Peran Bank Syariah Mandiri bagi pengembangan ekonomi masyarakat di Bukittinggi

(1)

PERAN BANK SYARIAH MANDIRI BAGI PENGEMBANGAN

EKONOMI MASYARAKAT DI BUKITTINGGI

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Islam (SEI)

Oleh :

Alvi Shidqi

NIM: 204046102890

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH

PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul “PERAN BANK SYARIAH MANDIRI BAGI PENGEMBANGAN EKONOMI MASYARAKAT DI BUKITTINGGI” telah diujikan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada 28 November 2008. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Islam (SEI) pada Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam).

Jakarta, 28 November 2008 Mengesahkan,

Dekan

Prof. DR. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM.

NIP. 150 210 422 PANITIA UJIAN

Ketua : Drs. Djawahir Hejazziey, SH., MA. (...………...) NIP. 130 789 745

Sekretaris : Drs. H. Ahmad Yani, MA. (………..) NIP. 150 269 678

Pembimbing I : DR. Anwar Abbas, M.Ag. (...………...) NIP. 131 273 007

Pembimbing II: Drs. Noryamin Aini, MA. (…...………….) NIP. 150 247 330

Penguji I : Drs. Djawahir Hejazziey, SH., MA. (....………..)

NIP. 130 789 745

Penguji II : Drs. H. Ahmad Yani, MA. (....……….)


(3)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 15 November 2008


(4)

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah mencurahkan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada pembimbing umat, Rasulullah Muhammad SAW, bagi keluarganya, para sahabatnya dan umatnya.

Dengan penuh kesadaran penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan dan tidak akan selesai tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak baik secara moril maupun materil. Seperti juga perjalanan studi yang penulis lalui dari awal hingga akhir, tidak ada pekerjaan yang sukses dilalui dalam kesendirian. Dibalik keberhasilan selalu ada lingkaran lain yang memberikan semangat, motivasi, bimbingan serta doa. Untuk itu penulis sangat berterima kasih atas bantuan dan jasa yang diberikan oleh beberapa pihak dalam menyelesaikan skripsi ini untuk mempersembahkan yang terbaik, diantaranya:

1. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak Prof. DR. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM.

2. Ibu DR. Euis Amalia, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Muamalah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta; Bapak Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag, selaku sekretaris Jurusan Muamalah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta; Bapak Drs. Djawahir Hejazziey, SH., MA., selaku


(5)

Ketua Program Non-Reguler Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Drs. H. Ahmad Yani, MA., selaku Sekretaris Program Non-Reguler Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah banyak membantu penulis dalam menentukan judul dan dalam penyelesaian hal-hal administratif dan nasehat-nasehat yang sangat berharga.

3. Bapak DR. Anwar Abbas, M.Ag, dan bapak Drs. Noryamin Aini, MA, selaku pembimbing yang telah sabar membimbing, memberikan arahan dan meluangkan waktunya kepada penulis sehingga skripsi ini selesai.

4. Seluruh Dosen Fakultas Syariah dan Hukum Jurusan Muamalah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu yang telah banyak memberikan peranan dalam memberikan pembelajaran.

5. Pimpinan dan seluruh Staf Karyawan perpustakaan utama dan perpustakaan Syariah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah menyediakan fasilitas untuk studi kepustakaan.

6. Pimpinan (bapak Adam Malik) dan karyawan Bank Syariah Mandiri Bukittinggi (bapak Atep, bapak Zaenal, bapak Zulfikar, dll) yang telah memberikan izin penulis untuk melakukan penelitian dan meluangkan waktunya untuk membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

7. Papaku dan Mamaku tercinta terima kasih atas segala kasih sayang, perhatian dan motivasinya baik moril maupun materil yang sangat berperan dalam hidup, serta tahap penyelesaian kuliah dan skripsi ini.


(6)

8. Bunda, Ayah, Ummi, Abi, Khali, Khalah, Ammi, Aphi, Paman, Om, terima kasih atas segala kasih sayang dan perhatian serta motivasinya baik moril maupun materil yang sangat berperan dalam penyelesaian kuliah dan skripsi ini.

9. Ade-ade ku yang tercinta kalian adalah penyemangat dalam penyelesaian kuliah dan skripsi ini.

10. “Afiatun Fikri”, makasih atas segala perhatian, kasih sayang, pengorbanan, motivasi, waktu, pinjaman buku-bukunya, yang telah setia mendampingi dalam mencari data dari awal sampai akhir dan telah memberikan nasehat-nasehat yang berharga.

11.Om Rizal, Om Ephi Candra, Om Yuldelasharmi, Om Tefnizar, Mas Ruri, terima kasih atas masukan, nasehat, bimbingan, bantuan, dan waktunya, sehingga terselesaikan skripsi ini.

12.Teman-teman PS B 2004 Ekstensi dan teman-teman Fakultas Syariah Ekstensi tahun 2004, makasih atas kebersamaannya selama kita 4 tahun kita saling mengenal dan menjalin persahabatan bahkan persaudaraan.

I always miss u all.

13.Teman- temanku se-kosan dan saat menghadapi wisuda, Andra Choky, Komeng, Fatwa Ginting, Rahmat, Faqih, Inal, Dani, Uda Dion, Nisa, Dhani, dan teman-teman yang lainnya yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu karena saking banyaknya, makasih sudah menemani dan bantuannya saat menyelesaikan skripsi ini.


(7)

Atas semua bantuan yang telah diberikan, penulis hanya dapat memanjatkan do’a kepada Allah SWT semoga kebaikan yang telah diberikan dapat bernilai ibadah dan dibalas oleh Allah SWT.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat untuk kita semua. Amin.

Jakarta, November 2008 M

1429 H


(8)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian... 6

D. Metode Penelitian ... 7

E. Review Studi Terdahulu... 9

F. Sistematika Penulisan ... 10

BAB II TEORI PENGEMBANGAN EKONOMI MASYARAKAT A. Pengertian Pengembangan Ekonomi Masyarakat ... 12

B. Tujuan Pengembangan Ekonomi Masyarakat ... 18

C. Ruang Lingkup Pengembangan Ekonomi Masyarakat... 20

D. Ciri-Ciri Pengembangan Ekonomi Masyarakat ... 21

E. Bentuk-Bentuk Pengembangan Ekonomi Masyarakat ... 22

F. Langkah-Langkah Pengembangan Ekonomi Masyarakat... 26

BAB III GAMBARAN UMUM BANK SYARIAH MANDIRI CABANG


(9)

A. Sejarah Bank Syariah Mandiri ... 29

B. Visi, Misi, Budaya Perusahaan dan Tujuan Bank Syariah Mandiri 33 1. Visi Bank Syariah Mandiri... 33

2. Misi Bank Syariah Mandiri ... 33

3. Budaya Perusahaan Bank Syariah Mandiri ... 34

4. Tujuan Bank Syariah Mandiri ... 35

C. Peran Bank Syariah Mandiri ... 35

D. Produk-Produk Bank Syariah Mandiri... 37

E. Struktur Organisasi Bank Syariah Mandiri ... 39

BAB IV PERAN BANK SYARIAH MANDIRI BAGI PENGEMBANGAN EKONOMI MASYARAKAT A. Gambaran Umum Kota Bukittinggi... 40

B. Analisis terhadap Peran Bank Syariah Mandiri bagi Pengembangan Ekonomi Masyarakat... 47

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan... 71

B. Saran ... 73

DAFTAR PUSTAKA ... 74 LAMPIRAN


(10)

DAFTAR TABEL

1. Tabel 1 Jumlah Dana Pihak Ketiga Bank Syariah Mandiri Bukittinggi 57

2. Tabel 2 Penyaluran Kredit Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank Syariah Mandiri Bukittinggi


(11)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Eksistensi lembaga perbankan syariah dalam beberapa tahun terakhir memang menjadi salah satu alternatif lembaga keuangan bagi masyarakat sebagai dampak krisis ekonomi pada tahun 1997 yang berimbas pada likuiditas perbankan nasional. Dalam kurun waktu tahun 1997 hingga kini, lembaga perbankan syariah mengalami pengembangan yang signifikan.

Berdirinya Bank Muamalat Indonesia di tahun 1992 merupakan indikasi awal dari perkembangan lembaga syariah di Indonesia. Pada tahun 2005, hanya dalam kurun waktu 13 tahun, lembaga syariah di Indonesia tumbuh dengan pesat. Lembaga-lembaga itu adalah perbankan syariah, asuransi syariah, reksadana syariah, pegadaian syariah, bahkan properti dan hotel syariah.1 Apalagi setelah keluarnya fatwa MUI tentang bunga bank adalah salah satu bentuk riba yang diharamkan, dimana riba diharamkan dalam Alqur’an yang terdapat pada Surat Ali Imran ayat 130, yang berbunyi :

!" #$%&'

() *+ ,

(-.) /

1

Hermawan Kertajaya, Muhammad Syakir Sula, Syariah Marketing (Bandung: Mizan, 2006), Cet Pertama, h. 160.


(12)

01"

23 45 !'

6 !8 9) "

:+$;<

Artinya

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan.”

Statistik Perbankan Syariah yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia menunjukkan bahwa sampai bulan November 2007, jumlah bank syariah telah mencapai 143 unit. Perinciannya, tiga bank merupakan Bank Umum Syariah (BUS), 26 bank merupakan Unit Usaha Syariah (UUS), dan 114 bank merupakan Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS). Pertumbuhan jumlah bank syariah yang pesat tersebut juga diikuti oleh peningkatan nilai indikator-indikator perbankan syariah, seperti aset, dana pihak ketiga (DPK), dan pembiayaan. Nilai aset perbankan syariah (selain BPR Syariah) pada akhir tahun 2003 baru mencapai Rp. 7,9 trilyun. Pada bulan November 2007, nilai tersebut telah meningkat hingga lebih dari empat kali lipat menjadi Rp. 33,3 trilyun. Nilai dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun dan nilai pembiayaan yang disalurkan oleh


(13)

Rp. 5,7 trilyun dan Rp. 5,5 trilyun menjadi masing-masing Rp. 25,7 trilyun dan Rp. 26,5 trilyun.2

Mengingat Indonesia adalah Negara berpenduduk muslim terbesar di dunia. Sisi ini patut menjadi potensi aset yang kuat jika diikuti dengan kualitas sumber daya manusia yang memadai. Pada tahun 2007 sebesar 88% dari total jumlah penduduk yang mencapai 225 juta jiwa adalah muslim, Indonesia mestinya menjadi pasar yang luar biasa bagi bisnis syariah. Namun kenyataan yang terjadi masih cukup memprihatinkan. Sayang sekali, potensi kependudukan sedemikian besar itu ternyata tidak secara otomatis memuluskan sosialisasi perbankan syariah.3

Ada beberapa persoalan yang perlu digarap untuk memuluskan jalan perbankan syariah bisa diterima di negeri mayoritas muslim ini. Pertama, pertumbuhan Bank Syariah belum merata. Walaupun sudah tersebar di daerah-daerah kotamadya/kabupaten, tetapi belum merata tersebar diwilayah Indonesia.

Kedua, masyarakat Muslim Indonesia masih belum sepenuh hati menerima Bank Syariah. Sebuah survei oleh Bank Indonesia di enam propinsi, yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, Sumatera Barat, dan Jambi menunjukkan hal itu.

2

Akhmad Akbar Susamto dan Malik Cahyadin, “Praktik Ekonomi Islami di Indonesia dan Implikasinya terhadap Perekonomian”, artikel ini di akses pada 14 September 2008 dari http;/www.lebi.fe.ugm.ac.id/shirat/data/ImplikasiEkonomiIslamterhadapPerekonomianIndonesia.pdf.

