Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Kerangka Pemikiran

commit to user xiii dan persepsi kualitas pelayanan kesehatan pasien umum, pasien Askes, dan pasien Jamkesmas di Rumah Sakit Dr Moewardi.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka perumusan masalah untuk penelitian ini sebagai berikut: adakah hubungan antara metode pembiayaan dengan persepsi kualitas pelayanan kesehatan pasien umum, pasien Askes, dan pasien Jamkesmas di RSUD Tipe A?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara metode pembiayaan dengan persepsi kualitas pelayanan rawat inap pasien umum, pasien Askes, dan pasien Jamkesmas di RSUD Tipe A. Karena, pada survei awal, didapatkan beberapa keluhan dari pasien RSUD Dr. Moewardi Rumah Sakit Tipe A ditinjau dari segi pelayanan kesehatan yang mereka dapatkan, dan menganalisa hasilnya.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis Bagi RSUD Dr. Moewardi Rumah Sakit Tipe A sebagai cermin sejauh mana pelayanan kesehatan yang diberikan dapat commit to user xiv memberikan kepuasan kepada pasien khususnya kepada masyarakat miskin dan tidak mampu sehingga dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat kepada rumah sakit dalam memberikan pelayanan kesehatan. 2. Manfaat praktis a. Sebagai wahana belajar untuk mengetahui secara konkrit problem atau masalah-masalah perbedaan persepsi pasien berhadapan dengan kualitas pelayanan bangsal rawat inap, khususnya Rumah Sakit. b. Menemukan adanya perbedaan persepsi kualitas I pelayanan kesehatan antara pasien umum, pasien Askes, I dan pasien Jamkesmas di Rumah Sakit Dr I Moewardi. c. Dengan penelitian ini diharapkan Rumah Sakit atau siapa pun yang memberikan pelayanan kesehatan akan lebih bijaksana dalam menjalankan tugasnya mengabdi kepada masyarakat pasien dalam hal kualitas pelayanan kesehatan. commit to user xv BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Metode Pembiayaan

