Patofisiologi Klasifikasi Tumor Ganas Paru

Berdasarkan U.S. Environmental Protection Agency EPA, kira-kira 3.000 orang dewasa yang tidak merokok meninggal dunia akibat kanker paru setiap tahunnya karena menghirup asap rokok orang lain. Resiko kematian akibat kanker paru 30 lebih besar bagi orang yang tidak merokok yang tinggal bersama perokok dibandingkan yang tidak tinggal bersama perokok Abraham, 2005. b. Pekerjaan Paparan terhadap zat seperti arsenik, asbestos, berilium, clorometileter, krom, hidrokarbon, gas mustard, nikel, dan radiasi termasuk radon dikaitkan dengan perkembangan kanker paru. Paparan asbestos pada perokok dihubungkan dengan resiko sinergis perkembangan karsinoma bronkogenik. Paparan radon pada tambang bawah tanah dengan ventilasi yang buruk juga dikaitkan dengan meningkatnya resiko kanker paru Abraham, 2005. Faktor resiko pekerjaan yang paling banyak ialah paparan asbestos. Penelitian menunjukkan paparan radon berhubungan 10 dari seluruh kasus kanker paru, sementara polusi udara luar ruangan berhubungan 1-2 Tan, 2014.

2.2.4 Patofisiologi

a. Paparan Karsinogen Tembakau rokok mengandung lebih dari 300 zat berbahaya dengan sedikitnya 40 karsinogen poten. Polyaromatic hydrocarbons dan nicotine-derived nitrosamine ketone NNK menyebabkan kerusakan DNA pada model hewan. Benzo-A-pyrine juga memicu sinyal molekuler seperti AKT, dan mutasi p53 dan tumor suppressor genes lainnya Tan, 2014. Penelitian yang dilakukan Ito mengenai pergeseran tipe histologi kanker paru di Jepang dan Amerika Serikat menunjukkan perubahan tipe kanker paru yang paling sering SCC menjadi Adenocarcinoma berhubungan dengan peningkatan penggunaan rokok berfilter Tan, 2014. b. Genetika Kelainan paling penting yang terdeteksi adalah keterlibatan onkogen famili ras yang terdiri dari H-ras, K-ras, dan N-ras. Gen-gen ini menyandi Universitas Sumatera Utara protein pada permukaan membran sel dengan aktivitas GTPase dan terlibat dalam transduksi informasi. Mutasi gen ras ini terjadi pada Adenocarcinoma dan ditemukan pada 30 kasus. Mutasi ini tidak ditemukan pada Adenocarcinoma yang terjadi pada orang yang tidak merokok Tan, 2014. Kelainan genetik lain yang ditemukan pada Non Small Cell Lung Cancer adalah mutasi onkogen c-myc dan c-raf dan pada gen penekan tumor retinoblastoma Rb dan p53 Tan, 2014.

