalam berupaya mencapai tujuan, walaupun mungkin belum memiliki pengalaman–pengalaman yang menunjang. Sebaliknya pengharapan yang lemah dan ragu -ragu akan kemampuan diri akan mudah digoyahkan oleh pengalaman-pengalaman yang tidak menunjang.

Ketiga, generalitas (generality), yaitu hal yang berkaitan cakupan luas bidang tingkah laku di mana individu merasa yakin terhadap kemampuannya. Individu dapat merasa yakin terhadap kemampuan dirinya, tergantung pada pemahaman kemampuan dirinya yang terbatas pada suatu aktivitas dan situasi tertentu atau pada serangkaian aktivitas dan situasi yang lebih luas dan bervariasi.

Jadi perbedaan efikasi diri (self-efficacy) pada setiap individu terletak pada tiga komponen, yaitu (1) tingkat kesulitan tugas, (magnitude), yaitu masalah yang berkaitan dengan derajat kesulitan tugas individu, (2) kekuatan keyakinan (strength), yaitu berkaitan dengan kekuatan pada keyakinan individu atas kemampuannya, dan (3) generalitas (generality), yaitu hal yang berkaitan cakupan luas bidang tingkah laku di mana individu merasa yakin terhadap kemampuannya.


(29)

2.1.2 Faktor Kontekstual

Dalam dunia mahasiswa dan perguruan tinggi sebagai penyelenggara faktor kontekstual diterjemahkan sebagai faktor lingkungan di perguruan tinggi yang dapat mempengaruhi intensi berwirausaha pada mahasiswa, meliputi situasi ekonomi, politik, dan budaya di sebuah negara, kompleksitas administrative, akses terhadap sumber daya, serta infrastruktur fisik dan institusional (Kristiansen dan Indarti, 2004).

Menurut Susdiyanto dan Ahmad (2009), pembelajaran kontekstual adalah proses pembelajaran yang bertolak dari proses pengaktifan pengetahuan yang sudah ada, dalam arti bahwa apa yang akan dipelajari tidak terlepas dari pengetahuan yang sudah dipelajari, sehingga pengetahuan yang akan diperoleh siswa adalah pengetahuan yang utuh yang memiliki keterkaitan satu sama lain.

Menurut Gurbuz dan Aykol (2008) pembelajaran kontekstual merupakan pembelajaran yang berorientasi pada penciptaan semirip mungkin dengan situasi “dunia nyata”. Melalui pembelajaran kontekstual dapat membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi nyata, sehingga dapat membantu siswa untuk memahami materi pelajaran (Suprijono, 2011). Sehubungan dengan itu, faktor kontekstual yang cukup mendapat perhatian

peneliti adalah dukungan akademik (academic support), dukungan sosial


(30)

1. Academic Support (Dukungan Akademik)

Menurut Bandura dalam Alwisol (2009), dukungan akademik (academic

Support) mengacu pada faktor-faktor yang berkaitan dengan dukungan bagi seorang pelajar untuk mencapai dan menyelesaikan tugas tugas studi dengan target hasil dan waktu yang telah ditentukan. Sementara itu PP No. 60 Tahun 1999 dalam (kemdiknas.go.id), kebebasan akademik merupakan kebebasan yang dimiliki oleh anggota sivitas akademika untuk melaksanakan kegiatan yang terkait dengan pendidikan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi secara bertanggung jawab dan mandiri. Dalam kaitannya dengan dukungan akademik, kebebasan akademik merupakan implementasi bentuk dukungan akademik pada mahasiswa.

2. Social Support (Dukungan Sosial)

Dimatteo (1991) menyatakan bahwa Dukungan Social (social support)

adalah dukungan atau bantuan yang berasal dari orang lain seperti teman, keluarga, tetangga, rekan kerja dan orang lain. Menurut Kail dan Cavanaug (2000) mendefinisikan dukungan sosial sebagai sumber emosional, informasional atau pendampingan yang diberikan oleh orang-orang disekitar individu untuk menghadapi setiap permasalahan dan krisis yang terjadi sehari- hari dalam kehidupan. Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial adalah dukungan atau bantuan yang berasal dari orang yang memiliki hubungan sosial akrab dengan individu yang menerima bantuan.


(31)

3. Environmental Support (Kondisi Lingkungan)

Schneider dalam Ellias & Loomis (2000), menjelaskan bahwa lingkungan dianggap dapat menciptakan penyesuaian diri yang cukup sehat bagi pelajar bila individu dibesarkan dalam keluarga dimana terdapat keamanan, cinta, respek, toleransi dan kehangatan. Lebih lanjut dijelaskan bahwa lingkungan tempat belajar merupakan lingkungan kedua setelah lingkungan keluarga yang membentuk individu.

Kondisi Lingkungan (environmental support) adalah keadaan lingkungan

yang baik dan teratur dalam infrastruktur fisik, aset fisik perusahaan, laboratorium libang dan hal-hal yang tidak berwujud (manusia, modal, rutinitas, sumber daya) memiliki peranan dalam mendorong intensit berwirausaha (Beck, 2005).

2.1.3 Faktor Sikap

Sikap mewakili perasaan senang atau tidak senang seseorang terhadap suatu obyek. Aaker (2001) mendefinisikan sikap sebagai konstruk

psikologis (psychological constructs). Sikap menunjukkan status mental

seseorang yang digunakan oleh individu untuk menyusun cara mereka mempersepsikan lingkungan mereka dan memberi petunjuk cara meresponnya.

Kotler (2003) mendefinisikan sikap sebagai evaluasi, perasaan emosional, dan kecenderungan bertindak baik yang favorable maupun unfavorable serta bertahan lama dari seseorang terhadap suatu obyek atau idea. Sikap cenderung membentuk pola yang konsisten. Sikap relatif sulit berubah dan sikap membuat orang berperilaku relatif konsisten terhadap suatu obyek. Sikap


(32)

dapat didefinisikan sebagai suatu evaluasi menyeluruh yang memungkinkan individu merespons dengan cara yang menguntungkan atau tidak menguntungkan secara konsisten berkaitan dengan suatu obyek (Engel, et al, 1994).

Menurut Assael (2001) sikap didefinisikan kecenderungan yang dipelajari untuk memberikan respon kepada obyek atau kelas obyek secara konsisten baik dalam rasa suka maupun tidak suka. Menurut Mowen (2002) sikap merupakan afeksi atau perasaan terhadap sebuah rangsangan. Berdasarkan dua definisi di atas sikap dapat disimpulkan sebagai kecenderungan yang dipelajari untuk memberi respon atau menerima rangsangan terhadap obyek secara konsisten baik dalam rasa suka maupun tidak suka. Sikap berwirausaha yaitu kecenderungan untuk bereaksi secara afektif dalam menanggapi risiko yang akan dihadapi dalam suatu bisnis. Sikap berwirausaha diukur dengan skala sikap berwirausaha dengan indikator tertarik dengan peluang usaha, berfikir kreatif dan inovatif, pandangan positif mengenai kegagalan usaha, memiliki jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab, dan suka menghadapi risiko dan tantangan (Gadaam, 2008).

