Setiap bank yang melakukan kegiatan usaha di wilayah Negara Republik Indonesia wajib menjadi peserta penjaminan, kecuali Badan Kredit Desa. Setiap
bank wajib menyampaikan persyaratan dan laporan yang ditetapkan oleh LPS termasuk membayar kontribusi kepesertaan dan premi penjaminan. Apabila tidak
dipenuhi, tidak menggugurkan kepesertaannya namun dikenakan sanksi administrsi, denda, dan pidana.
M. Pengawasan Atas Lembaga Pembiayaan Di Indonesia
Dilihat dari pengaturan, perizinan, pembinaan, dan pengawasannya, dalam lembaga pembiayaan dilakukan oleh Departemen Keuangan. Adapun untuk
lembaga perbankan dengan diundangkannya Undang-Undang Nomor. 10 Tahun 1998, maka wewenang dalam hal pengaturan dan perizinan sepenuhnya berada
pada Bank Indonesia. Selanjutnya dengan diundangkannya Undang-Undang No. 23 Tahun 1999, maka fungsi pengawasan perbankan yang sebelumnya berada
dalam kewenangan Bank Indonesia akan dialihkan kepada suatu lembaga khusus untuk itu, yaitu Lembaga Pengawas Jasa Keuangan. Lembaga perbankan itu
sendiri termasuk lembaga keuangan. Sementara lembaga keuangan itu terdiri dari lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan non bank, seperti, pasar modal,
asuransi, dana pensiun, dan sebagainya. Kemudian sejak berlakunya Undang- Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan, maka
pengawasan atas lembaga pembiayaan di Indonesia beralih menjadi tanggung jawab Otoritas Jasa Keuangan.
Universitas Sumatera Utara
N. Peranan Hukum Perlindungan Konsumen Atas Dana Simpanan Milik
Nasabah Yang Disimpan Dalam Sistem Perkoperasian
Pengertian perlindungan konsumen yang termaktub dalam undang-undang yakni segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberikan
perlindungan kepada konsumen.
68
Kepastian hukum ini ditujukan untuk memberikan perlindungan kepada konsumen itu antara lain adalah dengan
meningkatkan harkat dan martabat konsumen serta membuka akses informasi tentang barang danatau jasa bagi konsumen, dan menumbuh kembangkan sikap
pelaku usaha yang jujur dan bertanggung jawab.
69
Az. Nasution berpendapat bahwa hukum perlindungan konsumen adalah bagian dari hukum konsumen yang memuat asas-asas atau kaidah-kaidah yang
bersifat mengatur dan mengandung sifat yang melindungi kepentingan konsumen, sedangkan hukum konsumen adalah hukum yang mengatur hubungan dan
masalah antara berbagai pihak satu sama lain berkaitan dengan barang atau jasa konsumen di dalam pergaulan hidup.
70
Namun, ada pula yang berpendapat bahwa hukum perlindungan konsumen merupakan bagian dari hukum konsumen. Hal ini
dapat kita lihat bahwa hukum konsumen memiliki skala yang lebih luas karena hukum konsumen meliputi berbagai aspek hukum yang didalamnya terdapat
kepentingan pihak konsumen dan salah satu bagian dari hukum konsumen ini
68
Pasal 1Angka 1 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
69
Adrian Sutedi, Tanggung Jawab Produk Dalam Hukum Perlindungan Konsumen, Jakarta: Penerbit Ghalia Indonesia, 2008, hlm. 8
70
Az. Nasution, Op. Cit., hlm. 11
Universitas Sumatera Utara
adalah aspek perlindungannya, misalnya bagaimana cara mempertahankan hak- hak konsumen terhadap gangguan pihak lain.
71
Hukum perlindungan konsumen yang berlaku di Indonesia memiliki dasar hukum yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Dengan adanya dasar hukum yang
pasti, perlindungan terhadap hak-hak konsumen bisa dilakukan dengan penuh optimisme. Pengaturan tentang hukum perlindungan konsumen telah diatur dalam
Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Berdasarkan Pasal 1 angka 1 UUPK disebutkan bahwa Perlindungan konsumen adalah segala
upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen. Kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada
konsumen berupa perlindungan terhadap hak-hak konsumen, yang diperkuat melalui undang-undang khusus, memberi harapan agar pelaku usaha tidak
bertindak sewenang-wenang yang selalu merugikan hak-hak konsumen.
72
Dengan adanya Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen beserta perangkat hukum lainnya, konsumen memiliki hak dan posisi
yang berimbang dan mereka dapat menggugat atau menuntut jika ternyata hak- haknya telah dirugikan atau dilanggar oleh pelaku usaha.
73
Pada dasarnya undang-undang perlindungan konsumen bertujuan:
74
1. meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian konsumen untuk
melindungi diri.
71
Ibid., hlm. 12
72
Happy Susanto, Hak-Hak Konsumen Jika Dirugikan, Jakarta: Visimedia, 2008, hlm. 4
73
Ibid., hlm. 5
74
Pasal 3 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
Universitas Sumatera Utara
2. mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara
menghindarkannya dari ekses negatif pemakaian barang danatau jasa. 3.
meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan dan menuntut hak-haknya sebagai konsumen.
4. menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur
kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatkan informasi.
5. menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan
konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan bertanggung jawab dalam berusaha.
6. meningkatkan kualitas barang danatau jasa yang menjamin kelangsungan
usaha produksi barang danatau jasa, kesehatan, kenyamanan, keamanan, dan keselamatan konsumen.
Tujuan yang ingin dicapai perlindungan konsumen umumnya dapat dibagi dalam tiga bagian utama yaitu:
1. memberdayakan konsumen dalam memilih,menentukan barang danatau
jasa kebutuhannya, dan menuntut hak-haknya. 2.
menciptakan sistem perlindungan konsumen yang memuat unsure-unsur kepastian hukum, keterbukaan informasi, dan akses untuk mendapatkan
informasi. 3.
menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan konsumen sehingga tumbuh sikap jujur dan bertanggung jawab.
Universitas Sumatera Utara
Dari ketiga tujuan di atas, dapat disimpulkan bahwa sangat penting untuk dapat melindungi konsumen dari berbagai hal yang dapat mendatangkan kerugian
bagi mereka. Konsumen perlu dilindungi, karena konsumen dianggap memiliki suatu kedudukan yang tidak seimbang dengan para pelaku usaha,
ketidakseimbangan ini menyangkut bidang pendidikan dan posisi tawar yang dimiliki oleh konsumen. Sering kali konsumen tidak berdaya mengahadapi posisi
yang lebih kuat dari para pelaku usaha. Berkaitan dengan dana nasabah yang disimpan dalam sistem
perkoperasian yakni undang-undang perlindungan konsumen menjamin bahwa dana yang disimpan anggota koperasi akan tetap terjaga dengan baik dan aman.
Kemudian jika ada perjanjian pinjaman antara anggota koperasi dengan koperasi maka undang-undang ini juga akan melindungi hak dari anggota koperasi yang
melakukan perjanjian dengan koperasi. Undang-undang perlindungan konsumen memberikan perlindungan
kepada anggota koperasi karena anggota termasuk juga dalam kategori konsumen jika ia membutuhkan dana pinjaman dari koperasi, dan koperasi dapat
dikategorikan pelaku usaha sebab koperasi menyediakan jasa atau sarana untuk pinjaman dengan syarat-syarat tertentu. Disinilah diperlukan peranan
perlindungan konsumen agar hak-hak dari konsumen terjaga.
Universitas Sumatera Utara
83
BAB IV PERLINDUNGAN HUKUM BAGI NASABAH KOPERASI KREDIT