a. Asuransi 1 Definisi Menurut Ali 1993, asuransipertanggungan adalah suatu perjanjian, dengan nama seorang penanggung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung dengan menerima suatu premi, untuk memberikan suatu penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa yang tidak menentu. Sedangkan menurut Salim 2000, asuransi adalah suatu kemauan untuk memetapkan kerugian-kerugian kecil yang sudah pasti sebagai pengganti kerugian-kerugian besar yang belum pasti. Tujuan asuransi kesehatan adalah membayar biaya rumah sakit. biaya pengbatan, dan mengganti kerugian tertanggung atas hilangnya pendapatannya karena cidera akibat kecelakan atau penyakit Ali, 1993. commit to user xvi Berikut ini adalah contoh asuransi kesehatan yang berhubungan dengan topik skripsi: a Askes Sosial Pada awal tahun 1980, harga minyak turun drastis, sehingga pendapatan pemerintah turun drastis juga. Pemerintah merasakan beban subsidi yang dipikul terlalu besar, sehingga kurang mampu mensubsidi biaya kesehatan. Hal ini kemudian menjadi awal perlunya merubah paradigma sistem kesehatan nasional dan salah satunya melalui sistem asuransi Thabrany, 2000. Pada awalnya asuransi hanya berkisar pada pekerja industri dan tidak dapat secara penuh dilaksanakan. Alasannya adalah tidak adanya permintaan dan tidak adanya peraturan yang mendukung. Awal tahun 1980, mekanisme asuransi terus berkembang hingga tahun 1992, berdirilah PT Askes, yang bercikal bakal dari Perum Husada Bakti. PT Askes mengembangkan program asuransi dan khusus untuk tenaga kerja ditangani oleh anak perusahaannya yang bernama PT Jamsostek. Di tahun 1992 terbit peraturan yang melandasi asuransi sosial bagi masyarakat melalui Jaring Pengaman Kesehatan Masyarakat JPKM Thabrany, 2000. JPKM menggabungkan dan mengkoordinasikan program asuransi Askes bagi pegawai negeri, Astek bagi pegawai swasta, asuransi commit to user xvii kesehatan swasta, dan program dana sehat bagi komunitas Ali, 1993. Program Asuransi Kesehatan Sosial merupakan penugasan Pemerintah kepada PT.Askes Persero melalui Peraturan Pemerintah No. 69 tahun 1991 dengan peserta Pegawai Negeri Sipil, Pejabat Negara, Penerima Pensiun PNS, Penerima Pensiun TNIPolri, Penerima Pensiun Pejabat Negara, Veteran dan Perintis Kemerdekaan yang membayar iuran untuk jaminan Pemeliharaan kesehatan, serta Pegawai Negeri Tidak Tetap DokterDokter GigiBidan – PTT, melalui SK Menkes nomor 1540MENKESSKXII2002, tentang Penempatan Tenaga Medis Melalui Masa Bakti Dan Cara Lain. Isteri atau suami dan anak yang sah dan atau anak angkat dan peserta yang mendapat tunjangan keluarga sebagaimana diatur dalam peraturan perundangan yang berlaku dengan ketentuan belum mencapai usia 21 tahun, belum menikah, belum berpenghasilan dan masih menjadi tanggungan peserta atau sampai usia 25 tahun bagi yang masih mengikuti pendidikan formal. Jumlah anak yang ditanggung adalah dua anak Keppres No.l6 tahun 1994. Hak sebagai peserta Askes yaitu: 1 Memiliki Kartu Askes, untuk dapat dilayani pada fasilitas kesehatan yang ditunjuk sesuai dengan ketentuan yang berlaku. commit to user xviii 2 Memperoleh penjelasan tentang hak, kewajiban serta tata cara pelayanan kesehatan. 3 Menyampaikan keluhan baik secara lisan telepon atau datang langsung atau tertulis, ke Kantor PT Askes Persero setempat. Sedangkan, kewajiban yang harus dipenuhi meliputi: membayar iuran, memberikan data identitas diri untuk penerbitan Kartu Askes, mentaati semua ketentuan dan prosedur pelayanan kesehatan yang berlaku, serta menjaga Kartu Askes agar tidak rusak, hilang atau dimanfaatkan oleh pihak yang tidak berhak. Peserta mendapatkan pelayanan kesehatan dari Pemberi Pelayanan Kesehatan PPK yang bekerjasama dengan PT. Askes Persero, yang terdiri dari: 1 Puskesmas, Dokter Keluarga, Klinik dan Balai Pengobatan Umum 2 Rumah Sakit Pemerintah 3 Rumah Sakit TNIPOLRISwasta 4 Rumah Sakit Swasta tertentu 5 Unit Pelayanan Transfusi Darah UPTDPMI 6 