Menurut Wijaya (2008) bahwa sikap, norma subyektif dan efikasi diri secara simultan berpengaruh terhadap intensi dan perilaku berwirausaha. Tjahjono (2007) mengatakan niat mahasiswa Jurusan Manajemen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta untuk menjadi wirausaha secara simultan dipengaruhi sikap, norma subyektif dan kontrol keperilaku yang dirasakan.


(33)

Teori Tingkah Laku yang direncanakan (Theory of Planed Behavior) diperkenalkan Ajzen (1985,1987), teori ini merupakan pengembangan lebih lanjut dari teori sebelumnya yaitu reasoned action (tindakan beralasan). Teori ini

menambahkan sebuah konstruk yaitu perceived behavior control atau Kontrol

perilaku yang dipersepsi. Teori tingkah laku yang terencanakan adalah banyak perilaku tidak semuanya dibawah kontrol penuh individual sehingga perlu ditambahkan konsep kontrol perilaku yang dipersepsi. Teori ini mengansumsi bahwa kontrol perilaku yang dipersepsi mempunyai implikasi motivisional terhadap minat-minat, selain itu adanya hubungan antara perilaku yang dipersepsi dengan perilaku. Suatu perilaku tidak ditentukan oleh sikap dan norma subjektif semata, tetapi juga terdapat pada persepsi individu dan kenyakinan kontrol tersebut. Ajzen juga menambahakan faktor latar belakang pada teori ini.

Azjen dan Fishbein (1988) dalam Theory of Planned Behavior

membuktikan bahwa intensi dan perilaku berwirausaha tidak hanya dipengaruhi oleh sikap, norma subyektif akan tetapi kontrol perilaku juga turut mempengaruhi perilaku berwirausaha. sebuah perilaku dengan keterlibatan tinggi membutuhkan keyakinan dan evaluasi untuk menumbuhkan sikap, norma subyektif, dan kontrol keperilakuan dengan intensi sebagai mediator pengaruh berbagai faktor faktor motivasional yang berdampak pada suatu perilaku. Keputusan berwirausaha merupakan perilaku

dengan keterlibatan tinggi (high involvement) karena dalam mengambil


(34)

motivasi, pembelajaran (sikap), faktor eksternal seperti keluarga, teman, tetangga dan lain sebagainya (norma subyektif).

Gurbuz dan Aykol (2008), menemukan beberapa unsur sikap yang

terdapat dalam model Teori Tingkah Laku yang direncanakan (Theory of

Planned Behavior) dari Fishbein dan Ajzen (TPB) berpengaruh terhadap niat kewirausahaan mahasiswa. Unsur- unsur sikap yang terdapat dalam TPB

mencakup kekuasaan/otoritas (autonomy/authority), tantangan & peluang

ekonomi (economic & challenge), realisasi diri & percaya Diri(self realization & perceived confidence), keamanan & beban kerja (security & workload), menghadapi atau menghindari tanggung jawab (avoid responsibility), dan dukungan sosial & karir (Social environment & career).

2.1.4 Intensi

Pendekatan teoritis yang digunakan untuk menjelaskan intensi perilaku dalam penelitian ini adalah teori perilaku terencana yang merupakan pengembangan teori tindakan beralasan yang dikemukakan oleh Azjen dalam Wrightmans (1993). Teori ini menjelaskan bahwa intensi merupakan kunci utama untuk memprediksi perilaku manusia dan sebagai sebuah konstruk psikologis yang menunjukan kekuatan motivasi seseorang dalam hal perencanaan yang sadar dalam usaha untuk menghasilkan perilaku yang dimaksud (Eagly dan Chaiken, 1993).


(35)

Fishbein dan Ajzen dalam indiarti dan sirine (2011) mengemukakan bahwa berdasarkan teori tersebut, intensi merefleksikan keinginan individu untuk mencoba menetapkan perilaku, yang terdiri dari tiga determinan, yaitu:

1. Sikap Terhadap Perilaku

Sikap terhadap perilaku dipengaruhi oleh keyakinan bahwa perilaku tersebut akan membawa kepada hasil yang diinginkan atau tidak diinginkan. Individu yang memiliki keyakinan yang positif terhadap suatu perilaku akan memiliki kecenderungan untuk melakukan tindakan tersebut. Atau dengan kata lain, sikap yang mengarah pada perilaku ditentukan oleh konsekuensi yang ditimbulkan oleh perilaku, yang disebut dengan istilah keyakinan terhadap perilaku.

2. Norma Subjektif

Keyakinan mengenai perilaku apa yang bersifat normatif ( yang diharapkan orang lain) dan motivasi untuk bertindak sesuai dengan harapan normatif tersebut membentuk norma subjektif dalam individu. Keyakinan yang mendasari norma subjektif yang dimiliki individu disebut sebagai keyakinan normatif. Individu memiliki keyakinan bahwa individu atau kelompok tertentu akan menerima atau tidak menerima tindakan yang dilakukannya. Apabila individu meyakini apa yang menjadi norma kelompok, maka ia akan mematuhi dan membentuk perilaku yang sesuai dengan kelompoknya. Dapat disimpulkan, bahwa norma kelompok inilah yang membentuk norma subjektif dalam diri individu, yang akhirnya akan membentuk perilakunya.


(36)

3. Kontrol Perilaku Yang Disadari

Kontrol perilaku merupakan keyakinan tentang ada atau tidaknya faktor faktor yang memfasilitasi dan menghalangi performansi perilaku individu. Kontrol perilaku ditentukan oleh pengalaman masa lalu dan perkiraan individu mengenai seberapa sulit atau mudahnya untuk melakukan perilaku yang bersangkutan. Keyakinan ini didasari oleh pengalaman terdahulu tentang perilaku tersebut, yang dipengaruhi oleh informasi dari orang lain, misalnya dari pengalaman orang-orang yang dikenal/teman-teman. Selain itu juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang meningkatkan atau mengurangi kesulitan yang dirasakan jika melakukan tindakan atau perilaku tersebut. Kontrol perilaku ini sangat penting artinya ketika rasa percaya diri seseorang sedang berada dalam kondisi lemah.

Menurut teori perilaku berencana, keyakinan-keyakinan berpengaruh pada sikap terhadap perilaku tertentu, pada norma-norma subjektif, dan pada kontrol perilaku yang dihayati. Ketiga dimensi ini berinteraksi dan menjadi determinan bagi intensi yang pada gilirannya akan menentukan apakah perilaku yang bersangkutan akan dilakukan atau tidak (Azwar, 2005).

Berdasarkan penjelasan di atas maka pengertian intensi adalah kesungguhan niat seseorang untuk melakukan perbuatan atau memunculkan suatu perilaku tertentu.


(37)

2.1.5 Kewirausahaan

Menurut Drucker dalam Suryana (2000), mengartikan kewirausahaan sebagai semangat, kemampuan, sikap, perilaku individu dalam menangani usaha/kegiatan yang mengarah pada upaya mencari, menciptakan, menerapkan cara kerja, teknologi, dan produk baru dengan meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik dan atau memperoleh keuntungan yang lebih besar. Untuk memperoleh keuntungan diperlukan kreatifitas dan pennemuan hal-hal baru.