3

http//www.mail-archive.com/ekonomi-nasional@yahoogroups.com.ms906754.html. Diakses 14 September 2008.


(14)

Ketiga, ada kesenjangan antara kebutuhan dan pengetahuan masyarakat terhadap jenis-jenis produk syariah. Akibatnya, permintaan masyarakat rendah, bank pun kesulitan memasarkan produk syariahnya.4

Alasan lain yang dapat ditemukan adalah bahwa masyarakat umum masih memerlukan keterangan dan penjelasan tentang seluruh aspek lembaga keuangan dengan prinsip syariah, ini terutama fasilitas dan produk yang dapat dimanfaatkan oleh calon nasabah, serta sistem dan cara menggunakan fasilitas dan produk perbankan syariah tersebut. Untuk itu, semua pihak baik kalangan teknisi, akademisi, ahli ekonomi, maupun ulama mesti berperan dalam mempublikasikannya sehingga pemahaman masyarakat lebih objektif dan bijaksana dalam memilih produk ekonomi.

Dilihat dari pandangan khusus, ada beberapa faktor yang menarik bagi penulis untuk membahas masalah ini. Pertama, pengembangan perbankan syariah telah masuk ke daerah-daerah termasuk Kota Bukittinggi yang merupakan salah satu kota di Propinsi Sumatera Barat merupakan sentra ekonomi di Sumatera Barat yang mana pusat perdagangan terletak di kota ini, tetapi belum terlalu berkembang seperti di kota-kota besar lainnya, padahal semakin banyaknya masyarakat yang memfokuskan untuk menabung ke Bank Syariah. Kedua, dilihat dari kebiasaan masyarakat daerah Sumatera Barat yang sangat kental dengan keislamannya, dimana merupakan pusat penyebaran dan berkembangnya agama

4

Deni Setiawan, Loyalitas Nasabah pada Perbankan Syariah, http://www.riaupos.com/web, 28 Agustus 2008.


(15)

Islam yang terkenal dengan sebutan “adat basandi syara’, syara’ basandi kitabullah “.5

Adat dalam arti umum adalah norma dan budaya. Norma adalah aturan-aturan, dan budaya adalah kebiasaan. Dalam arti hukum, adat adalah pedoman atau patokan dalam bertingkah laku, bersikap, berbicara, bergaul, berpakaian, dan sebagainya. Basandi, berasal dari sendi, artinya dasar atau potensi yang kuat. Sedangkan syara’, maksudnya ajaran agama Islam yang berdasarkan al-Qur’an dan Hadis Rasulullah SAW serta Sunatullah (natural law) sebagai hukum alam takambang menjadi guru.

Antara adat dan syara’ tidak lagi dipisahkan, dan tidak akan ada pertikaian. Karena apa yang dikatakan syara’, itulah yang dipakai oleh masyarakat adat Minangkabau. Oleh karena itu, apapun aktifitas kehidupan dan bagaimanapun interaksi sosial masyarakat adat Minangkabau selalu dilandasi al-Qur’an, Hadis, dan hukum alam (dalam Islam dikenal dengan ayat-ayat kauniyah).

Ketiga, keberadaan PT Bank Syariah Mandiri Cabang Bukittinggi yang berlokasi di Jl. Jendral Sudirman No. 73 Bukittinggi – 26116 Propinsi Sumatera Barat sebagai salah satu cabang Bank Umum Syariah yang pertama di Bukittinggi. Bank Syariah Mandiri memiliki perkembangan yang cukup baik dan juga telah memiliki sebuah kantor cabang pembantu di Kota Payakumbuh dan

5

Syukri Iska, ed.,“Dilematis Lembaga Perbankan Syariah dalam Kultur Minang Kabau”, Jurnal Ilmiah Syariah (STAIN Batusangkar, Juni 2006), h. 3-5.


(16)

Kantor Kas di Aur Kuning. Dengan dasar inilah penulis ingin mengetahui lebih jauh peran Bank Syariah Mandiri bagi pengembangan ekonomi masyarakat di Bukittinggi.

Dari penjelasan yang sudah penulis uraikan, maka penulis akan mengkaji

“Peran Bank Syariah Mandiri Bagi Pengembangan Ekonomi Masyarakat Di Bukittinggi”.

B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah

Pembahasan permasalahan ini memiliki cakupan yang sangat luas, sehingga penulis merasa perlu untuk memberikan batasan-batasan dan rumusan-rumusan masalah pada peran Bank Syariah bagi pengembangan ekonomi masyarakat di Bukittinggi.

Adapun rumusan masalah sebagai berikut:

a. Bagaimanakah konsep tentang pengembangan ekonomi masyarakat ?

b. Bagaimanakah aplikasi peran Bank Syariah Mandiri bagi pengembangan ekonomi masyarakat di Bukittinggi?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan dan manfaat penelitian adalah sebagai berikut: 1. Tujuan Penelitian

Mengetahui bagaimana peran Bank Syariah Mandiri dalam pengembangan ekonomi masyarakat, yaitu dalam hal :


(17)

b. Aplikasi dan analisis peran Bank Syariah Mandiri bagi pengembangan ekonomi masyarakan analisis di Bukittinggi.

2. Manfaat Penelitian a. Bagi Penulis

Memberi dan menambah pengetahuan serta pengalaman penulis tentang Bank Syariah Mandiri, serta peran Bank Syariah Mandiri bagi pengembangan ekonomi masyarakat di Bukittinggi.

b. Bagi Perusahaan

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan yang bermanfaat dalam mengembangkan Bank Syariah Mandiri agar kedepannya lebih baik, dalam hal mengembangkan ekonomi masyarakat.

c. Bagi Fakultas Syariah dan Hukum

Dapat dijadikan pedoman atau referensi untuk bahan perkuliahan atau sebagai perbandingan dengan strategi promosi Bank Syariah lainnya.

D. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah kualitatif, karena sifat penelitiannya adalah deskriptif yang menjelaskan data-data yang diperoleh apa adanya secara sistematis.

Teknik penelitian yang dilakukan yaitu penelitian lapangan (field research), dimana penulis langsung terjun ke objek penelitian yaitu pada Bank


(18)

Syariah Mandiri dan masyarakat dengan menggunakan teknik pengumpulan sebagai berikut :

a. Interview yaitu dengan melakukan wawancara dengan pihak-pihak yang terlibat dalam penelitian ini baik secara langsung maupun tidak langsung, yaitu kepada :

1) Pegawai Bank Syariah Mandiri, yaitu Adam Malik (Pimpinan Cabang), Zaenal Abidin (Manager Marketing), Atep Heri Herlambang (Manager Operasional), Zulfikar (Account Officer) dan Rahma Yeni (Costumer Service) dimana mereka mempunyai wewenang dan keahlian khusus mengetahui bagaimana peran Bank Syariah Mandiri bagi pengembangan ekonomi masyarakat di Bukittinggi.

2) Nasabah, yang terdiri dari nasabah penghimpunan dana, nasabah penyaluran dana untuk menjelaskan sejauh mana peran Bank Syariah Mandiri dalam mengembangkan ekonomi masyarakat.

3) Masyarakat, untuk mengetahui sejauh mana peran Bank Syariah Mandiri dalam mengembangkan ekonomi masyarakat.

b. Dokumentasi yaitu mengumpulkan data berdasarkan laporan yang di terima dari perusahaan yang diteliti dan laporan lainnya yang berkaitan dengan masalah penelitian ini.

2. Sumber Data

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan dua jenis data, yaitu:


(19)

a. Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari hasil pertanyaan yang berkaitan dengan masalah yang diteliti dari Bank Syariah yang bersangkutan, juga wawancara dari nasabah dan masyarakat.

b. Data Sekunder

Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari dokumen-dokumen, literatur-literatur kepustakaan seperti buku-buku serta sumber lainnya yang berkaitan dengan materi penulisan skripsi ini.

3. Teknik Pengumpulan Data

Sesuai dengan permasalahan yang diangkat, maka dalam pengumpulan data skripsi ini penulis menggunakan wawancara dan studi dokumentasi. 4. Teknik Analisa Data

Seluruh data yang penulis peroleh dari wawancara terhadap pegawai Bank Syariah Mandiri, nasabah Bank Syariah Mandiri, masyarakat umum dan dokumentasi data-data yang telah didapatkan dari Bank Syariah Mandiri yang berupa laporan tahunan, data rincian pendanaan dan pembiayaan. Data yang diperoleh diolah dengan pendekatan deskriptif analitis.

Pendekatan deskriptif yaitu data penelitian yang berupa kata-kata, berupa wawancara, catatan-lapangan, dokumen resmi. Setelah itu data dikumpulkan, diolah, dan dijelaskan sesuai apa adanya.


(20)

Data-data yang telah terkumpul diperiksa kembali mengenai kelengkapan jawaban yang diterima, kejelasannya, konsistensi jawaban atau informasi yang biasa disebut editing.

5. Teknik Penulisan

Teknik penulisan ini merujuk pada buku pedoman penulisan skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2007.

E. Review Studi Terdahulu

Adapun review studi terdahulu yang digunakan dari penulisan ini adalah: 1. Pada tahun 2003 ditulis skripsi atas nama Tedy Susanto Tabrani dengan judul

Peran Bank Muamalat Indonesia dalam Pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan, merupakan bantuan inspirasi penulis dalam membahas bagaimana peran bank syariah dalam mengembangkan ekonomi masyarakat.6

2. Buku yang berjudul Bank Syariah Suatu Pengenalan Umum Penulis Muhammad Syafi’i Antonio Penerbit Taskia Institute, dimana disini dibahas bagaimana pertumbuhan dan perkembangan Bank Syariah secara umum.

Namun, belum ada yang membahas mengenai bagaimana peran Bank Syariah bagi pengembangan ekonomi masyarakat di Bukittinggi, yang mana sasaran utama perbankan syariah adalah masyarakat, baik itu kalangan bawah, menengah, atau atas. Fakta ini penulis peroleh dari data yang dilihat di perpustakaan, dan menanyakan langsung kepada pihak Bank Syariah Mandiri.

6

Tedy Susanto Tabrani, “Peran Bank Muamalat Indonesia dalam Pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan”, (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,2003).


(21)

F. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah penyusunan, penulis membagi skripsi ini menjadi beberapa bab dan setiap bab terdiri sub bab dengan sistematika sebagai berikut : Bab I Pendahuluan

Berisi Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metode Penelitian, Review Studi Terdahulu, dan Sistematika Penulisan.

Bab II Tinjauan Teoritis Tentang Pengembangan Ekonomi Masyarakat

Pengertian Pengembangan Ekonomi Masyarakat, Tujuan Pengembangan Ekonomi Masyarakat, Ruang Lingkup Pengembangan Ekonomi Masyarakat, Ciri-Ciri Pengembangan Ekonomi Masyarakat, Bentuk-Bentuk Pengembangan Ekonomi Masyarakat, Langkah-Langkah Pengembangan Ekonomi Masyarakat.

Bab III Gambaran Umum Bank Syariah Mandiri Cabang Bukittinggi

Sejarah Bank Syariah Mandiri, Visi, Misi, dan Tujuan Bank Syariah Mandiri, Produk-Produk Bank Syariah Mandiri, Struktur Organisasi Bank Syariah Mandiri.

