commit to user
xiii dan persepsi kualitas pelayanan kesehatan pasien umum, pasien Askes,
dan pasien Jamkesmas di Rumah Sakit Dr Moewardi.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka perumusan masalah untuk penelitian ini sebagai berikut: adakah
hubungan antara
metode pembiayaan dengan persepsi kualitas pelayanan kesehatan pasien umum, pasien Askes, dan pasien Jamkesmas di RSUD Tipe A?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara metode pembiayaan dengan persepsi kualitas pelayanan rawat inap
pasien umum, pasien Askes, dan pasien Jamkesmas di RSUD Tipe A. Karena, pada survei awal, didapatkan beberapa keluhan dari pasien RSUD
Dr. Moewardi Rumah Sakit Tipe A ditinjau dari segi pelayanan kesehatan yang mereka dapatkan, dan menganalisa hasilnya.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Bagi RSUD Dr. Moewardi Rumah Sakit Tipe A sebagai cermin sejauh mana pelayanan kesehatan yang diberikan dapat
commit to user
xiv memberikan kepuasan kepada pasien khususnya kepada masyarakat
miskin dan tidak mampu sehingga dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat kepada rumah sakit dalam memberikan pelayanan
kesehatan. 2.
Manfaat praktis a.
Sebagai wahana belajar untuk mengetahui secara konkrit problem atau masalah-masalah perbedaan persepsi pasien berhadapan
dengan kualitas pelayanan bangsal rawat inap, khususnya Rumah Sakit.
b. Menemukan adanya perbedaan persepsi kualitas
I pelayanan
kesehatan antara pasien umum, pasien Askes, I
dan pasien Jamkesmas di Rumah Sakit Dr
I Moewardi.
c. Dengan penelitian ini diharapkan Rumah Sakit atau siapa pun yang
memberikan pelayanan kesehatan akan lebih bijaksana dalam menjalankan tugasnya mengabdi kepada masyarakat pasien
dalam hal kualitas pelayanan kesehatan.
commit to user
xv
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Metode Pembiayaan
a. Asuransi
1 Definisi
Menurut Ali 1993, asuransipertanggungan adalah suatu perjanjian, dengan nama seorang penanggung mengikatkan diri kepada
seorang tertanggung dengan menerima suatu premi, untuk memberikan suatu penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan, atau
kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa yang tidak menentu. Sedangkan
menurut Salim 2000, asuransi adalah suatu kemauan untuk memetapkan kerugian-kerugian kecil yang sudah pasti sebagai
pengganti kerugian-kerugian besar yang belum pasti. Tujuan asuransi kesehatan adalah membayar biaya rumah sakit.
biaya pengbatan, dan mengganti kerugian tertanggung atas hilangnya pendapatannya karena cidera akibat kecelakan atau penyakit Ali,
1993.
commit to user
xvi Berikut ini adalah contoh asuransi kesehatan yang berhubungan
dengan topik skripsi:
a Askes Sosial
Pada awal tahun 1980, harga minyak turun drastis, sehingga pendapatan pemerintah turun drastis juga. Pemerintah merasakan
beban subsidi yang dipikul terlalu besar, sehingga kurang mampu mensubsidi biaya kesehatan. Hal ini kemudian menjadi awal
perlunya merubah paradigma sistem kesehatan nasional dan salah satunya melalui sistem asuransi Thabrany, 2000.
Pada awalnya asuransi hanya berkisar pada pekerja industri dan tidak dapat secara penuh dilaksanakan. Alasannya adalah tidak
adanya permintaan dan tidak adanya peraturan yang mendukung. Awal tahun 1980, mekanisme asuransi terus berkembang hingga
tahun 1992, berdirilah PT Askes, yang bercikal bakal dari Perum Husada Bakti. PT Askes mengembangkan program asuransi dan
khusus untuk tenaga kerja ditangani oleh anak perusahaannya yang bernama PT Jamsostek. Di tahun 1992 terbit peraturan yang
melandasi asuransi sosial bagi masyarakat melalui Jaring Pengaman Kesehatan Masyarakat JPKM Thabrany, 2000.