Sedangkan menurut Meredith dalam Suryana (2000), para wirausaha adalah orang – orang yang mempunyai kemampuan melihat dan menilai kesempatan – kesempatan bisnis, mengumpulkan sumber – sumber daya yang dibutuhkan guna mengambil keuntungan dari padanya dan mengambil tindakan yang tepat guna memastikan sukses.

Wirausaha adalah usaha untuk menciptakan nilai dengan peluang bisnis, berani mengambil resiko dan melakukan komunikasi serta ketrampilan melakukan mobilisasi agar rencana dapat terlaksana dengan baik. Pendapat lain dikemukakan oleh Pekerti dalam Suryana (2000), bahwa wirausaha adalah individu yang mendirikan, mengelola, mengembangkan dan melembagakan perusahaan miliknya sendiri dan individu yang dapat menciptakan kerja bagi orang lain dengan berswadaya.


(38)

Ada enam hakekat penting kewirausahaan yaitu (Suryana, 2003) salah satunya, sebagai berikut:

Kewirausahaan adalah usaha menciptakan nilai tambah dengan jalan mengkombinasikan sumber-sumber melalui cara-cara baru dan berbeda untuk memenangkan persaingan. Nilai tambah tersebut dapat diciptakan dengan cara mengembangkan teknologi baru, menemukan pengetahuan baru, menemukan cara baru untuk menghasilkan barang dan jasa yang baru yang lebih efisien, memperbaiki produk dan jasa yang sudah ada, dan menemukan cara baru untuk memberikan kepuasan kepada konsumen.

Kewirausahaan secara ringkas berdasarkan keenam konsep diatas dapat

didefinisikan sebagai sesuatu kemampuan kreatif dan inovatif (create new and

different) yang dijadikan kiat, dasar, sumber daya, proses dan perjuangan untuk menciptakan nilai tambah barang dan jasa yang dilakukan dengan keberanian untuk menghadapi risiko (Suryana, 2000).

Sesuai dengan inti dari jiwa kewirausahaan yaitu kemampuan untuk

menciptakan seuatu yang baru dan berbeda (create new and different) melalui

berpikir kreatif dan bertindak inovatif untuk menciptakan peluang dalam menghadapi tantangan hidup, maka seorang wirausaha harus mempunyai kemampuan kreatif di dalam mengembangkan ide dan pikiranya terutama di dalam menciptakan peluang usaha di dalam dirinya, seseorang dapat mandiri menjalankan usaha yang digelutinya tanpa harus bergantung pada orang lain, seorang wirausaha harus dituntut untuk selalu menciptakan hal yang baru dengan


(39)

jalan mengkombinasikan sumber-sumber yang ada di sekitarnya, mengembangkan teknologi baru, menemukan pengetahuan baru, menemukan cara baru untuk menghasilkan barang dan jasa yang baru yang lebih efisien, memperbaiki produk dan jasa yang sudah ada, dan menemukan cara baru untuk memberikan kepuasan kepada konsumen.

Berdasarkan penjelasan di atas maka pengertian Kewirausahaan adalah orang yang menciptakan kerja bagi orang lain dengan cara mendirikan, mengembangkan, dan bersedia mengambil resiko pribadi dalam menemukan peluang berusaha dan secara kreatif menggunakan potensi-potensi dirinya untuk mengenali produk, mengelola dan menentukan cara produksi, menyusun operasi untuk pengadaan produk, memasarkannya serta mengatur permodalan operasinya.

2.5.1 Karakteristik Kewirausahaan

Menurut Kuriloff dan Mempil dalam Suryana (2000). Mengemukakan bahwa karakteristik kewirausahaan meliputi komitmen, resiko yang moderat, peluang, obyektif, umpan balik, optimisme, uang, proaktif dalam manajemen. Dalam beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa wirausaha harus selalu optimis dalam melakukan pekerjaannya sampai tujuan tercapai. Wirausaha harus tekun, ulet, tidak mudah putus asa sebelum tujuannya tercapai. Dalam bekerja wirausaha tidak asal berspekulasi tapi segala sesuatunya telah diperhitungkan sebelumnya. Karena itu wirausaha harus didukung dengan semangat yang tinggi. yang mendorong wirausaha terus berjuang mencari peluang sampai usahanya membuahkan hasil. Hasil hasil yang dicapai harus jelas dan


(40)

obyektif, juga merupakan umpan balik bagi kelancaran usahanya. Dengan semangat yang tinggi karena usahanya berhasil, sehingga keuntungan uang yang diperoleh harus dikelola secara aktif dan dianggap sebagai sumber daya yang penting.

2.1.5.2 Fungsi Wirausaha

Menurut Suryana (2000) dilihat dari ruang lingkupnya wirausaha memiliki dua fungsi, yaitu fungsi makro dan fungsi mikro. Secara makro, wirausaha berperan sebagai penggerak pengendali dan pemacu perekonomian suatu bangsa. Sedangkan secara mikro, peran wirausaha adalah penanggung resiko dan ketidakpastian, mengombinasikan sumber-sumber ke dalam cara yang baru dan berbeda untuk menciptakan nilai tambah dan usaha-usaha baru.

2.5.3 Keuntungan dan Kelemahan Menjadi Wirausaha

Menurut Alma (2006) menyatakan bahwa keuntungan menjadi wirausaha adalah, Terbuka peluang untuk mencapai tujuan yang dikehendaki sendiri, terbuka peluang untuk mendemonstrasikan kemampuan serta potensi seseorang secara penuh, terbuka peluang untuk memperoleh manfaat dan keuntungan secara maksimal, terbuka peluang untuk membantu masyarakat dengan usaha-usaha konkrit da terbukanya kesempatan untuk menjadi bos.

Kelemahannya menjadi wirausaha adalah, memperoleh pendapatan yang tidak pasti, dan memikul berbagai resiko. Jika resiko ini telah diantisipasi secara baik, maka berarti wirausaha telah menggeser resiko tersebut, bekerja keras dan waktu /jam kerjannya panjang, kualitas kehidupannya masih rendah sampai


(41)

usahanya berhasil, sebab dia harus berhemat, tanggung jawabnya sangat besar, dan banyaknya keputusan yang harus dia buat walaupun dia kurang menguasai permasalahan yang dihadapinya.

2.1.6 Intensi Kewirausahaan

Menurut Kyrö dan Carrier (2005) Intensi Kewirausahaan merupakan sebuah proses yang berlangsung dalam jangka panjang. menurut Lee dan Wong, (2004). Dalam kondisi ini, intensi berwirausaha merupakan langkah pertama yang perlu dipahami dari sebuah proses pembentukan usaha yang seringkali memerlukan waktu dalam jangka panjang. Lebih lanjut Lee dan Wong menyatakan bahwa intensi berwirausaha dapat diartikan sebagai langkah awal dari suatu proses pendirian sebuah usaha yang umumnya bersifat jangka panjang.