Apotik 7 Optikal 8 Balai Pengobatan Khusus BP Paru, BP Mata dan sebagainya commit to user xix 9 Laboratorium Kesehatan Daerah di seluruh Indonesia PT ASKES, 2009 b Jamkesmas Merupakan bantuan sosial untuk pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin di seluruh Indonesia, yang bersasaran pada masyarakat miskin dan mendekati miskin atau tidak mampu, dengan jumlah sasaran 76,4 juta tujuh puluh enam juta empat ratus ribu jiwa. Pengelolanya adalah Depkes R.I. dan dibantu oleh PT Askes. Puskesmas dan jaringannya, Rumah Sakit, dan Sarana Pelayanan Kesehatan lainnya yang ditunjuk dapat menjadi Pemberi Pelayanan Kesehatan PPK bagi pasien yang telah menjadi peserta Jamkesmas Depkes R.I, 2008. Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28 H dan Undang-Undang Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan, menetapkan bahwa setiap orang berhak mendapatkan pelayanan kesehatan. Karena itu setiap individu, keluarga dan masyarakat berhak memperoleh perlindungan terhadap kesehatannya, dan negara bertanggungjawab mengatur agar terpenuhi hak hidup sehat bagi penduduknya termasuk bagi masyarakat miskin dan tidak mampu. Derajat kesehatan masyarakat miskin berdasarkan indikator Angka Kematian Bayi AKB dan Angka Kematian Ibu AKI di Indonesia, masih cukup tinggi, yaitu AKB sebesar 26,9 per 1000 commit to user xx kelahiran hidup dan AKI sebesar 248 per 100.000 kelahiran hidup serta Umur Harapan Hidup 70,5 tahun BPS 2007. Derajat kesehatan masyarakat miskin yang masih rendah tersebut diakibatkan karena sulitnya akses terhadap pelayanan kesehatan Depkes R.I., 2002. Kesulitan akses pelayanan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti tidak adanya kemampuan secara ekonomi dikarenakan biaya kesehatan memang mahal. Untuk menjamin akses penduduk miskin terhadap pelayanan kesehatan sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar 1945, sejak tahun 2005 telah diupayakan untuk mengatasi hambatan dan kendala tersebut melalui pelaksanaan kebijakan Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Miskin. Program ini diselenggarakan oleh Departemen Kesehatan melalui penugasan kepada PT Askes Persero berdasarkan SK Nomor 1241Menkes SKXI2004, tentang penugasan PT Askes Persero dalam pengelolaan program pemeliharaan kesehatan bagi masyarakat miskin Depkes R.I., 2002. Program ini dalam perjalanannya terus diupayakan untuk ditingkatkan melalui perubahan-perubahan sampai dengan penyelenggaraan program tahun 2008. Perubahan mekanisme yang mendasar adalah adanya pemisahan peran pembayar dengan commit to user xxi verifikator melalui penyaluran dana langsung ke Pemberi Pelayanan Kesehatan PPK dari Kas Negara, penggunaan tarif paket Jaminan Kesehatan Masyarakat di RS, penempatan pelaksana verifikasi di setiap Rumah Sakit, pembentukan Tim Pengelola dan Tim Koordinasi di tingkat Pusat, Propinsi, dan KabupatenKota serta penugasan PT Askes Persero dalam manajemen kepesertaan. Untuk menghindari kesalahpahaman dalam penjaminan terhadap masyarakat miskin yang meliputi sangat miskin, miskin dan mendekati miskin, program ini berganti nama menjadi Jaminan Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Jamkesmas dengan tidak ada perubahan jumlah sasaran Depkes R.I., 2002. Tujuan umum dari Jamkesmas adalah meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan terhadap seluruh masyarakat miskin dan tidak mampu agar tercapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal secara efektif dan efisien. Sedangkan tujuan khusus meliputi: 1 Meningkatnya cakupan masyarakat miskin dan tidak mampu yang mendapat pelayanan kesehatan di puskesmas serta jaringannya dan di rumah sakit 2 Meningkatnya kualitas pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin commit to user xxii 3 Terselenggaranya pengelolaan keuangan yang transparan dan akuntabel Depkes R.I., 2002. c Pasien Umum Merupakan pasien yang membayar jasa pelayanan kesehatan secara langsung, tanpa asuransi.