2.2.5 Klasifikasi

Klasifikasi tumor penting untuk menentukan pengobatan pasien dan untuk dasar penelitian epidemiologis dan biologis. Klasifikasi yang paling sering digunakan adalah klasifikasi WHO yang mengelompokkan berdasarkan gambaran histologi. Terdapat banyak gambaran histologi yang ditemukan, namun perbedaan klinis masih belum dapat ditentukan. Secara garis besar tumor paru dikelompokkan menjadi Husain, 2010: 1. Adenocarcinoma 37 laki-laki, 47 perempuan 2. Squamous cell carcinoma 32 laki-laki, 25 perempuan 3. Small cell carcinoma 14 laki-laki, 18 perempuan 4. Large cell carcinoma 18 laki-laki, 10 perempuan Adenocarcinoma adalah tumor ganas epitel dengan diferensiasi glandular atau produksi mucin dari sel-sel tumor, tumbuh dengan berbagai pola, termasuk asinar, papillary, bronchoalveolar, dan solid dengan pembentukan mucin. Tumor ini paling sering terjadi pada perempuan dan orang yang tidak merokok. Dibanding dengan kanker squamous cell, lesi biasanya terletak lebih perifer dan berukuran lebih kecil. Adenocarcinoma tumbuh lebih lambat dari pada squamous cell carcinoma tapi dapat bermetastasis lebih awal dan lebih luas Husain, 2010. Universitas Sumatera Utara Gambar 2.6 Gambar paru yang terkena adenocarcinoma. Terdapat nodul berwarna putih dibagian perifer. Sumber : Kemp, W. L., Burns, D. K., Brown, T.G., 2008. The Big Picture Pathology.The McGraw-Hill Companies, Inc. Gambar 2.7 Gambar sitologi adenocarcinoma paru. Sel saling tumpang tindih dengan sitoplasma yang sedikit dan pucat, inti sel relatif besar. Sumber : Koss, L. G., Melamed, M. R., 2006. Koss’ Diagnostic Cytology and Its Histopathologic Bases. 5 th ed. Lippincott William Wilkins. Squamous cell carcinoma adalah yang paling banyak ditemukan pada laki- laki dan erat kaitannya dengan kebiasaan merokok. Secara histologi terdapat keratinisasi danatau sambungan interseluler. Keratinisasi dapat berbentuk squamous atau sel dengan sitoplasma eosinofilik. Dulu, kebanyakan squamous cell carcinoma muncul secara sentral dari segmen atau subsegmen bronkus. Namun insidensi squamous cell carcinoma dari perifer paru terus meningkat Husain, 2010. Universitas Sumatera Utara Gambar 2.8 Gambar paru yang terkena squamous cell carcinoma. Terdapat massa putih pada hilum. Sumber : Kemp, W. L., Burns, D. K., Brown, T.G., 2008. The Big Picture Pathology.The McGraw-Hill Companies, Inc. Gambar 2.9 Gambar sitologi squamous cell carcinoma dengan inti ganda. Sumber : Koss, L. G., Melamed, M. R., 2006. Koss’ Diagnostic Cytology and Its Histopathologic Bases. 5 th ed. Lippincott William Wilkins. Small cell carcinoma adalah tumor ganas yang memiliki tipe sel yang khusus. Sel epitelnya cenderung kecil dengan sitoplasma sedikit, pinggiran sel pucat, kromatin inti bergranul sempurna, tidak terlihat nukleolus. Sel ada yang berbentuk bulat, oval, atau gelendong dengan tingkat mitosis yang tinggi. Tidak ada ukuran pasti untuk sel tumor, tapi umumnya lebih kecil daripada tiga limfosit. Hanya 1 penderita small cell carcinoma yang tidak merokok. Tumor ganas merupakan yang paling agresif, dapat tumbuh di bronkus mayor atau di perifer Universitas Sumatera Utara paru, dan metastasis secara luas, tidak dapat sembuh dengan operasi Husain, 2010. Gambar 2.10 Gambar paru yang terkena small cell carcinoma. Tanda panah menunjukkan lumen bronkus yang ditumbuhi small cell carcinoma. Sumber : Kemp, W. L., Burns, D. K., Brown, T.G., 2008. The Big Picture Pathology.The McGraw-Hill Companies, Inc. Gambar 2.11 Gambar sitologi small cell carcinoma. Terlihat kelompok sel saling berlengketan dengan bebas. Sumber : Koss, L. G., Melamed, M. R., 2006. Koss’ Diagnostic Cytology and Its Histopathologic Bases. 5 th ed. Lippincott William Wilkins. Large cell carcinoma adalah tumor ganas epitel yang tidak memiliki profil sitologi small cell carcinoma. Sel memiliki inti besar, nukleolus mencolok, jumlah sitoplasma sedang Husain, 2010. Universitas Sumatera Utara Gambar 2.12 Gambar sitologi dari large cell carcinoma. inti hiperkromatik dengan tekstur kromatin kasar pada sitoplasma yang pucat. Sumber : Koss, L. G., Melamed, M. R., 2006. Koss’ Diagnostic Cytology and Its Histopathologic Bases. 5 th ed. Lippincott William Wilkins. Tabel 2.1 Tabel Tumor Epitel Paru Berdasarkan Klasifikasi WHO PREINVASIVE LESIONS Squamous dysplasiacarcinoma in situ Atypical adenomatous hyperplasia Diffuse idiopathic pulmonary neuroendocrine cell hyperplasia INVASIVE MALIGNANT LESIONS Squamous cell carcinoma Variants Papillary Clear cell Small cell Basaloid Small cell carcinoma Variant Combined small cell carcinoma Adenocarcinoma Acinar Papillary Bronchioloalveolar carcinoma Nonmucinous Clara celltype II pneumocyte type Universitas Sumatera Utara Mucinous goblet cell type Mixed mucinous and nonmucinous Clara celltype II pneumocyte and goblet cell type, or indeterminate cell type Solid adenocarcinoma with mucin formation Adenocarcinoma with mixed subtypes Variants Well-differentiated fetal adenocarcinoma Mucinous adenocarcinoma Mucinous cystadenocarcinoma Signet-ring adenocarcinoma Clear cell adenocarcinoma Large cell carcinoma Variants Large cell neuroendocrine carcinoma Combined large cell neuroendocrine carcinoma Basaloid carcinoma Lymphoepitheliomalike carcinoma Clear cell carcinoma Large cell carcinoma with rhabdoid phenotype Adenosquamous carcinoma Carcinomas with pleomorphic, sarcomatoid, or sarcomatous elements Carcinomas with spindle or giant cells Pleomorphic carcinoma Spindle cell carcinoma Giant cell carcinoma Carcinosarcoma Pulmonary blastoma Carcinoid tumors Typical carcinoid Atypical carcinoid Universitas Sumatera Utara Carcinomas of salivary gland type Mucoepidermoid carcinoma Adenoid cystic carcinoma Others Unclassified Sumber : DeVita, V. T., Lawrence, T. S., Rosenberg, S.A., 2008. Devita, Hellman Rosenberg’s Cancer : Principles Practice of Oncology. 8 th ed. Lippincott William Wilkins.

2.2.6 Diagnosis