37
bergantung terhadap rasio fpifpy yakni tegangan awal initial dan tegangan leleh baja.
Perhitungan kehilangan tegangan akibat relaksasi baja dapat dihitung menggunakan rumus
Δf
r
= untuk baja stress-relieved
Δf
r
= untuk baja low-relaxation
Dimana: t2,t1= waktu akhir dan waktu awal interval jam f
pi
= tegangan awal baja prategang MPa Δf
r
= Kehilangan akibat relaksasi MPa
2.8. Tegangan dan lendutan
Perhitungan tegangan didasarkan atas dua kondisi yaitu: 1.
Tegangan pada saat kondisi awal Yaitu tegangan yang terjadi pada kondisi awal, biasanya akibat berat
sendiri balok pada saat transfer 2.
Tegangan pada saat kondisi layan Yaitu tegangan yang timbul saat semua beban rencana bekerja pada balok.
Diagram tegangan pada kedua kondisi di atas dapat dilihat pada gambar berikut.
Universitas Sumatera Utara
38
Gambar 2.18 Diagram Tegangan pada Balok Beton Prategang Rumus umum perhitungan tegangan Manual Bina Marga 021BM2011 adalah
sebagai berikut: Kondisi awal:
̅̅̅̅
……….1.7.3.1
̅̅̅̅
……….1.7.3.2
Universitas Sumatera Utara
39
Kondisi Layan:
̅̅̅̅
………..1.7.3.3
̅̅̅̅
……….1.7.3.4
Dimana:
̅̅̅̅ √
tegangan izin tarik kondisi awal
̅̅̅̅
tegangan izin tekan kondisi awal
̅̅̅̅ √
tegangan izin tarik kondisi layan
̅̅̅̅
tegangan izin tekan kondisi layan Mmin= Momen maksimum yang bekerja pada kondisi awal, biasanya momen
akibat berat sendiri balok pada saat transfer. Mmax= Momen total maksimum yang bekerja pada kondisi akhir atau layan
Lendutan yang terjadi akibat bekerjanya beban – beban harus dikontrol. Lendutan
yang terjadi tidak boleh melebihi lendutan izin yang disyaratkan pada 021BM2011 sebagai berikut.
Tabel 2.8 Tabel batasan defleksi berdasarkan BMS l=panjang bentang Jenis Elemen
Defleksi yang ditinjau
Defleksi maksimum yang diizinkan Beban kendaraan
Beban kendaraan + pejalan kaki
Bentang sederhana atau
menerus Defleksi akibat
beban hidup layan dan beban impak
l800 l1000
Kantilever l400
l375
Universitas Sumatera Utara
40
2.9 Sistem Komposit 2.9.1 Pengertian
Konstruksi balok komposit adalah sebuah konstruksi yang bahan-bahannya terdiri dari dua jenis material yang berbeda sifatnya, yang disatukan sedemikian
rupa, sehingga bekerja sama memikul beban, dimana sebelum menyatu salah satu dari kedua-dua bahan tadi mampu memikul beban tertentu.
Konstruksi komposit bias merupakan perpaduan antara baja dengan beton, kayu dengan beton, dan lain-lain. Kostruksi komposit dibuat sedemikian rupa
dengan memanfaatkan keunggulan dari masing-masing bahan, dari kedua jenis bahan yang berbeda tadi, terutama dalam kemampuannya memikul gaya tarik dan
gaya tekan. Hal ini dapat dijumpai pada baja dan beton. Secara umum telah diketahui bahwa baja adalah bahan yang sangat kuat
terhadap gaya tarik dan kuat juga terhadap gaya tekan. Namun diketahui pula bahwa gaya tekan yang dapat dipikul sangat erat kaitannya dengan kelangsingan
profil. Sebaliknya, beton sangat kuat memikul gaya tekan dan sangat lemah terhadap gaya tarik, sehingga sangat ideal untuk memikul gaya tekan saja, baik
akibat gaya normal atau akibat momen lentur. Maka, untuk bangunan yang memakai lantai beton, baik jembatan atau gedung, alangkah idealnya bila
dikompositkan dengan balok baja.
Universitas Sumatera Utara
41
2.9.2 Aksi Komposit
Gambar 2.19 Skema Aksi Komposit Aksi komposit terjadi apabila dua batangbagian struktur pemikul beban,
misalnya konstruksi lantai beton dan balok profil baja, dihubungkan secara komposit menjadi satu, sehingga dapat melentur secara menyatu.