JPKM menggabungkan dan mengkoordinasikan program asuransi Askes bagi pegawai negeri, Astek bagi pegawai swasta, asuransi
commit to user
xvii kesehatan swasta, dan program dana sehat bagi komunitas Ali,
1993. Program Asuransi Kesehatan Sosial merupakan penugasan
Pemerintah kepada PT.Askes Persero melalui Peraturan Pemerintah No. 69 tahun 1991 dengan peserta Pegawai Negeri
Sipil, Pejabat Negara, Penerima Pensiun PNS, Penerima Pensiun TNIPolri, Penerima Pensiun Pejabat Negara, Veteran dan Perintis
Kemerdekaan yang membayar iuran untuk jaminan Pemeliharaan kesehatan, serta Pegawai Negeri Tidak Tetap DokterDokter
GigiBidan –
PTT, melalui
SK Menkes
nomor 1540MENKESSKXII2002, tentang Penempatan Tenaga Medis
Melalui Masa Bakti Dan Cara Lain. Isteri atau suami dan anak yang sah dan atau anak angkat dan peserta yang mendapat
tunjangan keluarga
sebagaimana diatur
dalam peraturan
perundangan yang berlaku dengan ketentuan belum mencapai usia 21 tahun, belum menikah, belum berpenghasilan dan masih
menjadi tanggungan peserta atau sampai usia 25 tahun bagi yang masih mengikuti pendidikan formal. Jumlah anak yang ditanggung
adalah dua anak Keppres No.l6 tahun 1994. Hak sebagai peserta Askes yaitu:
1 Memiliki Kartu Askes, untuk dapat dilayani pada fasilitas
kesehatan yang ditunjuk sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
commit to user
xviii 2
Memperoleh penjelasan tentang hak, kewajiban serta tata cara pelayanan kesehatan.
3 Menyampaikan keluhan baik secara lisan telepon atau datang
langsung atau tertulis, ke Kantor PT Askes Persero setempat. Sedangkan, kewajiban yang harus dipenuhi meliputi:
membayar iuran, memberikan data identitas diri untuk penerbitan Kartu Askes, mentaati semua ketentuan dan prosedur pelayanan
kesehatan yang berlaku, serta menjaga Kartu Askes agar tidak rusak, hilang atau dimanfaatkan oleh pihak yang tidak berhak.
Peserta mendapatkan pelayanan kesehatan dari Pemberi Pelayanan Kesehatan PPK yang bekerjasama dengan PT. Askes
Persero, yang terdiri dari: 1
Puskesmas, Dokter Keluarga, Klinik dan Balai Pengobatan Umum
2 Rumah Sakit Pemerintah
3 Rumah Sakit TNIPOLRISwasta
4 Rumah Sakit Swasta tertentu
5 Unit Pelayanan Transfusi Darah UPTDPMI
6 Apotik
7 Optikal
8 Balai Pengobatan Khusus BP Paru, BP Mata dan
sebagainya
commit to user
xix 9
Laboratorium Kesehatan Daerah di seluruh Indonesia PT ASKES, 2009
b Jamkesmas
Merupakan bantuan sosial untuk pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin di seluruh Indonesia, yang bersasaran pada
masyarakat miskin dan mendekati miskin atau tidak mampu, dengan jumlah sasaran 76,4 juta tujuh puluh enam juta empat ratus
ribu jiwa. Pengelolanya adalah Depkes R.I. dan dibantu oleh PT Askes. Puskesmas dan jaringannya, Rumah Sakit, dan Sarana
Pelayanan Kesehatan lainnya yang ditunjuk dapat menjadi Pemberi Pelayanan Kesehatan PPK bagi pasien yang telah menjadi peserta
Jamkesmas Depkes R.I, 2008. Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28 H dan Undang-Undang
Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan, menetapkan bahwa setiap orang berhak mendapatkan pelayanan kesehatan. Karena itu
setiap individu, keluarga dan masyarakat berhak memperoleh perlindungan
terhadap kesehatannya,
dan negara
bertanggungjawab mengatur agar terpenuhi hak hidup sehat bagi penduduknya termasuk bagi masyarakat miskin dan tidak mampu.