Menurut Krueger (1993), intensi berwirausaha mencerminkan komitmen seseorang untuk memulai usaha baru dan merupakan isu sentral yang perlu diperhatikan dalam memahami proses kewirausahaan pendirian usaha baru. Intensi berwirausaha dapat diartikan sebagai proses pencarian informasi yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan pembentukan suatu usaha (Katz dan Gartner 1988). Lebih lanjut, Katz dan Gartner membuktikan bahwa seseorang dengan intensi untuk memulai usaha akan memiliki kesiapan dan kemajuan yang lebih baik dalam usaha yang dijalankan dibandingkan seseorang tanpa intensi untuk memulai usaha.

Intensi berwirausaha merupakan prediksi yang reliabel untuk mengukur perilaku kewirausahaan dan aktivitas kewirausahaan (Krueger et al. 2000).


(42)

Umumnya, intensi berwirausaha adalah keadaan berfikir yang secara langsung dan mengarahkan perilaku individu ke arah pengembangan dan implementasi konsep bisnis yang baru (Krueger et al. 2009). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa intensi berwirausaha adalah niat seseorang untuk medirikian suatu bisnis atau menerapkan konsep bisnis. Dalam literatur kewirausahaan, faktor terpenting yang membentuk intensi berwirausaha adalah faktor psikologis. Faktor-faktor psikologis menjelaskan pola bertindak melalui intensi seseorang dalam memilih berwirausaha sebagai karir (Sagiri dan Appolloni, 2009). Faktor-faktor psikologis ini terdiri atas Penentuan Nasib Sendiri (self-determination),

Kemampuan Menghadapi Resiko (risk-bearing ability), serta Kepercayaan dan

Sikap (belief and attitude).

1. Penentuan Nasib Sendiri (Self-determination)

Menurut Spreitzer (1997) penentuan nasib sendiri (self-determination) merupakan keyakinan seseorang bahwa orang tersebut mempunyai kebebasan

atau otonomi dan kendali tentang bagaimana mengerjakan pekerjaannya. Self

determination merupakan anggapan bahwa suatu pekerjaan tidak membutuhkan satu perasaan seseorang yang memiliki peluang untuk menggunakan inisiatif dan mengatur tingkah laku dalam mengerjakan pekerjaan mereka Dalam pandangan humanistik, self-determination (penentuan diri) merupakan sesuatu yang aktif

yang mana terdapat self aware ego dan memiliki kesadaran diri (self


(43)

2. Kemampuan Menghadapi Resiko (Risk bearing ability)

Risiko adalah sesuatu yang selalu dikaitkan dengan kemungkinan terjadinya keadaan yang merugikan dan tidak diduga sebelumnya bahkan bagi kebanyakan orang tidak menginginkannya. Risk bearing ability atau dikenal juga

sebagai risk taking propensity merupaan salah satu faktor penting dalam

menciptakan usaha baru. Risiko yang dihadapi oleh wirausaha dapat berbentuk risiko psikologis, finansial, maupun sosial. Seorang wirausaha harus mampu mengatasi berbagai risiko yang dihadapi agar dapat memperoleh imbalan atas usaha-usaha yang telah dilakukannya, terutama imbalan finansial yang sering di identifikasikan sebagai wujud kesuksesan seorang wirausaha. Dengan kata lain, risk bearing ability merupakan kemampuan seorang wirausaha untuk mengatasi berbagai risiko yang dihadapi dalam upaya mencapai kesuksesan usahanya.

3. Kepercayaan dan Sikap (Belief and attitude)

Perilaku seseorang sangat dipengaruhi oleh belief and attitude yang

dimilikinya. Belief and attitude memegang peran penting dalam menentukan

tindakan seseorang. Terkait dengan intensi berwirausaha, belief and attitude

berperan penting dalam diri seseorang saat mengambil pilihan berwirausaha sebagai karir yang akan ditekuni. Faktor ini juga dapat diterjemahkan sebagai persepsi individu atas keinginan pribadi untuk melakukan tindakan-tindakan berwirausaha seperti menciptakan usaha baru (Krueger et al., 2000).


(44)

2.1.7 Penelitian terdahulu

Tabel 2.1

PenelitianTerdahulu

No Peneliti (Tahun Penelitian) Judul Penelitian Variable Penelitian Hasil Penelitian 1 Krueger et al. (2000) Competing Models

Of Entrepreneurial Intentions Independen: Expected Values, Normative Beliefs, Percieved Self-Efficacy Depended: Entrepreneurial Intentions

1. Nilai harapan berpengaruh signifikan terhadap intensi kewirausahaan.

2. Kepercayaan akan sikap nomatif tidak berpengaruh secara signifikan terhadap intensi kewirausahaan. 3. Efikasi diri berpengaruh signifikan terhadap intensi kewirausahaan 2 Wilson et al. (2007) Gender,

Entrepreneurial Self-Effiacy, and Entrepreneurial Career Intention: Implications For Entrepreneurship Education Independen: Gender, Entrepreneurial Self-Effiacy, Entrepreneurial Career Intention Depended: Entrepreneurship Education

1. Pada tingkat SMA jender, efikasi diri, pemilihan karir berwirausaha ketika tidak diberikan pendidikan kewirausahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap intensi kewirausahaan.

2. Pada tingkat perguruan tinggi ketika diberikan pendidikan kewirausahaan jender, efikasi diri, pemilihan karir berwirausaha berpengaruh signifikan terhadap intensi kewirausahaan. 3 Indiarti dan Rostiani

(2008)

Intensi Kewirausahaan Mahasiswa : Studi Perbandingan antara Indonesia, Jepang dan Norwegia Independen: Faktor kepribadian, Faktor lingkungan, Faktor demografis Depended: Intensi Kewirausahaan

1. Efikasi diri secara signifikan mempengaruhi intensi kewirausahaan.

2. Kebutuhan akan prestasi, umur, dan jender tidak terbukti secara signifikan sebagai prediktor intensi kewirausahaan.

4 Izquierdo dan Buelens (2008)

Competing Models of Entrepreneurial Intentions : The Influence of Entrepreneurial Self-efficacy and Attitudes

Independen: Self-efficacy, Attitudes Dependen: Entrepreneurial Intension

1. Efikasi diri berhubungan secara positif dengan intensi kewirausahaan. 2. Sikap berhubungan kuat secara signifikan terhadap intensi kewirausahaan

5 Suharti dan Sirine (2011) Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Niat Kewirausahaan Independen: Sosio Demografi, Faktor Sikap, Faktor Kontekstual Depended: Intensi kewirausahaan

1. Faktor sosio demografi berpengaruh signifikan terhadap intensi kewirausahaan. 2. Faktor sikap secara positif dan signifikan berpengaruh terhadap intensi kewirausahaan. 3. Faktor Kontekstual tidak berpengaruh secara signifikan terhadap intensi kewirausahaan 6 Andika dan Madjid (2012) Analisis Pengaruh

Sikap, Norma Subyektif dan Efikasi Diri Terhadap Intensi Berwirausaha Independen: Sikap, Norma Subjektif, Efikasi Diri Dependen: Intensi Kewirausahaan

1. Sikap, Norma Subjektif, dan Efikasi diri secara simultan berpengaruh secara signifikan terhadap intensi berwirausaha.


(45)

7. Silvia (2013) Pengaruh

Entrepreneurial traits dan Entrepreneurial skills terhadap intensi kewirausahaan Independen: Entrepreneurial Traits, Entrepreneurial skilll Dependen: Intensi Kewirausahaan

1.Entrepreneurial Traits dan Entrepreneurial skills tidak berpengaruh secara signifikan terhadap intensi kewirausahaan.