Bab IV Peran Bank Syariah Mandiri Bagi Pengembangan Ekonomi Masyarakat Di Bukittinggi

Gambaran Umum Kota Bukittinggi, Analisis terhadap Peran Bank Syariah Mandiri bagi Pengembangan Ekonomi Masyarakat


(22)

(23)

BAB II

TEORI TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI MASYARAKAT A. Pengertian Pengembangan Ekonomi Masyarakat

Sebelum membahas mengenai pengembangan ekonomi masyarakat secara luas, terlebih dahulu penulis akan membahas pengertian pengembangan ekonomi masyarakat baik dari segi etimologi maupun segi terminologinya. Pengembangan ekonomi masyarakat sebuah istilah yang mengandung tiga suku kata yang masing-masing memiliki arti sendiri. Pertama, pengembangan secara etimologi berasal dari kata kembang yang berarti proses, cara, perbuatan, mengembang.7 Pengembangan juga dapat diartikan membina dan meningkatkan kualitas.8 Sedangkan secara istilah, Edi Soeharto mendefenisikan pengembangan sebagai usaha bersama dan terencana untuk meningkatkan kualitas kehidupan manusia.9 Kemudian menurut Wasty Soemanto seperti yang dikutip oleh Mangkunegara mengatakan bahwa pengembangan merupakan istilah yang berhubungan dengan usaha berencana yang diselenggarakan untuk mencapai penguasaan skill dan pengetahuan.10

7

Departemen Pendidikan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta:Balai Pustaka, 1991), h.538.

8

Nanih Mahendrawaty dan Agus A Sapei, Pengembangan Masyarakat Islam : DariIdiologi, Strategi sampai Tradisi (Bandung: Rosda, 2001).

9

Edi Soeharto, “Metodologi Pengembangan Masyarakat”, Jurnal Comdev (Jakarta: BEMJ-PMI, 2004), Vol 1, h.3.

10

Anwar Mangkunegara, Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan (Bandung : Rosda, 2000), h.44.


(24)

Istilah pengembangan sendiri merupakan istilah yang diadopsi dari bahasa asing Inggris yang merupakan terjemahan dari kata development. Istilah development sendiri sebenarnya menyangkut banyak aspek jika ditinjau dari berbagai sudut pandang disiplin ilmu. Istilah tersebut dapat merujuk pada berbagai bidang kehidupan masyarakat seperti bidang ekonomi, sosial, budaya, psikologi, politik dan lain sebagainya.11 Namun semuanya selalu merujuk pada proses perubahan aspek kehidupan manusia baik individu atau kelompok menuju pada arah yang lebih positif.

Pengembangan dalam prakteknya memposisikan masyarakat sebagai suatu komunitas yang aktif. Pengembangan menurut Edi Soeharto sering diimplikasikan dalam bentuk proyek-proyek pembangunan yang memungkinkan anggota masyarakat memperoleh dukungan yang memungkinkan kebutuhan-kebutuhan tersebut dapat dipenuhi oleh pihak-pihak yang bertanggung jawab.12

Kedua, ekonomi secara etimologi berasal dari bahasa Yunani yakni Oikonomia. Oikonomia sendiri berasal dari dua suku kata yakni oikos dan nomos. Oikos berarti rumah tangga dan nomos berarti aturan. Dengan demikian secara sederhana, ekonomi dapat diartikan sebagai kegiatan mengurus rumah tangga yang dalam bahasa Inggris disebut dengan istilah economics.13

11

Elly Iriawan, Pengembangan Masyarakat (Jakarta: UT, 1995), h.3.

12

Edi Soeharto, “Metodologi Pengembangan Masyarakat”, Jurnal Comdev, h.3.

13


(25)

Sedangkan secara terminologi/istilah, ekonomi adalah pengetahuan tentang peristiwa dan persoalan yang berkaitan dengan upaya manusia baik individu atau kelompok dalam memenuhi kebutuhan yang tidak terbatas yang dihadapkan pada sumber-sumber yang terbatas.14 Sedangkan menurut para ahli ekonomi seperti Marshall sebagaimana yang dikutip oleh Ahmad Karim dalam bukunya, berpendapat bahwa ekonomi adalah ilmu yang mempelajari usaha- usaha individu maupun kelompok dalam ikatan pekerjaan sehari-hari yang berhubungan dengan bagaimana memperoleh pendapatan dan bagaimana pula mempergunakan pendapatan tersebut.15

Ketiga, masyarakat secara etimologi diartikan sebagai sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya dan terkait oleh sesuatu kebutuhan yang mereka anggap sama.16 Sedangkan secara terminologi/istilah masyarakat diartikan sebagai berikut:

1. R. Lipton: Setiap kelompok manusia yang telah cukup lama hidup dan bekerjasama, sehingga mereka dapat mengorganisasikan dirinya, berpikir tentang dirinya dalam suatu kesatuan sosial dalam batas-batas tertentu.17 2. Selo Soemarjan: Orang-orang yang hidup bersama yang menghasilkan

budaya.

14

L.T Sianturi, Ekonomi dan Koperasi (Jakarta: Gunung Mulia, 1992), h. 45

15

Ahmad Karim, Sistem, Prinsip, dan Tujuan Ekonomi Islam (Bandung: Pustaka Setia, 1999), h. 10

16

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1999), h. 721

17

Selo Soemarjan, Pengantar Sosiologi Umum (Jakarta: Raja Grafindo,2002), Cet. Ke-ix, h.78.


(26)

3. Parsuri Suparlan: Satuan kehidupan sosial manusia yang menempati suatu wilayah tertentu.

4. Gillin and Gillin: Suatu kelompok manusia yang memiliki kebiasaan, tradisi, sikap dan perasaan persatuan yang diikat oleh persamaan agama.18

Jika dilihat dari beberapa definisi tersebut maka, kita agak sukar memberikan batasan tentang masyarakat. Sukarnya batasan masyarakat itu dikarenakan konsep masyarakat meliputi berbagai faktor. Tetapi secara garis besar masyarakat dapat dibagi kepada dua pengertian, yakni pengertian masyarakat secara luas dan pengertian masyarakat secara sempit.

Dalam pengertian luas, masyarakat dimaksudkan dengan keseluruhan hubungan-hubungan dalam hidup bersama dan tidak dibatasi oleh lingkungan, bangsa, dan lain sebagainya. Sedangkan masyarakat dalam pengertian sempit diartikan sebagai sekelompok manusia yang dibatasi oleh aspek-aspek tertentu seperti teritorial, golongan, bangsa, dan lain sebagainya.

Menurut Elly Iriawan istilah masyarakat dalam konteks pengembangan masyarakat adalah sekelompok orang-orang yang bertempat tinggal di suatu wilayah geografis tertentu dimana satu sama lainnya saling berinteraksi untuk mencapai tujuan hidupnya. 19

Sedangkan menurut Edy Soeharto istilah masyarakat dapat dibedakan menjadi dua konsep. Konsep pertama masyarakat didefinisikan sebagai sebuah tempat bersama yang bentuknya bisa berupa wilayah geografi seperti sebuah

18

Ibid., h.78. 19


(27)

Rukun Tangga (RT), perumahan di daerah perkotaan atau sebuah kampung di wilayah pedesaan. Konsep kedua masyarakat diartikan sebagai sebuah kepentingan bersama, yakni kesamaan kepentingan berdasarkan kebudayaan dan identitas. Sebagai contoh, kepentingan bersama pada masyarakat etnis minoritas, atau kepentingan bersama berdasarkan kebutuhan tertentu seperti pada kasus orang tua yang memiliki anak dengan kebutuhan khusus (cacat fisik) atau bekas para pengguna pelayanan kesehatan mental.20

Beberapa definisi pengembangan ekonomi masyarakat (Community Economic Development) menurut beberapa pakar antara lain:

Menurut Amrullah Ahmad sebagaimana yang dikutip oleh Nanih Mahendrawati dalam bukunya, pengembangan ekonomi masyarakat diartikan sebagai sistem tindakan nyata yang menawarkan alternatif model pemecahan masalah masyarakat di bidang ekonomi.21

Menurut Edi Soeharto, pengembangan ekonomi masyarakat adalah suatu usaha bersama dan terencana untuk meningkatkan kualitas kehidupan manusia dalam bidang ekonomi.22

20

Edi Soeharto, Metodologi Pengembangan Masyarakat, h.3.

21

Nanih Mahendrawaty dan Agus A. Sapei Pengembangan Masyarakat Islami, h.42.

22


(28)

Menurut Imang Mansur sebagaimana dikutip oleh Nanih Mahendrawaty, pengembangan ekonomi masyarakat adalah upaya membangkitkan potensi umat islam ke arah yang lebih baik dalam bidang ekonomi. 23

Dari beberapa definisi tersebut, penulis menyimpulkan bahwa pengembangan ekonomi masyarakat pada intinya merupakan suatu upaya peningkatan kualitas dan kuantitas kehidupan ekonomi masyarakat kearah yang lebih baik menuju masyarakat yang sejahtera melalui prinsip-prinsip keadilan, pemerataan, partisipasi dan didasarkan pada kebutuhan masyarakat setempat.

Pengembangan ekonomi masyarakat dalam prakteknya juga tidak melupakan konsep pemberdayaan masyarakat (empowerment). Walaupun secara kebahasaan dua kata tersebut memiliki arti yang berbeda, namun dalam prakteknya antara pengembangan dan pemberdayaan dapat disamakan atau setidaknya dapat dipertukarkan (interchangeable). Dengan demikian, dua istilah ini mempunyai pengertian sebagai upaya memperluas horizon pilihan bagi masyarakat, dengan demikian dapat dikatakan bahwa masyarakat yang berdaya adalah masyarakat yang dapat memilih dan memiliki kesempatan untuk mengadakan pilihan-pilihan.24

Upaya pengembangan ekonomi masyarakat berkaitan erat dengan persoalan pemihakan pada pengembangan usaha kecil kerakyatan. Tanpa

23

Nanih Mahendrawaty dan Agus A.Sapei, Pengembangan Masyarakat Islam, h.42.

24


(29)

bermaksud ‘menggusur’ keberadaan usaha sekelompok besar. Hal yang harus menjadi perhatian adalah pemerataan aset ekonomi. Karena itu pemihakan pada upaya pengembangan ekonomi masyarakat merupakan keharusan dalam rangka peningkatan usaha masyarakat demi terlaksananya pertumbuhan yang berkelanjutan (sustainable) serta keadilan (equity).

Pengembangan ekonomi masyarakat mensyaratkan adanya mental wirausaha yang tangguh dan mampu bersaing dalam percaturan bisnis. Masyarakat harus bisa menciptakan lapangan kerja, bukan mencari lapangan kerja. Jika masyarakat mampu menciptakan lapangan kerja, ia akan mampu menyerap tenaga kerja. Semakin besar dan berkembang usaha mereka maka tenaga kerja akan semakin banyak tersalurkan. Tentu hal ini merupakan sumbangan yang tidak kecil bagi penciptaan lapangan kerja baru dan pengurangan jumlah pengangguran.25

B. Tujuan Pengembangan Ekonomi Masyarakat

Tujuan pengembangan ekonomi masyarakat terutama Surna T. Djajadiningrat adalah usaha meningkatkan kapasitas masyarakat dan sasaran

kesejahteraan. Peningkatan kapasitas dapat dicapai melalui upaya pemberdayaan (empowerment) agar anggota masyarakat dapat ikut andil dalam proses produksi, keadilan (equity) dengan tidak membedakan status, keahlian, keberlanjutan

25

M.Azwir Dainy Taba, Strategi Membangun Ekonomi Rakyat (Jakarta: Nuansa Madani, 2001), h. 96.


(30)

(sustainable), dan kerjasama (coorporation). Jika sasaran pertama dapat berjalan dengan baik, diharapkan sasaran kesejahteraan dapat tercapai. 26

Sedangkan menurut Sukriyanto, tujuan dari pengembangan ekonomi masyarakat adalah membantu meningkatkan kemampuan masyarakat agar mereka dapat hidup dengan baik, dalam pengertian lebih kuat etos kerjanya, lebih efisien, lebih sejahtera, dan tercukupinya kebutuhan hidupnya sekaligus bahagia.27

Sementara menurut Adi Sasono sebagaimana yang dikutip oleh Bambang Rudito, pengembangan ekonomi masyarakat memiliki tujuan sebagai berikut:

1. Memperkuat usaha-usaha kemandirian di kalangan masyarakat. 2. Meningkatkan mobilisasi sumber daya lokal.

3. Mengorientasikan pembangunan ke arah yang mandiri dan berkeadilan. 4. Memperkuat partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan yang

berbasiskan masyarakat.