2. Pelayanan Kesehatan dan Kualitas Pelayanan Kesehatan

a. Definisi Pengertian dari pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan secara sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perseorangan, keluarga, kelompok, dan ataupun masyarakat Azwar, 1994. Mengupayakan kesembuhan pasien secara optimal melalui prosedur dan tindakan yang dapat dipertanggungjawabkan Mulyadi dkk, 1992. Zeithmalh, dkk 1990 menyatakan bahwa dalam menilai kualitas jasapelayanan, terdapat sepuluh ukuran kualitas jasa pelayanan, yaitu: tangible nyataberwujud, reliability commit to user xxiii keandalan, responsiveness Cepat tanggap, c ompetence kompetensi, access kemudahan, c ourtesy keramahan, c ommunication komunikasi, c redibility kepercayaan, s ecurity keamanan, u nderstanding the customer pemahaman pelanggan. Namun, dalam perkembangan selanjutnya dalam penelitian dirasakan adanya dimensi mutu pelayanan yang saling tumpang tindih satu dengan yang lainnya yang dikaitkan dengan kepuasan pelanggan. Selanjutnya oleh Parasuraman, dkk 1990 dimensi tersebut difokuskan menjadi 5 dimensi ukuran kualitas jasapelayanan, yaitu : 1 Tangible berwujud; meliputi penampilan fisik dari fasilitas, peralatan, karyawan dan alat-alat komunikasi. 2 Realibility keandalan; yakni kemampuan untuk melaksanakan jasa yang telah dijanjikan secara konsisten dan dapat diandalkan akurat. 3 Responsiveness cepat tanggap; yaitu kemauan untuk membantu pelanggan konsumen dan menyediakan jasa pelayanan yang cepat dan tepat. 4 Assurance kepastian; mencakup pengetahuan dan keramah- tamahan para karyawan dan kemampuan mereka untuk menimbulkan kepercayaan dan keyakinan, kesopanan dan sifat commit to user xxiv dapat dipercaya yang dimiliki para staf, bebas dari bahaya, risiko atau keragu-raguan. 5 Empathy empati; meliputi pemahaman pemberian perhatian secara individual kepada pelanggan, kemudahan dalam melakukan komunikasi yang baik, dan memahami kebutuhan pelanggan. b. Kualitas pelayanan kesehatan Arti dari kualitas peleyanan kesehatan adalah yang merujuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan yang di suatu pihak dapat menimbulkan kepuasan kepada setiap pasien sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk, serta di pihak lain tata cara penyelengaraanya sesuai dengan kode etik serta standar pelayanan yang telah ditetapkan Azrul, 1996. Sementara itu hal-hal yang dapat memprediksi kepuasan itu banyak macamnya, di antaranya seperti yang dimaksud Carmel 1985, selain faktor pelayanan adalah hubungan antar faktor pribadi, faktor sistem dan prosedur, faktor sarana fisik, dan faktor kemudahan pelayanan. Kepuasan menjadi penting karena menyangkut kesinambungan atau kontinuitas dari pelayanan kesehatan. Telah dibuktikan dalam penelitian oleh Marquis 1983, yang menyebutkan bahwa ada kecenderungan yang tinggi dari pasien untuk beralih ke tempat pelayanan kesehatan yang lain commit to user xxv apabila mereka tidak puas. Maka diperlukan usaha-usaha untuk memaksimalkan faktor kepuasan itu sendiri. Usaha-usaha tersebut, diungkapkan oleh Cooper 1982, harus memperhatikan ruang lingkup pelayanan kesehatan yang mencakup empat elemen utama yaitu; sistem teknologi, sistem budaya dan cara hidup, sistem ekonomi dan demografi, serta sistem politik dan peraturan. Adapun faktor penerapan standar profesi dan kode etik merupakan faktor yang turut menentukan kualitas pelayanan, sekaligus merupakan kewajiban dalam pelaksanaanya seperti kata Suratman 1994 dan Azwar 1996, rumah sakit maupun tenaga kesehatan harus memperhatikan norma, etika, dan hukum yang berlaku di dalam memberikan pelayanan kesehatan yang mengacu pada kepuasan pasien. c. Dimensi Kepuasan Menurut Azwar 1996 bahwa dimensi kepuasan dapat dibedakan menjadi dua, yang pertama adalah kepuasan pemakai jasa kesehatan terbatas hanya pada kesesuaian dengan standar dan kode etik profesi saja. Suatu pelayanan kesehatan disebut sebagai pelayanan kesehatan yang bermutu apabila penerapan standar dan kode etik profesi dapat memuaskan pasien. Menurut Azwar 1996 ukuran-ukuran yang dimaksud pada dasarnya mencakup penilaian commit to user xxvi terhadap kepuasan pasien mengenai hubungan dokter - pasien, kenyaman pelayanan, kebebasan melakukan pilihan, pengetahuan dan kompetensi teknis, efektifitas pelayanan, dan keamanan tindakan. Yang kedua adalah kepuasan yang mengacu pada penerapan semua persyaratan pelayanan kesehatan. Suatu pelayanan kesehatan disebut bermutu apabila penerapan semua persyaratan pelayanan kesehatan dapat memuaskan pasien mengenai ketersediaan pelayanan kesehatan, kewajaran pelayanan kesehatan, kesinambungan pelayanan kesehatan, penerimaan pelayanan kesehatan, ketercapaian pelayanan kesehatan, keterjangkauan pelayanan kesehatan, efisiensi pelayanan kesehatan, mutu pelayanan kesehatan Azwar, 1996. Jika dibandingkan kedua kelompok dimensi kepuasan ini, segeralah terlihat bahwa dimensi kepuasan yang kedua bersifat ideal. Oleh karena penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang memenuhi semua persyaratan pelayanan, tidaklah semudah yang diperkirakan. Untuk mengatasi masalah ini, lazim diterapkan prinsip kepuasan yang terkombinasi secara selektif dalam arti penerapan dimensi kepuasan kelompok pertama dilakukan secara optimal, sedangkan penerapan dimensi kepuasan kelompok kedua commit to user xxvii dilakukan secara selektif yakni hanya yang sesuai kebutuhan dan kemampuan saja Azwar, 1996.