Aksi komposit dapat terjadi apabila anggapan-anggapan berikut ini dapat dipenuhi atau mendekati keadaan sebenarnya antara lain :
a. Lantai beton dengan balok profil baja dihubungkan dengan penghubung
geser secara tepat pada seluruh batangnya. b.
Gaya geser pada penghubung geser adalah sebanding secara proporsional dengan beban pada penghubung geser.
c. Distribusi tegangan adalah linier di setiap penampang.
Universitas Sumatera Utara
42
d. Lantai beton dan balok baja tidak akan terpisah secara vertical di bagian
maupun sepanjang batangan.
2.9.3 Pra Dimensi
Menurut peraturan AASHTO, tinggi balok gabungan : Tinggi gelagar baja h + plat beton tb = L 25
Tinggi gelagar baja h = L 30
Dimana : L : panjang bentang dimuati
2.9.4 Lebar Efektif
Penentuan lebar efektif pelat beton berdasarkan nilai yang terkecil adalah : B L 4
B Jarak as – as gelagar baja B 12 x tb
2.9.5 Konstruksi Komposit 2.9.5.1 Tanpa Perancah
Perencanaan jembatan tanpa perancah balok baja tidak ditopang berarti : Sebelum beton mengeras, berat sendiri ditahan dipikul oleh balok baja
saja. Sesudah beton mengeras, berat sendiri tambahan dan beban hidup
ditahan komposit.
Universitas Sumatera Utara
43
Tegangan yang terjadi pada gabungan balok dengan anggapan bahwa beton sebelum dan sesudah pembebanan penuh masih dalam keadaan elastic, dapat
diuraikan sebagai berikut : 1.
Tegangan pada serat atas flens gelagar baja
̅
2. Tegangan pada serat bawah flens gelagar baja
̅
3. Tegangan pada serat atas pelat beton
̅
4. Tegangan pada serat bawah pelat beton
̅
2.9.5.2 Dengan Perancah
Apabila gelagar baja tersebut diberi tumpuan pembantu perancah pada saat pengecoran lantai beton sampai mongering sehingga kekuatannya mencapai
75 dari kekuatan seharusnya tegangan karakteristik baru tumpuan perancah dibuka dimana berat sendiri struktur maupun beban bergerak lalu-lintas dan
tambahan yang diperhitungkan dipikul sepenuhnya oleh gelagar komposit. Tegangan yang terjadi pada gabungan balok dengan anggapan bahwa beton
sesudah pembebanan penuh masih dalam keadaan elastic, dapat diuraikan sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
44
1. Tegangan pada serat atas flens gelagar baja
̅
2. Tegangan pada serat bawah flens gelagar baja
̅
3. Tegangan pada serat atas pelat beton
̅
4. Tegangan pada serat bawah pelat beton
̅
dimana : Mbs
= Momen akibat berat sendiri struktur yang meliputi : berat pelat beton, pembungkus flens, gelagar melintang diafragma, trotoir,
dll. Mbg = Momen akibat beban bergerak lalu-lintas diatasnya.
Mbt = Momen akibat beban tambahan setelah pengecoran beton seperti :
berat aspal, sandaran, pipa railing, dll. Wa
= Momen perlawanan Resisten Momen gelagar baja pada flens atas.
Wb = Momen perlawanan gelagar baja pada flens bawah.
Wac = Momen perlawanan gelagar komposit pada serat atas baja.
Wbc = Momen perlawanan gelagar komposit pada serat bawah baja. W’ac = Momen perlawanan gelagar komposit pada serat pelat beton.
Universitas Sumatera Utara
45
2.9.6 Shear Connector Hubungan Geser
Hubungan geser dan tulangan melintang harus diadakan sepanjang gelagar untuk menyalurkan gaya geser memanjang dan gaya pemisah antara lantai beton
dan gelagar baja mengabaikan pengaruh ikatan antara keduanya. Hubungan geser harus direncanakan dengan cara kekuatan batas. Geser memanjang per satuan
panjang gelagar komposit harus juga ditentukan dengan keadaan batas.