Derajat kesehatan masyarakat miskin berdasarkan indikator Angka Kematian Bayi AKB dan Angka Kematian Ibu AKI di
Indonesia, masih cukup tinggi, yaitu AKB sebesar 26,9 per 1000
commit to user
xx kelahiran hidup dan AKI sebesar 248 per 100.000 kelahiran hidup
serta Umur Harapan Hidup 70,5 tahun BPS 2007. Derajat kesehatan masyarakat miskin yang masih rendah tersebut
diakibatkan karena sulitnya akses terhadap pelayanan kesehatan Depkes R.I., 2002.
Kesulitan akses pelayanan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti tidak adanya kemampuan secara ekonomi
dikarenakan biaya kesehatan memang mahal. Untuk menjamin akses penduduk miskin terhadap pelayanan kesehatan sebagaimana
diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar 1945, sejak tahun 2005 telah diupayakan untuk mengatasi hambatan dan kendala tersebut
melalui pelaksanaan kebijakan Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Miskin. Program ini diselenggarakan oleh
Departemen Kesehatan melalui penugasan kepada PT Askes Persero berdasarkan SK Nomor 1241Menkes SKXI2004,
tentang penugasan PT Askes Persero dalam pengelolaan program pemeliharaan kesehatan bagi masyarakat miskin Depkes R.I.,
2002. Program ini dalam perjalanannya terus diupayakan untuk
ditingkatkan melalui
perubahan-perubahan sampai
dengan penyelenggaraan program tahun 2008. Perubahan mekanisme yang
mendasar adalah adanya pemisahan peran pembayar dengan
commit to user
xxi verifikator melalui penyaluran dana langsung ke Pemberi
Pelayanan Kesehatan PPK dari Kas Negara, penggunaan tarif paket Jaminan Kesehatan Masyarakat di RS, penempatan
pelaksana verifikasi di setiap Rumah Sakit, pembentukan Tim Pengelola dan Tim Koordinasi di tingkat Pusat, Propinsi, dan
KabupatenKota serta penugasan PT Askes Persero dalam manajemen kepesertaan. Untuk menghindari kesalahpahaman
dalam penjaminan terhadap masyarakat miskin yang meliputi sangat miskin, miskin dan mendekati miskin, program ini berganti
nama menjadi Jaminan Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Jamkesmas dengan tidak ada perubahan jumlah sasaran
Depkes R.I., 2002. Tujuan umum dari Jamkesmas adalah meningkatnya akses
dan mutu pelayanan kesehatan terhadap seluruh masyarakat miskin dan tidak mampu agar tercapai derajat kesehatan masyarakat yang
optimal secara efektif dan efisien. Sedangkan tujuan khusus meliputi:
1 Meningkatnya cakupan masyarakat miskin dan tidak mampu
yang mendapat pelayanan kesehatan di puskesmas serta jaringannya dan di rumah sakit
2 Meningkatnya kualitas pelayanan kesehatan bagi masyarakat
miskin
commit to user
xxii 3
Terselenggaranya pengelolaan keuangan yang transparan dan akuntabel Depkes R.I., 2002.
c Pasien Umum
Merupakan pasien yang membayar jasa pelayanan kesehatan secara langsung, tanpa asuransi.
2. Pelayanan Kesehatan dan Kualitas Pelayanan Kesehatan
a. Definisi
Pengertian dari pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan secara sendiri atau secara bersama-sama dalam
suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan
kesehatan perseorangan, keluarga, kelompok, dan ataupun masyarakat Azwar, 1994.