5. Menggerakkan seluruh potensi untuk gerakan keswadayaan.28

Sedangkan Bambang Rudito mengatakan tujuan pengembangan ekonomi masyarakat adalah:

a. Meningkatkan kapasitas masyarakat baik secara kualitatif/kuantitatif. Dengan adanya peningkatan kapasitas tersebut diharapkan akan memicu peningkatan kesejahteraan masyarakat.

b. Mendorong dan mengembangkan potensi berwirausaha yang didasarkan pada sumber daya lokal.

26

Ibid.,h.3.

27

Sukriyanto, “Pengembangan Masyarakat Islam : Agama, Sosial. Ekonomi, dan Budaya”, Jurnal Comdev (Yogyakarta: Elang Press, 2003), Edisi ke-3, h.28.

28

Bambang Rudito, Akses Peran Serta Masyarakat (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2003), h.42.


(31)

c. Memperkuat partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan yang berbasis masyarakat.

d. Mengorientasikan pembangunan kearah yang mandiri dan berkelanjutan.29 Sementara Baihaki A. Madjid, sebagaimana yang dikutip oleh Lili Bariadi dan kawan-kawan merumuskan tujuan pengembangan ekonomi adalah :

a. Menciptakan pemerataan asset ekonomi produktif.

b. Menciptakan kemandirian dan mengurangi ketergantungan masyarakat. c. Menciptakan lapangan kerja sekaligus mengurangi pengangguran. d. Menciptakan daya saing dalam menghadapi era globalisasi.30

Jadi dapat disimpulkan, inti dari tujuan pengembangan ekonomi adalah untuk meningkatkan kehidupan masyarakat dilihat dari berbagai macam cara untuk meningkatkannya.

C. Ruang Lingkup Pengembangan Ekonomi Masyarakat

Ruang lingkup pengembangan ekonomi masyarakat mencakup segala aspek kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat dan selalu dituntut untuk terus melakukan perbaikan atau pengembangan di berbagai aspek untuk mencapai kesejahteraan bersama terutama dalam proses pengentasan kemiskinan. Namun demikian secara umum pengembangan masyarakat meliputi bidang-bidang pembangunan yakni di bidang ekonomi, pendidikan, kesehatan, sosial, keagamaan, dan budaya.31

29

Ibid.,h.194. 30

Lili Bariadi dkk, Zakat dan Wirausaha (Jakarta: CED,2005), Cet.Ke-1, h.63-64.

31


(32)

Menurut Isbandi Rukminto Adi, beberapa bidang yang hingga saat ini masih berpotensi untuk dikembangkan antara lain adalah bidang-bidang yang terkait dengan usaha kesejahteraan sosial terhadap anak, perempuan, dan keluarga di level komunitas, di bidang kesehatan, pendidikan, lingkungan, perlindungan/advokasi, sektor industri kecil, golongan masyarakat yang tertindas dan lain-lain.

Sedangkan menurut Surna T. Djajadiningrat sebagaimana yang dikutip oleh Bambang Rudito, ruang lingkup pengembangan masyarakat ditentukan oleh hal-hal sebagai berikut:

1. Wilayah yang terkena dampak negatif pembangunan baik dampak fisik maupun sosial.

2. Wilayah yang memiliki potensi sumber daya alam (SDA) yang selama ini belum dikembangkan, karena dengan demikian akan dapat dilakukan assessment terhadap kegiatan yang akan dilakukan berkenaan dengan masyarakat.

3. Wilayah di mana terdapat kelompok masyarakat terbelakang dalam kehidupan ekonomi maupun sosial seperti suku terasing atau suku pedalaman. Hal ini berkaitan dengan tujuan dari pengembangan masyarakat itu sendiri yang memfokuskan pada kehidupan sosial kemasyarakatan dengan cara meningkatkan taraf hidup masyarakat secara luas.

4. Wilayah di mana terdapat masyarakat yang hidup di bawah garis kemiskinan. Dengan demikian pengembangan dapat membantu meningkatkan pendapatan dan pendidikan yang diperlukan bagi masyarakat.32

Sedangkan pada tataran ekonomi, pengembangan masyarakat Islam harus diarahkan pada upaya bagaimana membentuk dan melestarikan semangat usaha/wirausaha yang benar-benar berjiwa mandiri dengan jalan pemberdayaan

32


(33)

ekonomi kerakyatan agar tercapai life skill, upaya penyadaran terhadap pentingnya berusaha sebagai bagian ibadah muamalah yang jika dikerjakan secara sungguh-sungguh akan mendapatkan keuntungan ganda yakni keuntungan dunia sekaligus akhirat. Selama ini usaha-usaha terhadap pengembangan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat masih sangat terbatas dan belum sepenuhnya menjadi perhatian dari pemerintah.33

D. Ciri-Ciri Pengembangan Ekonomi Masyarakat

Ciri-ciri pengembangan ekonomi masyarakat menurut Elly Iriawan adalah sebagai berikut:

1.Mempunyai tujuan yang hendak dicapai 2.Mempunyai wadah yang terorganisir

3.Aktivitas yang dilakukan terencana, berlanjut, serta harus sesuai dengan kebutuhan dan sumber daya setempat.

4.Ada tindakan bersama dan keterpaduan dari berbagai aspek yang terkait.

5.Ada perubahan sikap pada masyarakat sasaran selama tahap pengembangan atau pemberdayaan.

6.Menekankan pada sikap partisipasi masyarakat dalam ekonomi terutama dalam wirausaha.

7.Ada keharusan membantu lapisan masyarakat, khususnya masyarakat lapisan bawah. Jika tidak maka solidaritas dan kerja sama sulit tercapai.

33


(34)

8.Akan lebih efektif jika program pengembangan masyarakat pada awalnya memperoleh bantuan dari pemerintah. Selain itu sumber dari organisasi sukarela non-pemerintah juga harus dimanfaatkan.34

E. Bentuk-Bentuk Pengembangan Ekonomi Masyarakat

Bentuk-bentuk pengembangan ekonomi masyarakat setidaknya mencakup tiga bidang pengembangan, yaitu:

1. Pengembangan Aset Manusia (Human Asset)

Pengembangan ini berkaitan erat dengan pengembangan kualitas sumber daya manusia (SDM). Menurut Michael Sheraden, human asset ini termasuk pada golongan aset tidak nyata. Human asset secara umum meliputi intelegensia, latar belakang pendidikan, pengalaman, pengetahuan, keterampilan, ide, dan lain sebagainya. 35

Dalam Teori Sumber Daya Manusia, peningkatan SDM dipandang sebagai kunci keberhasilan pembangunan ekonomi dan kestabilan sosial. Perbaikan mutu sumber daya manusia (SDM) akan meningkatkan inisiatif dan sikap-sikap kewiraswastaan yang pada akhirnya menumbuhkan investasi dan lapangan kerja baru. Investasi tidak hanya diarahkan pada peningkatan Phsical Capital Stock tetapi juga diarahkan pada Human Capital Stock. Modal

34

Elly Iriawan, Pengembangan Masyarakat, h.3.

35

Michael Sheraden, Aset untuk Orang Miskin: Perspektif Baru Usaha Pengentasan Kemiskinan, (Jakarta: Raja Grafindo, 2006), h.127.


(35)

dalam Teori Sumber Daya Manusia (SDM) bukan dipandang sebagai syarat utama untuk menciptakan pertumbuhan .

Usaha-usaha untuk meningkatkan human asset ini biasanya dilakukan dalam berbagai program yang bersifat kualitatif seperti:

a. Program Pelatihan dan Keterampilan dalam bentuk kursus-kursus. b. Program Penyuluhan yang kesemuanya bertujuan untuk menambah dan

meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang pada akhirnya menghasilkan out put pada peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM).

2. Pengembangan Aset Modal (Financial Asset)

Pengembangan ini meliputi modal produksi yang terdiri dari tanah, bangunan, mesin produksi dan alat-alat/komponen produksi nyata lainnya.36Salah satu masalah klasik yang dihadapi oleh para pelaku perekonomian kecil baik yang bergerak dalam bidang produksi, distribusi, perdagangan, maupun jasa adalah sulitnya mendapatkan modal khususnya kredit usaha. Ketidakmampuan dan ketidaksiapan mereka dalam memenuhi setiap syarat yang diajukan oleh lembaga formal seperti bank menjadikan sulitnya dana usaha terealisasikan. Para pengusaha kecil pada umumnya tidak memiliki aset yang cukup untuk dijaminkan kepada bank. Permasalahan tersebut sebenarnya dapat dipecahkan dengan cara para pengusaha kecil

36


(36)

tersebut bergabung dengan sebuah organisasi, wadah usaha bersama dalam pembiayaan dimana dana tersebut dihasilkan dari modal bersama. Wadah tersebut dapat berupa koperasi simpan pinjam, Kelompok Keswadayaan Masyarakat (KSM), Kelompok Usaha Bersama (KUBE), dan lain sebagainya.37 Dengan adanya lembaga keuangan yang dibangun secara bersama tersebut diharapkan permasalahan pendanaan usaha akan dapat teratasi, menghindarkan pinjaman dari rentenir yang pada akhirnya turut andil dalam ketidakberkembangan aset.

Keberadaan lembaga keuangan yang dibentuk secara bersama ini diharapkan menjadi kunci bagi permasalahan keterbatasan akses permodalan yang selanjutnya akan mempengaruhi pada peningkatan produsi baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif. Peningkatan secara kuantitatif dapat dilihat dari beberapa indikator, antara lain bertambahnya aset produksi, pendapatan dan kesejahteraan secara umum.

3. Pengembangan Aset Sosial (Sosial Asset)

Aset Sosial menurut Michael Sheraden meliputi keluarga, teman, koneksi, atau jaringan sosial dalam bentuk dukungan material, dukungan emosional informasi, dan akses yang lebih mudah pada pekerjaan, kredit, bantuan-bantuan, dan tipe aset lainnya.38 Modal sosial ini menurut Mark

37

Dewan Koperasi Indonesia, Koperasi untuk Pemberdayaan Usaha Kecil dan Mikro, (Jakarta: DEKOPIN, 2002), h.50.

38


(37)

Gronovetler dan James Coleman secara potensial sangat penting dalam menciptakan aktifitas sosial dan ekonomi individu masyarakat. 39

Aset sosial menurut Edi Soeharto berkontribusi bagi kehidupan, terbuka aset sosial berdampak pada peningkatan kesejahteraan keluarga/kelompok masyarakat tertentu. Orang yang terikat dalam sebuah lembaga/komunitas memanfaatkan aset tersebut dalam menghadapi kesulitan, kegembiraan, dan lain-lain. Oleh karena itu, suatu komunitas yang mewarisi berbagai jaringan sosial dan perkumpulan biasanya lebih baik dalam mengentaskan kemiskinan dan kerentanan, memecahkan masalah/perselisihan, dan mengambil manfaat dari peluang-peluang baru.40

F. Langkah-Langkah Pengembangan Ekonomi Masyarakat

Sebagai bagian dari pengembangan masyarakat, pengembangan ekonomi masyarakat dalam tahapan-tahapan programnya juga memiliki kesamaan. Secara sederhana beberapa langkah program pengembangan ekonomi masyarakat meliputi: 41

1. Tahap Identifikasi/Assesment

39

Ibid., h. 134 40

Edi Soeharto, Isu-isu Tematik Pembangunan Sosial: Konsepsi dan Strategi, (Jakarta: Balitbang, DepSos, 2004), h. 81.