8 Hetty dan Hani (2013) Pengaruh Faktor Psikologis dan Kontekstual Terhadap Intensi Berwirausaha Independen: Faktor Psikologis, Kontekstual Dependen: Intensi Kewirausahaan

1. Faktor Psikologis dan Kontekstual berpengaruh secara positf dan signifikan terhadap intensi kewirausahaan

Sumber: Data Diolah (2014) 2.1.8. Kerangka Konseptual

Intensi kewirausahaan atau niat kewirausahaan dapat diaritikan sebagai langkah awal dari suatu proses pendirian sebuah usaha yang umumnya bersifat jangka panjang, Niat kewirausahaan mencerminkan komitmen seseorang untuk memulai usaha baru dan merupakan isu sentral yang perlu diperhatikan dalam memahami proses kewirausahaan pendirian usaha baru (Suharti dan Sirene, 2011).

Salah satu varibale yang mempengaruhi intensi kewirausahan adalah efikasi diri. Berdasarkan hasil dari penelitian (Indarti dan Rostiani, 2008; Andika dan Madjid, 2012), efikasi diri mempengaruhi intensi berwirausaha. Menurut Bandura (1977) mendefinisikan efikasi diri sebagai kepercayaan seseorang atas kemampuan dirinya untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Efikasi diri sebagai indikator kepercayaan diri akan menimbulkan sikap merasa mampu akan mendirikan usaha baru dan kemampuan mengelola usaha. Sikap-sikap kepercayaan diri tersebut akan membentuk indikator prilaku yang mempengaruhi intensi kewirausahaan.


(46)

Menurut Kristiansen dan Indarti (2004) variable lainnya yang mempengaruhi intensi kewirausahaan adalah faktor kontekstual dan sikap. Faktor kontekstual bila diterjemahkan dalam dunia mahasiswa dan perguruan tinggi sebagai penyelenggara pendidikan kewirausahaan, faktor kontekstual ini di terjemahkan sebagai lingkungan yang dapat mempengaruh intensi kewirausahaan pada mahasiswa, situasi ekonomi, meliputi akses pada sumber daya, infrastruktur fisik dan institusional. Menurut Suprijono (2011) Pembelajaran kontekstual merupakan pembelajaran yang berorientasi pada penciptaan semirip mungkin dengan situasi “dunia nyata”. Faktor kontekstual akan menguji apakah perguruan tinggi sebagai penyelenggara pendidikan kewirausahaan telah mempengaruhi intensi kewirausahaan mahasiswa.

Sikap menurut Assael (2001) sikap didefinisikan kecenderungan yang dipelajari untuk memberikan respon kepada obyek atau kelas obyek secara konsisten baik dalam rasa suka maupun tidak suka. Gadaam (2008) menyatakan sikap berwirausaha yaitu kecenderungan untuk bereaksi secara afektif dalam menanggapi risiko yang akan dihadapi dalam suatu bisnis. (Andika dan Madjid, 2012). Pada penelitian Tjahjono dan Ardi (2010) digunakan beberapa unsur sikap yang digunakan sebagai indikator yang dapat mempengaruhi intensi kewirausahaan yaitu kekuasaan/otoritas (autonomy/authority), tantangan & peluang ekonomi (economic & challenge), realisasi diri & percaya diri (self realization & perceived confidence), keamanan & beban kerja (security & workload), menghadapi atau menghindari tanggung jawab (avoid responsibility), dan dukungan sosial & karir (Social environment & career).


(47)

Berdasarkan unsur unsur sikap tersebut pada penelitian ini yang akan diuji di

sikap yang menurut peneliti umum dengan sikap mahasiswa yaitu economic and

challenge (peluang dan tantangan), self-realization and patisipation (realisasi diri dan partisipasi), dan security and workload (keamanan dan beban kerja), sebagai indikator sikap terhadap intensi kewirausahaan.

Berdasarkan uraian diatas, maka kerangka konseptual dalam penelitian ini adalah efikasi diri, faktor kontekstual, dan sikap berpengaruh terhadap intensi kewirausahaan sehingga menjadi dasar peneliti dalam penelitian.

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Efikasi Diri (X1)

Faktor Kontekstual (X2)

Faktor Sikap (X3)

Intensi Kewirausahaan (Y)


(48)

2.1.9 Hipotesis

Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka konseptual, maka dirumuskan beberapaa hipotesis yang akan di uji dalam penelitian ini :

1. Hipotesis 1: Efikasi diri berpengaruh signifikan terhadap intensi

kewirausahaan pada mahasiswa Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara

2. Hipotesis 2: Faktor kontekstual berpengaruh signifikan terhadap intensi

kewirausahaan pada mahasiswa Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara

3. Hipotesis 3: Sikap berpengaruh signifikan terhadap intensi kewirausahaan

pada mahasiswa Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara


(49)

BAB 3

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi empiris dengan pendekatan penelitian asosiatif. Metode studi empiris merupakan metode penelitian terhadap fakta empiris yang diperoleh berdasarkan observasi atau pengalaman, objek yang diteliti lebih di tekankan pada kejadian sebenarnya daripada persepsi orang mengenai kejadian. Sedangkan pendekatan penelitian yang digunakan penulis adalah asosiatif. penelitian asosiatif menurut Sugiyono (2008) adalah sebagai berikut:

“Penelitian asosiatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih.” Penelitian asosiatif merupakan penelitian untuk mengetahui hubungan antara dua variabel (atau lebih) tersebut. Di mana hubungan antara variabel dalam penelitian akan dianalisis dengan menggunakan ukuran-ukuran statistika yang relevan atas data tersebut untuk menguji hipotesis.

Dalam metode ini akan diamati secara seksama aspek-aspek tertentu yang berkaitan erat dengan masalah yang diteliti, sehingga diperoleh data primer yang menunjang penyusunan laporan penelitian ini. Data-data yang diperoleh selama penelitian ini akan diolah, dianalisis dan diproses dengan teori-teori yang telah dipelajari, sehingga dapat memperjelas gambaran mengenai objek yang diteliti, dan dari gambaran objek tersebut dapat ditarik kesimpulan mengenai masalah yang diteliti.


(50)

Sedangkan untuk menganalisis data dan pengujian hipotesis, penulis menggunakan teknik regresi berganda, di karenakan data yang di dapatkan berskala interval dan mempunyai lebih dari satu variable independen, analisis regresi berganda digunakan untuk mengetahui arah hubungan antara varibale variable independen dan dependen

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian akan di laksanakan di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara Jl. Prof. T.M. Hanafiah Kampus USU, Medan 20155, Sumatera Utara. Penelitian ini dilangsungkan kurang lebih 2 Bulan, terhitung dari Maret 2014 sampai April 2014.