Mengupayakan kesembuhan pasien secara optimal melalui prosedur dan tindakan yang dapat dipertanggungjawabkan
Mulyadi dkk, 1992. Zeithmalh, dkk 1990 menyatakan bahwa dalam menilai
kualitas jasapelayanan, terdapat sepuluh ukuran kualitas jasa pelayanan,
yaitu:
tangible
nyataberwujud,
reliability
commit to user
xxiii keandalan,
responsiveness
Cepat tanggap,
c
ompetence
kompetensi,
access
kemudahan, c
ourtesy
keramahan, c
ommunication
komunikasi, c
redibility
kepercayaan, s
ecurity
keamanan, u
nderstanding the customer
pemahaman pelanggan. Namun, dalam perkembangan selanjutnya dalam penelitian
dirasakan adanya dimensi mutu pelayanan yang saling tumpang tindih satu dengan yang lainnya yang dikaitkan dengan kepuasan
pelanggan. Selanjutnya oleh Parasuraman, dkk 1990 dimensi tersebut difokuskan menjadi 5 dimensi ukuran kualitas
jasapelayanan, yaitu : 1
Tangible
berwujud; meliputi penampilan fisik dari fasilitas, peralatan, karyawan dan alat-alat komunikasi.
2
Realibility
keandalan; yakni kemampuan untuk melaksanakan jasa yang telah dijanjikan secara konsisten dan dapat
diandalkan akurat. 3
Responsiveness
cepat tanggap; yaitu kemauan untuk membantu pelanggan konsumen dan menyediakan jasa
pelayanan yang cepat dan tepat. 4
Assurance
kepastian; mencakup pengetahuan dan keramah- tamahan para karyawan dan kemampuan mereka untuk
menimbulkan kepercayaan dan keyakinan, kesopanan dan sifat
commit to user
xxiv dapat dipercaya yang dimiliki para staf, bebas dari bahaya,
risiko atau keragu-raguan. 5
Empathy
empati; meliputi pemahaman pemberian perhatian secara individual kepada pelanggan, kemudahan dalam
melakukan komunikasi yang baik, dan memahami kebutuhan pelanggan.
b. Kualitas pelayanan kesehatan
Arti dari kualitas peleyanan kesehatan adalah yang merujuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan yang di suatu
pihak dapat menimbulkan kepuasan kepada setiap pasien sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk, serta di pihak lain tata
cara penyelengaraanya sesuai dengan kode etik serta standar pelayanan yang telah ditetapkan Azrul, 1996.
Sementara itu hal-hal yang dapat memprediksi kepuasan itu banyak macamnya, di antaranya seperti yang dimaksud Carmel
1985, selain faktor pelayanan adalah hubungan antar faktor pribadi, faktor sistem dan prosedur, faktor sarana fisik, dan faktor
kemudahan pelayanan. Kepuasan menjadi penting karena menyangkut kesinambungan atau kontinuitas dari pelayanan
kesehatan. Telah dibuktikan dalam penelitian oleh Marquis 1983, yang menyebutkan bahwa ada kecenderungan yang tinggi dari
pasien untuk beralih ke tempat pelayanan kesehatan yang lain
commit to user
xxv apabila mereka tidak puas. Maka diperlukan usaha-usaha untuk
memaksimalkan faktor kepuasan itu sendiri. Usaha-usaha tersebut, diungkapkan oleh Cooper 1982, harus memperhatikan ruang
lingkup pelayanan kesehatan yang mencakup empat elemen utama yaitu; sistem teknologi, sistem budaya dan cara hidup, sistem
ekonomi dan demografi, serta sistem politik dan peraturan. Adapun faktor penerapan standar profesi dan kode etik
merupakan faktor yang turut menentukan kualitas pelayanan, sekaligus merupakan kewajiban dalam pelaksanaanya seperti kata
Suratman 1994 dan Azwar 1996, rumah sakit maupun tenaga kesehatan harus memperhatikan norma, etika, dan hukum yang
berlaku di dalam memberikan pelayanan kesehatan yang mengacu pada kepuasan pasien.