41


(38)

Tahap identifikasi ini dapat dilakukan oleh kelompok masyarakat, pemerintah daerah, community worker dan lain sebagainya. Dari hasil identifikasi tersebut nantinya akan ditentukan bersama masyarakat skala prioritas utama berdasarkan felt needs. Teknik assesment ini bisa menggunakan metode SWOT dengan melihat kekuatan/potensi yang ada di suatu daerah tersebut (strength), kelemahan (weakneses), kesempatan (oportunities), dan ancaman (threat).

2. Tahap Perencanaan Program

Hasil dari identifikasi tersebut kemudian disampaikan ke masyarakat yang selanjutnya menentukan program apa yang sesuai berdasarkan skala prioritas tersebut berdasarkan analisis SWOT.42

3. Tahap Penilaian Program

Penilaian program sebaiknya dilakukan oleh tim khusus yang diambil dari jaringan atau community worker/CD. Penilaian berkaitan dengan rancangan program yang didasarkan pada kekuatan dana, keterlibatan masyarakat dalam program tersebut, dan lain sebagainya. Hasil dari penilaian program tersebut merupakan rekomendasi yang akan diberikan kepada tim community development yang berisikan program-program yang dianggap layak berdasarkan skala prioritas untuk dijalankan.

4. Tahap Persetujuan

42


(39)

Hasil dari penilaian merupakan persetujuan bahwa program tersebut dapat disetujui untuk dijalankan, termasuk persetujuan tentang pendanaan dari lembaga lain yang terlibat. Beberapa hal yang dapat dijadikan acuan dalam mempertimbangkan apakah suatu program dapat disetujui atau tidak, antara lain:

a. Apakah program yang dibuat tersebut dapat mengurangi kemiskinan atau keterbelakangan masyarakat/komunitas baik secara langsung maupun tidak ?

b. Apakah program tersebut bersifat sementara, terputus, atau bersifat keberlanjutan (suistainable) ?

c. Apakah hasil yang diharapkan dan aktifitas yang akan dilakukan didalam proposal tersebut didasarkan pada azas partisipasif didalam perencanaan program maupun pelaksanaannya ?

5. Tahap Pelaksanaan/Implementasi Program

Pelaksanaan program dimulai secara formal saat penandatanganan naskah perjanjian dilakukan oleh tim community development dalam pelaksanaan program diharapkan adanya pemantauan yang dilakukan oleh tim comdev secara periodik.43

6. Tahap Evaluasi

43


(40)

Evaluasi program dilakukan pada saat program tersebut selesai dilaksanakan. Evaluasi dilakukan secara bersama antara stokeholder yang terkait dalam tim community development. Hasil dari program tersebut merupakan umpan balik program-program selanjutnya.

7. Tahap Terminasi

Tahap ini merupakan tahap pemutusan hubungan secara formal dengan komunitas sasaran. Terminasi dilakukan jika masyarakat sudah layak dianggap mandiri. Namun tidak jarang terminasi dilakukan karena telah memasuki jangka yang telah ditentukan. Pada tahap ini program-program yang telah dilaksanakan dengan baik dapat dipertahankan sehingga prinsip suistainable dapat berjalan sesuai nilai-nilai idealis pengembangan masyarakat.44

44


(41)

BAB III

GAMBARAN UMUM BANK SYARIAH MANDIRI CABANG BUKITTINGGI A. Sejarah Bank Syariah Mandiri

1. Sejarah Bank Syariah

Gagasan mengenai bank yang menggunakan sistem bagi hasil telah muncul sejak lama, ditandai dengan banyaknya pemikir-pemikir muslim yang menulis tentang keberadaan bank syariah, misalnya Anwar Qureshi (1946), Naiem Siddiqi (1948), dan Mahmud Ahmad (1952). Kemudian uraian yang terperinci tentang gagasan itu ditulis oleh Mawdudi (1961). Demikian juga dengan tulisan-tulisan Muhammad Hamidullah yang ditulis pada 1944, 1955, 1957, dan 1962, bisa dikategorikan sebagai gagasan pendahulu mengenai perbankan islam.45

Sejarah perkembangan bank syariah modern tercatat di Pakistan dan Malaysia sekitar tahun 1940, yaitu upaya pengelolaan dana jamaah haji secara non-konvensional.46 Rintisan bank syariah lainnya adalah dengan berdirinya

45

Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan Ilustrasi (Yogyakarta: EKONISIA Kampus Fakultas Ekonomi UII, 2007), Edisi Kedua, h.28.

46

Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktek (Jakarta: Gema Insani, 2001), h.18


(42)

Mit Ghamr Lokal Saving Bank pada tahun 1963 di Mesir oleh Dr Ahmed el-Najar. Permodalan bank ini dibantu oleh Raja Faisal dari Arab Saudi. Bank pedesaan yang beroperasi tanpa bunga dan sejalan dengan prinsip-prinsip syariah ini sangat populer dan pada mulanya tumbuh dengan baik. Empat tahun kemudian Mit Ghamr dapat membuka sembilan cabang dengan nasabah sekitar satu juta orang. Namun pada tahun 1967, karena persoalan politik, bank ini ditutup. Pada pertengahan tahun 1967 bank ini diambil alih oleh National Bank of Egypt dan Central Bank of Egypt, sehingga beroperasi atas dasar bunga.47 Pada tahun 1972, sistem bank tanpa riba diperkenalkan lagi dengan berdirinya Nasser Social Bank di Mesir. Berdirinya bank ini lebih bersifat sosial dari pada komersial.48

Bank syariah adalah Bank yang semua transaksinya harus berdasarkan akad yang dibenarkan oleh syariah, karena semua transaksi harus mengikuti kaidah dan aturan yang berlaku pada akad-akad muamalah syariah. Bank syariah menggunakan pendekatan profit sharing, artinya yang diterima bank disalurkan kepada pembiayaan, keuntungan yang didapatkan dari pembiayaan tersebut dibagi dua, untuk bank dan untuk nasabah berdasarkan perjanjian pembagian keuntungan di muka (biasanya terdapat dalam formulir pembukaan rekening yang berdasarkan mudharabah). Pada bank syariah

47

Zainul Arifin, Memahami Bank Syariah, Lingkup Peluang, Tantangan dan Prospek (Jakarta: Alvabet, 2000), h.11.

48

Sutan Remy Sjahdeini, Perbankan Islam dan Kedudukannya dalam Tata Hukum Perbankan Indonesia Indonesia (Jakarta: Grafiti 1999), h.5.


(43)

penyaluran dana simpanan dari masyarakat dibatasi oleh dua prinsip dasar, yaitu prinsip syariah dan prinsip keuntungan. Artinya pembiayaan yang akan diberikan harus mengikuti kriteria-kriteria syariah, di samping pertimbangan-pertimbangan keuntungan. Misalnya pemberian pembiayaan (kredit) harus kepada bisnis lain yang halal, tidak boleh kepada perusahaan atau bisnis yang memperoleh makanan dan minuman yang diharamkan, pornografi dan bisnis lain yang tidak sesuai dengan syariah. Karena itu, menabung di bank syariah relatif lebih aman bila ditinjau dari perspektif Islam karena akan mendapatkan keuntungan yang didapati dari bisnis yang halal.

Bank Konvensional dilihat dari investasi terlihat dari tidak adanya batasan dana dari mana didapatkan. Bank Konvensional memakai system bunga, dan menggunakan pendekatan profit sharing saja, artinya yang diterima bank disalurkan kepada pembiayaan, keuntungan yang didapatkan dari pembiayaan tersebut dibagi sesuai ketentuan bank yang mana nasabah harus mengikuti aturan-aturan tersebut.49

2. Sejarah Bank Syariah Mandiri

Gambaran umum tentang Bank Syariah Mandiri yaitu, sejarah berdirinya senin, tanggal 25 Rajab 1420 H atau tanggal 1 November 1999 merupakan hari pertama beroperasinya PT Bank Syariah Mandiri. Kelahiran Bank Syariah Mandiri merupakan buah usaha bersama dari para perintis bank

49

Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah Suatu Pengenalan Umum (Jakarta: Tazkia Institute, 2000),Edisi Khusus.


(44)

syariah di PT. Bank Susila Bakti dan Manajemen PT Bank Syariah Mandiri yang memandang pentingnya kehadiran bank syariah di lingkungan PT Bank Mandiri (Persero).

PT Bank Syariah Mandiri hadir sebagai bank yang mengkombinasikan idealisme usaha dengan nila-nilai rohani yang melandasi operasinya. Harmoni antara idealisme usaha dan nilai-nilai rohani inilah yang menjadi salah satu keunggulan PT Bank Syariah Mandiri sebagai alternatif jasa perbankan di Indonesia.50

Dalam rangka perluasan jaringan layanannya, maka Bank Syariah Mandiri membuka outlet pertamanya di Kota Padang pada 17 Juli 2002. Seiring dengan perkembangan, pertumbuhannya dan tingginya laju pertumbuhan ekonomi di Sumatera Barat, serta kebutuhan masyarakat akan lembaga keuangan syariah yang cukup besar serta dalam rangka pengembangan ekonomi umat, maka pada tanggal 30 September 2003, Bank Syariah Mandiri membuka cabang baru di daerah Bukittinggi tepatnya di Jl. Jendral Sudirman No. 73 Bukittinggi Sumatera Barat.

Pada saat sekarang ini, karena tingginya kebutuhan masyarakat terhadap Bank Syariah maka untuk memaksimalkan pelayanan kepada masyarakat dan upaya untuk menjangkau nasabah atau calon nasabah yang posisinya berjauhan dari kantor cabang, BSM Cabang Bukittinggi

50

http;//www.syariahmandiri.co.id/banksyariahmandiri/sejarah.php. Diakses 10 September 2008.


(45)

memperluas jangkauannya dengan membuka Kantor Cabang Pembantu (KCP) di daerah Payakumbuh yang diresmikan oleh walikota Payakumbuh dan Kantor Kas di daerah Aur Kuning yang diresmikan oleh walikota Bukittinggi pada waktu bersamaan 14 Juni 2004.51

Adapun profil perusahaan adalah52 PT. Bank Syariah Mandiri, yang beralamat Jl. Jendral Sudirman No. 73 Bukittinggi, Sumatera Barat 26116, telepon (0752) 627633 (Hunting), faksimili (0752) 62763, situs web, www. syariahmandiri.co.id. Tanggal berdiri Bank Syariah Mandiri cabang Bukittinggi adalah 30 September 2003, sedangkan tanggal beroperasi 4 Oktober 2003. Modal dasar BSM Bukittinggi Rp. 4.000.000.000,- (tergantung potensi daerah)53, jumlah kantor, satu kantor cabang pembantu dan satu kantor kas pembantu, jumlah ATM satu buah dan jumlah karyawan sebanyak 36 orang.

B. Visi, Misi, Budaya Perusahaan, Dan Tujuan Bank Syariah Mandiri

1. Visi, Misi, dan Budaya Perusahaan a. Visi

Menjadi Bank Syariah Terpercaya Pilihan Mitra Usaha. b. Misi

51

http;//www.syariahmandiri.co.id/banksyariahmandiri/berita/details.php?cid=1&id=38. Diakses 10 September 2008.

52

Bank Syariah Mandiri (BSM). Laporan Tahunan 2007 Menuju Kesempurnaan 53

Wawancara Pribadi dengan Zulfikar, Account Officer Bank Syariah Mandiri. Bukittinggi, 25 Juli 2008.


(46)

1) Menciptakan suasana pasar perbankan syariah agar dapat berkembang dengan mendorong terciptanya syarikat dagang yang terkoordinasi dengan baik.