2.9.6.1 Perencanaan
Gaya geser total antara tempat Momen maksimum dan titik belok adalah harga terkecil menurut AISC dari :
a
b dimana : f’c = kuat tekan beton
Ac = luas pelat beton yang sebenarnya As = luas profil baja
fy = tegangan leleh baja Persamaan a menunjukkan kapasitas pelat beton
b menunjukkan kapasitas profil baja 2 = menunjukkan factor keamanan
Banyaknya penghubung geser di satu sisi dari M max :
q = gaya geser yang diizinkan untuk satu penghubung geser.
Universitas Sumatera Utara
46
Berikut harga q menurut AISC : Jenis
AISC AASHTO
STUD √
√ √
SPIRAL √
√
CANAL √
√
Fungsi penghubung geser ini adalah untuk membuat plat lantai beton dan gelagar baja bekerja sama. Penghubung geser ini dipasang diatas pelat tepi atas
gelagar baja dihubungkan dengan las atau paku keeling dimana sambungan las dan paku keeling tersebut sama dengan kekuatan penghubung geser itu sendiri
shear connector. Penghubung geser yang biasa dipakai :
1. Paku : jarak minimum antar paku arah memanjang tidak boeh kurang dari
10 cm dan antara paku dalam arah lurus balok gelagar minimum d+3 cm dengan d : diamneter paku. Penempatan paku pada sayap gelagar, jarak sisi
sayap dengan paku maksimum 2,5 cm. Kekuatan sebuah penghubung geser :
Qa = 5,5 d
2
√ untuk H d
5,5 Qa = 10.d.H.
√ untuk H d
5,5
Universitas Sumatera Utara
47
dimana : d = diameter paku
H = tinggi paku = tegangan izin beton
2. Baja Kanal
Kekuatan : √
dimana : tf : tebal maksimum flens
tw : tebal badan kanal
l : panjang baja kanal
:
tegangan izin beton 3.
Batang angker diagonal
Kekuatan : Qa = As.
Universitas Sumatera Utara
48
dimana : As = luas penampang angker = tegangan tarik angker
2.9.6.2 Syarat
Garis berat shear connector minimum berada pada besi tulangan bawah lantai beton.
Jarak maksimum shear connector jalur memanjang gelagar : 50 cm 3 x tebal pelat lantai beton dan jarak minimum : 10 cm.
Penempatan shear connector berdasarkan pada tren gaya lintang gelagar sehingga jarak shear connector kearah lapangan semakin besar.
Jarak penghubung geser berdasarkan analisa elastic diperoleh :
dimana : a : jarak penghubung geser I : momen inersia gelagar komposit
K : gaya pikul shear connector dalam satu baris n x Q S : statis momen pelat beton
Dx : gaya lintang pada jarak x dari tepi
2.9.7 Lendutan
Lendutan maksimum yang diizinkan : L 500. dimana : L = panjang bentang
Universitas Sumatera Utara
49
2.9.8 Teori LRFD 2.9.8.1 Komponen Memikul Lentur
Komponen struktur lentur direncanakan sedemikian rupa sehingga memenuhi persamaan :
Ф
b
.M
n
M
u
2.1 Dengan : Ф
b
= 0,90 M
n
= tahanan momen nominal M
u
= momen lentur akibat beben terfaktor Kondisi batas yang diperhitungkan dalam menentukan kuat lentur nominal sebuah
balok adalah : 1. kelelehan penampang
2. tekuk a. Lokal sayap dan badan
b. tekuk lateral torsi Bahaya tekuk lokal pada balok yang menerima lentur terjadi di bagian pelat
penampanf yang menerima tekan. Batas maksimum rasio lebar tebal pelat badan maupun pelat sayap akan lebih besar dibandingkan rasio untuk batang tekan.
Batasan kelangsingan penampang baja WF adalah sebagai berikut : 1. Pelat sayap
√ √
2.2 2. Pelat badan
√ √
2.3 Penampang balok lentur sebagai fungsi parameter kelangsingan :
1. Penampang kompak
Universitas Sumatera Utara
50
M
n
= M
p
= Z
x
.f
y
2.4 Dimana : Z
x
= modulus penampang plastis mm
3
f
y
= tegangan leleh penampang MPa 2. Penampang tak kompak
M
n
= M
r
= S
x
.f
y
- f
r
2.5 Dimana : f
y
= tegangan leleh f
r
= tegangan sisa Sx = modulus penampang elastis
Besarnya tegangan sisa f
r
= 70 MPa untuk penampang gilas panas, dan 115 MPa
untuk penampang dilas. Bagi penampang tak kompak yang mempunyai , maka besarnya tahanan nominal,
M
n
= 2.6
3. Penampang langsing M
n
= M
r
2.7 Kondisi batas tekuk torsi ditinjau dengan membagi jenis balok menurut
panjang bentang yang tak terkekang secara lateral L. Pemasangan penopang lateral dengan jarak L
yang semakin pendek akan meningkatkan nilai M
n
. pada bentang yanmg sangat pendek, nilai kuat lentur nominal dapat mencapai momen
plastis penampang M
p
.