c. Dimensi Kepuasan
Menurut Azwar 1996 bahwa dimensi kepuasan dapat dibedakan menjadi dua, yang pertama adalah kepuasan pemakai
jasa kesehatan terbatas hanya pada kesesuaian dengan standar dan kode etik profesi saja. Suatu pelayanan kesehatan disebut sebagai
pelayanan kesehatan yang bermutu apabila penerapan standar dan kode etik profesi dapat memuaskan pasien. Menurut Azwar 1996
ukuran-ukuran yang dimaksud pada dasarnya mencakup penilaian
commit to user
xxvi terhadap kepuasan pasien mengenai hubungan dokter - pasien,
kenyaman pelayanan, kebebasan melakukan pilihan, pengetahuan dan kompetensi teknis, efektifitas pelayanan, dan keamanan
tindakan. Yang kedua adalah kepuasan yang mengacu pada penerapan
semua persyaratan pelayanan kesehatan. Suatu pelayanan kesehatan disebut bermutu apabila penerapan semua persyaratan
pelayanan kesehatan dapat
memuaskan pasien mengenai ketersediaan pelayanan kesehatan, kewajaran pelayanan kesehatan,
kesinambungan pelayanan kesehatan, penerimaan pelayanan kesehatan, ketercapaian pelayanan kesehatan, keterjangkauan
pelayanan kesehatan, efisiensi pelayanan kesehatan, mutu pelayanan kesehatan Azwar, 1996.
Jika dibandingkan kedua kelompok dimensi kepuasan ini, segeralah terlihat bahwa dimensi kepuasan yang kedua bersifat
ideal. Oleh karena penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang memenuhi semua persyaratan pelayanan, tidaklah semudah yang
diperkirakan. Untuk mengatasi masalah ini, lazim diterapkan prinsip kepuasan yang terkombinasi secara selektif dalam arti
penerapan dimensi kepuasan kelompok pertama dilakukan secara optimal, sedangkan penerapan dimensi kepuasan kelompok kedua
commit to user
xxvii dilakukan secara selektif yakni hanya yang sesuai kebutuhan dan
kemampuan saja Azwar, 1996.
3. Persepsi Pasien dan Pengaruh Metode Pembiayaan, Umur,
Pendapatan, dan Pendidikan
Prasetijo dan Ihalauw 2005 menyatakan salah satu faktor internal yang mempengaruhi pembentukan persepsi orang adalah
pengalaman dan kebutuhannya saat itu. Sedangkan menurut Juran 1995 pelanggan menyatakan
kebutuhannya atas dasar persepsinya. Persepsi juga sangat dipengaruhi karakteristik pribadi dan situasi pada saat itu
Hendrartini, 2002. Karakteristik pribadi juga dapat mempengaruhi persepsi Robbis, 2001. Persepsi pelanggan terhadap produk atau
jasa berpengaruh terhadap kepuasan pelanggan. Kepuasan bersifat subyektif tergantung dari latar belakang tiap individu, sehingga tiap
individu dapat saja merasakan tingkat kepuasan yang berbeda untuk jenis pelayanan yang sama Azwar, 1996.
Terdapat perbedaan persepsi tentang kebutuhan pelayanan kesehatan secara bermakna jika dilihat berdasarkan usia, pendidikan
dan pendapatan pasien. Umur mempengaruhi cara manusia berpersepsi, status sosioekonomi, pendidikan dan tingkat pendapatan
mempengaruhi permintaan terhadap upaya pemeliharaan kesehatan.
commit to user
xxviii Dalam menilai kinerja staf kesehatan dalam memenuhi kebutuhan
pasien, persepsi pelanggan tidak menunjukkan perbedaan bermakna jika dilihat berdasarkan jenis kelamin. Hal ini sesuai dengan hasil
penelitian Carmel 1985 menunjukkan bahwa jenis kelamin tidak terkait dengan tingkat kepuasan. Tetapi jika dilihat berdasarkan usia,
pendidikan, cara pembiayaan kesehatan dan tingkat pendapatan pelanggan eksternal, terdapat perbedaan persepsi tentang pemenuhan
kebutuhan pelayanan kesehatan.