2) Mencapai pertumbuhan dan keuntungan yang berkesinambungan melalui sinergi dengan mitra strategis agar menjadi bank syariah terkemuka di Indonesia yang mampu meningkatkan nilai bagi pemegang saham dan memberikan kemaslahatan bagi masyarakat luas. 2. Budaya Perusahaan

Setelah melalui proses yang melibatkan seluruh jajaran pegawai sejak pertengahan 2005, lahirlah nilai-nilai perusahaan yang baru yang disepakati bersama untuk di-shared oleh seluruh pegawai Bank Syariah Mandiri yang disebut Shared Values Bank Syariah Mandiri. Shared Values Bank Syariah Mandiri disingkatETHIC”.

a. Excellence

Berupaya mencapai kesempurnaan melalui perbaikan yang terpadu dan berkesinambungan.

b. Teamwork

Mengembangkan lingkungan kerja yang saling bersinergi. c. Humanity

Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan religius. d. Integrity


(47)

e. Customer Focus

Memahami dan memenuhi kebutuhan pelanggan untuk menjadikan Bank Syariah Mandiri sebagai mitra yang terpercaya dan menguntungkan.54 3. Tujuan Bank Syariah Mandiri

a. Menjalankan kegiatan ekonomi umat untuk bermuamalah secara Islam, khususnya muamalah yang berhubungan dengan perbankan, agar terhindar dari praktek-praktek riba atau jenis-jenis usaha lain yang mengandung unsur tipuan (gharar), dimana jenis-jenis usaha tersebut selalu dilarang dalam Islam juga telah menimbulkan dampak negatif terhadap kehidupan ekonomi Islam.

b. Untuk menciptakan suatu keadilan di bidang ekonomi dengan jalan meratakan pendapatan melalui kegiatan investasi, agar tidak terjadi kesenjangan yang amat besar antar pemilik modal dengan pihak yang membutuhkan dana.

c. Untuk meningkatkan kualitas hidup umat, dengan jalan membuka peluang berusaha yang lebih besar terutama pada kelompok miskin, yang diarahkan kepada kegiatan usaha yang produktif.

C. Peran Bank Syariah Mandiri

Peran bank syariah dibagi atas dua yaitu, peran benda55 yang aktivitasnya

54

http;//www.syariahmandiri.co.id/banksyariahmandiri/sejarah.php. Diakses 17 September 2008.

55


(48)

meliputi sebagai manajer investasi, sebagai investor, dan penyedia jasa layanan perbankan. Sedangkan peran kedua adalah peran harta, yang aktivitasnya bergerak dalam bidang sosial.

Bank syariah sebagai sumber investasi bertugas mengelola dana masyarakat apakah dengan akad titipan maupun bagi hasil seperti rekening giro, tabungan, dan deposito waktu.

Bank syariah sebagai investor, perannya mengelola dana dari masyarakat untuk disalurkan dalam bentuk pembiayaan (jual beli, bagi hasil), gadai (rahn) maupun sewa (ijarah). Sedangkan dalam fungsi layanan perbankan bank syariah dapat menyediakan jasa transfer (wakalah) baik melalui mekanisme kliring maupun RTGS (Real Time Gross Settlement) maksudnya adalah transfer antar bank skala nasional dimana dana efektif diterima di bank tujuan dalam hitungan menit, selama transaksi dilakukan sebelum batas waktu,56 selain itu juga menyediakan bank garansi (kafalah), anjak piutang (hawalah), letter of credit (wakalah), tukar menukar mata uang (sharf), pay roll (pembayaran gaji), ATM, pembayaran pajak, telepon, listrik serta sebagai agen penjual reksadana berbasis syariah.

Dalam menjalankan peran sosial, bank syariah memiliki Lembaga Amil Zakat (LAZ) yang mengelola dana kebajikan, penghimpunan dan penyaluran qardul hasan, penghimpunan dan penyaluran ZIS. Dalam pengelolaan LAZ harus tunduk kepada tata cara pengelolaaan tentang zakat. Bank juga harus melaporkan

56


(49)

kondisi keuangan LAZ bersamaan dengan laporan publikasi laporan keuangan bank syariah. Salah satu sumber dana kebajikan juga berasal dari denda-denda nasabah yang wanprestasi atas akad-akad yang tidak terpenuhi.

Jika bank syariah dengan status bank devisa, produk-produk yang dimilikinya dalam bentuk mata uang asing (valas) seperti tabungan dolar/deposito (USD), pembiayaan dan L/C dalam mata uang asing.57

D. Produk-Produk Bank Syariah Mandiri

1. Tabungan

Tabungan terdiri dari, Tabungan BSM, Tabungan Mabrur, Tabungan Pendidikan (Investa Cendekia), Tabungan Qurban, Tabungan BSM Simpatik, tabungan BSM Berencana

2. Deposito58

Deposito terdiri dari, Deposito BSM, dan Deposito BSM Valas. 3. Giro 59

Giro terdiri dari, Giro BSM, dan Giro BSM Valas. 4. Obligasi Bank Syariah Mandiri

Obligasi Bank Syariah Mandiri yaitu surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang mewajibkan Emiten (Bank Syariah Mandiri)

57

http;//www.lampungpost.com/cetak/berita.php.id. Diakses 30 Juni 2008. 58

Bank Syariah Mandiri (BSM). Laporan Tahunan 2007 ,h.73-75. 59


(50)

untuk membayar Pendapatan Bagi Hasil/Kupon dan membayar kembali Dana Obligasi Syariah pada saat jatuh tempo.

5. Pembiayaan

Pembiayaan terdiri dari, Pembiayaan Mudharabah BSM, Pembiayaan Murabahah BSM,60 Pembiayaan Musyarakah BSM, Pembiayaan Talangan Haji BSM, Pembiayaan dengan Skema IMBT (Ijarah Muntahiyah Bittamliik), BSM Implan, Pembiayaan Pemilikan Rumah (Griya BSM), Pembiayaan Istishna, Pembiayaan Mudharabah Muqayyadah off Balance Sheet.

60 Ibid,.


(51)

BAB IV

PERAN BANK SYARIAH MANDIRI BAGI PENGEMBANGAN EKONOMI MASYARAKAT DI BUKITTINGGI

A. Gambaran Umum Kota Bukittinggi

Bukittinggi dalam kehidupan ketatanegaraan semenjak zaman penjajahan Belanda, zaman penjajahan Jepang serta zaman kemerdekaan dengan berbagai variasinya tetap merupakan pusat Pemerintahan Sumatera bagian Tengah maupun Sumatera secara keseluruhan. Bahkan Bukittinggi pernah berperan sebagai Pusat Pemerintahan Republik Indonesia setelah Yogyakarta diduduki Belanda dari bulan Desember 1948 sampai dengan bulan Juni 1949.61

Semasa pemerintahan Belanda dahulu, Bukittinggi oleh Belanda selalu ditingkatkan perannya dalam ketatanegaraan, dari apa yang dinamakan Gemetelyk Resort tahun 1828. Belanda telah mendirikan kubu pertahanannya tahun 1825, yang sampai sekarang kubu pertahanan tersebut masih dikenal dengan Benteng Fort De Kock. Kota ini telah digunakan juga oleh Belanda sebagai tempat peristirahatan opsir-opsir yang berada di wilayah jajahannya di wilayah timur ini.

Oleh pemerintah Jepang, Bukittinggi dijadikan sebagai pusat pengendalian Pemerintah militernya untuk kawasan Sumatera, bahkan sampai ke Singapura dan Thailand karena disini berkedudukan komandan Militer ke 25. Pada masa ini Bukittinggi berganti nama dari Taddsgemente Fort de Kock menjadi Bukittinggi

61


(52)

Si Yaku Sho yang daerahnya diperluas dengan memasukkan nagari-nagari Sianok, Gadut, Kapau, Ampang Gadang, Batu taba dan Bukit Batabuah yang sekarang kesemuanya itu kini berada dalam daerah Kabupaten Agam, di Kota ini pulalah pemerintah bala tentara Jepang mendirikan pemancar Radio terbesar untuk pulau Sumatera dalam rangka mengibarkan semangat rakyat untuk menunjang kepentingan perang Asia Timur Raya versi Jepang.

Pada zaman perjuangan Kemerdekaan Republik Indonesia Bukitinggi berperan sebagai kota perjuangan. Dari bulan Desember 1948 sampai dengan bulan Juni 1949 ditunjuk sebagai Ibu Kota Pemerintahan darurat Republik Indonesia ( PDRI ), setelah Yogyakarta jatuh ke tangan Belanda.62

Selanjutnya sebelum tahun 1958 Bukittinggi pernah menjadi Ibukota Propinsi Sumatera dengan Gubernurnya Mr. Tengku Muhammad Hasan.63 Kemudian dalam peraturan Pemerintah Pengganti undang-undang No. 4 tahun 1959 Bukittinggi ditetapkan sebagai Ibu Kota Sumatera Tengah yang meliputi keresidenan-keresidenan Sumatera Barat, Jambi dan Riau yang sekarang masing-masing Keresidenan itu telah menjadi Propinsi-propinsi sendiri.

Setelah keresidenan Sumatera Barat dikembangkan menjadi Propinsi Sumatera Barat, maka Bukittinggi ditunjuk sebagai Ibu Kota Propinsinya, semenjak tahun 1958 secara de facto Ibukota Propinsi telah pindah ke Padang namun secara de yuire barulah tahun 1978 Bukittinggi tidak lagi menjadi Ibukota

62

http;//www.bukittinggikota.go.id/?module=text&file.id=28.Diakses 10 September 2008. 63 http://id.wikipedia.org/wiki/Bukittinggi


(53)

Propinsi Sumatera Barat, dengan keluarnya Peraturan Pemerintah No. 29 tahun 1979 yang memindahkan Ibukota Propinsi Sumatera Barat ke Padang.

Sekarang ini Bukittinggi berstatus sebagai kotamadya sesuai dengan undang-undang No. 5 tahun 1974 tentang Pokok Pemerintah di Daerah yang telah disempurnakan dengan UU NO. 22/99 menjadi Kota Bukittinggi.

Dengan bermacam ragamnya status maupun fungsi yang diemban Bukittinggi seperti yang diuraikan di atas, kita dapat menarik kesimpulan bahwa Bukittinggi memang cukup strategis letaknya dan ditunjang pula oleh hawanya yang sejuk, karena terletak di jajaran Bukit Barisan.

Dilihat dari segi sosial kemasyarakatan, Bukitinggi tidak kurang pula perannya, baik dalam ukuran regional, nasional maupun internasional. Di kota ini sering diadakan rapat-rapat kerja pemerintah, pertemuan-pertemuan ilmiah, kongres-kongres oleh organisasi kemasyarakatan dan lain sebagainya.

Pemerintah Daerah dengan Surat Keputusan walikota Kepala Daerah Kota Bukittinggi No.188.45-177-1988 tanggal 17 Desember 1988 menetapkan Hari Jadi Kota Bukittinggi tanggal 22 Desember 1784.64

Kota Bukittinggi terletak hampir di tengah-tengah pulau Sumatera di atas jajaran Bukit Barisan, dengan konfigurasi fisik berbukit dan berlembah serta berhawa sejuk. Di kota ini terdapat objek-objek wisata alam dengan pemandangan yang indah, dengan luas wilayah 25,239 km2 yang terdiri dari 27 bukit, di antaranya: Bukit Mandiangin, Bukit Ambacang, Bukit Upang-upang, Bukit

64


(54)

Pauah, Bukit Lacia, Bukit Jalan Aua Dalam Pasa, Bukit Cindai, Bukit Campago, Bukit Gumasik, Bukit Gamuak, Bukit Guguak Bulek, Bukit Sangkuik, Bukit Apit, Bukit Pinang Sabatang, Bukit Malambuang, Bukit Cubadak Bungkuak, Bukit Sarang Gagak, Bukit Tambun Tulang, Bukit Cangang, Bukit Parit Natuang, Bukit Paninjauan, Bukit Sawah Laweh, Bukit Batarah, Bukit Panganak, Bukit Kandang Kabau, Bukit Gulimeh.