Universitas Sumatera Utara
51
Gambar 2.20 Kondisi batas tekuk lentur torsi pada balok lentur
Sumber :Perencanaan Struktur Baja dengan Metode LRFD, Agus Setiwan
Untuk penampang baja WF dan kanal ganda, nilai batas L
p
dan L
r
adalah sebagai berikut :
L
p
= 1,76 r
y
√ 2.8
L
r
= √ √
2.9 Dimana :
r
y
= jari-jari girasi penampang = √
I
y
= momen inersia penampang E = modulus elastisitas penampang
f
y
= tegangan leleh penampang f
r
= tegangan sisa penampang X
1
= √
2.10 S
x
= modulus panampang elastis pada arah sumbu x
Universitas Sumatera Utara
52
G = modulus geser bahan = 80000 MPa J = momen inersia polar atau konstanta puntir torsi =
∑ b = panjang bagian penampang
t = tebal penampang X
2
= 2.11
C
w
= momen inersia pilin warping atau konstanta puntir lengkung
C
w
= dan h adalah jarak antar titik berat pelat sayap.
Kuat lentur nominal balok baja, M
n
ditentukan oleh beberapa kondisi batas, yaitu : a. Kondisi leleh pen
uh L ≤ L
p
M
n
= M
p
= Z
x
.f
y
2.12 b. Kondisi tekuk torsi lateral inelastik L
p
L L
r
M
n
= 2.13
Dimana : C
b
= faktor pengali momen lentur nominal C
b
= 2.14
M
max
= momen maksimum pada bentang yang ditinjau M
A
= momen pada ¼ bentang tak terkekang M
B
= momen pada tengah bentang tak terkekang M
C
= momen pada ¾ bentang tak terkekang c. Kondisi tekuk torsi lateral elastik L ≥ L
r
M
n
= M
cr
= √
2.15
Universitas Sumatera Utara
53
2.9.8.2 Komponen Memikul Geser
Pelat badan sebuah balok baja yang memikul gaya geser terfaktor, V
u
harus direncanakan sedemikian rupa sehingga selalu terpenuhi hubungan : V
u
≤ Ф
v
.V
n
2.16 Dimana :
Ф
v
= faktor reduksi kuat geser, diambil 0,9 V
n
= kuat geser nominal, dianggap disumbangkan hanya oleh badan. Kuat geser nominal balok baja, V
n
untuk profil WF dan C ganda kompak ditentukan oleh kondisi batas leleh atau tekuk pada pelat badan.
a. leleh pada pelat badan Plastik sempurna jika kelangsingan pelat badan memenuhi hubungan
√
2.17 Maka kuat geser nominal dengan leleh pada pelat badan dihitung sebagai berikut :
V
n
= 0,6.