3.3 Batasan Oprasionalisasi Variabel

Sesuai dengan perumusan masalah yang telah dikemukan sebelumnya, penelitian ini memberikan batasan oprasional untuk menghindari kesimpang siuran dalam membahas dan menganalis permasalahan

Batasan oprasional yang dimaksud adalah sebagai berikut:

1. Varibabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah efikasi diri

(X1), kedua Faktor kontekstual (X2) ketiga faktor sikap (X3)

2. Varibel terikat yang digunakan dalam penelitian ini adalah intensi

kewirausahaan (Y) pada mahasiswa Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara


(51)

3.4 Definisi Operasionalisasi Variabel 3.4.1 Efikasi Diri (Variabel X1)

Efikasi diri adalah “penilaian diri terhadap kemampuan diri untuk mengatur dan melaksanakan tindakan yang diperlukan untuk mencapai kinerja yang ditetapkan”. Pada masing – masing individu tingkat efikasi diri yang di miliki berbeda – beda, untuk mengetahui hal tersebut dapat di lihat dari komponen pada efikasi diri tersebut yang mencakup magnitude, strength dan generality.

Magnitude (Tingkat Kesulitan Tugas)

Magnitude (tingkat kesulitan tugas), yaitu masalah yang berkaitandengan derajat kesulitan tugas individu. Komponen ini berimplikasi pada pemilihan perilaku yang akan dicoba individu berdasar ekspektasi efikasi pada tingkat kesulitan tugas. Individu akan berupaya melakukan tugas tertentu yang ia persepsikan dapat dilaksanakannya dan ia akan menghindari situasi dan perilaku yang ia persepsikan di luar batas kemampuannya.

Strength (Kekuatan Keyakinan)

Strength (kekuatan keyakinan), yaitu berkaitan dengan kekuatan pada keyakinan individu atas kemampuannya. Pengharapan yang kuat dan mantap pada individu akan mendorong untuk gigih dalam berupaya mencapai tujuan, walaupun mungkin belum memiliki pengalaman–pengalaman yang menunjang. Sebaliknya pengharapan yang lemah dan ragu-ragu akan kemampuan diri akan mudah digoyahkan oleh pengalaman pengalaman yang tidak menunjang.


(52)

Generality(Luas Bidang Perilaku)

Generality (Generalitas), yaitu hal yang berkaitan cakupan luas bidang tingkah laku di mana individu merasa yakin terhadap kemampuannya. Individu dapat merasa yakin terhadap kemampuan dirinya, tergantung pada pemahaman kemampuan dirinya yang terbatas pada suatu aktivitas dan situasi tertentu atau pada serangkaian aktivitas dan situasi yanglebih luas dan bervariasi.

3.4.2 Faktor Kontekstual (Variabel X2)

Dalam sudut pandang mahasiswa diterjemahkan faktor kontekstual adalah konsep belajar yang membantu dosen mengaitkan antara materi dan mendorong mahasiswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari hari

Academic Support (Dukungan Akademik)

Dukungan akademik mengacu pada faktor-faktor yang berkaitan dengan dukungan bagi seorang pelajar untuk mencapai dan menyelesaikan tugas tugas studi dengan target hasil dan waktu yang telah ditentukan.

Social support (Dukungan Sosial)

Social support adalah dukungan atau bantuan yang berasal dari orang lain seperti teman, keluarga, tetangga, rekan kerja dan orang lain


(53)

Environmental support (Kondisi Lingkungan)

Environmental support adalah keadaan lingkungan yang baik dan teratur dalam infrastruktur fisik, aset fisik perusahaan, laboratorium libang dan hal-hal yang tidak berwujud (manusia, modal, rutinitas, sumber daya) memiliki peranan dalam mendorong intensi berwirausaha.

3.4.3 Faktor Sikap (Variabel X3)

Kondisi kesiapan mental dan moral yang terorganisir melalui pengalaman, penggunaan pengaruh yang terarah dan dinamis pada respon individu ke semua obyek dan situasi yang terkait.

Economic and Challenge (Peluang dan Tantangan): sikap yang dimiliki

responden dilihat dari peluang atau tantangan dalam bidang ekonomi

Security & Workload (Keamanan dan Beban Kerja): beban kerja yang dimiliki

oleh responden

Self realization and participation (Realisasi Diri dan Partisipasi): realisasi dan

partisipasi yang diwujudkan oleh seseorang

3.4.5 Intensi Kewirausahaan (Variabel Y)

Intensi berwirausaha mencerminkan komitmen seseorang untuk memulai usaha baru dan merupakan isu sentral yang perlu diperhatikan dalam memahami proses kewirausahaan pendirian usaha baru. Beberapa Faktor-faktor psikologis


(54)

menjelaskan pola bertindak melalui intensi seseorang dalam memilih berwirausaha sebagai karir (Sagiri & Appolloni, 2009)

Self-determination (Penentuan Nasib Sendiri) keyakinan seseorang bahwa

orang tersebut mempunyai kebebasan atau otonomi dan kendali tentang bagaimana mengerjakan pekerjaannya

Risk bearing ability (Kemampuan Menghadapi Resiko) kemampuan seorang wirausaha untuk mengatasi berbagai risiko yang dihadapi dalam upaya mencapai kesuksesan usahanya

Belief and attitude (Kepercayaan dan Sikap) Kepercayaan dan sikap individu terhadap keinginan pribadi untuk melakukan tindakan-tindakan


(55)

TABEL 3.1

Oprasionalisasi Variabel

Variabel Definisi Variabel Dimensi Indikator Skala

Efikasi Diri (X1)

Penilaian diri terhadap kemampuan diri untuk

mengatur dan melaksanakan tindakan yang diperlukan untuk

mencapai kinerja yang ditetapkan (Dede Rahmat Hidayat, 2011)

Tingkat Kesulitan Tugas (Magnitude) 1. Keyakinan menghadapi masalah yang sulit

2. Perilaku diluar batas kemampuan

3. Tingkat kesulitan masalah numerical scale Derajat kemantapan, keyakinan atau pengharapan (Strength)

1. Saya yakin dengan pilihan karir saya 2. kemantapan bertahan dalam pilihan karir

3. Pengalaman yang melemahkan numerical scale Luas bidang perilaku (Generality) 1.Keyakinan menghadapi satu aktivitas 2. Keyakinan menghadapi serangkaian aktivitas 3. Keyakinan menghadapi hanya kepada aktivitas pilihan tertentu numerical scale Faktor Kontekstual (X2)

konsep belajar yang mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan

situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang

dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka

(BEST,2001)

Dukungan Akademik (Academic support)

1. Mata Kuliah 2. Infrastruktur 3. Kegiatan Kewirausahaan numerical scale Dukungan Sosial (Social support) 1.Keluarga 2.Sahabat

3.Teman numerical scale Kondisi Lingkungan (Environmental support) 1. Permodalan 2. Admistrasi Pemerintah 3. Iklim ekonomi

numerical scale


(56)