4. Rumah Sakit
a. Definisi
Rumah sakit adalah sebuah institusi perawatan kesehatan
profesional yang pelayanannya disediakan oleh dokter
, perawat
, dan tenaga ahli kesehatan lainnya Wikipedia, 2010. b. Tugas dan Fungsi
Berikut merupakan tugas sekaligus fungsi dari rumah sakit, yaitu :
1 Melaksanakan pelayanan medis, pelayanan penunjang medis,
2 Melaksanakan
pelayanan medis
tambahan, pelayanan
penunjang medis tambahan, 3
Melaksanakan pelayanan kedokteran kehakiman, 4
Melaksanakan pelayanan medis khusus, 5
Melaksanakan pelayanan rujukan kesehatan,
commit to user
xxix 6
Melaksanakan pelayanan kedokteran gigi, 7
Melaksanakan pelayanan kedokteran sosial, 8
Melaksanakan pelayanan penyuluhan kesehatan, 9
Melaksanakan pelayanan rawat jalan atau rawat darurat dan rawat tinggal observasi,
10 Melaksanakan pelayanan rawat inap,
11 Melaksanakan pelayanan administratif,
12 Melaksanakan pendidikan para medis,
13 Membantu pendidikan tenaga medis umum,
14 Membantu pendidikan tenaga medis spesialis,
15 Membantu penelitian dan pengembangan kesehatan,
16 Membantu kegiatan penyelidikan epidemiologi Wikipedia,
2010.
5. Rawat Inap
Rawat inap adalah pelayanan pengobatan kepada penderita di suatu fasilitas pelayanan kesehatan yang oleh karena penyakitnya
penderita harus menginap di fasilitas kesehatan tersebut. Yang dimaksud dengan penderita adalah seseorang yang mengalami
menderita sakit atau mengidap suatu penyakit. Yang dimaksud dengan fasilitas pelayanan kesehatan adalah rumah sakit baik milik pemerintah
maupun swasta dan Puskesmas Perawatan Dinkes Jatim, 2004.
commit to user
xxx Kurniati 2002 juga menyebutkan pengertian dari rawat inap adalah
pemeliharaan kesehatan
di rumah
sakit dimana
penderita tinggalmondok sedikitnya satu hari, berdasarkan rujukan dari
pelaksana pelayanan kesehatan tingkat I atau dokter spesialis yang ditunjuk.
Jenis pelayanan yang diberikan meliputi : mondok dan makan sesuai dengan kebutuhan gizi, visit atau konsul ahli sekurangnya 1
satu kali sehari, tindakan medis, obat- obatan dan alat kesehatan, penunjang diagnostik, dan operasi Kurniati, 2002.
commit to user
xxxi
B. Kerangka Pemikiran
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran
Selera
Suasana Hati Pasien
Metode Pembiayaan
Langsung Umum
Pasien Rawat Inap ASKES Sosial
JAMKESMAS
Pelayanan Bangsal Rawat Inap Pasien
Umum
Standar Pelayanan Pelayanan Kesehatan
Sarana Kesehatan Yang Bermutu
Terdapat Perbedaan Atau Persamaan
Persepsi Kualitas Pelayanan Menurut
Pasien Pelayanan Bangsal
Rawat Inap Pasien ASKES
Pelayanan Bangsal Rawat Inap Pasien
JAMKESMAS
Pendapatan Metode
Fee For Service
Klaim RS dan Jasa Doker
Klaim RS dan Jasa Doker
Terdapat Perbedaan Atau Persamaan Pelayanan Bangsal Rawat Inap
Umur Pendidikan
commit to user
xxxii
C. Hipotesis