Karakteristik Informan Scanning HASIL DAN PEMBAHASAN

38

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Karakteristik Informan

Informan dalam penelitian ini adalah Kepala Perpustakaan dan Pegawai pelaksana kegiatan digitalisasi koleksi antiquariat di Perpustakaan Khusus Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Adapun karakteristik dari para informan tersebut adalah sebagai berikut : Tabel 4.1 : Karakteristik Informan Informan Pertama I 1 adalah responden yang berhasil diwawancarai dengan perkenalan pendekatan terlebih dahulu, begitu juga dengan informan kedua I 2 . Responden kemudian diminta waktu dan kesediaannya untuk diwawancarai, dengan menjelaskan terlebih dahulu maksud dan tujuan pada penelitian yang akan dilakukan. I 1 diwawancarai bertempat di Perpustakaan Khusus Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Setelah tahap perkenalan, kemudian dilakukan wawancara terhadap responden. No Kode Status 1 I 1 Kepala Perpustakaan 2 I 2 Pegawai Pelaksana Universitas Sumatera Utara 39 Wawancara berlangsung secara informal, dimana wawancara dilakukan dengan pedoman wawancara. Suasana dan kondisi wawancara bersifat alamiah artinya apa adanya dan tidak dibuat-buat atau tidak diatur sedemikian rupa untuk tujuan tertentu. Begitu juga dengan bahasa yang digunakan tidak formal informal. Pelaksanaan wawancara dilakukan secara substantif, artinya tidak diharuskan pada suatu tempat. Suasana dan kondisi wawancara bersifat latar alamiah, artinya kondisi dan suasana yang apa adanya, yang tidak diatur sedemikian rupa untuk tujuan tertentu. Begitu juga dengan bahasa yang digunakan. Bahasa yang digunakan selama percakapan adalah bahasa informal. Meskipun terkadang penulis menggunakan istilah dalam bidang Ilmu Perpustakaan. Bahasa informal juga digunakan untuk memancing percakapan awal kepada informan, kemudian menggunakan pedoman wawancara. Percakapan berkembang sesuai dengan jawaban yang diberikan informan. Wawancara dilakukan berulang jika penulis merasa masih ada yang perlu ditambahi atau kurang jelas dari wawancara sebelumnya.

4.2 Hasil Analisis Data

Analisis data merupakan upaya mencari dan menata secara sistematis catatan hasil observasi, wawancara dan lainnya untuk meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti dan menyajikannya sebagai temuan kepada orang lain dengan tahapan-tahapan yang dilakukan adalah reduksi data, display data, mengambil keputusan dan verifikasi data. Berdasarkan kegiatan analisis data yang dilakukan saat Universitas Sumatera Utara 40 proses digitalisasi koleksi antiquariat di Perpustakaan Khusus Pusat Penelitian Kelapa Sawit terdapat beberapa kategori. Penulis dapat menurunkan lima kategori yang berkaitan dengan digitalisasi koleksi antiquariat. Adapun kelima kategori itu adalah, sebagai berikut: 1. Pelestarian Koleksi Antiquariat 2. Proses Digitalisasi : Scanning, Editing, Uploading 3. Alat Alih Media 4. Inisiatif 5. Kondisi Koleksi Antiquariat