Lembah yang sangat terkenal adalah Ngarai Sianok yang terletak pada sisi barat Kota Bukittinggi, terdapat jurang yang curam dengan kedalaman 100 M serta mempunyai kemiringan antara 800-900 yang menjadi daya tarik Pariwisata. Di samping itu Kota Bukittinggi dilatarbelakangi oleh tiga gunung yaitu: Gunung Merapi, Gunung Singgalang, Gunung Sago, sehingga sebutan Kota Tri Arga sangat populer sebagai julukan untuk daerah ini.

Secara geografis Bukittinggi terletak antara 100,210-100,250 BT dan antara 00,76-00,190 LS dengan ketinggian 909 - 941 m di atas permukaan laut, udara sejuk dengan suhu berkisar antara 16,100-24,900C.

Pada umumnya di kota ini banyak turun hujan, rata-rata 2,381 mm/tahun dengan jumlah hujan rata-rata 193 hari/tahun dan kelembaban hawa berkisar antara min 82,0-90,8% max.65

2. Pemerintahan a. Visi

65

http://www.kpt-bukittinggi.go.id/selayang.php#kependudukan. Diakses 10 September 2008.


(55)

Terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui pemanfaatan potensi unggulan daerah (Jasa dan Perdagangan, Kepariwisataan, Pendidikan dan Pelayanan Kesehatan), yang dijiwai oleh Agama dan Adat, Syarak Mangato Adaik Mamakai.

b. Misi

1) Mewujudkan masyarakat yang berbudaya dan beradat berdasarkan iman dan taqwa.

2) Meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang profesional dalam rangka penyelenggaraan pemerintah yang baik.

3) Meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana yang mendukung potensi unggulan kota.

4) Meningkatkan kualitas pelaksanaan otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggung jawab dalam rangka pencapaian tujuan pemberian otonomi daerah tersebut.

5) Peningkatan pelaksanaan demokrasi. 6) Peningkatan Iman dan Taqwa.66 3. Pembagian Wilayah Administratif

Kota Bukittinggi berbatasan dengan:

Sebelah Utara dengan Kecamatan Tilatang Kamang

Sebelah Selatan dengan Kecamatan Banuhampu Sungai Puar Sebelah Barat dengan Kecamatan IV Koto

66


(56)

Sebelah Timur dengan Kecamatan IV Angkat Candung

Kota Bukittinggi saat ini terdiri atas 3 Kecamatan dengan 24 Kelurahan. Setelah keluarnya Peraturan Pemerintah No.84 Tahun 1999 tanggal 07 Oktober 1999 tentang Perubahan Batas Wilayah Kota Bukittinggi dan Kabupaten Agam, Bukittinggi akan mengadakan perubahan batas wilayah dengan memasukkan sebagian Wilayah Kabupaten Agam ke dalam wilayah Kota Bukittinggi, sehingga nantinya Kota Bukittinggi mempunyai luas 145,299 km2 yang terdiri dari 7 kecamatan dan 58 Kelurahan/Desa.

4. Kependudukan

Kota Bukittinggi mempunyai penduduk menurut data terakhir 100.254 orang(2004) dengan laju pertumbuhan rata-rata 1,14% dan kepadatan rata-rata 3.738 jiwa per-km2.67 Semangat membangun masyarakat Bukittinggi cukup menggembirakan, terbukti dengan meningkatnya kesejahteraan hidup yang umumnya bermata pencaharian sebagai pedagang, pegawai, petani, pengusaha industri kecil dan kerajinan serta jasa-jasa lainnya, dengan pendapatan perkapita tahun 2001 Rp. 7.252.442,48.68

Sebagian besar penduduk kota Bukittinggi beragama Islam sekitar 97,14% dan selebihnya beragama Katolik, Protestan, Budha, Hindu. Penduduk terpadat berdomisili di Kecamatan Guguk Panjang, karena pusat

67

http://id.wikipedia.org/wiki/Bukittinggi. Diakses 10 September 2008. 68


(57)

perdagangan dan kegiatan lain sebagian besar berada di kecamatan tersebut, dengan kepadatan rata-rata 5.787 jiwa/km2.

5. Julukan Kota Bukittinggi

Bukittinggi walaupun kecil, namun banyak menyandang nama atau julukan yang sangat membanggakan warganya, yaitu: Kota Pendidikan, Kota Perjuangan, Kota Jam Gadang, Kota Tri Arga, Kota Wisata, Kota Pelayanan Kesehatan, Kota Jasa Dan Perdagangan.69

6. Gambaran Umum Perbankan Syariah Di Bukittinggi

Bukittinggi termasuk sasaran utama pengembangan perbankan syariah di propinsi Sumatera Barat. Ini dilihat dari potensi daerah Bukittinggi yang merupakan pusat perdagangan di Sumatera Barat. Pada saat sekarang ini telah terdapat enam bank syariah di Bukittinggi, yaitu Bank BNI Syariah, Bank Bukopin Syariah, Bank Danamon Syariah, Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Carana Kiat, Bank Syariah Mandiri.70 Data mengalami kenaikan sumber data pada tahun 2003 yang hanya terdapat satu bank syariah. Kota Bukittinggi dan Kota Padang Panjang merupakan daerah yang cukup pesat pertumbuhan bank syariah. Pada saat ini, jumlah total aset Bank Syariah di Bukittinggi dan Kota Padang Panjang senilai Rp. 25 triliun, dan dana pihak ketiga sebesar Rp. 18 triliun, mengalami kemajuan yang pesat dari tahun

69

http// www.regionalinvestment.co.id. Diakses 10 September 2008. 70

http://regionalinvestment.com/sipid/id/saranaperbankan.php?ia=1375&is=57. Diakses 10 September 2008.


(58)

2003. Pada tahun 2003 data pihak ketiga cuma sebesar Rp. 6,92 triliun, sedangkan total asetnya senilai Rp. 9,98 triliun.71

B. Analisis Terhadap Peran Bank Syariah Mandiri Bagi Pengembangan Ekonomi Masyarakat

Dalam peran Bank Syariah Mandiri bagi pengembangan ekonomi masyarakat terdapat beberapa hal yang harus dikembangkan, yaitu :

1. Pengembangan Aset Manusia

Pengembangan aset manusia dalam hal ini meliputi, pengembangan intelegensia, latar belakang pendidikan, pengalaman, pengetahuan, keterampilan, ide-ide, dan lain-lain.

a. Pengembangan Intelegensia

Pengembangan Intelegensia adalah pengembangan masyarakat agar menjadikan masyarakat ahli atau menjadi kaum cendikia dalam bidangnya. Maksudnya dalam peran bank syariah mandiri, telah menjadikan masyarakat menjadi ahlinya dalam hal mengembangkan ekonominya. Bank Syariah Mandiri telah memberikan pengetahuan-pengetahuan, dan keterampilan-keterampilan khusus bagaimana mengembangkan produksi yang baik guna mendapatkan hasil yang maksimal, dan tidak sedikit masyarakat menjadi ahli dalam bidangnya setelah diberikan pengetahuan dan keterampilan tersebut. Bank Syariah Mandiri memberikan penyuluhan kepada petani, pedagang, dan peternak

71


(59)

yang disalurkan pembiayaan bagaimana menghasilkan hasil panen dan hasil jual yang baik dan maksimal. Dan buktinya, usaha masyarakat berjalan dengan baik.72 Contoh penyuluhan bagaimana bertani dan beternak yang baik, BSM adakan di daerah Payakumbuh (akhir desember 2007).

b. Pengembangan Latar Belakang Pendidikan

Dalam hal pengembangan latar belakang pendidikan masyarakat, Bank Syariah Mandiri sudah berusaha bekerjasama dengan sekolah-sekolah agar memberikan tugas rumah kepada siswa-siswi mempelajari tentang perbankan syariah seperti Bank Syariah Mandiri bekerjasama dengan SMA di Bukittinggi agar para guru memberikan tugas rumah kepada siswa-siswa SMA mempelajari tentang perbankan syariah. Nantinya masyarakat akan mengetahui bagaimana berekonomi sebenarnya menurut ajaran agama mereka yaitu islam.73 Sebagai buktinya, sewaktu penulis melakukan penelitian di Bank Syariah Mandiri Bukittinggi, beberapa orang siswa melakukan diskusi dengan Costumer Service guna mempertanyakan masalah perbankan syariah.

72

Wawancara Pribadi dengan Zaenal Abidin. Manager Marketing BSM Bukittinggi. Bukittinggi. 7 Agustus 2008

73

Wawancara Pribadi dengan Atep Heri Herlambang, Manager Operasional Bank Syariah Mandiri Bukittinggi. Bukittinggi. 6 Agustus 2008


(60)

c. Pengembangan Pengalaman

Dalam pengembangan pengalaman, masyarakat akan mendapatkan pelajaran-pelajaran bagaimana mengembangkan ekonomi, setelah melakukan kerjasama dengan Bank Syariah Mandiri. Bank Syariah Mandiri setidaknya telah memberikan pengalaman-pengalaman yang berarti berupa pengetahuan dan praktek-praktek berproduksi yang baik sesuai dengan ajaran islam, yang dulunya sebelum melakukan kerjasama dengan Bank Syariah Mandiri belum mengetahui hal tersebut.74 Bank Syariah Mandiri memberikan penyuluhan kepada petani, pedagang, dan peternak yang disalurkan pembiayaan bagaimana menghasilkan hasil panen dan hasil jual yang baik dan maksimal. Dan buktinya, usaha masyarakat berjalan dengan baik. Kegiatan ini rutin dilakukan, setelah petani, pedagang, peternak mendapatkan bantuan modal.

d. Pengembangan Pengetahuan

Bank Syariah Mandiri perlahan-lahan meningkatkan pengetahuan ekonomi masyarakat yaitu dengan mengadakan seminar-seminar tentang perbankan syariah (seperti Festival Ekonomi Syariah), BSM juga mengadakan bedah buku untuk mengenalkan perbankan syariah lebih mendalam kepada masyarakat yang diadakan di Bukittingi, begitu juga

74


(61)

program “Ayo Ke Bank dari Pusat” dimana Bank Syariah Mandiri mengadakan penyuluhan, kegiatan-kegiatan yang bersifat wejangan, memberikan pengetahuan kepada masyarakat bagaimana berekonomi yang baik(diadakan pada akhir tahun 2007 lalu). Selain meningkatkan pengetahuan berekonomi masyarakat, BSM juga meningkatkan pengetahuan spritual masyarakat dengan menjadi promotor dalam mengadakan acara-acara keagamaan (seperti Tabhlig Akbar yang dilakukan waktu peringatan acara isra’ mi’raj).75

Dari wawancara yang penulis lakukan terhadap masyarakat, salah seorang dari mereka mengatakan:

Saya sangat antusias sekali dengan Bank Syariah Mandiri. BSM telah beberapa kali melakukan kegiatan-kegiatan yang difungsikan untuk meningkatkan pengetahuan/wawasan kami terhadap bank syariah. Saya telah beberapa kali mengikuti seminar-seminar tentang perbankan syariah, dan saya juga telah mendapati beberapa kali Bank Syariah Mandiri menjadi promotor dalam acara-acara keagamaan yang dilakukan di Bukittinggi ini. Saya rasa, Bank Syariah Mandiri telah berupaya dalam meningkatkan wawasan masyarakat Bukittinggi.76

e. Pengembangan Keterampilan

Dalam hal meningkatkan keterampilan/keahlian masyarakat, Bank Syariah Mandiri memberikan pelatihan-pelatihan khusus kepada masyarakat terutama masyarakat yang akan disalurkan pembiayaan untuk meningkatkan usaha nantinya. Bank Syariah Mandiri disini memberikan

75

Wawancara Pribadi dengan Atep Heri Herlambang, Bukittinggi. 6 Agustus 2008. 76

Wawancara Pribadi dengan Syamsir, Masyarakat Bukittinggi. Bukittinggi. 5-7 Agustus 2008.


