38 dan McB Miller, 2005. Perhitungan persamaan regresi dan koefisien korelasi
antara kalsium dan magnesium dapat dilihat pada Lampiran 8 halaman 58-59 dan Lampiran 9 halaman 60-61.
4.2.2 Kadar Kalsium dan Magnesium dalam Sampel
Hasil analisis kadar kalsium dan magnesium dapat dilihat pada Lampiran 10 halaman 62. Contoh perhitungan kadar kalsium dan magnesium dalam sampel
dapat dilihat pada Lampiran 11 halaman 63-64. Perhitungan statistik kadar kalsium dan magnesium dalam sampel dapat dilihat pada Lampiran 12-13
halaman 65-68. Hasil analisis total zat terlarut dan total zat padat dapat dilihat pada Lampiran 23 halaman 85. Contoh perhitungan total zat terlarut dan total zat
padat dapat dilihat pada Lampiran 24 halaman 86. Kadar kalsium dan magnesium dalam sampel, total zat terlarut dan total zat padat dapat di lihat pada Tabel 4.3
berikut ini :
Tabel 4.3 Kadar kalsium dan magnesium dalam sampel, Total Zat Terlarut dan Total Zat Padat
No Sampel Air
Minum Kadar Kalsium
mgl Kadar
Magnesium mgl
Total zat terlarut
mgl Total zat
padat mgl
1 SBD
62,8692 ±1,2838 14,8746 ± 0,1923
203 278
2 SSD
2,0192 ± 0,0323 0,5035 ± 0,0147
64 161
Keterangan : Kadar rata-rata mineral dari 6 kali pengulangan sampel, total zat terlarut dan total zat padat dari 2 kali pengulangan sampel
SBD = sebelum dididihkan SSD = sesudah dididihkan
Tabel 4.3 menunjukkan penurunan kadar kalsium dan magnesium dalam air minum sesudah dididihkan. Hal ini dikarenakan semakin tinggi temperatur air
39 maka kelarutan kalsium dan magnesium dalam air semakin berkurang Marsidi,
2011. Menurut WHO persyaratan minimal mineral dalam air minum masing-
masing yaitu 20 mgl kalsium dan 10 mgl magnesium. Sedangkan Meskes RI No.01BirhukmasI1975 hanya memberikan persyaratan maksimal kalsium yang
dianjurkan dalam air minum 75 mgl, kadar maksimal magnesium yang dianjurkan dalam air minum 30 mgl dan tidak ada persyaratan minimal. Kadar
kalsium dan magnesium dalam air minum sebelum dididihkan memenuhi persyaratan WHO tetapi sesudah dididihkan tidak memenuhi persyaratan.
Total zat terlarut air minum sebelum dan sesudah dididihkan berturut-turut 203 mgl dan 64 mgl sedangkan total zat padat masing-masing yaitu 278 mgl
dan 161 mgl. Nilai diatas menunjukkan total zat terlarut dan total zat padat dalam air minum memenuhi persyaratan yang ditentukan. Menurut PermenkesNo.
492MenkesPer IV2010 maksimal zat padat yang terlarut dalam air minum yaitu 500 mgl. Sedangkan Meskes RI No.01BirhukmasI1975 memberikan
persyaratan total zat padat maksimal yang dianjurkan 500 mgl dan maksimal yang diperbolehkan 1500 mgl. Total zat terlarut dan total zat padat
mempengaruhi rasa pada air minum. Total zat terlarut dalam rentang 300 mgl merupakan yang paling baik untuk digunakan sebagai air minum. Di dalam air
minum total zat terlarut terutama terdiri dari garam anorganik. Ion-ion yang berkontribusi yaitu ion karbonat, bikarbonat, sulfat, natrium, kalium, kalsium dan
magnesium De Zuane, 1996. Konsumsi air minum yang mengandung mineral dengan kadar rendah di
bawah standar yang ditetapkan dapat menyebabkan terhambatnya penyerapan
40 nutrisi dan vitamin oleh tubuh lewat aliran darah. Berdasarkan sifat air yang
reaktif mengikat mineral, air dengan kadar mineral yang rendah dapat menarik mineral dari makanan yang masuk ke dalam tubuh maupun mineral yang terdapat
dalam tubuh sebagai cadangan seperti usus. Air rendah mineral juga dapat mempengaruhi mekanisme homeostatis yang menyangkut metabolisme mineral
dan air di dalam tubuh. Hal ini mengakibatkan terjadinya diuresis sehingga menambah ekskresi dari ion-ion intraselular dan ekstraselluler sehingga
mempengaruhi fungsi fisiologis tubuh. Jadi air rendah mineral dapat mengakibatkan tubuh kekurangan mineral. Kandungan mineral yang tinggi dalam
air minum sangat mempengaruhi penyerapan zat esensial dan zat non esensial. Jika kandungan zat esensial misalnya kalsium dan magnesium yang diperlukan
tinggi, maka penyerapan non esensial seperti timbal dan kadmium akan sedikit atau bahkan tidak ada, sehingga akan diekskresi dari tubuh. Berdasarkan
beberapa penelitian yang dilakukan juga menyatakan bahwa air minum rendah mineral dapat meningkatkan resiko penyakit jantung dan kanker Fox, 1998;
Kozisek, 2005.
4.2.3 Analisis Data Secara Statistika