Sikap X3

Kecenderungan untuk bereaksi secara afektif dalam menanggapi risiko yang akan dihadapi di dalam

bisnis (Gadaam,2008) Peluang dan Tantangan (Economic and Challenge)

1. Peluang secara ekonomis 2. Penghasilan yang besar 3. Tantangan numerical scale Keamanan dan Beban Kerja (Security & Workload)

1. Pekerjaan yang stabil

2. Pekerjaan yang aman

3.Pekerjaan yang tidak berelebihan beban kerja numerical scale Realisasi Diri dan Partisipasi (Self realization and participation)

1. Pekerjaan yang dapat memanfaatkan daya kreatifitas 2. Pekerjaan yang dengan keterlibatan dalam keseluruhan proses kegiatan 3.Pekerjaan yang merealisasikan diri numerical scale Intensi Kewirausahaan (Y)

intensi berwirausaha mencerminkan komitmen seseorang untuk memulai usaha baru dan merupakan isu sentral

yang perlu diperhatikan dalam memahami proses kewirausahaan pendirian usaha baru. (Krueger 1993)

Menentukan Nasib Sendiri

(Self-determination)

1. Dari dalam diri 2. Bertahan akan pilihan 3. Tidak akan menyerah numerical scale Kemampuan Menghadapi Risiko (Risk bearing ability)

1. Resiko gagal 2. Resiko

Ketidakpastian hasil 3. Resiko kehilangan modal numerical scale Percaya dan Sikap (Belief and attitude)

1. Yakin dengan kemampuan berwirausaha 2. Senang melakukan sesuatu yang baru 3. Senang melakukan sesuatu yang inovatif dan kreatif

numerical scale


(57)

3.5 Skala Pengukuran Variabel

3.5.1 Skala Numeric (numerical scale)

Dalam penelitian ini, data diukur dari persepsi responden atas pertanyaan atau pernyataan yang diajukan. Untuk menentukan nilai atas persepsi responden dibentuk sebuah kuesioner. Berkenaan dengan skala pengukuran dalam penyusunan kuesioner peneliti menggunakan skala numeric (Numerical Scale) 1-7 alternatif pilihan jawaban untuk mengukur sikap responden.

Menurut Simamora (2005) numerical scale yaitu variasi skala deferensial sematik, skala ini menggunakan dua kutub ekstrim positif dan negatif dan pilihan yang tersedia berupa angka.

Tabel 3.2 Skala Numeric

Sumber: (Simamora, 2005)


(58)

3.6 Populasi dan Sample 3.6.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2007). Populasi yang dimaksud disini adalah sasaran penelitian yang memiliki karakteristik tertentu yaitu sesuai dengan jenis penelitian yang dilakukan (Arikunto, 2006).

Menurut Kuncoro (2003), populasi adalah kelompok elemen yang lengkap dan biasanya berupa orang, objek, kejadian dimana kita tertarik untuk mempelajari atau menjadi objek penelitian.

Pada penelitian ini populasi penelitian adalah mahasiswa Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatra Utara, yaitu berdasarkan Direktori Mahasiswa Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara. peneliti menyempitkan populasi berdasarkan angkatan mahasiswa, sehingga peneliti mendapatkan populasi yang masih aktif mengikuti perkulihaan yaitu dimulai dari angkatan 2011 sampai angkatan 2013.

Perincian populasi pada setiap angkatan berdasarkan Direktori Mahasiswa Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara yaitu Angkatan 2011 (320 orang), Angkatan 2012 (359 orang), dan Angkatan 2013 (250 orang).


(59)

Tabel 3.3

Populasi Mahasiswa Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatra Utara

NO Angkatan Jumlah Mahasiswa

1 Angkatan 2011 320 Orang

2 Angkatan 2012 359 Orang

3 Angkatan 2013 250 Orang

Jumlah 929 Orang

Sumber : Direktori MahasiswaFakultas Ekonomi Universitas Sumatra Utara (2014)

3.6.2 Sampel

Sampel adalah sebagaian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2006). Menurut Sabar (2007) sampel adalah sebagian dari subyek dalam populasi yang diteliti, yang sudah tentu mampu secara representative dapat mewakili populasinya.

Menurut Sugiyono (2011) sampel adalah bagian atau jumlah dan karakteritik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misal karena keterbatan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti akan mengambil sampel dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representative (Sugiyono, 2011).


(60)

Untuk mendapatkan sampel yang menggambarkan populasi, maka dalam penelitian ini digunakan rumus Slovin (dalam Umar, 2004) yaitu sebagai berikut

� = � �+���

Keterangan :

n = Ukuran Sample

N = Ukuran populasi

e = Taraf Kesalahan (5%)

Maka dengan menggunakan rumus di atas diperoleh sample sebesar :

� = 929

1 + 929(0.05)2

� = 929 3,322 n = 279,6 n = 280 Orang


(61)

Untuk menarik sampel dari populasi digunakan teknik propotional random sampling. Rumus yang dipakai adalah sebagai berikut:

=��

� ��

Keterangan

n1 = Anggota Proporsi pertama

N1 = Populasi ke 1

n = Sampel yang diambil dalam penelitian

N = Populasi total

Contoh: Sampel angkatan 2011

1=320

929x280=97

Tabel 3.4

Distribusi Sampel Mahasiswa

Angkatan Populasi Sampel

Angkatan 2011 320 97

Angkatan 2012 359 109

Angkatan 2013 250 74

Total 929 280


(62)

3.6.2.1 Teknik Pengambilan Sampel

Pada penelitian ini teknik pengambilan sampel secara non probability dengan metode sampling aksidental. Menurut Sugiyono (2011) sampling aksidental adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data.

3.7 Jenis data. 3.7.1 Sumber Data

Berdasarkan jenis data berdasarkan sumbernya, data penelitian dapat dikelompokkan dalam dua jenis yaitu data primer dan data sekunder.

3.7.1.1 Data Primer

Menurut Umar (2003), Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber aslinya (tidak melalui media perantara). Data ini dapat berupa opini subjek secara individual atau kelompok, hasil observasi terhadap suatu benda (fisik), kejadian atau kegiatan, dan hasil pengujian.

3.7.1.2 Data Sekunder

Menurut Sugiyono (2011), Data sekunder adalah data yang didapat peneliti secara tidak langsung dari objek melaikan melalui media perantara (diperoleh dari pihak lain perantara). Data sekunder pada umumnya berupa bukti, catatan atau


(63)

laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data dukumenter) yang di Publikasikan atau yang tidak dipublikasikan.

3.7.2 Sifat Data

Berdasarkan bentuk dan sifatnya, data penelitian dapat dibedakan dalam dua jenis yaitu data kualitatif (yang berbentuk kata-kata/kalimat) dan data kuantitatif (yang berbentuk angka).

3.7.2.1 Data Kualitatif

Menurut Sugiyono (2005), data kualitatif adalah data yang berbentuk kata-kata, bukan dalam bentuk angka. Data kualitatif diperoleh melalui berbagai macam teknik pengumpulan data.