4.2.1 Pelestarian Koleksi Antiquariat

Kategori pertama yang diperoleh dari hasil transkrip wawancara adalah pelestarian koleksi antiquariat. Pelestarian koleksi dilakukan guna mengusahakan agar koleksi selalu tersedia dan siap pakai. Hal ini dilakukan dengan melestarikan bentuk fisik bahan pustaka, melestarikan informasi yang terkandung didalamnya dengan alih media atau melestarikan kedua-duanya bentuk fisik maupun kandungan informasi. Untuk mengetahui pelestarian koleksi antiquariat yang dilakukan oleh pihak perpustakaan, maka peneliti mewawancarai informan pertama I 1 . Berikut adalah petikan hasil wawancara mengenai pelestarian koleksi antiquariat : Kegiatan pelestarian koleksi antiquariat yang dirancang oleh pihak Perpustakaan Khusus Pusat Penelitian Kelapa Sawit selain dari proses alih media. Universitas Sumatera Utara 41 “Dalam pelestarian koleksi antiquariat tidak ada kegiatan khusus yang dilakukan terhadap koleksi antiquariat. Kegiatan-kegiatan seperti preservasi, menghilangkan jamur-jamur pada buku, pengawetan yang harus dilakukan pada setiap lembaran buku, buku harus dirusak dan dibuka jilidannya tidak dilakukan lagi karena sudah adanya alat alih media yang memudahkan dalam pelaksanaan digitalisasi koleksi antiquariat. Tujuan pembelian alat alih media agar jilidan buku tidak perlu lagi dibuka pada saat proses digitalisasi.’’ Dari pernyataan yang diungkapkan oleh I 1 di atas dapat diketahui bahwa Perpustakaan Khusus Pusat Penelitian Kelapa Sawit tidak memiliki kegiatan pelestarian koleksi antiquariat seperti pengawetan, preservasi dan menghilangkan jamur-jamur pada buku karena Perpustakaan Khusus Pusat Penelitian Kelapa Sawit telah memiliki alat alih media khusus agar jilidan buku tidak perlu lagi dibuka pada saat melaksanakan kegiatan proses digitalisasi koleksi antiquariat.

4.2.2 Proses Digitalisasi : Scanning, Editing, Uploading

Kategori kedua yang diperoleh dari hasil transkrip wawancara adalah proses digitalisasi. Proses digitalisasi yang dimaksud meliputi tiga bagian utama, yaitu: scanning, editing, dan uploading. Digitalisasi dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai macam alat perekam, proses yang paling sederhana adalah dengan memakai bantuan alat perekam scanner atau kamera digital untuk menghasilkan gambar elektronik. Untuk mengetahui proses digitalisasi yang terdiri dari scanning, editing, Universitas Sumatera Utara 42 dan uploading yang dilakukan oleh pihak Perpustakaan Pusat Penelitian Kelapa Sawit, maka peneliti mewawancarai informan kedua I 2 . Berikut adalah petikan hasil wawancara mengenai proses digitalisasi :

a. Scanning

Proses scanning merupakan kegiatan memindai dokumen dalam bentuk cetak dan mengubahnya kedalam bentuk digital. Untuk mengetahui proses digitalisasi pada tahap scanning yang dilakukan oleh pihak perpustakaan terhadap koleksi antiquariat, maka peneliti mewawancarai informan kedua I 2 yang bertugas sebagai pegawai pelaksana kegiatan digitalisasi koleksi antiquariat di Perpustakaan Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Berikut adalah petikan hasil wawancara mengenai proses digitalisasi pada tahap scanning pelestarian koleksi antiquariat : Proses digitalisasi pada tahap scanning terhadap koleksi antiquariat. “Proses digitalisasi yang dilakukan terhadap koleksi antiquariat dengan melakukan kegiatan scanning menggunakan alat alih media yaitu Capture Atiz. Buku diletakkan pada alat alih media untuk melakukan scanning pada koleksi antiquariat. Kemudian buku tersebut diletakkan melebar mengikuti bentuk alat alih media dan posisi bahan pustaka yang akan discan dikunci dengan kunci magnetik, sehingga posisi buku tersebut pada saat melakukan kegiatan scanning tidak bergerak. Kemudian melakukan pengaturan fokus Universitas Sumatera Utara 43 kamera untuk memperoleh hasil gambar yang maksimal sesuai dengan yang diinginkan. Setelah kegiatan scanning berjalan, buku hasil dari kegiatan scan akan muncul pada layar komputer. Kemudian file dokumen tersebut disimpan ke dalam database komputer dalam dua format yaitu .pdf dan .jpg”. Dari pernyataan yang diungkapkan oleh I 2 di atas dapat disimpulkan bahwa proses digitalisasi yang dilakukan terhadap koleksi antiquariat dengan cara melakukan kegiatan scanning menggunakan alat alih media yaitu Capture Atiz. Setelah beberapa tahapan kegiatan proses scanning berjalan, akan menghasilkan dokumen eletronik berupa gambar dari buku yang di-scan pada layar komputer. Kemudian file hasil scanning tersebut disimpan ke dalam komputer dalam dua format yaitu .pdf dan .jpg.

b. Editing