f
yw
.A
w
2.18 Dengan :
k
n
=
a = Jarak antar pengaku lateral pada penampang
f
y
= tegangan leleh pelat badan A
w
= luas kotor pelat badan b. tekuk inelastik pada pelat badan
jika kelangsingan pelat badan memenuhi hubungan √
√ 2.19
Universitas Sumatera Utara
54
Maka kuat geser nominal dengan tekuk inelastik pada pelat badan dihitung sebagai berikut :
[ √ ]
2.20 c. tekuk elastik pada pelat badan
jika kelangsingan pelat badan memenuhi hubungan
√
2.21 Maka kuat geser nominal dengan tekuk elastik pada pelat badan dihitung sebagai
berikut : 2.22
2.9.8.3 Kuat lentur nominal
Kuat lentur nominal dari suatu komponen struktur komposit untuk momen positif
a. Untuk ≤
√
2.27 M
n
Kuat momen nominal yang dihitung berdasarkan distribusi tegangan plastis
Ф
b
= 0,85 b. Untuk
2.28 M
n
Kuat momen nominal yang dihitung berdasarkan superposisi tegangan-tegangan elastis yang memperhitungkan pengaruh tumpuan
sementara perancah Ф
b
= 0,90
Universitas Sumatera Utara
55
a b c Gambar 2.21 Kuat lentur nominal berdasarkan distribusi tegangan plastis
Sumber :Perencanaan Struktur Baja dengan Metode LRFD, Agus Setiwan
Kuat lentur nominal yang dihitung berdasarkan distribusi tegangan plastis, dapat dikategorikan menjadi dua kasus sebagai berikut :
1. Sumbu netral plastis jatuh pada pelat beton Dengan mengacu pada gambar 2.21, maka besar gaya tekan C adalah :
C = 0,85 . f’
c
. α . b
E
2.29 Gaya tarik T pada profil baja adalah sebesar :
T = A
s
. f
y
2.30 Dari keseimbangan gaya C = T, maka diperoleh :
α = 2.31
Kuat lentur nominal dapat dihitung dari gambar 2.9.a : M
n
= C . d
1
2.32 Atau = T . d
1
= A
s
. f
y
. 2.33
Jika dari hasil perhitungan persamaan 2.9 ternyata a t
s
, maka asumsi harus diubah. Hasil ini menyatakan bahwa pelat beton tidak cukup kuat untuk
mengimbangi gaya tarik yang timbul pada profil baja.
Universitas Sumatera Utara
56
2. Sumbu netral plastis jatuh pada profil baja Apabila ke dalam balok tegangan beton, α, ternyata melebihi tebal pelat
beton, maka distribusi tegangan dapat ditunjukkan seperti pada gambar 2.9.c. gaya tekan, C
c
, yang bekerja pada beton adalah sebesar : C
c
= 0,85 . f’
c
. b
E
. t
s
2.34 Dari keseimbangan gaya, diperoleh hubungan :
T’ = C
c
+ C
s
2.35 Besar T’ sekarang lebih kecil daripada A
s
. f
y
, yaitu : T’ = A
s
. f
y
- C
s
2.36 Dengan menyamakan persamaan 2.13 dan 2.14 diperoleh
C
s
= 2.37
Atau dengan mensubtitusikan persamaan 2.12, diperoleh bentuk : C
s
= 2.38
Kuat lentur nominal diperoleh dengan memperhatikan gambar 2.9.c : M
n
= C
c
. d’
2
+ C
s
. d”
2
2.39
2.9.8.4 Konsep Dasar LRFD
Dua filosofi yang sering digunakan dalam perencanaan struktur baja adalah perencanaan berdasarkan tegangan kerja working stress design
Allowable Stress Design ASD dan perencanaan kondisi batas limit states design Load and Resistance Factor Design LRFD.
Metode ASD dalam perencanaan struktur baja telah digunakan dalam kurun waktu kurang lebih 100 tahun. Dan dalam 20 tahun terakhir prinsif
Universitas Sumatera Utara
57
perencanaan struktur baja mulai beralih ke konsep LRFD yang jauh lebih rasional dengan berdasarkan pada konsep probabilitas.
Dalam metode LRFD tidak diperlukan analisa probabilitas secara penuh, terkecuali untuk situasi-situasi tidak umum yang tidak diatur dalam peraturan.
Metode LRFD untuk perencanaan struktur baja yang diatur dalam SNI 03-1729- 2002, berdasarkan pada metode First Order Second Moment FOSM yang
menggunakan karakteristik statistik yang lebih mudah dari tahanan dan beban.
2.9.8.4.1 Desain LRFD struktur baja
Secara umum suatu struktur dikatakan aman apabila memenuhi persyaratan sebagai berikut :
ФR
n
≥ ∑γ
i
. Q
i
2.42 Bagian kiri dari persamaan 2.1 merepresentasikan tahanan atau kekuatan
dari sebuah komponen atau sistem struktur. Dan bagian kanan persamaan menyatakan beban yang harus dipikul struktur tersebut, jika tahanan nominal R
n
dikalikan suatu faktor tahanan Ф maka akan diperoleh tahanan rencana. Namun demikian, berbagai macam beban beban mati, beban hidup, gempa dan lain-lain
pada bagian kanan persamaan 2.42 dikalikan suatu faktor beban γ
i
untuk mendapatkan jumlah beban terfa
ktor ∑γ
i
. Q
i
.