3.7.2.1 Data Kuantitatif

Menurut Menurut Sugiyono (2005), data kuantitatif adalah data yang

berbentuk angka atau bilangan. Sesuai dengan bentuknya, data kuantitatif dapat

diolah atau dianalisis menggunakan teknik perhitungan matematika atau

statistika.

Berdasarkan teori tersebut diatas, maka sumber data penelitian ini adalah data primer dan sifat data adalah penelitian bersifat deskriptif kuantitatif, data yang diperoleh dari sampel populasi penelitian dianalisis sesuai dengan metode statistik yang digunakan kemudian diinterprestasikan.


(1)

Sikap (X3)

6 Teman mendukung saya berwirausaha

1 2 3 4 5 6 7

7

Lembaga keuangan mendukung saya untuk

berwirausaha

1 2 3 4 5 6 7

8

Proses administrasi pemerintah mendukung saya

untuk berwirausaha

1 2 3 4 5 6 7

9 Iklim ekonomi mendukung saya untuk berwirausaha

1 2 3 4 5 6 7

o

Pertanyaan

Skala

1

Saya memilih karir berwirausaha karena saya yakin

akan mendapatkan penghasilan yang lebih besar

daripada karir yang lain.

1 2 3 4 5 6 7

2

Saya memilih karir berwirausaha karena saya menyukai

tantangan dalam berwirausaha.

1 2 3 4 5 6 7

3

Saya memilih karir berwirausaha karena saya yakin

peluang keberhasilan yang tinggi dalam berwirausaha.

1 2 3 4 5 6 7

4

Walaupun saya tahu keamanan keuangan dalam

berwirausaha tidak stabil, saya akan tetap bertahan atas

pilihan karir saya berwirausaha

1 2 3 4 5 6 7

5

Walaupun beban kerja dalam berwirausaha sering

melebihi kapasitas jam kerja, saya akan tetap bertahan

atas pilihan karir saya berwirausaha.

1 2 3 4 5 6 7

6

kapasitas kerja yang tinggi dalam berwirausaha adalah

bagian tantangan berwirausaha yang harus dihadapi.

1 2 3 4 5 6 7

7

Saya suka berpatisipasi penuh dalam segala aktivitas

yang hanya bisa saya temukan dalam pilihan karir saya

berwirausaha.

1 2 3 4 5 6 7

8

Saya suka mengeluarkan mengeluarkan pendapat, yang

hanya saya temukan dalam pilihan karir saya

berwirausaha.

1 2 3 4 5 6 7


(2)

Intensi Kewirausahaan (Y)

N

o

Pertanyaan

Skala

1

Berwirausaha adalah pilihan karir yang berasal dari diri

saya sendiri

1 2 3 4 5 6 7

2

Walapun tidak ada yang mendukung saya

berwirausaha, saya bertekad untuk memulai usaha

sendiri

1 2 3 4 5 6 7

3

Saya berani menghadapi risiko kerugian modal dalam

berwirausaha

1 2 3 4 5 6 7

4

Saya menyukai tantangan menghadapi risiko

ketidakpastian hasil dalam berwirausaha

1 2 3 4 5 6 7

5

Kepercayaan terhadap kemampuan diri saya

berwirausaha berperan penting untuk kesuksesan saya

dalam membuka usaha

1 2 3 4 5 6 7


(3)

Warning # 849 in column 23. Text: in_ID

The LOCALE subcommand of the SET command has an invalid parameter.

It could

not be mapped to a valid backend locale.

GET

FILE='C:\Users\mpandulukito\Desktop\SPSS SKRIPSI\Pandu

[DATA].sav'.

DATASET NAME DataSet1 WINDOW=FRONT.

REGRESSION

/MISSING LISTWISE

/STATISTICS COEFF OUTS R ANOVA COLLIN TOL

/CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10)

/NOORIGIN

/DEPENDENT Y1.1

/METHOD=ENTER X1.TOTAL X2.TOTAL X3.TOTAL

/SCATTERPLOT=(*ZPRED ,*SRESID)

/RESIDUALS DURBIN HISTOGRAM(ZRESID) NORMPROB(ZRESID).

Regression

[DataSet1] C:\Users\mpandulukito\Desktop\SPSS SKRIPSI\Pandu

[DATA].sav

Variables Entered/Removedb

Model Variables Entered Variables Removed Method

dimension0

1 Sikap, Faktor Kontekstual,

Efikasi Diria

. Enter

a. All requested variables entered.

b. Dependent Variable: Intensi Kewirausahaan

Model Summaryb

Model

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

dimension0 1 ,853

a ,727 ,724 4,175 1,912

a. Predictors: (Constant), Sikap, Faktor Kontekstual, Efikasi Diri b. Dependent Variable: Intensi Kewirausahaan


(4)

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 12812,896 3 4270,965 245,040 ,000a

Residual 4810,590 276 17,430

Total 17623,486 279

a. Predictors: (Constant), Sikap, Faktor Kontekstual, Efikasi Diri b. Dependent Variable: Intensi Kewirausahaan

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) -2,501 1,343 -1,862 ,064

Efikasi Diri ,186 ,035 ,275 5,300 ,000

Faktor Kontekstual ,057 ,037 ,070 1,555 ,121

Sikap ,442 ,045 ,566 9,898 ,000

a. Dependent Variable: Intensi Kewirausahaan

Coefficientsa

Model Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1 (Constant)

Efikasi Diri ,367 2,728

Faktor Kontekstual ,489 2,046

Sikap ,303 3,305

a. Dependent Variable: Intensi Kewirausahaan


(5)

Model Dimension

Eigenvalue Condition Index

Variance Proportions (Constant) Efikasi Diri

dimension0 1

dimension1

1 3,948 1,000 ,00 ,00

2 ,027 12,205 ,97 ,04

3 ,017 15,420 ,00 ,27

4 ,008 21,646 ,03 ,69

a. Dependent Variable: Intensi Kewirausahaan

Collinearity Diagnosticsa

Model Dimension Variance Proportions

Faktor Kontekstual Sikap

dimension0 1

dimension1

1 ,00 ,00

2 ,05 ,07

3 ,84 ,04

4 ,11 ,89

a. Dependent Variable: Intensi Kewirausahaan

Residuals Statisticsa

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Predicted Value 9,46 43,30 31,54 6,777 280

Std. Predicted Value -3,258 1,734 ,000 1,000 280

Standard Error of Predicted Value

,252 1,172 ,467 ,177 280

Adjusted Predicted Value 8,95 43,32 31,54 6,782 280

Residual -14,168 12,799 ,000 4,152 280

Std. Residual -3,394 3,066 ,000 ,995 280

Stud. Residual -3,404 3,095 ,000 1,005 280

Deleted Residual -14,254 13,045 ,004 4,236 280

Stud. Deleted Residual -3,471 3,145 ,000 1,009 280

Mahal. Distance ,019 20,980 2,989 3,493 280

Cook's Distance ,000 ,127 ,005 ,013 280

Centered Leverage Value ,000 ,075 ,011 ,013 280

a. Dependent Variable: Intensi Kewirausahaan


(6)