3. Persepsi Pasien dan Pengaruh Metode Pembiayaan, Umur,

Pendapatan, dan Pendidikan Prasetijo dan Ihalauw 2005 menyatakan salah satu faktor internal yang mempengaruhi pembentukan persepsi orang adalah pengalaman dan kebutuhannya saat itu. Sedangkan menurut Juran 1995 pelanggan menyatakan kebutuhannya atas dasar persepsinya. Persepsi juga sangat dipengaruhi karakteristik pribadi dan situasi pada saat itu Hendrartini, 2002. Karakteristik pribadi juga dapat mempengaruhi persepsi Robbis, 2001. Persepsi pelanggan terhadap produk atau jasa berpengaruh terhadap kepuasan pelanggan. Kepuasan bersifat subyektif tergantung dari latar belakang tiap individu, sehingga tiap individu dapat saja merasakan tingkat kepuasan yang berbeda untuk jenis pelayanan yang sama Azwar, 1996. Terdapat perbedaan persepsi tentang kebutuhan pelayanan kesehatan secara bermakna jika dilihat berdasarkan usia, pendidikan dan pendapatan pasien. Umur mempengaruhi cara manusia berpersepsi, status sosioekonomi, pendidikan dan tingkat pendapatan mempengaruhi permintaan terhadap upaya pemeliharaan kesehatan. commit to user xxviii Dalam menilai kinerja staf kesehatan dalam memenuhi kebutuhan pasien, persepsi pelanggan tidak menunjukkan perbedaan bermakna jika dilihat berdasarkan jenis kelamin. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Carmel 1985 menunjukkan bahwa jenis kelamin tidak terkait dengan tingkat kepuasan. Tetapi jika dilihat berdasarkan usia, pendidikan, cara pembiayaan kesehatan dan tingkat pendapatan pelanggan eksternal, terdapat perbedaan persepsi tentang pemenuhan kebutuhan pelayanan kesehatan.

4. Rumah Sakit

a. Definisi Rumah sakit adalah sebuah institusi perawatan kesehatan profesional yang pelayanannya disediakan oleh dokter , perawat , dan tenaga ahli kesehatan lainnya Wikipedia, 2010. b. Tugas dan Fungsi Berikut merupakan tugas sekaligus fungsi dari rumah sakit, yaitu : 1 Melaksanakan pelayanan medis, pelayanan penunjang medis, 2 Melaksanakan pelayanan medis tambahan, pelayanan penunjang medis tambahan, 3 Melaksanakan pelayanan kedokteran kehakiman, 4 Melaksanakan pelayanan medis khusus, 5 Melaksanakan pelayanan rujukan kesehatan, commit to user xxix 6 Melaksanakan pelayanan kedokteran gigi, 7 Melaksanakan pelayanan kedokteran sosial, 8 Melaksanakan pelayanan penyuluhan kesehatan, 9 Melaksanakan pelayanan rawat jalan atau rawat darurat dan rawat tinggal observasi, 10 Melaksanakan pelayanan rawat inap, 11 Melaksanakan pelayanan administratif, 12 Melaksanakan pendidikan para medis, 13 Membantu pendidikan tenaga medis umum, 14 Membantu pendidikan tenaga medis spesialis, 15 Membantu penelitian dan pengembangan kesehatan, 16 Membantu kegiatan penyelidikan epidemiologi Wikipedia, 2010.