2.9.8.4.2 Faktor tahanan
Faktor tahanan dalam perencanaan struktur berdasarkan metode LRFD, ditentukan dalam tabel berikut :
Tabel 2.9Faktor reduksi Ф untuk keadaan kekuatan batas
Kuat rencana untuk Faktor reduksi
Komponen struktur yang memikul lentur :
Universitas Sumatera Utara
58
Balok Balok pelat berdinding penuh
Pelat badan yang memikul geser Pelat badan pada tumpuan
pengaku 0,90
0,90 0,90
0,90 0,90
Komponen struktur yang memikul gaya tekan aksial : Kuat penampang
Kuat komponen struktur 0,85
0,85 Komponen struktur yang memikul gaya tarik aksial :
Terhadap kuat tarik leleh Terhadap kuat tarik fraktur
0,90 0,75
Komponen struktur yang memikul aksi-aksi kombinasi :
Kuat lentur atau geser Kuat tarik
Kuat tekan 0,90
0,90 0,85
Komponen struktur komposit : Kuat tekan
Kuat tumpu beton Kuat lentur dengan distribusi tegangan plastik
Kuat lentur dengan distribusi tegangan elastik 0,85
0,60 0,85
0,90 Sambungan baut :
Baut yang memikul geser Baut yang memikul tarik
Baut yang memikul kombinasi geser dan tarik Lapis yang memikul tumpu
0,75 0,75
0,75 0,75
Sambungan las : Las tumpul penetrasi penuh
Las sudut dan las tumpul penetrasi sebagian Las pengisi
0,90 0,75
0,75
Sumber :Tata Cara Perencanaan Struktur Baja untuk Bangunan gedung, SNI 03-1729-2002
Universitas Sumatera Utara
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Jembatan adalah struktur yang dibangun dengan tujuan menghubungkan dua dataran yang terpisah oleh perairan dataran yang lebih rendah. Pada
awalnya jembatan dibuat sangat sederhana dengan menggunakan kayu. Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, jembatan mulai dibuat
dengan mengunakan beton atau beton yang dikompositkan dengan baja. Kemudian, dengan berkembangnya teknologi beton, mulailah orang-orang
membuat jembatan dengan menggunakan beton prategang. Konstruksi komposit adalah sebuah konstruksi yang bahan-bahannya
merupakan perpaduan dari dua jenis material yang berbeda sifat, yang disatukan sedemikian rupa, sehingga bekerja sama dalam memikul beban.
Konstruksi seperti ini ditemukan pada struktur jembatan, yaitu gabungan antara pelat lantai dari bahan beton dan gelagar dari bahan baja. Gabungan kedua elemen
struktur ini dapat memikul beban lentur momen secara bersama-sama. Beton prategang merupakan hasil rekayasa ilmu di bidang teknik sipil
yang menggunakan gaya pra-tekan untuk meminimalisir kekurangan yang dimiliki beton itu sendiri. Sebagaimana kita ketahui bahwa sifat alami beton
adalah lemah terhadap gaya tarik. Atas dasar inilah dikembangkan suatu rekayasa yang mana beton akan mengalami kondisi pratekan penuh pada setiap
segmen balok tanpa adanya bagian beton yang mengalami tarik. Jembatan di jl.Sudirman Medan merupakan jembatan beton prategang,
dimana gelagar dari jembatan tersebut merupakan gelagar I segmental beton
Universitas Sumatera Utara
2
prategang post- tensioning dengan panjang jembatan 35,8 m dan lebar 20 m. Tinggi balok precast 1,70 m sebanyak 10 buah balok. Jembatan di jl.Sudirman
Medan terletak di atas sungai Babura yang dibangun pada tahun 2010 lalu.
Gambar 1.1 Potongan Melintang Jembatan Sudirman
1.2.Perumusan Masalah
Pada tugas akhir ini akan dievaluasi balok prategang jembatan tersebut dan direncanakan ulang gelagar jembatan tersebut menggunakan balok komposit baja
– beton.
1.3.Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah : a.
Mengevaluasi dengan mengontrol apakah balok prategang dengan h=1,70 m aman atau tidak menerima beban yang terjadi.
b. Menganalisa ulang gelagar Jembatan Sudirman menggunakan balok
komposit baja – beton.
c. Mengontrol apakah struktur komposit tersebut aman atau tidak
menerima beban yang terjadi dengan metode ASD dan LRFD. d.
Membandingkan perkiraan harga struktur balok prategang dan balok komposit tersebut.
1.4. Manfaat