(62)

pengetahuan, dan pelatihan-pelatihan khusus bagaimana cara mengembangkan usaha baik dalam hal bagaimana cara pembukuan yang baik, bagaimana pencatatan stock barang, bagaimana manajemen toko yang baik, dan lain-lain.77

f. Pengembangan Ide-Ide

Hal ini yang belum dilakukan Bank Syariah Mandiri, yaitu belum menampung setiap ide-ide yang diusulkan masyarakat. Bank Syariah Mandiri yang sifatnya lebih memberi, belum terlihat membuka layanan untuk menerima ide-ide untuk mengembangkan ekonomi masyarakat. BSM lebih bersifat terjun sendiri dalam membantu masyarakat.

2. Pengembangan Aset Modal

Dalam hal pengembangan aset modal, Bank Syariah Mandiri melakukan kerjasama dalam bidang pembiayaan dan bagaimana memproduktifkan modal tersebut, yang mana Bank Syariah Mandiri membiayai sektor-sektor apapun di masyarakat guna membantu perekonomian masyarakat. Skema pembiayaan yang dilakukan oleh Bank Syariah Mandiri adalah sebagai berikut:

a. Pembiayaan Mudharabah BSM78

Pembiayaan Mudharabah BSM adalah pembiayaan dimana seluruh modal kerja yang dibutuhkan nasabah ditanggung oleh bank. Keuntungan

77

Wawancara Pribadi dengan Zaenal Abidin. Bukittinggi. 7 Agustus 2008 78


(1)

Pak Zaenal ; Kepada siapa saja.

3) Apa strategi yang dilakukan BSM ?

Pak Zulfikar : Radio, spanduk, seminar-seminar tentang perbankan. Pak Zaenal : ya seperti diatas.

4) Adakah peningkatan sosialisasi dari tahun ketahun, berebentuk seperti apa? Berapa % peningkatannya dari tahun ke tahun ?

Pak Zulfikar, Pak Zaenal :

ada, kami awalnya yang hanya memasarkan produk di Bukittinggi, sekarang kami sudah berusaha masuk kedaerah-daerah lain. Kalau dilihat % nya, susah juga, tetapi yang jelas kami selalu ada peningkatan dari tahun ketahunnya, karena kami selalu di beri target dari pusat, yang target itu semakin lama semakin banyak.

Pak Atep :

Didalam mensosialisasikan prinsip-prinsip syariah, Bank Syariah Mandiri sesuai RKAC (Rencana Kerja Anggaran Cabang) telah masuk kedalam wilayah Ring III, dimana pengembangannya tidak saja dilakukan di daerah Bukittinggi saja, tetapi telah berkembang ke daerah-daerah yang lain sampai kepelosok-pelosok di wilayah Sumatera Barat. Begitu juga dalam target pendanaan dan pembiayaan yang dicanangkan dari pusat sampai pertengahan tahun ini sudah melampaui target.

5) Strategi apa yang paling efektif dilakukan BSM ?

Pak Zulfikar : ya, seperti yang saya jelaskan tadi, radio, spanduk, dan seminar-seminar.

Pak Zaenal :

Startegi sosialisasi head to head, bagaimana kita masuk kadiri masyarakat itu langsung, bagaimana agar menarik minat masyarakat dengan pendekatan batin.


(2)

6) Bagaimana respon masyarakat terhadap sosialisasi yang dilakukan BSM ?

Pak Zulfikar, Pak Zaenal : bagus sekali, buktinya semakin banyak masyarakat yang memakai produk perbankan syariah kami, dan dilihat dari asset kami yang semakin bagus

7) Adakah akibat dan dampak dari sosialisasi terhadap penghimpunan dan penyaluran dana, serta peningkatan pendapatan BSM ?

Pak Zulfikar, Pak Zaenal : akibatnya, banyak nasabah yang datang ke BSM,dilihat dari kendala mungkin pengetahuan masyarakat akan perbankan syariah masih minim, tapi kami tidak akan gencar terus melakukan sosialisasi.

7. Dalam mengembangkan BSM, adakah halangan/kendala yang terjadi ?

Pak Zulfikar : Ya itu tadi, pengetahuan masyarakat tentang perbankan syariah yang masih kurang.

Pak Zaenal ;

Pemahaman masyarakat yang kurang, kerjasama dengan pemerintahan yang masih belum optimal, pemikiran cendikiawan-cendikiawan sini yang belum terlalu mengerti tentang perbankan syariah, serta ikut andil mahasiswa-mahasiswa di Universitas islam yang banyak berkembang disini, agar membantu.

8. Melihat persaingan perbankan saat ini, apakah BSM telah melakukan gebrakan yang lebih maju ? dalam hal apa ?

Pak Zulfikar :

produk kami yang beraneka ragam, pelayanan lebih baik, keluhan yang masuk kami tanggapi dengan baik, serta cara menerima tamu lebih kami agungkan, mungkin kami andalkan dari service quality.


(3)

Kami sering mengadakan silaturrahmi kepada nasabah, dimana kami melakukan pendekatan, misalnya sewaktu nasabah ulang tahun, kami coba untuk member bingkisan, atau sewaktu mereka kebetulan lagi sakit, kami jenguk,mungkin service seperti ini membedakan kami dari yang lainnya.

Wawancara dengan bapak Adam Malik :

Peran kami terhadap pengembangan masyarakat pasti ada, yaitu dari program langsung dan tidak langsung.

Dari langsung, kami membiayai dari sektor riil, seperti modal kerja, kita juga banyak bekerjasama karena BSM merupakan salah satu bank yang ditunjuk langsung dari pusat untuk membantu masyarakat bawah yang berbentuk Kredit Usaha Rakyat (KUR). Dengan cara begini secara langsung, kita telah membantu perekonomian rakyat. Karena ini juga merupakan program pemerintah, bukan berarti kita memberikan pembiayaan ke sembarang orang, kita benar-benar memberikan kepada orang yang membutuhkan, karena kalau kita terlau gampang, otomatis kalau nantinya usaha yang dilakukannya bangkrut, BSM juga akan merasakan akibatnya, karena kerjasama kita tadi yang memakai prinsip bagi hasil.

Kita juga banyak bantu sektor koperasi, bahkan kita melewati batas wilayah kerja sebenarnya yaitu Bukittinggi, kita juga sudah sampai di daerah Pariaman, Pasaman, Solok, itu menjalankan sector koperasi dengan pola mudharabah. Dengan adanya BSM ikut andil dalam koperasi itu, maka akan menjadikan koperasi tersebut besar, ujung-ujungnya meningkatkan kesejahteraan anggotanya, anggotanya itukan masyarakat.

Pola Konsumtif/ tidak Langsung, seperti BSM Implan, walaupun sifatnya konsumtif, artinya buat kepentingan individu, misalnya dia mau beli motor, motor kan untuk usaha, otomatis dia jadi terbantukan, atau membangun rumah, tetapi dia kan membeli bahan bangunan di toko bangunan, jadi dia membantu usaha bangunan orang tersebutkan. Misal juga kita membeli baju, makanan, otomatis membantu usaha mereka kan.

Program ini telah berjalan dari awal, dari awal kami berdiri sekitar dari tahun 2003. Dalam strategi pencarian nasabah, kami menggunakan system


(4)

jemput bola, artinya tidak hanya dalam satu wilayah saja, tetapi dimana saja kami lakukan sosialisasi. Kita banyak memasarkan pembiayaan-pembiayaan

Sedangkan dana yang dapat, merupakan dana dari masyarakat, paling modal awalnya saja dari pusat dana tersebutlah yang kami gunakan untuk membiayai modal kerja, usaha-usaha, koperasi, dan memakai pola-pola yang dipakai dalam perbankan syariah.

Kita mempunyai produk-produk yang beraneka ragam, bisa dibilang produk BSM paling lengkaplah, apapun ada, kayak gini deh lu mau apa gw ada, termasuk pelayanan jasa seperti sms banking untuk kalangan-kalangan tertentu.

FDR kita di atas 100 %, kalau tidak salah 130 %. Dana yang dikucurkan semua diuntukkan ke masyarakat.

Di tahun 2008 ini, semua point-point yang ditargetkan oleh manajemen pusat sudah kita lampaui, baik itu pendanaan, pembiayaan, kualitas juga sudah bagus, artinya masyarakat sangat antusias terhadap BSM.

Sosialisasi yang kita lakukan, kita telah melakukan seminar tentang perbankan syariah, dan sosialisasi yang paling baik adalah head to head, langsung ke masyarakat.

Kekurangan saat ini, paling pengetahuan masyarakat yang masih kurang, kerjasama pemerintah yang belum optimal. Kelebihan dari kami adalah produk kami lebih baik, pelayanan yang baik, bagaimana kita menerima tamu, trus memperlakukan nasabah.

Kalau untuk data, kami mungkin tidak bisa memberikan dalam bentuk angka, karena itu merupakan rahasia internal kami, maupun juga data-data nasabah, kami juga tidak boleh memberitahukan. Maaf sekali ya..

Wawancara dengan Bu Rahma Yeni (Costumer Service) : Bagaimana penyaluran dana ke nasabah ?


(5)

Awalnya dana dari pihak ketiga, setelah itu melihat kebutuhan, dan kendala keuangan nesabah. Setelah itu dipertimbangkan, kalau disetujui baru dana di cairkan.

Pembiayaan ada 2, produktif dan konsumtif. Kalau Produktif, pembiayaan kepada Usaha Kecil Menengah (UKM), Modal Kerja, ke Pengusaha-pengusaha.

Pembiayaan Konsumtif, pembiayaan kepada koperasi-koperasi, dana pinjaman ke guru-guru. Dana awal diperoleh dari modal awal Bank dari pusat. Ada juga, produk kami yaitu Qardh adalah dana talangan haji. Yang setoran awalnya Rp 10 juta, Rp 15 Juta, tujuannya untuk membantu nasabah untuk naik haji, agar terdaftar di siskohat walaupun dana nasabah belum mencukupi jadi kami disini membantu nasabah membayar uang untuk bisa naik haji sebagai talangan. Syaratnya biaya awal 10 atau 15 juta, disini kami memakai akad ujrah untuk sebagai biaya administrasi, nasabah diberi keringanan membayar tidak harus perbulan dan tidak harus flat, asal sebelum jatuh tempo pemberangkatan pembayaran dana haji lunas.

Pembiayaan produktif seperti implant dan chanelling, kalau implant BSM secara kolektif memberikan pembiayaan kepada masyarakat sedangkan chanelling BSM memberikan pembiayaan melalui pihak ketiga seperti koperasi.

Selanjutnya kami juga ada melakukan simpanan dana pensiunan. Dalam koperasi, kami memakai akad mudharabah dan murabahah. Prinsip yang memakai prinsip murabahah seperti pembelian barang-barang, jual beli mobil, dan pembelian rumah.

Kalau untuk mudharabah digunakan dalam kerjasama proyek pembuatan jalan, kerjasama dengan pabrik-pabrik. Dan untuk jaminan, disesuaikan dengan pinjaman, biasanya kami menerima kendaraan bermotor (5 tahun update), sertifikat rumah dan tanah yang sudah lunas.


(6)