5. Rawat Inap

Rawat inap adalah pelayanan pengobatan kepada penderita di suatu fasilitas pelayanan kesehatan yang oleh karena penyakitnya penderita harus menginap di fasilitas kesehatan tersebut. Yang dimaksud dengan penderita adalah seseorang yang mengalami menderita sakit atau mengidap suatu penyakit. Yang dimaksud dengan fasilitas pelayanan kesehatan adalah rumah sakit baik milik pemerintah maupun swasta dan Puskesmas Perawatan Dinkes Jatim, 2004. commit to user xxx Kurniati 2002 juga menyebutkan pengertian dari rawat inap adalah pemeliharaan kesehatan di rumah sakit dimana penderita tinggalmondok sedikitnya satu hari, berdasarkan rujukan dari pelaksana pelayanan kesehatan tingkat I atau dokter spesialis yang ditunjuk. Jenis pelayanan yang diberikan meliputi : mondok dan makan sesuai dengan kebutuhan gizi, visit atau konsul ahli sekurangnya 1 satu kali sehari, tindakan medis, obat- obatan dan alat kesehatan, penunjang diagnostik, dan operasi Kurniati, 2002. commit to user xxxi

B. Kerangka Pemikiran

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Selera Suasana Hati Pasien Metode Pembiayaan Langsung Umum Pasien Rawat Inap ASKES Sosial JAMKESMAS Pelayanan Bangsal Rawat Inap Pasien Umum Standar Pelayanan Pelayanan Kesehatan Sarana Kesehatan Yang Bermutu Terdapat Perbedaan Atau Persamaan Persepsi Kualitas Pelayanan Menurut Pasien Pelayanan Bangsal Rawat Inap Pasien ASKES Pelayanan Bangsal Rawat Inap Pasien JAMKESMAS Pendapatan Metode Fee For Service Klaim RS dan Jasa Doker Klaim RS dan Jasa Doker Terdapat Perbedaan Atau Persamaan Pelayanan Bangsal Rawat Inap Umur Pendidikan commit to user xxxii

C. Hipotesis

Dokumen yang terkait

Analisis Persepsi Pasien Pulang Atas Permintaan Sendiri (PAPS) terhadap Kualitas Pelayanan dan Harga di Ruang Rawat Inap Terpadu (Rindu) A RSUP Haji Adam Malik Medan Tahun 2013

21 191 115

Profil Penggunaan Antibiotik Pada Pasien Anak Rawat Jalan Penderita Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) di Rumah Sakit Haji Medan Periode Januari – Juni 2012

15 138 89

Analisis Persepsi Keputusan Pasien Pulang Atas Permintaan Sendiri (PAPS) terhadap Mutu Pelayanan dan Kepuasan di Ruang Rawat Inap Vip Rsud Tahun 2014

15 101 127

Pengaruh Kepribadian Dengan Perilaku Caring Perawat Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi Medan

12 74 101

Pengaruh Persepsi Pasien Tentang Mutu Pelayanan Rawat Inap Terhadap Minat Memanfaatkan Kembali Di Badan Rumah Sakit Umum Deli Serdang Tahun 2003

1 29 88

Potensi Interaksi Obat Antidiabetes pada Pasien Rawat Inap Diabetes Melitus Tipe 2 Di RSUD Dr. Pirngadi Medan Juli-Desember 2014

2 74 92

HUBUNGAN KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN DENGAN KEPUASAN PASIEN RAWAT INAP JAMKESMAS DI RSUD SALATIGA

18 133 164

HUBUNGAN KUALITAS PELAYANAN RAWAT INAP DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DI BANGSAL MAWAR I RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA

0 4 69

HUBUNGAN KUALITAS PELAYANAN DENGAN KEPUASAN PASIEN RAWAT INAP DI RSUD DR. SAYIDIMAN MAGETAN Hubungan Kualitas Pelayanan Dengan Kepuasan Pasien Rawat Inap Di RSUD Dr. Sayidiman Magetan.

0 2 10

HUBUNGAN KUALITAS PELAYANAN DENGAN KEPUASAN PASIEN RAWAT INAP DI RSUD DR. SAYIDIMAN MAGETAN Hubungan Kualitas Pelayanan Dengan Kepuasan Pasien Rawat Inap Di RSUD Dr. Sayidiman Magetan.

0 3 14